HIV AIDS
A. DEFINISI
1. HIV
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel – sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang
disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4.
(www.medicastore.com)
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi.
Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama
beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan
dapat menularkan orang lain.
(http://www.caaip.net/v3/view-article-22-59.html)
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS.)
HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang
dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi
genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA
inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-
protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.
Daur Hidup Hiv
Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi
DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu pengubahan
RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang membantu pembentukan
protein-protein aktif disebut protease.
Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA
virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses
pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses
pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang
baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse
transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan
obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan proses
penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara total.
Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan
penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-
protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada
mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk
mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat
tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari
suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya
akan dapat membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein
fungsional yang berperan sebagai enzim.
(http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_saat_ini/.)
2. AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang
tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
(http://japanwatergirl.blogspot.com/2008/07/pengertian-definisi-dan-cara-penularan.html)
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang
menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-
orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan
penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap
AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam
jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem
imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat
berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.
Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan
obat-obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah
enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang.
Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat
kerja enzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV.
(http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_saat_ini/.)
B. ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-
kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya
yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk
ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk
virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti
retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun
demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif
dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian
selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic
Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid
dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang
rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk
virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah
dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan
sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh.
HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai
dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan
dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-
gejala sakit.
Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa
dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan
sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow periode”.
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada
orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang
relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar
kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.
2. Cara Penularan
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu
sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan
tempat masuk kuman (port’d entrée).
Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai
organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum
yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau
servik dan darah penderita.
Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara
penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
a. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan
penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan
cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah
pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko
seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan
pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan
merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
1) Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS,
berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal
merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra
seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan
dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat
berhubungan secara anogenital.
2) Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada
promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun
wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
b. Transmisi Non Seksual
1) Transmisi parentral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah
terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik
yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi
parental ini kurang dari 1%.
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985.
Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor
telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah
lebih dari 90%.
2) Transmisi transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%.
Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air
susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah.
(http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf.)
Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :
1. Air liur / air ludah / saliva
2. Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
3. Air mata
4. Air keringat
5. Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine
(http://japanwatergirl.blogspot.com/2008/07/pengertian-definisi-dan-cara-penularan.html)
C. PATOFISIOLOGI
HIV tergolong dalam retro virus ini menyebabkan membawa genetic dalam RNA
( Ribonukleat acid) bukan DNA ( Deoxiribonukleat acid). Virions HIV( partikel virus yang
lengkap dibungkus oleh selubung pelindung ) mengandung RNA dalam inti bentuk peluru yang
terpancing dimana P24 merupakan komplikasi structural utama . Tombd(knod) yang menonjol
lewat dinding virus terdiri dari protein gp120 yang terkait pada procing p41. bagian yang secara
selektif berkaitan dengan sel CD4 positif (D4 + ) adalah gp 120 dari HIV. Sel Cd4 mencakup
monosit, makrofag dan limfosit T4 helper ( yang dinamakan sel CD4 kalau dikaitkan dengan
infeksi HIV), limfosit T4 helper merupakan sel terbanyak, sesudah terikat dengan membrane sel
T4 helper HIV akan menginjeksikan dua utas bengan RNA yang identik kedalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim reverse transcriptase HIV melakukan pemograman ulang materi
genetic sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-strandet DNA ( DNA utas gonad. DNA
akan disatukan ke nukleus T4 sebagai sebuah pro virus dan terjadi infeksi permanent siklus
replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang
terinfeksi dilaksanakan antigen, mitogen sitokin CTNF alfa atau interleukin V atau produk gen
virus seperti : cytomegalovirus (Cm V ), epsten Bam Virus, Herpes simplek atau hepatic,
akibatnya sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV terjadi sel T4
dapt dihancurkan HIV baru dibentuk dan dilepaskan dari darah dan menginfeksi sel Cd4+
lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung persisiten dan tidak
mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel ini menjadi reservoir HIV sehingga virus
dapat bersembunyi dan sisitem imun yang terangkut ke seluruh tubuh lewat system ini dan
menginfeksi jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini mengandung molekul CD4 + yang lain.
Siitem imun pada infeksi HIV lebih aktif dari yang diperkirakan sebelumnya dan terproduksikan
sebesar 2 milyar limfosit CD4+ yang lain. Keseluruhan populasi sel Cd4+ perifer akan
mengalami pergantian ( turn over) tiap 15 hari sekali.
Kecepatan produksi HIV terkait dengan status kesehatan orang yang terjangkit
infeksi tersebut jika orang tersebut tidak sedang terperangi melawan infeksi HIV lain, reproduksi
HIV akan alambat. Reproduksi HIV akan dipercepat kalau penderita sedang menghadapi infeksi
lain/ system imun terstimulasi. Reaksi ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan
sebagian penderita yang terinfeksi HIV simtomatik 10 tahun sesudah terinfeksi. Dalam respon
imun, limfosit T4 berperan penting mengenali antigen asing mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibody, menstimulasi limfosit sitotoksik, memproduksi limfokin pertahanan
tubuh terhadap infeksi, T4 terganggu mikroorganisme yang menimbulkan penyakit akan
berkesempatan menginvasi dan menyebabakan sakit seirus. Injeksi dan melignasi timbul akibat
gangguan system imun ( infeksi oportunistik ).
D. PATHWAY
Terlampir
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang
disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan
gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala,
diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
Ada beberapa klasifikasi tanda/keadaan klinis seseorang dikatakan menderita AIDS yaitu :
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis
B dan C yaitu :
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau
riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
2. Kategori Klinis B
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton
saraf.
3. Kategori Klinis C
(http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/aids.html)
F. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan
sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
I. PENCEGAHAN
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan
seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu
ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan
kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara
umum dapat diabaikan.
1. Hubungan seksual
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang
salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia.
Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti
terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko
penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar
jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. Kondom laki-laki berbahan
lateks, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya
teknologi yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi HIV secara seksual dan
penyakit menular seksual lainnya. Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa pelumas
berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan kondom
lateks karena bahan-bahan tersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang.
Jika diperlukan, pihak produsen menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air.
Pelumas berbahan dasar minyak digunakan dengan kondom poliuretan.
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang
memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondom wanita
lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk
cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian
dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan kondom wanita,
cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih jarang tersedia dan
harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita. Penelitian awal menunjukkan bahwa
dengan tersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan
meningkat relatif terhadap hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita
merupakan strategi pencegahan HIV yang penting.
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan bahwa dengan
penggunaan kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksi
adalah di bawah 1% per tahun. Strategi pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara
maju. Namun, penelitian atas perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utara
menunjukkan keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan kegiatan
beresiko tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga mengabaikan resiko
yang mereka hadapi atas infeksi HIV. Namun demikian, transmisi HIV antarpengguna narkoba
telah menurun, dan transmisi HIV oleh transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara
maju.
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan uji acak terkendali
mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan resiko infeksi HIV pada pria heteroseksual
Afrika sampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara yang
terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan sejumlah isu
sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat. Beberapa ahli
mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada laki-laki bersunat, dapat
meningkatkan perilaku seksual beresiko sehingga mengurangi dampak dari usaha pencegahan
ini.
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan
ABC untuk menurunkan resiko terkena HIV melalui hubungan seksual. Adapun rumusannya
dalam bahasa Indonesia:
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus pengkajian
Pengkajian umum pasien AIDS
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
b. Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis;
parpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll),
mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata
yang kurang.
d. Eliminasi
Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
e. Makanan/cairan
Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri
retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.
Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit
buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.
f. Hygiene
Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua
perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan
diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki
menunjukkan perubahan paling awal).
Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide
paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus,
menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak,
perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan
Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai
parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada.
Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum
:kuning
j. Keamanan
Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya. Riwayat menjalani
tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap
lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat
malam.
Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe
pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual deang pasangan
yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.penggunaan kondom
yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan.
Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
l. Interaksi social
Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman,
pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang
meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu
membuat rencana.
Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
m. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast
ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan,
perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan
diri, prosedur perawatan teknis,dll.
B. Diagnos Keperawatan
a. RESTI infeksi berhubungan dengan respon imunitas yang berkurang ( Immuno supresi).
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara pencegahan penularan HIV.
c. Isolasi social berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses penularan penyakit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan Pantau adanya infeksi Deteksi dini
infeksi tindakan keperawatan, ( demam, menggigil, terhadap infeksi
berhubungan infeksi bisa pada klien diaporesis, batuk, nafas penting untuk
dengan respon bisa diatasi dengan pendek, nyeri oral atau melakukan
imunitas yang kriteria hasil : nyeri menelan , bercak tindakan segera .
berkurang Tidak ada demam dan berwarna crem
infeksi lama dan
( Immuno bebas dari pengeluaran / dirongga oral, sering berulang
supresi). sekresi purulen dan berkemih, disuria, memperberat
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan pencernaan
1. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat tanda tanda atau gejala infeksi
2. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan dan memberitahu dokter
tentangadanya efek samping
3. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan lebih lanjut.
non verbal Menyatakan rasa nyaman setelah ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri berkurang lampau
Fakta dari observasi
Tanda vital dalam rentang normal Bantu pasien dan keluarga untuk
Posisi antalgic untuk mencari dan menemukan dukungan
menghindari nyeri
Kontrol lingkungan yang dapat
Gerakan melindungi
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
Tingkah laku berhati-hati kebisingan
Gangguan
tidur (mata sayu, Pilih dan lakukan penanganan nyeri
tampak capek, sulit atau (farmakologi, non farmakologi dan
gerakan kacau, menyeringai) inter personal)
Terfokus pada diri sendiri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Fokus
menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan Ajarkan tentang teknik non
proses berpikir, penurunan farmakologi
interaksi dengan orang dan
lingkungan) Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Tingkah
laku distraksi,
contoh : jalan-jalan, menemui Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
orang lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang) Tingkatkan istirahat
- Dilaporkan adanya intake Beratbadan ideal sesuai dengan Yakinkan diet yang dimakan
makanan yang kurang dari tinggi badan mengandung tinggi serat untuk
RDA (Recomended Daily mencegah konstipasi
Mampumengidentifikasi kebutuhan
Allowance)
nutrisi Berikan makanan yang terpilih ( sudah
- Membran mukosa dan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Tidk ada tanda tanda malnutrisi
konjungtiva pucat
Ajarkan pasien bagaimana membuat
Menunjukkan peningkatan fungsi
- Kelemahan otot yang catatan makanan harian.
pengecapan dari menelan
digunakan untuk
menelan/mengunyah Tidak terjadi penurunan berat badan Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
yang berarti
- Luka, inflamasi pada rongga
Berikan informasi tentang kebutuhan
mulut
nutrisi
- Mudah merasa kenyang,
Kaji kemampuan pasien untuk
sesaat setelah mengunyah
mendapatkan nutrisi yang
makanan
dibutuhkan
- Dilaporkan atau fakta adanya
Nutrition Monitoring
kekurangan makanan
BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa Monitor adanya penurunan berat
badan
- Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Miskonsepsi
Monitor interaksi anak atau orangtua
- Kehilangan BB dengan selama makan
makanan cukup
- Keengganan untuk makan Monitor lingkungan selama makan