Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan.

B. Distribusi Cairan Tubuh


Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompertemen yang berbeda yaitu cairan ekstrasel
dan cairan intrasel.Ekstrasel terdiri dari cairan interstisial dan cairan intravaskuler. Cairan
interstisial mengisi ruangan yang berada antara sebagian sel tubuh dan sejumlah besar
lingkungan cairan tubuh. 15 % berat tubuh merupakan cairan interstisial.Cairan intravaskuler
terdiri dari plasma yang menyusun tubuh sekitar 5% dari berat manusia.Cairan intrasel adalah
cairan di dalam membran sel yang berisi substansi terlarut atau solut yang penting untuk
keseimbangan cairan dan elektrolit serta metabolisme.Cairan intrasel membentuk 40% dari
berat tubuh.
Fungsi Cairan Tubuh :

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.


b. Transport nutrient ke sel.
c. Transport hasil sisa metabolisme.
d. Transport hormone.
e. Pelumas antar organ.
f.       Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiiovaskuler.
C. Elektrolit Tubuh
Cairan yang beredar di dalam tubuh baik intrasel maupun ekstrasel mengandung
elektrolit, mineral dan sel.  Elektrolit adalah unsur atau senyawa yang jika melebur kedalam
air atau pelarut lain akan pecah dan mampu membawa muatan listrik.
                                                                                                                                           
                                                                                                                                             2
Elektrolit yang bermuatan positif dinamakan kation sedangkan yang bermuatan
negative dinamakan anion. Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh termasuk
fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam basa.
Mineral yang dicerna sebagai senyawa biasanya dengan nama logam, non logam,
radikal atau fosfat. Mineral bekerja sebagai katalis dalam respon saraf, kontraksi otot, dan
metabolisme zat gizi yang terdapat dalam makanan. Selain itu mineral juga mengatur
keseimbanagn elektrolit dan produksi hormon serta menguatkan struktur tulang. Contoh dari
mineral adalah zat besi dan zink. Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan
hidup. Contoh sel darah merah dan sel darah putih.
D. Pergerakan Cairan dan Elektrolit
Perpindahan cairan tubuh dan elektrolit tergantung pada permiabilitas membran sel
atau  kemampuan membran untuk di tembus cairan dan elektrolit. Cara perpindahan itu
adalah:
a.       Difusi merupakan perpindahan materi padat,partikel, seperti gula pada cairan,berpindah dari
konsentasi tinggi ke konsentrasi rendah.
b.      Osmosis adalah perpindahan pelarut murni seperti air, melalui membran semipermiabel dari
larutan yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut
tinggi. Hal ini untuk menyamakan konsentrasi larutan kedua sisi membran. Suatu larutan
yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik

1
c.       Filtrasi merupakan suatu proses perpindahan zat dan substansi yang dapat larut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini aktif di dalam bantalan
kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostatik atau gradient yang menentukan perpindahan
air, elektrolit dan substansi terlarut lain yang berada diantara cairan kapiler dan cairan
interstisial. Tekanan hidrostatk adalah tekanan yang dihaslkan oleh likuid di dalam ruangan.
d.      Transport aktif, berbeda dengan difusi dan osmosis. Transport aktif memerlukan aktivitas
metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus
membran sel.
  
E. Pengaturan Cairan Tubuh
    a. Asupan Cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme haus yang berpusat di hipotalamus otak.
Stimulus       fisiologi utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma
dan penurunan volume darah.      
Apabila cairan yang hilang terlalu banyak maka Osmoreseptor akan mendeteksi
kehilangan tersebut dan mengaktifkan rasa haus. Faktor lain yang mempengaruhi rasa haus
adalah keringnya membran mukosa faring dan mulut, kehilangan kalium, dan faktor-faktor
psikologi. Air dapat juga diperoleh dari asupan makanan seperti sayur, buah, daging, serta
dari oksidasi bahan makanan. Orang yang hilang kesadaran dan bayi tidak dapat merasakan
haus pada dirinya sehingga mereka beresiko mengalami dehidrasi.
   b. Haluaran Cairan
Cairan terutama di keluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang
dewasa ginjal setiap menit menerima sekitar 125ml plasma untuk disaring dan memproduksi
urin sekitar 60ml(40-80ml). jumlah urin dipengaruhi oleh hormone antidiuretik dan
aldosteron.
Rata-rata haluaran cairan setiap hari pada orang dewasa dengan berat badan 70kg
Organ atau Sistem Jumlah (Ml)
Ginjal 1500
Kulit
Kehilangan tak kasat mata 600-900
Kehilangan kasat mata 600
Paru-paru                                    400
Saluran pencernaan 100
Jumlah total 3200-3500
                                                                                                                                       4    
Kehilangan air tak kasat mata terjadi secara terus menerus dan tak dapat dirasakan
oleh manusia. Kehilangan air secara kasat mata terjadi melalui keringat yang berlebih dan
dapat dirasakan oleh individu. Jumlah pengeluaran keringat ini secara langsung berhubungan
dengan banyaknya olah raga, suhu lingkungan dan aktivitas metabolik.
Paru-paru juga mengalami kehilangan air yang tidak dapat dirasakan oleh individu.
Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya perubahan frekuensi dan
kedalaman pernafasan seperti yang terjadi pada seseorang yang melakukan olah raga berat
atau seseorang yang sedang demam. Selain itu, alat untuk memberikan oksigen dapat
meningkatkan kehilangan air yang tidak dirasakan dari paru-paru karena oksigen lebih kering
dibanding dengan udara lain. Muntah dan diare akan meningkatkan jumlah pengeluaran
cairan dari saluran pencernaan.
    c. Hormon
Hormon utama yang dapat mempengaruhi seimbangan cairan dan elektrolit adalah
ADH dan Aldosteron. Keadaan kurang air akan meningkatkan osmolalitas darah dan keadaan

2
ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan
produksi air dengan cara meningkatkan reabsorbsi cairan dalam tubulus ginjal.
Aldesteron adalah mineralokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Aldesteron
mengatur keseimbangan-keseimbangan natrium dan kalium dengan cara mensekresikan
kalium dalam tubulus ginjal dan mengabsorsi natrium. sehingga air juga akan direabsorbsi
dan dikembalikan kecairan darah.
Selain dari dua hormon di atas juga ada yang dinamakan glukokortikoid yang
membantu dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Kelebihan hormon di dalam sirkulasi
akan menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal dengn sindrom
cushing.                                                                                                                                         
                                                                                                              
F. Pengaturan Elektrolit
1.      Kation
Kation utama yaitu Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+) dan Magnesium (Mg2+)
yang terdapat didalam cairan intrasel dan ekstrasel. Kerja ion-ion ini mempengaruhi transmisi
neurokimia dan transmisi neuromuscular yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan
kontraktilitas jantung, alam perasaan dan perilaku serta fungsi saluran pencernaan.
Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ektrasel. Ion
natrium terlibat dalam mempertahankan keseimbangan air, mentransmisi impul saraf dan
melakukan kontraksi otot. Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan haluaran urin.
Sumber utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah, makanan ringan dan
makanan kaleng.
Kalium merupakan kation intrasel utama yang mengatur rangsangan neomuskular dalam
kontraksi otot. Sumber kalium utama pada gandum utuh, daging, polong-polongan, buah-
buahan dan sayur-sayuran. Kalium diatur oleh ginjal. Suatu kondisi yang menurunkan
haluaran urin akan menurunkan ekskresi kalium. Mekanisme pengaturan lain adalah dengan
pertukaran ion kalium dengan ion natrium ditubulus ginjal. Bila natrium dipertahankan,
kalsium akan dieksresi.

Kalsium didalam cairan ektrasel diatur melalui kerja kelenjar parateroid dan teroid.
Hormon parateroid mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorbsi kalsium digastro
intestinal dan ekskresi kalsium diginjal.
Magnesium diekskresi melalui mekanisme ginjal. Perubahan kadar magnesium sering
dihubungkan dengan penyakit yang serius dan menghasilkan gejala-gejala yang
mencerminkan adanya perubahan fungsi neuromuscular dan kardiofaskular.
2.      Anion
Anion utama adalah klorida (Cl-), Bikarbonat (Hco3-) dan fosfat (PO3-).
Keseimbangan klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi serta reabsorbsi
renal.                                                                                                                                              
                                                                                                             6
Pengaturan bikarbonat
Apabila tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorbsi bikarbonat dalam
jumlah yang lebih besar dan bikarbonat tersebut akan dikembalikan ke dalam cairan ektrasel.
Pengaturan fosfat
Fosfat secara normal diabsorbsi melalui saluran gastrointestinal. Kalsium dan fosfat
berbanding terbalik secara proporsional. Jika salah satunya naik maka yang lain turun.
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Gangguan cairan berupa

a. Ketidakseimbangan isotonik

3
b. Sindrom ruang ketiga
c. Ketidakseimbangan osmolar
Ketidakseimbangan elektrolit berupa ketidakseimbangan natrium, kalium, kalsium,
magnesium dan klorida.                                                      
G. Keseimbangan Asam Basa
            Keseimbangan asam-basa tercapai jika kecepatan total tubuh yang memproduksi asam
atau basa sama dengan kecepatan tubuh mengekskresikan asam atau basa
tersebut.Keseimbangan ini menghasilkan stabilny konsentrasi ion hidrogen di dalam cairan
tubuh (dinyatakan dalam pH).pH merupakan skala untuk mengukur keasaman atau alkanitas
(bersifat basa) suatu cairan.
Jenis-jenis regulator asam –basa di dalam tubuh merupakan sistem bufer kimia ,biologis dan
fisiologis.Bufer adalah suatu substansi atau kelompok substansi yang dapat mengabsorpsi
atau melepaskan ion-ion hidrogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan asam-basa
Bufer Kimiawi
a)Sistem bufer asam karbonat- bikarbonat
b)Sistem bufer protein plasma (albumin,fibinogen, dan protrombin)
                                                                                                                                                    7
Bufer Biologis
Terjadi saat ion hidrogen di absobsi atau di lepaskan oleh sel untuk mengompensasi ketidak-
seimbangan asam basa
Bufer Fisiologis
Melibatkan respon kompensasi di dalam paru-paru atau ginjal

G. Gangguan Keseimbangan Cairan,Elektrolit dan, Asam-Basa


Gangguan volume meliputi kekurangan dan kelebihan volume cairan osmolar dan isotonik
Klien yang berusia sangat muda,lansia atau klien yang menderita penyakit kronis dan akut
yang parah,beresiko mengalami ketidakseimbangan cairan,elektrolit,dan asam-basa

Konsep dan Prinsip Istirahat dan Tidur

pengertian istirahat dan tidur


Menurut Ruslan Muctar (2009) dalam jurnal kebutuhan
istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yangmutlak harus
dipenuhi olehsemua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru
dapat berfungsisecara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang
berbeda pada setiap individu.
istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan
melepaskan diri  dari segalah hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan. ( Hidayat &  Uliyah, 2015)
Tidur merupakan  kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh 
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan  suatu urutan siklus yang
4
berulang, dengan cirri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapat  perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan luar. ( hidayat & uliya, 2015)
Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan
Terapi Relaksasi.
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak,
ratarata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur
merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan. 
Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007)  Dalam Jurnal Persepsi
perawat dan pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.
Tidur merupakan kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, minum,
aktivitas dan lainnya, apabila tidur terganggu dapat menimbulkan pengaruh
terhadap kualitas hidup seseorang. Pasien yang sedang dirawat inap
membutuhkan istirahat tidur yang cukup sehingga dapat membantu proses
penyembuhan penyakitnya.

A.   Karakteristik istirahat
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat,. Misalnya, Narrow (1967)
yang dikutip oleh Perry dan Potter (1993) mengemukakan  enam karakteristik
yang berhubungan dengan istirahat, di antaranya sebagai berikut.
1.     Merasakan bahwa  segalah sesuatu dapat terjadi.
2.     Merasa diterima.
3.     Mengetahui apa yang sedang terjadi.
4.     Bebas dari ganguan ketidaknyamanan.
5.     Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.
6.     Mengetauhi adanya bantuan sewaktu memerlukan.

Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut


di atas  dapat terpenuhi. Hal ini dapat di jumpai apabila pasien merasakan
segalah kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun
penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan  sehingga dapat
memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria  tersebut
diatas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga
diperlukan  tindakan  keperawatan yang dapat meningkatan terpenuhinya
kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati-hati  tentang
kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankan jika memungkinkan.  (
Hidayat & Uliya, 2015)

B.   Fisiologi tidur
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini
5
diatur oleh sistem pengaktivitasi retikularis yang merupakan sistem yng
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termaksuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. (Hidayat & Uliyah, 2015).

Menurut Ruslan Muctar (2009) dalam jurnal kebutuhan istirahat dan


tidur  menjelaskan tentang fisiologi tidur yaitu 
Aktivitas dan tidur di atur dan di control oleh dua sistem pada batang otak
. yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region
(BSR) . RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang
dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran ; memberi stimulasi visual,
pendengaran, nyeri, dan sensori raba ; serta emosi dan proses berpikir . pada
saat sadar , RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR.

                   Menurut Elis Deti Dariah1 Okatiranti (2015) dalam jurnal


Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur  lansia di posbindu anyelir
kecamatan cisarua kabupaten bandung barat 
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini
diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur
terletak dalam mensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating
system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan
perabaan juga  dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangasangan emosi dan proses pikir.

C.   Fungsi Tidur
Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ – organ
tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye
Movement (REM) dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye
Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul
ribonukleic acid (RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi
pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang
menuju otak. Selain fungsi di atas tidur, dapat juga digunakan sebagai tanda
terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu terdapatnya gangguan tidur yang menjadi
peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh. (Tarwoto &
Wartonah, 2006 )
D.   Pola Tidur
Pola tidur mencakup kualitas dan kuantitas tidur seseorang dimana
kualitas tidur adalah jumlah tahapan NREM dan REM yang dialami seseorang

6
dalam siklus tidurnya, dan kuantitas tidur adalah jumlah lamanya waktu tidur
yang dihabiskan seseorang dalam sehari (Tarwoto & Wartonah, 2006).
E.   Jenis-jenis tidur
Setiap malam seseorang mngalami dua jenis tidur yang berbeda dan
saling bergantian yaitu: tidur (Rapid-Eye Movement) dan non REM
(Non Rapid-Eye Movement). (Rafknowledge, 2004: 2-3).
a. Tidur REM
Tidur REM (rapid eye movement) terjadi disaat kita bermimpi hal
tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik. Ciri-cirinya
antara lain; detak jantung, tekanan darah, dan cara bernapas sama dengan yang
dialami saat kita terbangun. Masa tidur REM kira-kira dua puluh menit dan
terjadi selama empat sampai lima kali dalam sehari.

b. Tidur Non-Rem
Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam
berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak
lebih malam, status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa
menyegarkan/ meguatkan. Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya
dengan menggunakan hormon yang dinamakan somastostatin. Ilmuwan
mendefinisikan bahwa tidur yang terbaik adalah tidur yang mengalami
perpaduan tepat antara mengalami REM dan non-REM.

F.    Tahapan tidur
Tahapan-tahapan/ fase tidur dapat dimati melalu pengamatan gelombang
otak selama periode tidur dengan menggunakan alat EEG
(electroencephalograph) (Solso, 2008: 254). Ada beberapa tahapan dalam tidur;
1.     Tahap I
Tahap  I adalah tahapan paling “ringan“Dari keempat tahapan tidur dan hal
itu terjadi saat kita mulai merasa mengantuk. selama tahapan ini, terdapat
periodeperiode singkat akivitas gelombang theta (4-7 Hz), yang
mengindikasikan rasa ngantuk.

2.     Tahap II
Tahap II dicirikan oleh “ kumparan “ tidur (sleep spindles), yang berupa
lonjakan-lonjakan ritmik aktivitas EEG yang bekisar pada 12-15 Hz.

3.     Tahap III
Tahap III terdapat sejumlah gelombang delta berfungsi sangat rendah (1-
4Hz) , dan pola “ kumparan “ juga berlangsung Tahap IV rekaman-rekaman
EEG menunjukan hasil serupa dengan tahap III, namun memiliki lebih banyak
gelombang delta .tahap ke IV adalah tahap tidur yang paling dalam, saat
orangpaling sulit di bangunkan.

7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat  elektroen
sefalogram(EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram
(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu  non-rapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).

1.     Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada
gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM
terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua
proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot
melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II
disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai
tidur dalam(deep sleep atau delta sleep).

2.     Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30
menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi
terjadi pada tahap ini.  Selama tidur  REM,otak cenderung aktif
dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap
individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat  bangun dengan
tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi
jantung dan pernapasansering kali tidak teratur. ( Mubarak  & chayatin, 2007)

G.  Pengaturan Tidur
Tidur merupakan suatu urutan keadaan fisiologis yang di pertahankan
oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan
perubahan dalam sistem saraf pariental, endokrin, kardiovaskular, pernapasan
dan muscular (Robinson, 1993), tiap rangkaian diidentifikasi dengan respons
fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram
(EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram
(EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur
gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur .
Kontrol dan pengaturann tiur tergantung pada hubungan antara dua
mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat
otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme
menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.  Potter &
Perry (2012).

H.  Kebutuhan dan Pola Tidur Normal

8
Asmadi (2008) Dalam Jurnal Konsep Dasar Istirahat Dan
Tidur mengatakan bahwa,
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua
kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam
tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam.
Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu :
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%

9
I.      Siklus tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya
melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai
dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III
berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20
menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20
menit. Tahap I REM muncul sesudahnya danberlangsung selama 10 menit.
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan
periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang
bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10
hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur,
akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).
J.     Kebutuhan istirahat tidur

 0 bulan –1 bulan  Masa neonatus  14-18 jam/hari


 1 bulan – 18 bulan  Masa bayi  12-14 jam/hari
 18 bulan – 3 tahun  Masa anak  11-12 jam/hari
 3 tahun – 6 tahun  Masa pra sekolah  11 jam/hari
 6 tahun – 12 tahun  Masa sekolah   10 jam/hari
 12 tahun – 18 tahun  Masa remaja  8,5 jam/hari
 18 tahun – 40 tahun  Masa dewasa muda  7 jam/hari
 40 tahun – 60 tahun  Masa paruh baya  7 jam/ hari
 60 tahun ke atas  Masa dewasa tua  6 jam/ hari

2.     Faktor –faktor yang mempengaruhi tidur


Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur  banyak factor
yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di
antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress
emosional, stimulan dan alcohol, diet, merokok, dan  motivasi.
        Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang
dapatmenyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak daripada  biasanya. Di samping itu, siklus
bangun-tidur  selama sakit juga dapat mengalami gangguan. (Mubarak
& chayatin, 2015)
        Lingkungan.
faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur.  Sebagai contoh, temperatur yang tidak
nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan

10
tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh
dengan kondisi tersebut.
        Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang .
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya.   Setelah  beristirahat  biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
        G a y a h i d u p .
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengaturaktivitasnya agar
bisa tidur pada waktu yang tepat.
        Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system
saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklustidur NREM
tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
        Stimulant dan alcohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minumandapat
merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
        Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur
dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di
malam hari.

        Merokok.
Nikotin  yang  terkandung  dalam  rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan
mudahterbangun di malam hari.
        Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,  metabloker 
Dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis;
meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan
menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
        Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi
perasaanlelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya
motivasi untukterjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
Gangguan tidur yang umum terjadi
1.     Insomnia

11
Menurut Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia
Dengan Terapi Relaksasi.
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur,
jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia adalah suatu
gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejalagejala selalu merasa
letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari)
mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan
tidak dapat kembali tidur.

2.     Parasomnia
Menurut Ruslan Mukctar (2009) dalam jurnal kebutuh istirahat dan
tidur.
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul  saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-
anak. Beberapa turunan parasomnia  antara lain sering terjaga (mis; tidur
berjalan, night terror ), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau),
parasomnia yang terkait dengan tidur REM(mis; mimpi buruk), dan lainnya
(mis; bruksisme).

3.     Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal,
atau karena gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi
tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawabpada siang hari.

4.     Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secaratiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga
karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak
terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah
dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida,
atau dengan anti depresan seperti imip ramin hidroklorida.

5.     Apnea saat tidur


Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada
siang hari, sakitkepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

12
3.     Asuhan keperawatan klien masalah tidur
1.       Pengkajian
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
a.     Riwayat tidur
Penkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien
memasukifaislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan
kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat
tidur ini meliputi:
•   Pola tidur yang biasa.
•   Ritual sebelum tidur.
•         P e n g g u n a a n   obat tidur atau obat-obatan lainnya.
•   Lingkungan tidur.
•         Perubahan terkini pada pola tidur. ( Mubarak & chayatin, 2007)
b.  Gejalah klinis
Gejalah klinis di tandai dengan perasaan lelah, gelisa, emosi, apatis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva 
merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. (Hidayat &
Uliyah, 2015)
c.      Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik,
bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara
rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur.

2.     Diagnosa Keperawatan
Ketika mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan, perawat
harus memastikan bahwa batasan karakteristik tertentu yang  tepat dalam data
dasar pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah informasi yang diperoleh
selama pengkajian proses keperawatan. Keakuratan diagnosis tergantung pada
penilaian yang mendalam (Fortinash, Holaday, Worret, 2000).
Fortinash dan Holoday-Worret (2000), mengatakan bahwa diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien skizofrenia adalah:

1. Gangguan komunikasi verbal


2. Ketidakefektifan koping individu
3. Risiko bunuh diri
4. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri
5. Risiko perilaku kekerasan pada orang lain
6. Gangguan proses pikir

13
7. Isolasi sosial
8. Gangguan proses keluarga
9. Kurang perawatan diri: mandi, berpakaian, makan/minum, buang air kecil dan
buang air besar.

Berdasarkan Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan yang muncul pada
pengkajian kebutuhan dasar istirahat tidur adalah:
1. Gangguan pola tidur
2. Deprivasi tidur
3. Insomnia

4.     Perencanaan dan inplementasi


Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur
adalah untuk  mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang
memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan
sejahtera klien atau meningkatkan kualitas tidurnya.

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUT ELIMINASI


A. Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan
sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).

2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini
sering disebut buang air kecil.
B. Fisiologi Dalam Eliminasi
Fisiologi Defekasi

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan teratur
akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini
disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan
ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang,
merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum
mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam
kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan

14
penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan
kerjanya berakhir (Pearce, 2002).

Fisiologi Miksi

Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif
terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan
langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

C. Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:

1. UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak
mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur
2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi
proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal)
dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan
selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol
terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

2. DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada
makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit
atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa
bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak
teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan
keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

3. CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat
ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya
chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal,
sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.

4. TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga
merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang
lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau
pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan
(exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.

15
5. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk
diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga
bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan
frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang
berdampak pada konstipasi.

6. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada
waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah
sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas
toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi
feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak
ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.

7. OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal.
Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.Beberapa obat
secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-
obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan
kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi


1. Jumlah air yang diminum Semakin banyak air yang diminum jumlah urin
semakin banyak. Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air
ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan
air kencing akan terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila sedikit air yang
diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah akan banyak sehingga
pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna lebih kuning .

2. Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah


Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka
pengeluaran urin semakin banyak.
3. Konsentrasi hormon insulin
Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus
ini terjadi pada orang yang menderita kencing manis.
4. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah
sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal,
akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan
jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka
ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air
berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.

16
5. Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga
suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga
darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal.
Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka
pengeluaran air kencing pun banyak.
6. Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat
sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada
dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi.
Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.
7. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang
yang banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan
meningkat.

D. Asuhan keperawatan
eliminasi Pengkajian
Eliminasi Urine a.
Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-
orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan
tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya
berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu
makan. b. Volume

Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.

Usia Jumlah / hari

1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml


2. Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
3. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
4. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
5. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
7. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
9. 14 tahun – dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang
dewasa, maka perlu lapor. c. Warna

17
Normal urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah warna
urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit. d. Bau

Normal urine berbau aromatik yang memusingka. Bau yang merupakan indikasi
adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. e. Berat jenis

Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume
yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling
adalah 1, 009 ml dan normal berat jenis : 1010 – 1025 f. Kejernihan :

Normal urine terang dan transparan.Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau
pus.

g. pH :

Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5).Urine yang telah melewati temperatur
ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri Vegetarian
urinennya sedikit alkali. h. Protein :
Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin,
tidak tersaring melalui ginjal —- urine
Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring
urine.Adanya protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine
disebut albuminuria. i. Darah :

Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.Adanya darah
dalam urine disebut hematuria.

j. Glukosa :

Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat
sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada pasien
DM.Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi Sistem tubuh berperan dalam proses
eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi
usus halus dan usus besar.

E. Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi

Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)

1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan


2. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan

1. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi


2. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi

18
3. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran,
buah-buahan, nasi; mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari
4. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
5. Positioning

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menangani pasien dalam eliminasi

1. Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat
seharusnya menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu
menyendiri untuk defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan,
perawat mungkin perlu menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan
tetap berada dalam jangkauan pembicaraan dengan klien.
2. Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi
ketika terjadi peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi.
Aktivitas lain seperti mandi dan ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk
defekasi.
3. Nutrisi dan Cairan
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien
yang terjadi, frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat
membantu defekasi normal.
klien untuk minum cairan hangat dan jus buah, juga masukkan serat dalam diet

MASALAH PADA GANGGUAN ELIMINASI

A. Pengertian
1. Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan
dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.

2. Gangguan Eliminasi Fekal


Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi
mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk
mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah
rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan
kanul rekti.

B. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi


1. Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung
kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna
untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis),

19
dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa
adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine

2. Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:


a. Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan
pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri
rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di
rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati
usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak
dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara
mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien
tergantung pada perawat.
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended,
merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-
hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun.
Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-
masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh
pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

20

Anda mungkin juga menyukai