Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Pemindah Bahan


Mesin pemindah bahan adalah salah satu alat yang digunakan untuk
memindahkan muatan yang berat dari suatu tempat lain dalam jarak tertentu,
misalnya antara bagian di dalam pabrik, pada tempat-tempat penumpukan bahan,
pemasangan alat, tempat penyimpanan dan sebagainya. Mesin pemindah bahan
hanya memindahkan muatan dalam jumlah, besar serta jarak tertentu dengan
perpindahan bahan ke arah vertikal, horisontal, dan kombinasi keduanya.
Pemilihan mesin pemindah bahan yang tepat pada tiap-tiap aktivitas di
atas akan meningkatkan efisiensi dan daya saing dari aktivitas tersebut.
Mesin pemindah bahan dalam pengoperasiannya dapat diklasifikasikan atas:
1. Pesawat Pengangkat
Pesawat pengangkat dimaksudkan untuk keperluan mengangkat dan
memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain yang
jangkauannya relatif terbatas. Contohnya: Crane, Elevator, Lift, Escalator,
dan lain-lain.
2. Pesawat Pengangkut
Pesawat pengangkut dimaksudkan untuk keperluan memindahkan muatan
secara berkesinambungan tanpa berhenti dan dapat juga mengangkut
muatan dalam jarak yang relatif jauh. Contohnya: Conveyor.

Karena yang direncanakan adalah alat pengangkat pada gedung-gedung


pabrik maka pembahasan teorinya lebih kepada pesawat pengangkat yang dalam
hal ini adalah Overhead Travelling Crane.

2.2 Pengertian Overhead Travelling Crane


Overhead Travelling Crane adalah suatu alat pengangkat material yang
bekerja dengan perinsip kerja tali, crane digunakan untuk mengangkat muatan
secara vertikal dan secara bersamaan dapat bergerak ke arah horisontal, kemudian

4
menurunkan muatan ke tempat yang telah ditentukan dengan mekanisme
pergerakan crane.

Overhead Travelling Crane selain berfungsi sebagai alat pengangkat, juga


berfungsi sebagai alat pemindah barang walaupun barang yang dipindahkan
terbatas hanya pada lingkungan yang tidak terlalu luas (dalam ruangan). Tetapi
Overhead Travelling Crane bekerja sangat efektif bekerjanya karena gerakannya
dapat maju-mundur dan ke kiri-ke kanan.

Banyak girder yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dari crane


tersebut. Overhead Travelling Crane dapat dibuat single girder maupun double
girder. Girder dengan konstruksi rangka batang saat ini jarang digunakan dalam
pemakaian Overhead Travelling Crane. Yang paling banyak digunakan adalah
girder dengan bentuk beam atau kotak, karena dinilai lebih praktis baik dari segi
konstruksi maupun bentuknya. Secara teknologi perancangan dan pembuatan
Overhead Travelling Crane ini tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi
seperti halnya dalam pembuatan kendaraan (otomotif). Pada alat pengangkat yang
perlu diperhatikan adalah faktor keamanan dan keselamatan kerja dari alat itu
sendiri maupun terhadap operator yang menggunakan. Seperti yang terlihat pada
gambar 2.1 dan 2.2 di bawah ini;

Gambar 2.1 Single Girder Overhead Travelling Crane

5
Gambar 2.2 Double Girder Overhead Traveling Crane

2.2.1 Cara Kerja Overhead Travelling Crane


Cara kerja dari Overhead Travelling Crane ini dapat dibagi atas 3 gerakan,
yaitu:

a. Gerakan Angkat dan Turun (Hoisting)


Gerakan mengangkat dan menurunkan beban ini diatur oleh kerja
electromotor yang berfungsi memutar drum yang akan menggulung tali
baja. Tali baja ini akan menggerakan puli, agar rumah puli yang di
ujungnya memiliki kait (hook) akan bergerak naik turun. Beban yang
akan dipindahkan digantungkan pada kait. Bila posisinya telah sesuai
dengan yang dikehendaki maka gerakan drum ini akan dihentikan oleh
operator.

6
b. Gerakan Travelling
Gerakan Travelling adalah gerakan memanjang pada rel besi yang
terletak pada permukaan tanah yang dilakukan melalui roda gigi
transmisi. Dalam hal ini motor memutar roda jalan ke arah yang
diinginkan (maju atau mundur) dan setelah jarak yang diinginkan
tercapai, maka arus listrik akan terputus dan sekaligus rem bekerja.

c. Gerakan Traversing

Gerakan ini juga diatur oleh electromotor yang berfungsi untuk


menggerakkan troli sesuai dengan arah yang diinginkan, dan gerakan
ini juga dihentikan dengan memutuskan arus listrik pada electromotor
melalui tombol operator dan sekaligus rem bekerja.

2.3 Komponen Utama Hoist Crane

Komponen-komponen utama dari Hoist Crane adalah :

1. Tali Baja
2. Puli
3. Drum
4. Hook (Kait)
5. Electromotor (Motor penggerak)

2.3.1 Tali Baja


Tali baja digunakan secara luas pada mesin-mesin pengangkut sebagai
perabot pengangkat. Dibandingkan dengan rantai, tali baja mempunyai
keunggulan sebagai berikut :

1. Lebih ringan.
2. Lebih tahan terhadap sentakan
3. Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi.
4. Keandalan operasi yang tinggi
Kerusakan pada rantai akan terjadi tiba-tiba sedangkan pada tali baja
kawat bagian luar yang akan mengalami keausan lebih parah dan putus
terlebih dahulu dibandingkan dengan bagian dalamnya. Sehingga bila bagian

7
luar tali kawatnya mulai terputus-putus, jauh sebelum putus dan menandakan
tali baja tersebut perlu diganti. Tali baja lebih murah harganya dibandingkan
dengan rantai, tetapi memerlukan diameter drum yang lebih besar sehingga
mekanisme pengangkatan lebih besar dan berat.
Tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan σb = 130 sampai 200
kg/mm2. Dalam proses pembuatan kawat baja diberi perlakuan panas tertentu
dan digabung dengan penarikan dingin, sehingga menghasilkan sifat mekanis
kawat baja yang tinggi. Tali kawat yang terbentuk dari untaian dikenal
sebagai tali berpintal dua, dan sering sekali digunakan untuk mesin
pengangkat. Lapisan dalam tali dikelompokkan menjadi :
1. Tali pintal silang atau tali biasa
2. Tali pintal paralel atau jenis lang
3. Tali komposit atau pintal balik

Tali biasa (Gambar 2.3a) mempunyai penerapan yang paling luas. Tali ini
dikonstruksi sedemikian rupa sehingga arah anyaman kawat dalam untaian
berlawanan dengan arah anyaman untaian pada tali.
Pada tali paralel (Lang) arah anyaman kawat dalam untaian sama dengan
arah anyaman untaian pada tali (Gambar 2.3b). Tali ini mampu menahan
gesekan lebih baik dan lebih fleksibel tetapi cenderung untuk terpuntir. Tali
paralel dipakai pada lift dan pengangkat lainnya yang mempunyai jalur pandu
dan sebagai tali penghela. Pada tali komposit kedua untaian yang berdekatan
dianyam dengan arah yang berlawanan/ terbalik (Gambar 2.3c).

8
Gambar 2.3 Tipe Tali Baja

2.3.1.1 Pemilihan Tali Baja


Fenomena yang sangat rumit terjadi di dalam pengoperasian tali, karena
banyak parameter yang tidak dapat ditentukan dengan tepat. Setiap kawat di
dalam tali yang ditekuk mengalami tegangan yang rumit, yang merupakan
gabungan tegangan tarik, lentur dan puntir serta ditambah dengan saling
menekan dan bergesekan di antara kawat dan untaian. Akibatnya, tegangan
total yang terjadi dapat ditentukan secara analisis hanya pada tingkat
pendekatan tertentu. Lagi pula bila tali melewati puli dan drum, kawat pada
bagian terluar akan mengalami kikisan yang akan mengurangi kekuatan tali
tersebut. Di bawah ini terdapat Tabel 1 yaitu Spesifikasi Tali untuk Crane dan
Pengangkat.

Tabel 1. Tali untuk Crane dan Pengangkat. (Sumber: Rudenko; 36)

9
KONTRUKSI TALI
6 x 19 = 114 + 1c 6 x 37 = 222 + 1c 6 x 61 = 366 + 1c 18 x 17 = 342 + 1c
Faktor Posisi Posisi Posisi Posisi Posisi Posisi
mula-mula Posisi Posisi
dari berpo- sejajar berpo- sejajar berpo- sejajar
berpo- sejajar
keamanan tongan tongan tongan
tali tongan
terhadap Jumlah serat yang patah pada panjang tertentu setelah tali dibuang
tegangan
Kurang 6 12 6 22 11 36 18 36 18

6-7 14 7 26 13 38 19 38 19

Diatas 7 16 8 30 15 40 20 40 20

Percobaan-percobaan menunjukan bahwa umur tali sangat dipengaruhi oleh


kelelahan. Diketahui juga bahwa setiap tali hanya dapat mengalami lengkungan
tertentu sepanjang umur pakainya, sejumlah lengkungan tertentu yang telah
melewati batas ini akan rusak dengan cepat. Pada Tabel 2 dapat dilihat yaitu

menunjukan nilai sebagai fungsi jumlah lengkungan. Untuk menentukan

umur tali yang seragam, pengaruh jumlah lengkungan harus dikompensasikan

dengan suatu perubahan pada perbandingan .

Tabel 2. Menunjukan nilai . sebagai fungsi jumlah lengkungan. (Sumber:

Rudenko; 38 )

10
Jumlah Jumlah
lengkungan lengkungan
1
16 9 32

2 20 10 33
3 23 11 34

4 25 12 35
5 26,5 13 36
6 28 14 37
7 30 15 37,5
8 31 16 38

Pemerikasaan kekuatan tali dilakukan sebagai berikut. Berdasarkan


D
metode penggantungan muatan kita menggunakan tabel 2 untuk mencari min
d
Dengan menyatakan diameter tali dengan rumus:

(Rudenko;38)

Atau:

Dengan:

= diameter kawat pada tali

i = jumlah kawat dalam tali

Diagram lengkungan tali pada mekanisme gerak hoist dapat dilihat pada
Gambar 2.4 di bawah ini

11
Gambar 2.4 Diagram lengkung tali

Dari gambar 2.4 dapat dilihat diagram lengkungan tali yang dapat
menentukan tegangan tali yang dapat menentukan tegangan tali maksimum
baja yang terjadi. Sistem pengangkat yang direncanakan ini terdiri dari 2 buah
tali penggantung yang menahan beban.

Tegangan kerja maksimum pada bagian tali dari sistem puli beban Sw dihitung
dengan rumus:

( Rudenko;41)

dengan:

Q = berat muatan yang diangkat (kg)

fc = faktor koreksi = 1,2

n = jumlah lengkungan tali

ɳ = efisiensi puli (tabel 3)

= efisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuannya ketika

menggulung pada drum yang diasumsikan sebesar 0,98. (Rudenko:41)

Untuk efisiensi puli dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Efisiensi Puli. (Sumber: Rudenko;41)

12
Puli tunggal Puli ganda Efisiensi
Gesekan pada Gesekan anguler
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah permukaan puli pada permukaan
alur puli yang alur puli yang (faktor resisten puli (faktor
berputar berputar satu puli) resisten satu puli)
2 1 4 2 0,951 0,971
3 2 6 4 0,906 0,945
4 3 8 6 0,861 0,918
5 4 10 8 0,823 0,892
6 5 12 10 0,784 0,873

Tegangan tali akibat tarikan dan lenturan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

(Rudenko:39)

dimana :

= Kekuatan kawat tali dipilih 180 kg/mm2

K = Faktor keamanan = 5

S = Tarikan pada tali (kg)

δ = diameter satu kawat

E’ = Modulud elastisitas terkoreksi


F = Penampang berjalan tali cm2

Luas penampang tali baja dapat dihitung dengan rumus:

13
Dimana:

S = tarikan maksimum tali

σb = kekuatan putus tali

K = faktor keamanan

Untuk tali yang paling sering dipakai pada mesin pengangkat, misalnya
tali dengan 114, 222, dan 342 buah kawat (N.Rudenko) rumus di atas menjadi:

Ketahanan Tali Baja

Ketahanan tali baja ditentukan berdasarkan umur operasi dari tali baja
tersebut. Umur tali baja tergantung dari jumlah lengkungan, faktor kontruksi
tali baja, faktor operasi, dan faktor keausan serta material baja tersebut. Faktor
keausan tali baja didapat dari rumus berikut:

14
Dimana:

: perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali

m : faktor yang tergantung pada jumlah lengkungan berulang dari


tali z selama periode keausannya sampai tali tersebut rusak (Tabel
4)

σ : tegangan tarik sebenarnya pada tali (kg/mm2)

C : faktor yang memberi karakteristik kontruksi tali dan kekuatan


tarik maksimum bahan kawat (Tabel 5)

C1 : faktor yang tergantung pada tali (Tabel 6)

C2 : faktor yang menentukan faktor produksi dan operasi tambahan,


yang tidak diperhitungkan oleh faktor C dan C1 (Tabel 7)

Umur tali baja dapat dicari dengan rumus:

Dimana:

z = Jumlah lengkungan berulang


z2 = Jumlah lengkungan desain
a = Jumlah siklus kerja rata-rata perbulan
β = Faktor perubahan daya tahan tali akibat pengangkatan muatan lebih
rendah dari tinggi total dan lebih ringan dari muatan penuh.
φ = Perbandingan antara jumlah lengkungan dan jumlah putusan di dalam
tali. = 2,5 (Rudenko:48)

15
Di bawah ini terdapat Tabel 4 yaitu menunjukan faktor yang tergantung
pada jumlah lengkungan berulang dari tali z selama periode keausannya sampai
tali rusak, pada Tabel 5 menunjukkan faktor yang memberi karakteristik
kontruksi tali dan kekuatan tarik maksimum, pada Tabel 6 menunjukan faktor
yang tergantung pada tali, dan pada Tabel 7 menunjukan faktor yang
menentukan faktor produksi dan operasi tambahan, dan pada Tabel 8
menunjukan Harga a , Z2 dan β.

Tabel 4. Harga Faktor m. (Sumber: Rudenko; 44)

30 50 70 90 110 130 150


z dalam ribuan m
0,26 0,41 0,56 0,70 0,83 0,95 1,07
170 190 210 230 255 280 310 340
z dalam ribuan m
1,18 1,29 1,40 1,50 1,62 1,74 1,87 2,00
370 340 450 500 550 600 650 700
z dalam ribuan m
2,12 2,27 2,42 2,60 2,77 2,94 3,10 3,17

Tabel 5. Harga Faktor C. (Sumber: Rudenko;44)

16
Tabel 6. Harga Faktor C1. (Sumber: Rudenko;44)

Tabel 7. Harga Faktor C2. (Sumber: Rudenko; 46)

17
Tabel 8. Harga a ,Z2 dan β. (Sumber: Rudenko; 47)

2.3.2 Pulley
Pulley/ puli (kerek) adalah alat yang berbentuk cakra bundar beralur,
berfungsi sebagai laluan tali baja. Puli dibuat dengan desain tetap dan bebas.
Puli digunakan sebagai penuntun karena berfungsi sebagai pengubah arah
peralatan. Pada puli bebas terdapat gander yang bergerak dan dibebani
dengan muatan. Gabungan beberapa puli bebas dan puli tetap merupakan
suatu sistem puli yang digunakan untuk mengubah gaya yang terdapat pada
sistem crane. Seperti terlihat pada Gambar 2.5 di bawah ini:

Gambar 2.5 Puli (kerek)

18
Puli dibuat dengan desain tetap dan bebas. Puli dengan as yang tetap
disebut juga puli penuntun karena berfungsi untuk mengubah arah peralatan
pengangkat. Dimana untuk menentukan diameter puli dapat ditentukan
dengan rumus:

Dimana:

D = Diameter drum atau puli (mm)

d = diameter tali (mm)

e1 = faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi operasinya,


= 20 (Tabel 10)
e2 = faktor yang tergantung pada kontruksi tali, = 0,85 (Tabel 11).

Selain kekakuan tali, faktor hambatan puli juga tergantung pada jenis
bantalan dan pelumas yang dipakai pada gandar puli. Bila pelumas yang
digunakan adalah gemuk (μ = 0,1) untuk melumasi rantai atau puli rantai, nilai
rata-rata berikut ini dapat digunakan: ε = 1,05 dan ɳ = 0,95. Untuk puli dengan
bantalan peluru atau rol, biasanya gesekan pada drum diabaikan dan nilai rata-
rata ε = 1,02 dan ɳ = 0,98. Berikut Gambar 2.6 Puli bebas sederhana.

Gambar 2.6 Puli bebas sederhana


(Sumber: Rudenko ; 60)

19
Roda pada puli terdiri atas roda puli diam dan bebas,yang biasanya
digunakan untuk pengangkat dan derek yang digerakkan tenaga manusia
(tangan) dan juga untuk alat yang digerakkan mesin. Biasanya roda puli
terpasang secara bebas pada gandarnya, karena kecepatannya yang rendah,
nap roda puli ini didesain tanpa menggunakan kuningan. Efisiensi roda
puli rantai sebesar ɳ = 0,95. Dan untuk contoh roda puli dapat dilihat pada
Tabel 9 di bawah ini. Dan untuk kontruksi roda pulley dapat dilihat pada
Gambar 2.7 di bawah ini.

Tabel 9. Roda Puli untuk Tali Kawat Baja

Diameter a b C e h l r r1 r2 r3 r4
tali
4,8 22 15 5 0,5 12,5 8 4,0 2,5 2,0 8 6
6,2 22 15 5 0,5 12,5 8 4,0 2,5 2,0 8 6
8,7 28 20 6 1,0 15,0 8 5,0 3,0 2,5 9 6
11,0 40 30 7 1,0 25,0 10 8,5 4,0 3,0 12 8
13,0 40 30 7 1,0 25,0 10 8,5 4,0 3,0 12 8
15,0 40 30 7 1,0 25,0 10 8,5 4,0 3,0 12 8
19,5 55 40 10 1,5 30,0 15 12,0 5,0 5,0 1 10
24,0 65 50 10 1,5 37,0 18 14,5 5,0 5,0 20 15
28,0 80 60 12 2,0 45,0 20 17,0 6,0 7,0 25 15
34,5 90 70 15 2,0 55,0 22 20,0 7,0 8,0 28 20
39,0 110 85 18 2,9 65,0 22 25,0 9,0 10,0 40 30

(Sumber: Rudenko;7)

20
Gambar 2.7 Kontruksi Roda Puli

2.3.3 Drum Penggulung Tali Baja


Drum adalah alat yang berfungsi sebagai tempat untuk menggulung atau
mengulur tali baja pada saat menaikkan atau menurunkan beban. Drum
penggulung tali baja untuk penggerak daya, dilengkapi dengan alur agar tali
baja dapat digulung dengan teratur sehingga keausan baja dapat dikurangi.
Seperti terlihat pada Gambar 2.8 di bawah ini;

Gambar 2.8 Drum penggulung tali baja hoist

Drum untuk tali kawat baja terbuat dari besi cor, terkadang dari besi
tuang atau kontruksi lasan. Dengan memperhitungkan gesekan pada bantalan

21
efisiensinya ɳ = 0,95. Diameter drum tergantung pada diameter tali. Untuk
drum penggerak daya, drum harus selalu dilengkapi dengan alur heliks
sehingga tali akan tergulung secara seragam dan keausannya berkurang. Jari-
jari atur heliks harus dipilih tidak menyebabkan kemacetan tali. Pada Tabel 10
adalah faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi operasinya,
Tabel 11 faktor yang tergantung pada kontruksi tali, dan pada Tabel 12
menerangkan dimensi alur standar dan alur dalam drum. Drum dengan satu
tali tergulung hanya mempunyai satu arah heliks ke kanan, drum yang
didesain untuk dua tali diberi dua arah heliks ke kanan dan ke kiri. Jumlah
lilitan pada drum dapat dihitung dengan rumus:

(Rudenko : 74)

dengan:

i = perbandingan sistem tali

D = diameter drum

H = tinggi angkatan muatan, angka dua ditambahkan untuk lilitan yang


menahan muatan.

Untuk memperoleh diameter drum diperoleh dengan menggunakan rumus:

(Rudenko:41)

dengan:
D = diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm)
d = diameter tali, (mm)
e1= faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi operasinya.
(Tabel 10)
e2= faktor yang tergantung pada kontruksi tali. (Tabel 11)

22
Tabel 10. Harga Minimum Faktor K dan e1 yang Diizinkan. (Sumber: Rudenko;
42)

Tipe Alat Pengangkat Digerakkan Kondisi Faktor Faktor


oleh pengoperasi
K e1
an
1. Lokomotif,caterpillar Tangan Ringan 4 16
mounted, traktor dan truk Daya Ringan 5 16
yang mempunyai crane pilar Daya Medium 5,5 18
(termasuk escavator yang Daya Berat dan
dioperasikan sebagai crane Sangat berat 6 20
dan pengangkat mekanik pada
daerah kontruksi dan
pekerjaan berkala.
2. Semua tipe lain dari crane dan Tangan Ringan 4,5 18
pengangkat mekanis. Daya Ringan 5 20
Daya Medium 5,5 25
Berat dan
Sangat berat 6 30
3. Derek yang dioperasikan
dengan tangan dengan
kapasitas beban terangkat di
atas 1 ton yang digandeng
pada berbagai peralatan
otomotif (mobil, truk, dan
sebagainya) - - 4 12
4. Pengangkat dengan troli - - 5,5 20
5. Penjepit mekanis (kecuali
untuk puli pada grabs) untuk
pengangkat mekanis pada
No.1 - - 5 20
6. Idem untuk pengangkat - - 5 30
mekanik pada No.2

23
Tabel 11. Harga Faktor e2 yang Tergantung pada Kontruksi Tali. (Sumber:
Rudenko;42)

Kontruksi Tali Faktor e2


Biasanya 6 x 19 = 114 + 1 poros
Posisi berpotongan ………………………………………. 1,00
Posisi sejajar …………………………………………….. 0,90
Compound 6 x 19 = 114 +1 poros
a) Warrington
Posisi berpotongan …………………………………..
0,90
Posisi sejajar …………………………………………
b) Seale 0,85
Posisi berpotongan …………………………………..
Posisi sejajar …………………………………………
0,95
Biasanya 6 x 37 = 222 + 1 poros
0,85
Posisi berpotongan ………………………………………
Posisi sejajar …………………………………………….
1,00
0,90

Tabel 12. Dimensi Alur Drum. (Sumber: Rudenko;74)

24
Bila dua tali digulung pada satu drum (sistem puli majemuk) panjang
drum akan menjadi:

(Rudenko:75)

Dengan:

s = kisar

z = lilitan drum

Tebal dinding drum dari besi cor dapat ditentukan kira-kira dari rumus
empiris berikut:

ω = 0,02 . D + (0,6 sampai dengan 1,0) cm (Rudenko:75)

Dengan:
D = diameter drum

Untuk menghitung tegangan tekan maksimum pada drum dapat dihitung


dengan rumus sebagai berikut:

(Rudenko:76)

Dimana:
S = tarikan pada tali
ω = tebal dinding drum
s = kisar

Sistem pengencangan tali kawat baja pada drum.

25
Sistem pengencangan yang dipilih pada perencanaan ini jenis
pengencangan dengan mur. Standar Soviet untuk mengikat tali drum dapat
dilihat pada tabel 13 di bawah ini:

Tabel 13. Standar Soviet untuk pengikat Tali Drum. (Sumber; Rudenko:78)

26
2.3.4 Motor Penggerak naik/ turun Hoist
Penggerak elektrik untuk pesawat pengangkat mempunyai ciri khas yaitu
sumber daya terpusat dan sederhana. Penggerak elektrik dapat langsung segera
bekerja, sangat aman dalam operasinya dan mudah dikendalikan. Kecepatan
pengangkatan beban dapat diatur dengan sangat baik. Penggerak elektrik juga
sangat ekonomis dibandingkan dengan penggerak lainnya karena pemakaian
daya listriknya tergantung pada kapasitas daya unitnya.
Motor listrik hoist berfungsi untuk menaikan dan menurunkan benda yang
dikaitkan pada pengait. Seperti terlihat pada Gambar 2.9 di bawah ini, dan
terdapat juga Tabel 14 yaitu Mitsubishi Electric Motor Hoist General Catalog.

27
Gambar 2.9 Motor Penggerak naik/ turun Hoist

Dalam perencanaan ini direncanakan tenaga penggerak menggunakan


tenaga daya motor listrik. Besarnya daya yang dibutuhkan oleh elektromotor
dapat dihitung dengan rumus:

(Rudenko: 234)

dengan:
ɳ = efisiensi mekanis pengangkat.
v = kecepatan angkat muatan. (m/detik)

Untuk menghitung momen gaya pada poros motor ialah dengan


menggunakan rumus:

(Rudenko: 234)

dengan:
N = daya motor
nm = putaran motor

28
Tabel 14. Mitsubishi Electric Motor Hoist General Catalog

(Sumber: Mitsubishi Hoist General Catalog)

2.3.5 Kait (Hook)

Pada crane serbaguna yang mengangkat berbagai bentuk muatan ditangani


dengan memakai anduh (sling) rantai atau tali yang diikatkan pada kait. Kait
tunggal (standar) dan kait tanduk adalah jenis yang paling banyak dipakai
untuk keperluan ini. Terkadang digunakan kait segitiga padat.
Kait standar dan tanduk dibuat dengan ditempa pada cetakan rata atau
cetakan tertutup atau dapat juga dibuat dari beberapa pelat dengan bentuk kait
yang dijadikan satu. Kait tempa padu padat dipakai untuk mengangkat muatan
sampai 100 ton (kait standar sampai 50 ton, kait tanduk mulai dari 25 ton ke
atas), sedangkan kait segitiga dan kait berlapis dapat digunakan untuk
mengangkat muatan diatas 100 ton.
Pada umumnya, muatan digantung pada anduh berutas empat dengan dua
lilitan tali pada kait, contohnya seperti pada Gambar 2.10 di bawah ini.

29
Gambar 2.10 Penggantungan muatan pada kait
(Sumber: Rudenko;85)

Pengait (hook) berfungsi untuk mengaitkan beban yang akan diangkat. Di


dalam peralatan pengangkat, untuk mengangkat beban digunakan rantai tali
baja yang dihubungkan dengan kait. Jenis kait tunggal dan kait tanduk
merupakan kait yang paling banyak digunakan pada sistem crane. Seperti
terlihat pada Gambar 2.11 di bawah ini:

Gambar 2.11 Kait (Hook)

30
a. Kait Tempa Standar
Gambar 2.12 menunjukan kait tempa standar sederhana. Untuk
mencari tegangan tarik pada kait standar diperiksa pada daerah yang
berulir (terhadap diameter yang d1 yang lebih kecil) dengan menggunakan
rumus:

(Rudenko:86)

Dimana:
Q = beban angkat
d1 = diameter dalam

Gambar 2.12 Kait Tempa Standar


(Sumber: Rudenko;86)

31
Tegangan aman tidak boleh melebihi 500 kg/cm2.

Tinggi minimum ulir kait ditentukan oleh tegangan tekan yang diizinkan
pada ulir yang didapat dengan rumus berikut:

(Rudenko:86)

dengan:
t = kisar ulir
do = diameter luar ulir
d1 = diameter dalam ulir

Tegangan tekanan aman p (baja dengan baja) diambil sama dengan p = 150
sampai 350 kg/cm2).
Dimana untuk menentukan diameter ulir luar dapat dilihat pada Tabel 15
di bawah ini:

Tabel 15. Diameter Ulir kasar Simetris (JIS B 0205). (Sumber:


Sularso;290)

32
Kait yang akan digunakan untuk perencanaan ini adalah kait dengan jenis
single hook. Pemilihan kait berdasarkan tabel 17 yaitu dari Forged Hooks-
Single Hook Catalog (DIN 15401). Diasumsikan pada perencanaan ini memilih
single hook model GS 5. Single hook model GS 5 memiliki dimensi kait
sebagai berikut.

Tabel 16 Dimensi Kait Single Hook (DIN 15401)

33
34
(Sumber: Forged Hooks - Single Hook Catalog DIN 15401)

2.4 Prinsip Kerja Overhead Travelling Crane


Prinsip kerja pesawat angkat ini adalah untuk mengangkat menurunkan dan
memindahkan alat ataupun benda berat yang ada di workshop ketika diadakan
perbaikan maupun perawatan terhadap alat berat ataupun juga hanya sekedar
memindahkan suatu benda berat. Dalam pengoperasiannya, benda yang akan
diangkat harus bebas dari segala rintangan agar dapat dengan mudah diletakan
sesuai dengan posisinya. Pesawat angkat kebanyakan memindahkan beban atau
muatan bersifat jarak pendek. Dalam prakteknya biasa dicapai, dibatasi antara 10
meter sampai dengan 100 meter.

35
2.5 Klasifikasi Mesin Pengangkat
Menurut klasifikasinya mesin pemindah bahan jenis crane dapat dibagi
menjadi:
1. Crane Putar Stationer (Stationer Crane)
Umumnya merupakan crane tetap dengan tiang yang berputar pada
sumbu vertikal. Seperti terlihat pada Gambar 2.13 di bawah ini;
Contohnya: Jib Crane, Derrick Crane.

Gambar 2.13 Jib Crane

2. Crane dengan Lintasan Rel (Crane Travelling on Rail)


Umumnya terdiri dari crane kantilever dan monorel (baik yang dapat
berputar maupun tidak) yang bergerak lurus pada suatu jalur khusus. Seperti
yang terlihat pada gambar 2.14 di bawah ini;
Contohnya: Crane Menara (Tower Crane)

Gambar 2.14 Tower Crane

36
3. Crane Tanpa Lintasan (Trackless Crane)
Crane ini terutama terdiri atas crane tiang yang dipasang pada truk,
mobil atau traktor agar dapat bergerak pada jalan berkapur, berbatu, dan
beraspal. Seperti yang terlihat pada gambar 2.15 di bawah ini dimana crane
tanpa lintasan jenis mobil crane.
Contohnya: Crane Mobil (Truck Mounted Crane), Crane Traktor (Crane on
Hand Truck).

Gambar 2.15 Mobil Crane

4. Crane Lokomotif (Locomotive or Crow Less)


Crane jenis ini termasuk juga crane yang lebih kuat yang bergerak pada
jalur rel, jalan tanah dan di dalam daerah gudang. Seperti yang terlihat pada
Gambar 2.16 jenis crane traktor.
Contohnya: Crane Traktor Lantai (Crowler Mounted Crane).

Gambar 2.16 Crane Locomotive

37
5. Crane Jembatan (Gantry Crane)
Umunya terdiri atas crane yang berjalan pada gelagar-gelagar dan
yang bergerak pada jalur rel yang dibentang pada dinding bangunan atau di
permukaan tanah. Untuk rel yang dibentang di permukaan tanah, jembatannya
dilengkapi dengan kaki pendukung yang tinggi, yang dipasangpada kedua sisi
jembatan (gantri dan jembatan pemindah buatan) atau hanya pada satu sisi
jembatan. Untuk crane jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.17 di bawah ini;

Gambar 2.17 Crane Jembatan

38

Anda mungkin juga menyukai