Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan semakin berkembang pesat berbagai masalah
kesehatan juga semakin kompleks. Kemajuan masyarakat transisi epidemiologi, transisi
demografi, serta transformasi social, menuntut ketersediaan pelayanan kesehatan yang
lebih baik, lebih bermutu, namun dengan biaya lebih terjangkau.
Banyaknya promblematika yang dihadapi, membuat setiap perawat komunitas harus
dapat bekerja lebih baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perawat harus
memiliki kemampuan dalam menganalis penyebab masalah. Selain itu, perawat juga perlu
mempertimbangkan factor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan pasien.
Praktek keperawatan komunitas didasarkan atas sintesis dari praktek kesehatan
komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat
dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya-
upapa pencegahan, peningkatan, dan mempertahankan kesehatan.
Perawatan komunitas memerlukan metode ilmiah yang disebut sebagai proses
keperawatan komunitas. Proses keperawatan komunitas dipakai untuk membantu perawat
dalam melakukan praktek asuhan keperawatan secara sistematis dalam memecahkan
masalah keperawatan yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan
menyeluruh, lebih banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui
kerja sama. Focus dari asuhan adalah individu, keluarga, kelompok khusus, dan
masyarakat dengan penekanan pada penccegahan penyakit, peningkatan dan
mempertahankan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan
keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk
pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna, serta
memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.
Menurut WHO (1959) keperawatan komunitas adalah bidang keperawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan social, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi social, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar. Semua
itu ditujukan kepada individu dan keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Menurut American Nurses Association (2004), keperawatan komunitas merupakan
tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan populasi dengan mengintegrasikan
keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan
masyarakat. Cakupan keperawatan komunitas antara lain individu, keluarga, dan
kelompok yang berperan terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Nies & McEwen,
2015).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pengkajian pada asuhan keperawatan komunitas?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan diagnose pada asuhan keperawatan komunitas?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan intervensi pada asuhan keperawatan komunitas?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan implementasi pada asuhan keperawatan komunitas?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan evaluasi pada asuhan keperawatan komunitas?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengkajian pada asuhan keperawatan komunitas
1.3.2 Untuk mengetahui diagnose pada asuhan keperawatan komunitas
1.3.3 Untuk mengetahui intervensi pada asuhan keperawatan komunitas
1.3.4 Untuk mengetahui implementasi pada asuhan keperawatan komunitas
1.3.5 Untuk mengetahui evaluasi pada asuhan keperawatan komunitas
1.4 Manfaat
1.4.1 Memberikan pedoman sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat
dan keperawata dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
1.4.2 Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya.
1.4.3 Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran masyarakat.
1.4.4 Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan
atau kebutuhan, sehingga mendapatkan pelayanan yang cepat dalam rangkz
mempercepat proses penyembuhan klien.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian keperawatan komunitas adalah suatu proses tindakan untuk mengenal
komunitas sebagai mitra yang berperan dalam proses keperawatan kesehatan komunitas.
Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor positif dan negative yang
berbenturan dengan masalah kesehatan, mulai dari masyarakat hingga sumber daya
komunitas, guna merancang strategi promosi kesehatan.
Tahapan meliputi hal-hal berikut ini:
1. Kegiatan pendahuluan
Tahap pengkajian didahului dengan sosialisasi program perawatan kesehatan
komunitas serta program yang dapat dikerjakan bersama-sama dalam komunitas
tersebut. Sasaran sosialisasi meliputi tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di masyakat.
Menurut depkes RI (2007), terdapat dua kegiatan yang dapat dilakukan dalam
pengkajian komunitas, yaitu sebagai berikut:
a. Survey Mawas Diri (SMD)
Merupakan kegiatan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masalaah
kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat dibawah bimbingan petugas
kesehatan atau perawat komunitas. Kegiatan SMD bertujuan untuk:
1) Masyarakat dapat mengenal, mengumpulkan data dan mengkaji masalah yang
ada dilingkungannya
2) Menumbuhkan minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan
serta bagaimana cara mengatasinya
Kegiatan SMD dilaksanakan disesa tertentu yang mampu mewakili keadaan desa
pada umumnya, serta dilaksanakan oleh kader masyarakat yang ditunjuk dalam
pertemuan desa. Informasi seputar masalah kesehatan yang diperoleh dari KK
(kepala keluarga) yang bermukim dilokasi tersebut. Tata cara pelaksanaan SMD
adalah sebagai berikut.
1) Perawat komunitas dan kader yang ditunjuk melakukan SMD, yang meliputi:
a) Penentuan sasaran, baik dalam jumlah KK maupun lokasi.
b) Penentuan jenis informasi ksehatan yang dikumpulkan.
c) Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya melalui
pengamatan wawancara.
d) Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan,
misalnya daftar kuesioner atau daftar pertanyaan wawancara.
2) Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan perawat didesa, melakukan:
a) Mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai rencana
b) Mengolah informasi masalah kesehatan sehingga diperoleh rumusan
masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan diwilayahnya.
b. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Musyawarah masyarakat desa (MMD) merupakan pertemuan seluruh warga desa
untuk membahas hasil SMD dan merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari SMD. Kegiatan MMD bertujuan antara lain sebagai
berikut.
1) Masyarakat mengenali masalah kesehatan diwilayahnya.
2) Masyarakat sepakat untuk mengatasi masalah kesehatan.
3) Masyarakat dapat menyusun rencana kerja guna mengatasi masalah kesehatan.
Selanjutnya, musyawarah masyarakat desa dapat dilaksanakan melalui tata cara
sebagai berikut.
1) Pembukaan, dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD, yang dipimpin
oleh kepala desa
2) Pengenalan masalaah kesehatan oleh masyarakat melalui curah pendapat
menggunakan alat peraga, poster, dan sebaagainya, yang dipimpin oleh ibu
desa.
3) Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD.
4) Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan berdasarkan
pengenalan masalah dan hasil SMD, dilanjutkan rekomendasi teknis dari
petugas kesehatan didesa atau perawat komunitas.
5) Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan, yang dipimpin oleh
kepala desa.
6) Penutup.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
MMD antara lain sebagai berikut.
1) Pelaksanaaan MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas
puskesmas, dan sektor terkait dikecamatan.
2) MMD dilaksanakan dibalai desa atau tempat pertemuan lain yang ada didesa.
3) MMD dilaksanaakan segera setelah SMD dilaksanakan.
2. Pengumpulan Data
Menurut Anderson & McFarlane (2008), metode windsahield survey dapat
digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi berbagai dimensi dari
komunitas, lingkungan, dan gaya hidup masyarakat. Beberapa aspek yang dikaji
dalam metode ini antara lain sebagai berikut.
a. Inti komunitas, meliputi:
1) Sejarah, meliputi hal-hal yang diperoleh dari pengamatan sementara diwilayah
tersebut. Misalnya, mengenai sejarah wilayah yang dapat ditanyakan pada
ketua atau tokoh masyarakat
2) Demografi, meliputi tipe-tipe orang yang dijumpai, termasuk data mengenai
usia, jenis kelamin, dan piramida penduduk
3) Kelompok etnis, berupa identifikasi terhadap berbagai suku atau etnis yang
dijumpai
4) Nilai dan keyakinan, berupa identifikasi terhadap nilai dan keyakinan dalam
masyarakat. Misalnya, melalui jenis dan jumlah rumah ibadah.
b. Subsistem, meliputi:
1) Lingkungan fisik, berupa keadaan lingkungan atau geografis. Misalnya batas
wilayah, peta wilayah, iklim, dan kondisi perumahan
2) Pelayanan kesehatan dan social, meliputi unit pelayanan kesehatan yang
tersedia baik modern maupun tradisional, tenaga kesehatan, home care, tempat
pelayanan sosial, dan kesehatan jiwa komunitas
3) Ekonomi, meliputi status ekonomi masyarakat, industi yang tersedia, kegiatan
yang menunjang roda perekonomian, dan jumlah pengangguran
4) Keamanan dan transportasi, meliputi cara masyarakat bepergian, jenis
transportasi umum/pribadi yang digunakan, jenis pelayanan perlindungan yang
tersedia(pemadam kebakaran,polisi,atau sanitasi), monitoring terhadap
kualitas udara, jenis kesehatan pada umumnya, dan sebagainya
5) Pemerintahan dan politik, meliputi tanda aktivitas politik(poster,
pertemuan,dan sebagainya), partai yang mendominasi, hak komunitas dalam
pemerintahan (pemilihan bupati atau anggota DPRD), keterlibatan
masyarakaat dalam pembuatan keputusan pemerintahan setempat
6) Komunikasi, berupa identifikasi berbagai jenis komunikasi yang digunakan
oleh masyarakat, termasuk komunikasi melalui media cetak dan elektronik
7) Pendidikan, berupa identifikasi berbagai jenis institusi pendidikan dan
ketersediaan program UKS
8) Rekreasi, meliputi tempat anak-anak bermain, bentuk umum rekreasi, orang-
orang yang berperan serta, dan fasilitas rekreasi yang ditemukan.
c. Persepsi, meliputi:
1) Penduduk, meliputi pendapat masyarakat tentang komunitasnya, serta
identifikasi kekuatan dalam pandangan masyarakat. Persepsi dapat diperoleh
melalui analisis jawaban beberapa orang dari kelompok berbeda (kelompok
tua/muda, petami, pekerja pabrik, professional, tokoh agama, ibu rumah
tangga, dll)
2) Persepsi sendiri, meliputi pernyataan perawat komunitas mengenai kesehatan
komunitas, kekuatan komunitas, serta masalah aktuan atau potensial yang
dapat diidentifikasi
3. Jenis-jenis dan sumber data
a. Jenis data terbagi menjadi dua:
1) Data subjektif, diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, melalui ungkapan langsung
secara lisan
2) Data objektif, diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan, dan
pengukuran
b. Sumber data dibagai menjadi dua:
1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh pengkaji (perawat komunitas)
dari induvidu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya. Misalnya data dari kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien,
atau medical record
4. Metode pengumpulan data
Sekurang-kurangnya, terdapat tiga metode dalam pengumpulan data, antara
lain sebagai berikut:
a. Wawancara (anamnesis)
Kegiatan komunikasi timbal balik berbentuk tanya jawab antara perawat dengan
klien atau keluarga dan orang-orang disekitar klien terkait masalah kesehatan
klien.
b. Pengamatan
Meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku, dan sikap. Pengamatan dilakukan
menggunakan panca indera yang hasilnya dicatat dalam format proses
keperawatan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi, yaitu pemeriksaan fisik melalui pengamatan pada bagian tubuh klien
atau keluarga yang sakit.
2) Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba bagian
tubuh yang mengalami gangguan
3) Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari
telunjuk atau alat hammer pada bagian tubuh yang diperiksa
4) Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu (umumnya menggunakan
stetoskop)
5. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, selajutnya dapat diolah menggunakan cara sebagai
berikut:
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data berdasarkan:
1) Karakteristik demografi
2) Karakteristik geografi
3) Karakteristik sosial ekonomi
4) Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & McFarlane, 2008)
b. Perhitungan persentase cakupan menggunakan telly
c. Tabulasi data
d. Interpetasi data
6. Analisis data
Kemampuan untuk mengaitkan dan menghubungkan data dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Analisis data bertujuan untuk:
a. Menetapkan kebutuhan komunitas
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunitas
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan layanan kesehatan
7. Perumusan masalah
Berdasarkan analisa data yang diperoleh, dapat diketahui masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga dapat dilakukan intervensi.
8. Prioritas masalah
Masalah yang dirumuskan tidak dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyusunan prioritas masalah dengan kriteria antara lain:
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringan masalah
d. Kemungkinan masalah diatasi
e. Tersedianya sumber daya masyarakat
f. Aspek politis

2.2 Diagnosa Keperawatan Komunitas


Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok yang
dapat di identifikasi dan di intervensi oleh perawat secara akuntabilitas guna menjaga,
membatasi, mencegah,atau mengubah status kesehatan (Carpenito,2000).
Menurut Gordon (1982), Diagnosis keperawatan adalah tindakan keperawatan
terhadap masalah kesehatan actual dan potensial yang diberikan oleh perawat berwenang
serta memiliki kemampuan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. Kewenangan
tersebut, menurut Nursalam (2001), didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
etika keperawatan yang berlaku.
North American Nursing Diagnosis Asoociation (NANDA) pada 2014, menyatakan
bahwa diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga,dan masyarakat mengenai masalah kesehatan actual dan potensial, sebagai dasar
seleksi intervensi keperawatan guna mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
kewenangan perawat.
Anderson & McFarlane (2008) menggunakan teori komunitas Neuman lalu
mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan system penggabungan dan
penarikan kesimpulan. Dengan demikian, tanda dan gejala diagnosis keperawatan
komunitas diambil dari pernyataan kesiumpulan yag menjelaskan durasi atau besarnya
masalah. Sedangkan Helvie (1998), berfokus pada konsep energy, atau dengan kata lain,
memasukkan teori energy didalam diagnosis keperawatan komitas.
Diagnosis keperawatan memiliki tiga komponen utama yang antara lain sebagai berikut :
1. Problem (masalah), yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya terjadi.
2. Etiologi (penyebab), yaitu penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan , meliputi:
a) Perilaku individu, keluarga, kelompok, masyarakat
b) Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial
c) Interaksi perilaku dan lingkungan
3. Sign/Symptom (tanda dan gejala), yaitu informasi yang diperlukan untuk
merumuskan diagnosis serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Melalui tiga komponen tersebut, diagnosis keperawatan dapat dirumuskan melalui dua
cara, yaitu sebagai berikut :
a) Rumus PES Keterangan :
DK = Diagnosis keperawatan
DK = P + E + S P = Masalah
E = Etiologi
S = Gejala

b) Rumus PE Keterangan :
DK = Diagnosa keperawatan
DK = P + E
P = Masalah
E = Etiologi

2.3 Intervensi Keperawatn Komunitas


Menurut Higgs & Gustafson (1995), dalam merencanakan asuhan keperawatan
komunitas diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan Prioritas
Melalui pengkajian, perawat dapat mengidentifikasi respon komunitas actual dan
potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan, perlu
disusun suatu system guna menentukan diagnosis yang akan dilakukan tindakan
pertama kali. Salah satu system yang dapat digunakan adalah hierarki kebutuhan
komunitas.
2. Menentukan Kriteria Hasil
Penentuan kriteria hasil (Outcome) harus ditujukan kepada komunitas, menunjukan
apa yang akan dilakukan komunitas serta kapan dan sejauh mana tindakan bisa
dilaksanakan, serta harus spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, rasional, dan memiliki
batas waktu. Perhatikan perbandingan kebutuhan individu dengan kebutuhan
komunitas melalui bagan berikut ini :

Kebutuhan Kebutuhan
Individu Komunitas

Aktualisasi diri Aktualisasi


Komunitas
3. Menentukan Rencana Tindakan
Renacana tindakan Kebanggan
Harga diri
merupakan rancangan Komunitas spesifik
intervensi untuk
Kasih sayang, membantu komunitas Pendidikan, dalam
Rasa memiliki mencapai kriteria hasil. Partisipasi Rencana
tindakan dilaksanakan
berdasarkan komponen penyebab
Aman Keamanan,
dari diagnosis keperawatan. Oleh
Perlindungan
karena itu rencana Aktivitas
mendefinisikan suatu Pendukung aktivitas
Fisiologi
yang diperlukan guna Kehidupan
membatasi faktor-faktor
pendukung terhadap suatu permasalahan.

4. Menentukan Dokumentasi
Renacana tindakan keperawatan ditulis dalam suatu bentuk bervariasi guna
mempromosikan perawatan, meliputi perawatan individu,keluarga, dan komunitas,
perawatan berkesinambungan,komunikasi,serta evaluasi.

2.4 Implementasi
Lyer dkk. (1996) mendefinisikan implementasi atau pelaksanaan sebagai inisiatif dari
rencana tindakan guna mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu komunitas
mencapai tujuan yang diharapkan. Rencana tindakan spesifik dilaksanakan guna
memodifikasi factor yang mempengaruhi masalah kesehatan komunitas.
Implementasi bertujuan membantu komunitas dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan fasilitas koping. Perencanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik
jiika komunitas memiliki keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi tindakan
keperawatan.
Menurut Mubarak dkk. (2010), terdapat lima prinsip yang umumnya digunakan dalam
implementasi keperawatan, antara lain sebagai berikut :
1. Inovatif
Perawat komunitass harus memiiliki wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdasarkan iman dan
takwa.
2. Integrasi
Perawat komunitas harus mampu bekerja sama dengan sesame profesi, tim kesehatan
lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan asas kemitraan.
3. Rasional
Perawat komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional, demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4. Mampu dan Mandiri
Perawat komunitas diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatn serta kompeten dibidangnya.
5. Ugem
Perawat komunitas harus yakin dan percaya pada kemampuannya, serta bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai.
2.5 Evaluasi
Menurut Ignatavicius & Bayne (1994), evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan, dan implementasi yang berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan
perawat mengawasi kesalahan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisis,perencanaan,dan implementasi tindakan.
Evaluasi bertujuan melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, yang dapat
dilaksanakan melalui hubungan perawat-klien, berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga dapat diambil keputusan. Proses evaluasi
terdiri dari dua tahap yaitu :
1) Mengukur pencapaian tujuan klien (secara kognitif, afektif, maupun psikomotor)
2) Perubahan fungsi tubuh termasuk gejalanya, serta membandungkan data yang
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.

BAB 3
ASKEP

Anda mungkin juga menyukai