Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf
atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa
sansakerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau instruksi, tra-artinya alat
atau sarana sehingga dapat disimpulkan bahwa sastra artinya kumpulan alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran yang baik.Sastra
merupakan inspirasi kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk keindahan batin
yang dapat dinikmati melalui pikiran maupun perasaan kita. Sastra adalah suatu
karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain,
kegiatan sastra itu merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti
pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat, dan lain-lain dari seorang
pengarang yang diekspresikan dalam bentuk tulisan.
Karya sastra dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan jiwa
humanitas, yaitu jiwa yang halus, berbudi dan manusiawi. Sehubungan dengan hal
itu, karya sastra mempunyai kemampuan yang dapat menyentuh pembaca agar
dapat menjadi manusia yang responsif terhadap hal-hal yang luhur dalam hidup
ini. Karena pada hakikatnya manusia selalu mencari nilai-nilai kebenaran,
kebaikan dan keindahan. Karya sastra yang baik adalah karya yang mengangkat
masalah manusia dan kemanusian. Sesuatu yang mempunyai nilai moral, yaitu
nilai yang berpangkal dari nilai-nilai kemanusian, serta nilai-nilai baik dan buruk
yang universal.Berdasarkan ragamnya karya sastra dibagi menjadi tiga yaitu,
prosa, puisi, dan drama.Unsur-unsur karya sastra terdiri dari unsur intrinsik dan
ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri,
seperti penokohan, latar, alur, tema, amanat. Dalam amanat terkandung pesan
moral. Pesan moral mengandung nasihat, ajaran baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya Sedangkan unsur ekstrinsik
adalah unsur diluar karya sastra tersebut, diantaranya psikologi pengarang, sikap
pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang dan sebagainya. Karya
sastra dapat dipahami dengan apresiasi, apresiasi secara sempit berarti
penilaian/penghargaan terhadap sesuatu.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian novel danpuisi?
2) Apa saja unsur-unsur dari sebuah novel danpuisi?
3) Apa saja hal yang terpenting dalam puisi?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Agar dapat mengetahui pengertian novel dan puisi.
2) Agar dapat mengetahui unsur-unsur sebuah novel puisi.
3) Agar dapat mengetahui hal-hal yang terpenting dalam puisi.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Novel
2.1.1 Pengertian Novel

Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif
dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan
nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatukeadaan yang agak kacau atau
kusut. Novel memunyai ciri bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu
impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi
(Tarigan, 1991: 164-165).
Nurgiyantoro (2010) mengemukakan bahwa novelmerupakan karya fiksi
yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di
sekelilingnyadengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.Novel merupakan jenis
karya sastra yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu
dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya.
Biasanya novel kerap disebut sebagai suatu karya yang hanya menceritakan
bagian kehidupan seseorang. Hal ini didukung oleh pendapat Sumardjo (1984: 65)
yaitu sedang novel sering diartikan sebagai hanya bercerita tentang bagian
kehidupan seseorang saja, seperti masa menjelang perkawinan setelah mengalami
masa percintaan; atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis
dalam jiwanya, dan sebagainya.Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat
cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-
orang (tokoh cerita; pen.), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir konflik, suatu
pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai pengertian novel di atas,
peneliti mengacupada pendapat Nurgiyantoro (2010 : 10) karena pengertian novel
tersebut berkaitan dengan unsur intrinsik karya fiksi. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu mengidentifikasi salah satu unsur intrinsik, yakni perilaku tokoh.
Selain itu, pengertian novel yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro lebih jelas dan
mudah dipahami.
2.1.2 Unsur Intrinsik Novel
Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang disebut unsur
intrinsik. Unsur pembangun sebuah novel tersebut meliputi tema, alur, latar, tokoh
dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Unsur intrinsik sebuah
novel adalah unsur-unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun
cerita. Hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro (2010 : 23) yaitu, unsur
intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turutserta
membangun cerita.
Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan
lain-lain.Unsur intrinsik suatu karya fiksi disebut juga sebagai unsur struktur
cerita-rekaan (fiksi). Unsur tersebut meliputi lima hal, yaitu
1) alur,
2) penokohan,
3) latar,
4) pusat pengisahan, dan
5) gaya bahasa.
Beberapa unsur struktur cerita-rekaan sebagai berikut.
1) Alur
2) Penokohan/Perwatakan
3) Latar
4) Pusat Pengisahan (Point Of View)
5) Gaya Bahasa
Unsur-unsur penting struktur sebuah cerita rekaan meliputi
1) tema,
2) penokohan,
3) latar, dan
4) pusat pegisahan.
Sumardjo (1984: 54) mengemukakan unsur-unsur fiksi meliputi tujuh hal.
Hal-hal yang dimaksud yakni
1) plot (alur cerita),
2) karakter (perwatakan),
3) tema (pokok pembicaraan),
4) setting (tempat terjadinya cerita),
5) suasana cerita,
6) gaya cerita,
7) Sudut pandangan pencerita.Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur
intrinsik suatu karya fiksi meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar,
sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

2.2 Puisi
2.2.1 PengertianPuisi
Menurut NaniDarmayanti (2008) puisiadalahbentukkaryasastra yang
menggunakan kata-kata indahdan kaya akanmakna. Menurut Waluyo (2002:25)
″Puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya″.
Menurut Semi (1988:84) Puisi dapat diumpamakan sebagai suatu pernyataan
yang menyenangkan yang muncul dari suatu kemampuan, penyairnya melihat
sesuatu secara antusias dengan jurus yang tepat. Penyair mempertimbangkan
secara matang apa yang dilihatnya, kemudian mengungkapkan hasil
penglihatannya tanpa terlalu berkecendrungan untuk mempermasalahkannya.
Sejalan dengan itu Mulyana (dalam Semi, 1988:83) ″Puisi adalah sintesis dari
berbagai peristiwa yang tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa
yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi
dalam salah satu bentuk″.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
definisi puisi itu berbeda-beda, tetapi pada hakikatnya sama. Kesamaan inilah
yang dapat menyatukan bahwa puisi itu merupakan aspek bunyi yang berbentuk
imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang akhirnya dituangkan dalam
bentuk tulisan.
Karya sastra terdiri atas 2 jenis, yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa
disebut karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Puisi adalah
jenis sastra, sedangkan sajak adalah individu puisi. Oleh karena itu, kedua istilah
itu jangan dicampur adukkan pemakaiannya. Puisi di bagi menjadi dua yaitu puisi
lama dan puisi baru.
1) Puisi Lama
a) Mantra, adalah puisi lama yang dipercaya dapat mendatangkan
kekuatan gaib yang biasanya diajarkan atau diucapkan oleh pawang
untuk menandingi kekuatan yang lain.
b) Bidal, adalah bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang
sehalus-halusnya, hingga orang lain yang mendengarkan harus
mendalami dan meresapi arti serta maksud dalam hatinya sendiri,
biasanya berisi nasihat, sindiran, peringatan, dan sebagainya. Menurut
penggunaannya bidal bisa diklasifikasikan menjadi: pepatah,
perumpamaan, tamsil, ibarat, amsal, pemeo, peribahasa, ungkapan,
dan perumpamaan.
c) Peribahasa, adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya
dan mengisahkan maksud tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis
peribahahasa ini adalah ungkapan, perumpamaan, ibarat, tamsil.
d) Pepatah, adalah kiasan tepat yang berupa kalimat sempurna dan
pendek, pada mulanya dimaksudkan untuk mematahkan pembicaraan
orang lain.
e) Perumpamaan, adalah majas yang berupa perbandingan dua hal yang
pada hakikat berbeda, tetapi sengaja dianggap sama (secara eksplisit
dinyatakan dengan kata-kata pembanding umpama, bak, bagai,
seperti, ibarat, dsb).
f) Ibarat, adalah perbandingan dengnan seterang-terangnya dengan
keadaan alam sekitarnya, yang mengandung sifat puisi di dalamnya.
2) Puisi Baru
a) Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi
dua seuntai).
b) Tersina, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga
seuntai).
c) Kuatrain, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi
empat seuntai).
d) Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai).
e) Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi
enam seuntai).
f) Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
g) Stanza/Oktava, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan
baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
h) Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi
menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua
bait kedua masing-masing tiga baris.
i) Sanjak Bebas, adalah suatu bentuk sanjak yang tidak dapat diberi
nama dengan nama-nama yang sudah tertentu baik dalam puisi lama
maupun puisi baru.

2.2.2 Unsur-unsur Karya Sastra Puisi


Pada dasarnya unsur-unsur yang terdapat dalam puisi tidak jauh berbeda
dengan unsur-unsur yang terdapat karya sastra prosa, namun secara fisik dan
teknik penggunaan bahasa memang memungkinkan terjadi perbedaan yang
mencolok antara puisi dan prosa. Di antara unsur-unsur intinsik puisi adalah:
tema, amanat, bait, baris, enjambemen, irama, bahasa, gaya bahasa,
citraan/imagery, neveauk, plot, setting, penokohan, perwatakan, dan point of view.
Kelima unsur terakhir (plot, setting, penokohan, perwatakan, danpoint of view) itu
jika memang terdapat dalam sebuah puisi.
1) Tema, adalah pokok pikiran yang dicetuskan pengarang yang menjadi jiwa
dan dasar cerita. Tema bisa dibedakan menjadi tema mayor dan tema
minor. Tema mayor adalah tema yang merupakan pusat pikiran sebuah
cerita atau karya sastra, sedangkan tema minor merupakan tema yang bisa
dilihat dari susut pandang tertentu. Dalam sebuah tema mayor bisa
terdapat beberapa tema minor. Bagi seorang pengarang tema ada sebelum
mengarang tetapi bagi seorang pembaca tema ada sesudah membaca
karangan ataukarya sastra.
2) Amanat, adalah gagasan yang mendasari karya sastra dan sekaligus pesan
yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.
3) Bait/strophe, adalah kebulatan arti dan irama dalam kuplet atau karangan
yang berbentuk puisi, misal: sebait pantun terdiri atas empat baris, sebait
gurindam terdiri atas dua baris. Enjambemem, adalah perloncatan baris;
baris kalimat yang mempunyai tugas ganda untuk menghubungkan
bagianyanbg mendahuluinya dan bagian yang berikutnya.
4) Irama, adalah berturut-turut secara teratur; turun naik (pada bunyi, lagu)
yang beraturan; alunan yang terjadi karena perulanngan dan penggantian
bunyi dalamarus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi
rendah nada (dalam puisi); ritma; wirama; irama juga merupakan tenaga
gaib yang menimbulkan perasaan tertentu kepada manusia dan dapat
menimbulkan gaya keindahan sebuah puisi.
5) Bahasa, yang dimaksud bahasa meliputi diksi (pilihan kata), gaya
bahasa/majas, dan makna konotasi/denotasi yang ditimbulkan oleh
penggunaan gaya bahasa dan penetapan diksi dalam karya puisi. Tentang
gaya bahasa/majas akandibahas dalam bab tersendiri.
6) Citraan, merupakan gambaran.
Dengan kegiatan ini, pembaca bukan hanya sekedar membaca sambil lalu,
melainkan membaca dengan sungguh sungguh, dengan empati, dengan
kegairahan, sampai menemukan pengalaman pengarang di dalam karya
tersebut.

Setelah membaca puisi tersebut siswa mungkin akan merasa terharu, rasa
hormat, atau merasa kagum terhadap tokoh yang ada dalam puisi tersebut.
Selain itu, ia juga merasa kagum terhadap penulis puisi tersebut karena
mampu menggugah hati pembaca dengan kesederhanaan baik dalam bahasa,
penyusunan kata kata, ditambah dengan gaya bahasa dan tema yang disajikan
yang sungguh memperlihatkan kesederhanaan. Kegiatan seperti inilah yang
sering disebut dengan apresiasi puisi.

2.2.3 Hal Terpenting dalam Pembelajaran Puisi


Hal terpenting yang perlu diperhatikan guru pada pembelajaran puisi adalah
melibatkan siswa memperoleh pengalaman baru dengan catatan jika masih
diperlukan guru dapat saja memberikan pengetahuan tentang puisi.
Lengkapnya langkah-langkah dalam penyajian pelajaran membaca puisi
adalah:
1) Pelajarai terlebih dahulu puisi yang akan dibawakan.
2) Menetukan kegiatan yang akan dilakukan.
3) Memberikan pengantar pengajaran.
4) Menyajikan bahan pengajaran.
5) Mendiskusikan puisi yang telah dibaca.
6) Memperdalam pengalaman.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai pengertian novel, peneliti
mengacupada pendapat Nurgiyantoro (2010) karena pengertian novel tersebut
berkaitan dengan unsur intrinsik karya fiksi. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu mengidentifikasi salah satu unsur intrinsik, yakni perilaku tokoh.
Selain itu, pengertian novel yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro lebih jelas dan
mudah dipahami.Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa definisi puisi itu berbeda-beda, tetapi pada hakikatnya sama. Kesamaan
inilah yang dapat menyatukan bahwa puisi itu merupakan aspek bunyi yang
berbentuk imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang akhirnya dituangkan
dalam bentuk tulisan.
Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan
lain-lain.
Di antara unsur-unsur intinsik puisi adalah: tema, amanat, bait, baris,
enjambemen, irama, bahasa, gaya bahasa, citraan/imagery, neveauk, plot, setting,
penokohan, perwatakan, dan point of view. Kelima unsur terakhir (plot, setting,
penokohan, perwatakan, dan point of view) itu jika memang terdapat dalam
sebuah puisi.

3.2 Saran
Pembelajaran sastra dianggap tidaklah penting, karena pada jenjang
pendidikan umumnya lebih mengedepankan serta mementingkan pembelajaran
yang ilmiah dan bertehnologi. Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat
turut berperan dalam pembentukan kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya
akan lebih baik jika diterapkan sejak dini dalam tahapan jenjang Pendidikan
Sekolah Dasar pada umumnya. Seharusnya Sastra dapat dioptimalkan
pembelajarannya sehingga dapat diapresiasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Leroy, Diana. 2003. Soal-SoaldanPembahasan UAN (UjianAkhirNasional)


Bahasa Indonesia SMP (EdisiKedua). Jakarta:Erlangga.

Mihardja, Ratih. 2012. BukuPintarSastra Indonesia. Jakarta: LaskarAksara

Nurgiyantoro, B. (2010). PenilaianPembelajaranBahasa. Yogyakarta: BPFE

Semi, Atar. 1988. KritikSastra. Bandung :Angkasa

Sumardjo, Jakob. 1984. MasyarakatdanSastra Indonesia. Jakarta: NurCahaya.

Tarigan, Henry Guntur. 1991.Prinsip-Prinsip DasarSastra.Bandung:


AngkasaBandung

Waluyo, Herman J. 2002. PengkajianSastraRekaan. Salatiga: WidyasariPres

Anda mungkin juga menyukai