Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

PENENTUAN KOMPOSISI SURFAKTAN NaLS AMPAS TEBU DENGAN


PERTIMBANGAN KESTABILAN SURFAKTAN DAN UJI KELAKUAN FASA

Aqlyna Fattahanisa1), Rini Setiati2), Sugiatmo Kasmungin3)


Program Studi Magister Teknik Perminyakan
E-mail: aqlyna@trisakti.ac.id

Abstrak
Surfaktan ampas tebu memiliki peluang yang baik untuk mengembangkan jenis surfaktan
lokal. Penelitian ampas tebu menjadi surfaktan yang telah dilakukan baru terbatas pada
sulfonasi lignin ampas tebu menjadi surfaktan tetapi belum sampai pada penggunaan
surfaktan NaLS ampas tebu sebagai fluida injeksi reservoir minyak pada salinitas rendah.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menentukan komposisi surfaktan NaLS ampas
tebu dengan variasi konsentrasi dan variasi salinitas rendah yang kompatibel jika
dilakukanya injeksi surfaktan, dengan melihat rheology surfaktan yaitu uji kestabilan
surfaktan dan uji kelakuan fasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
laboratorium dengan pengkondisian mendekati kondisi reservoir. Komposisi surfaktan
yang dapat dikategorikan siap untuk dilakukannya injeksi surfaktan pada penelitian ini
adalah 1,5% 4000 ppm; 1,5% 5000 ppm; 1% 15000 ppm; dan 1,5% 15000 ppm dengan
melihat hasil pengujian dan pengamatan uji kestabilan emulsi dan kelakuan fasa. Kedua
pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan pengujian lebih lanjut berupa pengujian IFT
dan Thermal.

Kata kunci: NaLS, Ampas Tebu, Injeksi Surfaktan, Kestabilan Surfaktan, Kelakuan Fasa

Pendahuluan
Menurut (Dhanan, 2016) sejak 2013 penemuan minyak dengan cadangan
terbesar di Indonesia tidak ada. Sehingga mengakibatkan cadangan akan habis dalam
jangka waktu yang cepat. Dikarenakan hal tersebut, untuk mengoptimasi produksi
cadangan yang sudah ada perlu dilakukannya pengaplikasian metode Enhanced Oil
Recovery (EOR)
Pada penelitian menggunakan surfaktan flooding yang menjadi salah satu bagian
dari teknologi EOR (Green D.W., 1998). Surfaktan yang digunakan adalah surfaktan
Natrium Lignosulfonat ampas tebu. Pada penelitian sebelumnya surfaktan ini didapatkan
dari pengolahan ampas tebu dengan proses isolasi dan sulfonasi lignin (Setiati, Aryani,
Putri & Wahyuningrum, 2016). Penelitian ampas tebu menjadi surfaktan yang telah
dilakukan baru terbatas pada sulfonasi lignin ampas tebu menjadi surfaktan tetapi belum
sampai pada penggunaan surfaktan NaLS ampas tebu sebagai fluida injeksi reservoir
minyak di salinitas rendah. (Rachim, Mirta, & Thoha, 2012) (Ismiyati, Suryani,
Mangunwidjaya, Machfud, & Hambali, 2009)
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menentukan komposisi surfaktan NaLS
ampas tebu dengan variasi konsentrasi dan variasi salinitas rendah yang kompatibel jika
dilakukanya injeksi surfaktan, dengan melihat salah satu rheology surfaktan yaitu uji
kestabilan surfaktan dan uji kelakuan fasa

Studi Pustaka
Penggunaan surfaktan untuk meningkatkan faktor perolehan minyak telah
dipelajari selama lebih 80 tahun. Surfaktan merupakan bahan kimia yang molekulnya
selalu mencari tempat diantara dua fluida yang tak saling bercampur. Surfaktan atau
surface active agent adalah zat yang bersifat aktif permukaan atau suatu molekul yang
yang berkerja pada bidang permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka dua
cairan yang tidak saling bercampur. Surfaktan mengikat kedua fluida tersebut menjadi

103
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

emulsi yaitu surfaktan tersebut larut dalam air. (Green D.W., 1998)(Setiati, 2017)(Gao &
Sharma, 2012)
Surfaktan Natrium Lignosulfonat diperoleh dari proses hidrolisis dan sulfonasi dari
bahan dasar ampas tebu (Setiati, Aryani, et al., 2016). Proses hidrolisis merupakan
proses pemecahan molekul lignin menjadi molekul yang lebih kecil agar dapat larut di
dalam air. Sedangkan proses sulfonasi adalah reaksi antara ion bisulfit dengan molekul
lignin dengan reaksi kimia (Setiati, 2017)(Setiati, Wahyuningrum, & Siregar, 2016)
HSO-3 + lignin –OH  lignin SO-3 + H2O
Dalam klasifikasi surfaktan berdasarkan muatan dari kepala surfaktan, surfaktan
NaLS termasuk ke dalam kelompok surfaktan anionic karena memiliki gugus hidrokarbon
yang merupakan gugus hidrofobik serta gugus sulfonat dan garamnya (-NaSO 3) yang
merupakan gugus hidrofilik atau suka air. (Ismiyati et al., 2009)

Metodologi Penelitian
1.1 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Surfaktan NaLS ampas tebu dengan konsentrasi 1% - 3% (1%; 1,5%; 2%;
2,5%; 3%)
2. Brine dengan salinitas 4000, 5000, 15000 ppm
3. Minyak yang digunakan adalah minyak ringan.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Gelas Kimia, digunakan sebagai wadah larutan yang akan dilakukan
pengukuran
2. Botol kaca, digunakan sebagai wadah larutan
3. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur larutan
4. Pipet, digunakan untuk mengambil larutan dengan volume yang sedikit
5. Cawan, digunakan sebagai wadah bahan kimia
6. Magnetic stirrer, digunakan untuk mengaduk dan mencampur bahan-bahan
yang diperlukan dalam pembuatan larutan
7. Timbangan Digital, digunakan untuk mengukur massa bahan kimia yang
digunakan.
8. Corong dan Kertas Saring, digunakan untuk menyaring larutan
9. Pipet Tube, digunakan untuk wadah pengujian rheology surfaktan (kestabilan
emulsi dan kelakuan fasa)
10. Oven, digunakan untuk pengujian rheology surfaktan

1.2 Pembuatan Brine dan Larutan Surfaktan


A. Persiapan Air Formasi
Air formasi yang digunakan dalam melakukan studi penelitian ini adalah air
formasi sintetis atau brine. pembuatan brine tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gelas kimia 1000 mL dipersiapkan sebagai wadah pencampuran NaCl dan
Aquadest
2. NaCl dipersiapkan 4 gram, (berat NaCl tersebut mewakili konsentrasi 4000
ppm)
3. Aquadest dicampurkan dengan masing-masing berat NaCl, Campuran tersebut
dilarutkan dengan menggunakan magnetic stirrer selama ± 10 menit
4. Lakukan hal yang sama untuk konsentrasi 5000, dan 15000ppm
B. Pembuatan Larutan Surfaktan

1.3 Pengujian Kelakuan Fasa Surfaktan NaLS


Uji kelakuan fasa dilakukan dengan mencampurkan fluida reservoir dengan
fluida injeksi. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap surfaktan NaLS

104
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

dengan minyak ringan (light oil) serta dengan berbagai variasi salinitas dan
konsentrasi pada suhu 60oC.

1.4 Pengujian Kestabilan Surfaktan NaLS


Kestabilan surfaktan dilakukan dengan melarutkan surfaktan pada air
formasi selama 504 jam pengamatan di dalam oven bersuhu 60oC

1.5 Diagram Alir Penelitian


Pada paper ini alur pengerjaannya hanya sebatas pembuatan larutan untuk
pengujian kompaktibilitas surfaktan dengan melakukan uji aqueous stability dan uji
kelakuan fasa seperti pada Gambar 1, untuk tahapan berikutnya akan dibahas di
paper selanjutnya

Gambar 1 Diagram Alir Pengerjaan Penelitian

Hasil dan Pembahasan


Kelakuan Fasa dari Surfaktan NaLS Pada Salinitas 4000 ppm
Tujuan dari uji kelakuan fasa ini adalah untuk menentukan salinitas yang tepat dan
tipe emulsi yang dapat bercampur dengan minyak mentah untuk dapat menurunkan
tegangan antar muka atau untuk mempelajari prilaku campuran hidrokarbon, salinitas dan
sistem surfaktan pada suhu yang diinginkan.

105
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Tabel 1 Emulsi Surfaktan NaLS Pada Salinitas 4000 ppm


Komposisi Total Jenis
Surfaktan Emulsi Emulsi
(4000ppm) (%) Fasa

1% 0 -
1,5% 28,75 Tengah
2% 2,5 Atas
2,5% 0 -
3% 1,25 Atas

Tabel 1 menunjukkan jenis emulsi dari komposisi surfaktan yang telah ditentukan
pada salinitas 4000 ppm. Komposisi yang membentuk fasa tengah dengan pungujian
selama 504 jam adalah 1,5% dengan total emulsi 28,75%. Jika diterjermahkan dalam
grafik batang dapat dilihat pada Gambar 2. Emulsi fasa tengah dari konsentrasi 1,5%
4000 ppm dengan batas atas 2,9 ml dan batas bawah emulsi 1,75%

Gambar 2 Emulsi Surfaktan NaLS Pada Konsentrasi 1,5% dan 4000 ppm

Kelakuan Fasa dari Surfaktan NaLS Pada Salinitas 5000 ppm


Pada salinitas 5000 ppm komposisi yang membentuk fasa tengah berada pada
konsentrasi 1,5% dimana pada pengujian selama 504 jam emulsi yang terbentuk
sebanyak 10% seperti yang terlihat pada Tabel 2. Perubahan emulsi yang terjadi selama
proses pengujian dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 2 Emulsi Surfaktan NaLS Pada Konsentrasi 5000 ppm


Komposisi Total Jenis
Surfaktan Emulsi Emulsi
(5000ppm) (%) Fasa

1% 2,5 Atas
1,5% 10 Tengah
2% 0 -
2,5% 1,25 Atas
3% 0 -

106
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 3 Emulsi Surfaktan NaLS Pada Konsentrasi 1,5% dan 5000 ppm

Kelakuan Fasa dari Surfaktan NaLS Pada Salinitas 15000 ppm


Pada salinitas 15000 ppm komposisi yang membentuk fasa tengah berada pada
konsentrasi 1% dengan total emulsi sebanyak 8,75% dan konsentrasi 1,5% membentuk
emulsi sebanyak 3,75%. Selama 504 jam pengujian kelakuan fasa, jumlah emulsi
berkurang seperti yang terlihat pada Gambar 4 untuk konsentrasi 1% dan Gambar 5
untuk konsentrasi 1,5%

Tabel 3 Emulsi Surfaktan NaLS Pada Konsentrasi 15000 ppm


Komposisi Total Jenis
Surfaktan Emulsi Emulsi
(15000ppm) (%) Fasa

1% 8,75 Tengah
1,50% 3,75 Tengah
2% 3,75 Atas
2,50% 2,5 Atas
3% 1,25 Atas

Gambar 4 Emulsi Surfaktan NaLS Pada Konsentrasi 1% dan 15000 ppm

107
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 5 Emulsi Surfaktan NaLS Pada Konsentrasi 1,5% dan 15000 ppm

Hasil yang baik pada uji kelakuan fasa ini adalah surfaktan dengan konsentrasi
dan salinitas tertentu membentuk emulsi fasa tengah menurut Setiati Rini 2018, karena
emulsi fasa tengah merupakan salah satu mekanisme utama yang menunjukkan
keberhasilan EOR menggunakan surfaktan selain nilai IFT minyak-surfaktan kurang dari
10-3mN/m; penurunan IFT minyak-fluida lain, dan control wettability pada pori-pori batuan.
(Sandersen, 2012)(Septoratno, 2000)(Saputra, 2017)(Drelich, 2002)

Kestabilan Surfaktan NaLS Ampas Tebu dari Berbagai Komposisi


Tujuan dari uji kompaktibilitas ini adalah untuk mengetahui apakah larutan
surfaktan cocok dengan air formasi dari suatu reservoir., jika kondisi larutan tetap jernih
selama minimal 48 jam, ini menandakan bahwa surfaktan tersebut kompatibel dengan air
formasi.
Pada pengujian kestabilan surfaktan dengan air formasi di Tabel 4 dapat dilihat
bahwa komposisi surfaktan yang membentuk fasa tengah yang telah dijelaskan pada
Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, dapat dikatakan bahwa surfaktan NaLS dengan komposisi
tersebut kompatibel dengan air formasi ditandai dengan jernihnya larutan surfaktan
selama minimal 48 jam pengamatan.

Tabel 4 Kestabilan Surfaktan NaLS Ampas Tebu

Pada pengujian kestabilan surfaktan (aqueous stability dan pengujian kelakuan


fasa menunjukkan bahwa komposisi 4000 ppm 1.5%; 5000 ppm 1.5%; 15000 ppm 1%

108
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

dan 1.5% merupakan komposisi yang lolos untuk dilakukannya pengujian tahap
berikutnya.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Surfaktan NaLS kompatibel dengan air formasi
2. Komposisi surfaktan yang dapat dikategorikan siap untuk dilakukannya injeksi
surfaktan adalah 1,5% 4000 ppm; 1,5% 5000 ppm; 1% 15000 ppm; dan 1,5% 15000
ppm.
3. Komposisi surfaktan 1,5% merupakan komposisi yang dapat direkomendasikan pada
berbagai salinitas.

Ucapan Terima kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Trisakti dan Dikti atas
dukungan secara moril maupun materil, dan juga terima kasih kepada publisher Seminar
Nasional Cendekiawan.

Daftar Pustaka
Dhanan, A. (2016). Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk Meningkatkan
Produksi Minyak di Indonesia. Harian Kompas.
Drelich, J. (2002). Measurement of Interfacial Tension in Fluid-Fluid Systems.
Encyclopedia of Surface and Colloid Science, (January), 3152–3166.
https://doi.org/10.1081/E-ESCS-120000636
Gao, B., & Sharma, M. M. (2012). SPE 159700 A New Family of Anionic Surfactants for
EOR Applications. Spe, (October), 1–15. https://doi.org/10.2118/159700-ms
Green D.W., and W. G. P. (1998). Enhanced Oil Recovery. Texas: Richardson.
Ismiyati, Suryani, A., Mangunwidjaya, D., Machfud, & Hambali, E. (2009). Pembuatan
Natrium Lignosulfonat Berbahan Dasar Lignin Isolat Tandan Kosong Kelapa Sawit :
Identifikasi, Dan Uji Kinerjanya Sebagai Bahan Pendispersi. J. Tek. Ind. Pert., 19(1),
25–29.
Rachim, P. F., Mirta, E. L., & Thoha, M. Y. (2012). Pembuatan surfaktan natrium
lignosulfonat dari tandan kosong kelapa sawit dengan sulfonasi langsung. Jurnal
Teknik Kimia.
Sandersen, S. B. (2012). Enhanced Oil Recovery with Surfactant Flooding. Thesis, 1–162.
Retrieved from http://orbit.dtu.dk/Final_PhD_thesis_May_2012_sbs..PDF
Saputra, M. A. (2017). Perubahan Keterbasahan Air Di Batu Pasir Setelah Injeksi
Surfaktan Dengan Variasi Salinitas, Konsentrasi Surfaktan, Dan Temperatur.
Thesis, Universitas Trisakti.
Septoratno. (2000). Enhanced oil recovery. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Setiati, R. (2017). Sintesis Dan Karakterisasi Surfaktan Natrium Lignosulfonat Ampas
Tebu: Pengaruh Konsentrasi Dan kegaraman Larutan Terhadap Kinerja
Pendesakan Minyak Dalam Batuan Inti. Disertasi, Institut Teknologi Bandung.
Setiati, R., Aryani, E., Putri, M., & Wahyuningrum, D. (2016). Sulfonasi lignin ampas tebu
menjadi surfaktan natrium lignosulfonat, 35–41.
Setiati, R., Wahyuningrum, D., & Siregar, S. (2016). OPTIMASI PEMISAHAN LIGNIN
AMPAS TEBU DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA. Ethos (Jurnal
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat), 4(2), 257–264.

109

Anda mungkin juga menyukai