Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya


respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada
penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak
Indonesia, namun diperkirakan berkisar antara 5-10%. Asma dapat timbul pada
segala umur; 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedang 80-90% anak
asma mempunyai gejala pertama sebelum umur 4-5 tahun.

Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi)
dan 50% pasien asma bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma
bronkial atopi ditandai dengan timbulnya antibodi terhadap satu atau lebih alergen
seperti debu, tungau rumah, bulu binatang dan jamur. Atopi ditandai oleh
peningkatan produksi IgE sebagai respon terhadap alergen. Prevalensi asma
bronkial non atopi tidak melebihi angka 10%. Asma bronkial merupakan interaksi
yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Data pada penelitian
saudara kembar monozigot dan dizigot, didapatkan kemungkinan kejadian asma
bronkial diturunkan sebesar 60-70%.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Apa definisi dari Asma bronkial?

1.2.2        Apa etiologi dari Asma bronkial?

1.2.3        Bagaimana klasifikasi dari Asma bronkial?

1.2.4        Bagaimana patofisiologi dari Asma bronkial?

1.2.5        Apa saja manifestasi klinis dari Asma bronkial?

1.2.6        Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Asma bronkial?

1.2.7        Apa saja komplikasi dari Asma bronkial?

1.2.8        Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Asma bronkial?


1
1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Asma


bronkial agar dapat memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Asma bronkial sebaik mungkin.

1.3.2        Tujuan Khusus

1.      Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Asma bronkial

2.      Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Asma bronkial

3.      Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Asma bronkial

4.      Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Asma bronkial

5.      Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Asma
bronkial

6.      Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita


Asma bronkial

7.      Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Asma bronkial

8.      Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada


Asma bronkial

1.4  Manfaat

1.4.1     Bagi mahasiswa

Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep


dasar Asma bronkial dan Asuhan Keperawatannya

BAB II
2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi Asma Bronchial

            Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang


dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada
jalan nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial
yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black :
1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(Smelzer Suzanne : 2001).

Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya


respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic
Society).

2.1.2 Klasifikasi Asma Bronchial


Pembagian asma pada anak :
a.         Asma episode yang  jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya


dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 –
4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan
serangan yang berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung
kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari.
Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini.
Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan.
Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan
70 – 75 % dari populasi asma anak.

b.        Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada
umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang

3
tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan
stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya.

Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari


sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8 – 13
tahun. Pada golongan lanjut  kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari
dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di
luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 –
2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan
pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi
. Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

c.         Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6


bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi
yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik.
Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang
persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu
oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke
waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah
sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak
sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan
anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.
Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru
kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 %
golongan ini  tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul
bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang
normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon
Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi
gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik
kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga
sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada
mengalami gangguan psiko sosial

4
  Sedangkan Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:

a.    Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus


yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik
dan aspirin), dan spora jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

b.    Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap


pencetus yang tida k spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien
akan mengalami asma gabungan.

c.    Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik


dari bentuk alergik dan non-alergik.

Anamnesis

Anamnesis diperlukan untuk menggali riwayat perjalanan penyakit pada pasien.


Keluhan biasanya muncul dalam bentuk gejala saluran napas yang berulang
(mengi, batuk, sesak napas, dada terasa berat), yang biasanya memberat pada
malam atau pagi hari dan dieksaserbasi oleh olahraga, infeksi virus, asap rokok,
debu, hewan peliharaan, perubahan cuaca, dan kelembaban
Asthma juga bisa disertai riwayat atopi pada pasien, seperti alergi makanan, rinitis
alergi, dan dermatitis atopi. Bisa juga ditemukan riwayat atopi atau asthma pada
keluarga pasien atau riwayat pekerjaan yang berhubungan dengan paparan
bahan polutan dan iritan .
Pemeriksaan Fisik

Karakteristik asthma yang umum adalah adanya mengi atau wheezing walaupun


bukan suatu patognomonik pada asthma. Wheezing harus ditelaah terhadap
diagnosis banding lainnya.
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien asthma dapat normal. Temuan yang paling
sering pada pemeriksaan fisik adalah wheezing, yaitu pada auskultasi
ditemukan wheezing pada saat ekspirasi. Wheezing tidak selalu ditemukan pada

5
pasien asthma, misalnya pada pasien asthma yang tidak sedang mengalami
eksaserbasi atau pada pasien asthma dengan penyempitan saluran napas berat.
Penyempitan saluran napas berat dapat menyebabkan silent chest.
Wheezing juga dapat ditemukan pada penyakit lainnya seperti PPOK, bronkiolitis,
trakeomalasia, dan benda asing di jalan napas.
Pemeriksaan lainnya yang dapat berhubungan dengan asthma adalah temuan
pada alergi seperti polip nasi, dermatitis atopi pada lipatan kulit, atau urtikaria.
Inspeksi
Pada inspeksi kita lihat pernafasan pasien
Palpasi
pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil /remitus normal.
Perkusi 
pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan dia/ragma 
menjadi datar dan rendah. 
Auskultasi
terdapat suara resikuler yang meningkatkan disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 
detik ataulebih dari : kali inspirasi, dengan bunyi na/as tambahan utama wheecing
pada akhir ekspirasi. 
Diagnosis Banding

Berikut adalah diagnosis banding pasien yang dicurigai menderita asthma.


Diagnosis banding ini dapat ditemukan bersamaan dengan asthma.
 Chronic upper airway cough syndrome
 Inhalasi benda asing
 Bronkiektasis
 Diskinesia silia primer
 Penyakit jantung kongenital
 Gagal jantung
 Emboli paru
 Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
 Sindrom hiperventilasi
 Displasia bronkopulmoner
 Fibrosis kistik
 Disfungsi vocal cord
 Penyakit pada parenkim paru
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada asthma digunakan untuk menyingkirkan diagnosis


banding, komorbiditas, dan menentukkan tingkat keparahan penyakit.
Pemeriksaan Laboratorium

6
Pemeriksaan laboratorium tidak seluruhnya harus dilakukan rutin namun
dipertimbangkan untuk dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.
Pemeriksaan dan temuan dari hasil laboratorium antara lain:
 Pemeriksaan darah lengkap: ditemukan hitung jenis eosinofil lebih dari 4%,
namun kurang dari 4% tidak menyingkirkan diagnosis asthma
 Pewarnaan sputum: dijumpai eosinofil
 Serum IgE, lebih dari 100 IU menandakan suatu kondisi alergi
 Analisis gas darah arteri (AGDA), pada asthma berat dapat ditemukan
hipoksemia atau hiperkarbia. AGDA sebaiknya dilakukan pada pasien yang
saturasi oksigen nya tidak mencapai 90% walau sudah dilakukan tatalaksana
awal.
 Pemeriksaan dengan pulse oximeter untuk menilai saturasi oksigen dan
klasifikasi beratnya serangan asthma
Saturasi oksigen di atas 97%, serangan ringan
Saturasi oksigen 92-97%, serangan sedang
Saturasi oksigen kurang dari 92%, serangan berat
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis
yang lain. Pada pasien asthma, tidak selalu ditemui kelainan yang spesifik melalui
pencitraan.
Foto X-ray toraks, umumnya tampak normal namun dapat ditemukan gambaran
hiperinflasi atau penebalan dinding bronkial walau tidak spesifik untuk asthma.
CT-Scan toraks, digunakan untuk menilai kelainan minimal yang tidak dapat
ditentukan melalui foto toraks, seperti bronkiolitis, bronkiektasis,
trakeobronkomalasia, dan kelainan pembuluh darah.
Tes Fungsi Paru
Pemeriksaan paling sederhana adalah pengukuran arus puncak ekspirasi (APE)
atau peak expiratory flow (PEF) dengan menggunakan alat peak flow meter.
Namun hasil APE kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan pemeriksaan
spirometri. Perbedaan nilai APE lebih dari 20% sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator dianggap konsisten untuk asthma.[10]
Pemeriksaan spirometri harus dilakukan dengan operator dan alat yang
terkalibrasi. Indikator dalam pemeriksaan spirometri antara lain:
 Forced Expiratory Volume in 1 second (FEV1) atau Volume Ekspirasi
Paksa dalam 1 detik (VEP1), meningkat lebih dari 12% atau 200 mL setelah
pemberian bronkodilator mengindikasikan obstruksi saluran napas reversibel.
Hasil tersebut dapat mengarah kepada asthma.
 Forced Vital Capacity (FVC) atau Kapasitas Vital Paksa (KVP) yang diukur
bersamaan saat mengukur FEV1. Nilai rasio FEV1/FVC kurang dari 70%

7
mengindikasikan restriksi akibat terperangkapnya udara dalam paru atau air
trapping. Nilai tersebut mengarah pada asthma.
Pemeriksaan Lainnya

Pemeriksaan penunjang lainnya untuk menunjang diagnosis asthma antara lain


tes kulit dan tes provokasi bronkus.
Skin Test
Tes kulit atau skin test pada asthma bertujuan sebagai pemeriksaan tambahan
pada pasien atopi. Berbagai macam alergen dicobakan pada kulit pasien dan
berguna untuk manajemen untuk menghindari paparan alergen spesifik dan
sebagai dasar imunoterapi alergen.
Tes Provokasi Bronkus
Tes provokasi bronkus digunakan pada pasien dengan nilai spirometri normal
atau mendekati normal. Tes provokasi bronkus dapat dilakukan dengan berbagai
teknik antara lain:
 Pemberian metakolin atau histamin
 Tes olahraga
 Inhalasi alergen dan manitol
Klasifikasi Keparahan Asthma

Asthma dapat diklasifikasikan berdasarkan seringnya timbul gejala, serangan


malam, gangguan pada aktivitas normal, dan fungsi paru.
Asthma Intermiten
Asthma disebut sebagai asthma intermiten jika:
 Gejala ≤ 2 hari/minggu
 Serangan malam < 2 kali/bulan
 Penggunaan beta-2 agonis kerja cepat (Short Acting beta-
2 agonist / SABA) untuk kontrol gejala ≤ 2 hari/minggu
 Gangguan pada aktivitas normal tidak ada
 Fungsi paru: FEV1> 80% normal bila tidak eksaserbasi, dan FEV1/FVC
normal
 Risiko eksaserbasi: 0-2 kali per tahun
Asthma Persisten Ringan
Asthma persisten ringan jika :
 Gejala > 2 hari/minggu tetapi tidak setiap hari
 Serangan malam 3-4 kali/bulan
 Penggunaan beta-2 agonis kerja cepat untuk kontrol gejala: > 2
hari/minggu tetapi tidak setiap hari
 Aktivitas normal terbatas sedikit
 Fungsi paru: FEV1 > 80% dengan FEV1/FVC normal

8
 Risiko eksaserbasi: > 2 kali per tahun
Asthma Persisten Sedang
Asthma disebut persisten sedang jika:
 Gejala muncul setiap hari
 Serangan malam > 1 kali/minggu tetapi tidak tiap malam
 Penggunaan beta-2 agonis kerja cepat untuk kontrol gejala setiap hari
 Aktivitas normal terbatas
 Fungsi paru FEV1> 60 tetapi < 80% dengan FEV1/FVC menurun 5%
 Risiko eksaserbasi: > 2 kali per tahun
Asthma Persisten Berat
Asthma disebut persisten berat jika:
 Gejala: sepanjang hari
 Serangan malam sering, 7 hari/minggu
 Penggunaan beta-2 agonis kerja cepat untuk kontrol gejala beberapa
kali/hari
 Aktivitas normal sangat terbatas
 Fungsi paru FEV1< 60%, dengan FEV1/FVC menurun lebih dari 5%
 Risiko eksaserbasi > 2 kali per tahun

2.1.3   Etiologi

a.    Faktor Predisposisi

-       Genetik

Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana


cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini,penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga
bisa diturunkan.

b.    Faktor Presipitasi

1.    Alergen

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (ex: debu, bulu binatang,


serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)

2)      Ingestan, yang masuk melalui mulut (ex: makanan dan obat-obatan)

9
3)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (ex: perhiasan, logam dan
jam tangan)

2.    Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi


asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.

3.    Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang  timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress   /
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

4.    Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.


Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.  Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.

5.    Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan


aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

2.1.4   Manifestasi Klinis

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan


gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan
dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi
(wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di
dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak,
antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada,
takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada
malam hari.

10
2.1.5   Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan  sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi àmembentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal à reaksi alergi.

Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor
kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus
yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada


selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa
menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesulitan
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.

11
2.1.6 Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

a.       Status asmatikus, adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian


menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus
dirawat dengan terapi yang intensif.

b.      Atelektasis, adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat


penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.

c.       Hipoksemia, adalah tubuh kekurangan oksigen

d.      Pneumotoraks, adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang


menyebabkan kolapsnya paru.

e.       Emfisema, adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan


(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

12
2.1.7  Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:

1.      Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

2.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan


asma

3.      Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai


penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan
dokter atau perawat yang merawat.

  Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1)        Pengobatan non farmakologik

-       Memberikan penyuluhan

-       Menghindari faktor pencetus

-       Pemberian cairan

-       Fisioterapi

-       Beri O₂ bila perlu

2)        Pengobatan farmakologik

-  Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:

a)    Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)

Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin


(bricasma).

b)   Santin (teofilin)

Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin


(Amilex)

Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila


minum obat ini.

-  Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat


pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti
asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

13
-  Ketolifen

Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya


diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan
secara oral.

2.2    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1.      Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan
dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan
lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir
terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas
antara anak perempuan dan laki-laki.

2.      Keluhan utama

Batuk-batuk dan sesak napas

3.      Riwayat penyakit sekarang

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

4.      Riwayat penyakit terdahulu

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

5.      Riwayat penyakit keluarga

Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain.

6.      Riwayat kesehatan lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah,

14
bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang
dewasa.

Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan
percepatan terjadinya serangan asma.

7.      Riwayat tumbuh kembang

8.      Riwayat imunisasi

9.      Riwayat nutrisi

10.  Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem

a.         Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif),


tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan,
Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.

b.         Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

c.         Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi


gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.

d.        Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas

e.         Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen,


tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.

f.          Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak


nafas.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1.    Ketidakefektifan pola napas b.d penyempitan bronkiolus

2.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi lendir

3.    Gangguan rasa nyaman b.d rasa gatal akibat respon imun.

2.2.3 Intervensi

Diagnosa NOC NIC

          Ketidakefektifan pola  respiratory status: Airway management


napas berhubungan ventilation
          Buka jalan napas, gunakan

15
dengan penyempitan   respiratori status: airway chin lift atau jaw thurts bila perlu.
bronkiolus patency
          Posisikan pasien untuk
kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi

          mendemonstrasikan          identifikasi pasien perlunya


batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan napas
nafas yang bersih, tidak buatan.
ada sianosis dyspneu
          lakukan fisioterapi dada jika
(mampu mengeluarkan
perlu.
spultum, mampu
bernafas dengan           keluarkan sekret dengan batuk
mudah, tidak ada atau suction.
pursed lips)
          auskultasi suara napas, catat
          menunjukan jalan adanya suara tambahan.
nafas yang paten (klien
          berikan pelembab udara kassa
tidak merasakan
basah NaCl lembab.
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernapasan           Atur intake untuk cairan
dalam rentang normal, mengoptimalkan keseimbangan.
tidak ada suara nafas           Monitor respirasi dan status o2
abnormal) oxygen therapy
          tanda-tanda vital           Bersihkan mulut, hidung dan
dalam rentang normal secret trakea.
( tekanan darah, nadi,
pernapasan )           Pertahankan jalan napas yang
paten.

          Atur  peralatan oksigenasi.

          Monitor aliran oksigen.

          pertahankan posisi pasien.

          onservasi adanya tanda tanda


hipoventilasi.

          Monitor adanya kecemasan


pasien terhadap oksigenasi vital
sign monitoring

16
          Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR.

          catat adanya fluktuasi tekanan


darah.

          Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau berdiri.

          Auskultasi TD pada kedua


lengan dan bandingkan.

          Monitor TD, nadi, RR, sebelum,


selama, dan setelah aktivitas.

          Monitor kualitas dari nadi.

          Monitor frekuensi dan irama


pernapasan.

          Monitor suara paru.

          Monitor pola pernapasan


abnormal.

          Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit.

          Monitor sianosis perifer.

          Monitor adanya coshing triad


( tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik ).

          identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign.

Ketidakefektifan bersihan  respiratory status:          auskultasi suara nafas sebelum


jalan napas berhubungan ventilation dan sesudah suctioning
dengan sekresi lendir
  respiratori status: airway          informasikan pada klien dan
yang berlibhan
patency keluarga tentang suctioning

          minta klien nafas dalam


sebelum suction dilakukan
kriteria hasil
          berikan O2 dengan
          mendemonstrasikan

17
batuk efektif dan suara menggunakan nasal untuk
nafas yang bersih, tidak memfasilitasi suction nasotrakeal
ada sianosis dyspneu
          anjurkan pasien untuk istirahat
(mampu mengeluarkan
dan nafas dalam setelah kateter
spultum, mampu
dikeluarkan dari nasotrakeal
bernafas dengan
mudah, tidak ada          monitor status oksigen pasien
pursed lips)
          hentikan suction dan berikan
          menunjukan jalan oksigen apabila pasien
nafas yang paten (klien menunjukan bradikardi,
tidak merasakan peningkatan satu rasi O2.
tercekik, irama nafas,
          buka jalan nafas gunakan
frekuensi pernapasan
teknik chinlift atau jaw thrust bila
dalam rentang normal,
perlu
tidak ada suara nafas
abnormal)           auskultsi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
          mampu
mengidentifikasikan dan          monitor respirasi dan status
mencegah faktor yang Oksigen
dapat menghambat
jalan nafas

Ganguan rasa nyaman   Ansiety Anxiety Reduction


berhubungandengan
  Fear Leavel           gunakan pendekatan yang
rasa gatal akibat respon
menenangkan
imun   Sleep Deprivation
          jelaskan semua prosedur dan
  Comfort, Readines For
apa yang dirasakan selama
Enchanced
prosedur
Kriteria hasil :
          pahami persektif pasien
          mampu mengontrol terhadap situasi stress
kecemasan
          temani pasien untuk memberi
          status lingkungan keamanan dan mengurangi takut
yang nyaman
          lakukan bback/neck rub
          mengontrol nyeri
          dengarkan dengan penuh
          kualitas tidur dan perhatian
istirahat adekuat

18
          agresi pengendalian          identifikasikan tingkat
diri kecemasan

          respon terhadap           bantu pasien


pengobatan untukmengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
          kontrol gejala
          instruksikan pasien
          status kenyamanan
menggunakan tekhnik relaksasi
meningkat
          berikan obatuntuk mengurangi
          dapat mengontrol
kecemasan
ketakutan

          keinginan untuk
hidup

          support sosial

2.2.4 Implementasi

Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari


rencana tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik
dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan
fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien.

Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :

1.      Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

2.      Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

3.       Menyiapkan lingkungan terapeutik

4.      Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

5.      Memberikan asuhan keperawatan langsung

6.      Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

19
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,
mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan,
mengkomunikasikan intervensi keperawatan.

Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan


tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan
dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur
spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan
bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan
tugas sesuai dengan standar keperawatan.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan


dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada
pasien dengan asma bronchial  adalah :        

1.      Pola nafas kembali efektif

2.      Bersihan jalan nafas kembali efektif

3.      Pasien merasakan nyaman.

Kesimpulan

Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang


dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada
jalan nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial
yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black :
1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(Smelzer Suzanne : 2001).

20
asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

a.    Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus


yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik
dan aspirin), dan spora jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

b.    Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap


pencetus yang tida k spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien
akan mengalami asma gabungan.

c.    Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik


dari bentuk alergik dan non-alergik.

DAFTAR PUSTAKA
http://makalahlistavanny.blogspot.com/2018/04/asuhan-keperawatan-asma-
bronchial.html?m=1
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/asma/diagnosis

21

Anda mungkin juga menyukai