Anda di halaman 1dari 23

1.

Judul ;
LAPORAN PENDAHULUAN
GIGITAN ULAR

2. Konsep Dasar
a. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg, Luasnya sekitar 1,5 –
1,9 m2. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis,
labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat
pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu.
            Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
Anatomi Kulit

1
1) Epidermis
            Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari
seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
a. Stratum Korneum, Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
b) Stratum Lusidum, Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
c) Stratum Granulosum, Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.
d) Stratum Spinosum, Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale
dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
e) Stratum Basale (Stratum Germinativum).Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
            Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin
D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).

2
2)Dermis
            Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
·         Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler; tebal
terdiri dari jaringan ikat padat.
            Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh
darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis.
            Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
3) Subkutis
            Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai
darah ke dermis untuk regenerasi.
            Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

3
Fisiologi Kulit
            Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari.
            Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa
bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah
kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian
tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang
kemudian akan mempertahankan panas.
            Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan
vitamin D. (Djuanda, Adhi, dkk. 2007).

b. Pengertian
Gigitan ular adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gigitan ular
berbisa. Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan,
terutama neurologik, kardiovaskuler dan pernapasan (Suzanne Smaltzer dan
Brenda G. Bare, 2011).

4
Bisa ular dapat pula dikelompokkan berdasarkan sifat dan dampak yang
ditimbul kannya seperti neurotoksik, hemoragik, trombogenik, hemolitik,
sitotoksik, antifibrin, antikoagulan, kardiotoksik dan gangguan vaskular
(merusak tunika intima). Selain itu ular juga merangsang jaringan untuk
menghasikan zat – zat peradangan lain seperti kinin, histamin dan substansi cepat
lambat (Sudoyo, 2006).
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya
toksin bisa ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang
adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat
menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. (RetnoAldo.
2010.  Askep Gigitan Ular, diakses 18 Juli 2011).

c. Etiologi
Karena gigitan ular yang berbisa, terdapat 3 famili ular yang berbisa yaitu
: Elipidae, Viperidae dan Hidrophidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan
lokal seperti edema dan perdarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan
lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa
bisa Elipidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
1) Bisa Ular Yang Bersifat Racun Terhadap Darah (Hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah yaitu bisa ular yang menyerang
dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan
menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel
darah merah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus
pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada
selaput tipis (lendir) pada mulut, hidung, tenggorokan dan lain-lain.
2) Bisa Ular Yang Bersifat Saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf
tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-
biruan dan hitam (Nekrotis). Penyebaran peracunan selanjutnya

5
mempengaruhi susunan saraf dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat,
seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh,
ialah melalui pembuluh limpa.
3) Bisa Ular Yang Bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin.
Myoglobinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.
4) Bisa Ular Yang Bersifat Kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
5) Bisa Ular Yang Bersifat Cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
6)  Bisa Ular Yang Bersifat Cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat gigitan.
7) Enzim-Enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa. (Deddyrin.
2011. Intoxicasi).

d. Manifestasi Klinik
Menurut (Sudoyo, 2006), Secara umum akan timbul gejala lokal dan
gejala sistemik pada semua gigitan ular.
1) Gejala Lokal: bekas gigitan, edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis
(kulit kegelapan karena darah yang terperangkap dijaringan bawah kulit).
2) Gejala Sistemik : hipotensi, otot melemah, berkeringat, mengigil, mual,
hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan
kabur. Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan
ular berbisa yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai
dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa),

6
paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan) Tanda dan gejala
khusus pada gigitan family ular :
a.    Gigitan Elapidae (misal: ular cobra, ular weling, ular welang, ular sendok,
ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits), cirinya:
·     Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang
berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut dan kerusakan
pada lapisan luar mata. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang
rusak.
·         Setelah digigit ular: 15 menit muncul gejala sistemik dan 10 jam
kemudian dalam bentuk paralisis dari urat – urat di wajah, bibir, lidah dan
tenggorokan sehingga menyebabkan sukar bicara, kelopak mata menurun,
susah menelan, otot lemas, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan
kabur dan mati rasa di sekitar mulut. Selanjutnya dapat terjadi paralis otot
pernapasan sehingga lambat dan sukar bernapas, tekanan darah menurun,
denyut nadi lambat dan tidak sadarkan diri. Nyeri abdomen seringkali terjadi
dan berlangsung hebat.
·         Pada keracunan berat dalam waktu satu jam dapat timbul gejala – gejala
neurotoksik. Kematian dapat terjadi dalam 24 jam.

b.   Gigitan Viperidae (misal:ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo), cirinya:
·     Efek lokal timbul dalam 15 menit atau setelah beberapa jam berupa
bengkak dekat gigitan untuk selanjutnya cepat menyebar ke seluruh anggota
badan, rasa sakit dekat gigitan.
·         Efek sistemik muncul dalam 50 menit atau setelah beberapa jam berupa
muntah, berkeringat, kolik, diare, perdarahan pada bekas gigitann (lubang
dan luka yang dibuat taring ular), hidung berdarah, darah dalam muntah, urin
dan tinja. Perdarahan terjadi akibat kegagalan faal pembekuan darah.
Beberapa hari berikutnya akan timbul memar, melepuh, dan kerusakan
jaringan, kerusakan ginjal, edema paru, kadang – kadang tekanan darah
rendah dan nadi cepat.

7
·         Keracunan berat ditandai dengan pembengkakkan di atas siku dan lutut
dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.

c.   Gigitan Hydropidae (misal: ular laut), cirinya:


·         Gejala local yang muncul berupa sakit kepala, lidah terasa tebal,
berkeringat dan muntah
·         Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri
menyeluruh, spasme pada otot rahang, paralisis otot, kelemahan otot
ekstraokular, dilatasi pupil, dan ptosis, mioglobulinuria yang ditandai dengan
urin warna coklat gelap (gejala ini penting untuk diagnostik), ginjal rusak,
henti jantung.

d.    Gigitan Rattlesnake dan Colubridae (misalnya: ular tanah, ular hijau, ular


bandotan puspo), cirinya:
·         Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis,
nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen
crotalidae antivenin.
·         Anemia, hipotensi, trombositipeni
Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam
beberapa kategori:
1) Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat
membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular
kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
2) Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia
dapat menyebabkan perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-
organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah
spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol
dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.

8
3) Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung
pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama
secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian
sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita
masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
4) Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan
beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian
otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat
menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal.
5) Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai
mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan
sementara pada mata. (Deddyrin. 2011. Intoxicasi).

e. Komplikasi
1) Syok Hipovolemik
2) Edema paru
3) Kematian
4) Gagal napas

f. Patofisiologi
Narasi
Bisa ular diproduksi dan disimpan dalam sepasang kelenjar yang berada
dibawah mata. Bisa dikeluarkan dari taring berongga yang terletak di rahang
atasnya. Taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake besar. Dosis
bisa ular tiap gigitan bergantung pada waktu yang terlewati sejak gigitan
pertama, derajat ancaman yang diterima ular, serta ukuran mangsanya. Lubang
hidung merespon terhadap emisi panas dari mangsa, yang dapat memungkinkan
ular untuk mengubah jumlah bisa yang dikeluarkan. Bisa biasanya berupa cairan.
Protein enzimatik pada bisa menyalurkan bahan-bahan penghancurnya. Protease,

9
kolagenase, dan arginin ester hidrolase telah di identifikasi pada bisa pit viper.
Efek lokal dari bisa ular merupakan penanda potensia untuk kerusakan sistemik
dari fungsi sistem organ. Salah satu efeknya adalah perdarahan lokal, koagulopati
biasanya tidak terjadi saat venomasi. Efek lainnya, berupa edema lokal,
meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstitial di paru-paru. Mekanisme
pulmoner dapat berubah secara signifikan. Efek akhirnya berupa kematian sel
yang dapat meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder terhadap perubahan
status volume dan membutuhkan peningkatan minute ventilasi. Efek blokade
neuromuskuler dapat menyebabkan perburukan pergerakan diafragma. Gagal
jantung dapat disebabkan oleh asidosis dan hipotensi. Myonekrosis  disebabkan
oleh myoglobinuria dan gangguan ginjal (Daley, Brian James MD, 2010).

Skema

10
g. Penatalaksanaan
1. Prinsip Pengganan Pada Korban Gigitan Ular
a) Menghalangi atau memperlambat absorbsi bisa ular.
b) Menetralkan bisa ular yang masuk kedalam sirkulasi darah
c) Mengobati atau mengatasi efek lokal dan sistemik. (Sudoyo, 2006).

2. Pertolongan pertama, pastikan dan sekitar aman dan ular telah pergi secara
pertolongan medis jangan tinggalkan korban selanjutnya lakukan prinsip RIGT yaitu:
R (Reassure) : yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrihatkan korban dalam
posisi horizontal terhadap luka gigitan, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan
nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/
panik karena kaget.
I (Immobilisation) : jangan menggerakan korban, untuk tidak berjalan atau lari. Jika
dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan
(pressure immobilisation) pada daerah sekitar gigitan (tanggan atau kaki) lihat
prossure immobilisation (balut tekan), tujuannya adalah untuk menahan aliran limfe,
bukan menahan aliran arteri atau vena.
Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan):
a) Balut tekan pada kaki:
1) Istirahatkan (immobilisasikan) Korban.
2) Keringkan sekitar luka gigitan.
3) Gunakan pembalut elastis.
4) Jaga luka lebih rendah dari jantung.
5) Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik ke
atas.
6) Biarkan jari kaki jangan dibalut.
7) Jangan melepas celana atau baju korban.
8) Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai
menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap pink).
9) Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki.

11
b) Balut tekan pada tangan:
1) Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut)
2) Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat.
3) Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan.
4) Pasang papan sebagai fiksasi.
5) Gunakan mitela untuk menggendong tangan.
G (Get) : bawah korban kerumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T (Tell to Doctor) : informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul pada
korban.

c) Penatalaksanaan Selanjutnya di Rumah Sakit :


1)   Di bawah ke Emergency Room, dan melakukan ABC (penatalaksanaan
Airway, Breathing dan Circulation).
2)  Berikan pertolongan pertama pada luka gigitan (verban ketat dan luas di atas
luka, imobilisasi (dengan bidai bila perlu).
3) Insisi luka pada 1 jam pertama setelah digigit akan mengurangi toksin 50%
4) Pada penatalaksanaan sirkulasi, berikan IVFD RL 16-20 tpm.
5) Sampel (5-10 ml) darah untuk pemeriksaan : waktu protrombin, APTT, INR,
fibrinogen dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, BUN, elektrolit (terutama K).
Periksa waktu pembekuan darah, jika > 10 menit, maka menunjukkan
kemungkinan adanya koagulopati.
6) Penisillin prokain (PP) 1 juta unit pagi dan sore
7) Berikan SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang dikebalkan), pivalen 1
ml berisi :
10-50LD50 bisa Ankystrodon
25-50LD50 bisa Bungarus
25-51LD50 bisa Nayasputarix .
8) Teknik pemberian : 2 vial @ 5ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9% atau
Dextrose 5% dengan kecapatan 30-40 tetes/menit. SABU maksimal 100 ml (20
vial). Infiltrasi lokal pada luka tidak dianjurkan.

12
9)  Heparin 20.000 unit per 24 jam
10) Monitor diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak membaik, tambah 2 flacon
SABU lagi. SABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc).
11) Bila ada tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau hipotensi
berikan adrenalin 0,5 mg/IM, hydrocortisone 100 mg IV.
12) Kalau perlu dilakukan hemodialise.
13) Bila diathese hemorhagi membaik, transfusi komponen
14) Observasi pasien minimal 1 x 24 jam.

3. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEDARURATAN


a) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan (Marilynn E. Doenges,2010) dasar data pengkajian pasien,
yaitu:
a.   Data Umum
1) Identitas Pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
status pernikahan, agama, no RM, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit
dan alamat.
2)  Identitas Penanggun Jawab meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
hubungan dengan pasien dan alamat.
b.   Keluhan utama : Nyeri di sertai demam,  mual, muntah, merah dan oedem pada
daerah gigitan, gatal-gatal, sesak nafas.
c.   Pengkajian Primer (A,B,C,D & E)
1)   Airway : Tidak ada sumbatan benda asing, tidak ada sputum, tidak ada darah,
tidak ada lendir.
2)   Breathing :  klien mengalami sesak nafas, penggunaan otot bantu pernapasan,
RR = 32 x/menit, pemgembangan dada simetris, suara nafas vesikuler.
3)   Circulation :  ada perdarahan ditungkai kiri karena gigitan ular, N= 52x/menit,
CRT > 3 detik, akral hangat, sianosis, Bunyi jantung : normal S1 dan S2.

13
4)   Disability : Penurunan kesadaran komposmentis (E4V5M5), Pupil : isokor
(2mm)
5)   Exposure : terdapat perdarahan pada luka gigitan ular, adanya edema pada luka,
memar.
d.  Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Fisik
1)   Keadaan Umum
Kesadaran : komposmentis, GCS : 14
TTV = TD : Normal (n: 120/80 mmHg); Suhu : 36,0 oC -  37,0oC; Nadi : 60-100
x/mnt; RR : Normal (n : 16-20 x/mnt), Berat Badan:     Tinggi Badan :
a)    Riwayat Penyakit Sekarang : kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit
memiliki riwayat penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit
b)   Riwayat Penyakit Dahulu : Kaji apakah klien pernah menderita penyakit ini
sebelumnya.
c)    Riwayat Penyakit Keluarga : kaji apakah adanya keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
2)    Keadaan khusus :
Pengkajian head to Toe (Kepala sampai ujung jari kaki)

a) Kepala Inspeksi & Palpasi :


Bentuk kepala : Mesochepal
Rambut           : Bersih
Warna rambut : Hitam tidak beruban
Kebersihan      : Bersih
b) Mata Inspeksi & Palpasi :
Letak               : Simetris
Konjungtiva    : Normal
Sklera              : Normal
Oedema           : Ada
Jarak pandang : Berkunang – kunang

14
c) Hidung Inspeksi & Palpasi :
Bentuk            : Simetris
Secret              : Tidak ada
Penciuman       : Normal
Kebersihan      : Bersih
d) Telinga Inspeksi & Palpasi :
Letak               : Simetris
Pendengaran   : Normal
Kebersihan      : Bersih
e) Mulut dan Inspeksi & Palpasi :
Gigi Mukosa           : Lembab
Bibir                : Normal
Caries              : Tidak ada gigi
Lidah               : Bersih
f) Leher Inspeksi & Palpasi :
Refleks telan   : Normal
Tiroid              : Tidak ada pembesaran kelenjar  
g) Thoraks Paru-paru Inspeksi           : Pengembangan dada
                           simetris.
Palpasi             : Vocal fremitus teraba
                           kanan = kiri
Perkusi            : Sonor
Auskultasi       : Vesikuler
Jantung Inspeksi           : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi             : Teraba ictus kordis di SIC
                           V dan VI
Perkusi            : Pekak
Auskultasi       : terdengar bunyi S1 dan S2
h) Abdomen Inspeksi           : Simetris, tidak ada luka
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan hepar, gastic dan
                           pembesaran
Auskultasi       : Peristaltik usus 10x/menit

15
Perkusi            : Tympani
i) Ekstremitas Atas Terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan
dextra, tidak ada edema
Bawah Akral hangat, bengkak pada luka gigitan,
kekakuan otot kaki dextra, nyeri pada luka.

b) Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan


infeksi gigitan ular. Maka rencana keperawatan menurut (Marilynn E.
Doenges,2010), yaitu:
1. Gangguan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses toksikasi/ terputusnya kontuinitas
jaringan kulit
3. Hipertemia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme, efek
langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi
temperature, proses infeksi.
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan dirumah sakit/
prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh

Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan jalan Setelah a.    Pertahankan
a.       Posisi semi fowler
nafas tidak efektif diberikan jalan nafas (semi meningkatkan
berhubungan tindakan fowler) ekspansi paru
dengan reaksi keperawatan 24b.   Pantau frekuensi
b.      Pernapasan

16
endotoksin jam diharapkan dan kedalaman cepat/dangkal terjadi
pola nafas pernapasan karena hipoksemia,
efektif kembali stress, sirkulasi
dengan kriteriac.    Auskultasi bunyi endotoksin.
hasil : nafas c.       Indikasi dasar
ü  Bunyi nafas adanya ganggua
normal. d.   Sering ubah saluran pernafasan
ü  Frekuensi posisi d.      Bersihan pulmonal
pernafasan yang baik sangat
dalam rentang diperlukan untuk
normal. menggurangi
ü  Bebas ketidakseimbangan
dispnea/sianosise.    Kolaborasi ventilasi/perfusi.
pemberian e.       Untuk membantu
oksigen dalam memenuhi
kebutuhan oksigen
2 Nyeri akut Setelah a.       Kaji tanda-
a.       Mengetahui
berhubungan dilakukan tanda vital. keadaan umum klien,
dengan proses tindakan untuk menentukan
toksikasi/proses keperawatan 24 intervensi
infeksi jam diharapkan
b.      Kaji selanjutnya
gangguan karakteristik nyerib.      Mengetahui
nyaman nyeri karakteristik nyeri
klien teratasi sehingga
dengan kriteria memudahkan dalam
hasil : menentukan tindakan
ü  Klien
c.       Atur posisi selanjutnya
melaporkan senyaman c.       Posisi yang
tidak nyeri lagi mungkin nyaman membantu
ü  Ekspresi wajah mengurangi rasa

17
tidak meringis nyeri yang muncul
d.      Ajarkan teknik
d.      Dengan teknik
relaksasi dan menarik nafas dalam
distraksi dan mengeluarkan
serta mengajak klien
untuk berbincang
membantu
mengalihkan
stimulus nyeri yang
e.       Kolaborasi dirasakan
dengan dokter
e.       Membantu
dalam pemberian mengurangi rasa
obat analgetik nyeri dengan
menekan pusat nyeri.
3 Hipertemia Setelah a.       Pantau a.       Suhu 38,9-41,10C
suhu
berhubungan dilakukan klien menunjukkan proses
dengan tindakan penyakit infeksi
peningkatan tingkat keperawatan b.      Memenuhi
metabolisme, efek selama 24 jam
b.      Pantau asupan kebutuhan cairan
langsung dari diharapkan dan haluaran serta klien dan membantu
sirkulasi suhu tubuh berikan minuman menurunkan suhu
endotoksin pada kembali normal yang disukai tubuh
hipotalamus, dengan kriteria untuk
perubahan pada hasil: mempertahankan
regulasi          Suhu dalam keseimbangan c.       Suhu
temperature, proses batas normal antara asupan dan ruangan/jumlah
infeksi. (36,0 – 37,50C) haluaran. selimut harus diubah
         Tidak
c.       Pantau suhu untuk
demam/bebas lingkungan, mempertahankan
dari kedinginan batasi/tambahan suhu mendekati

18
linen tempat tidur normal.
d.      Dengan
d.      Berikan mandi vasodilatasi dapat
kompres hangat, meningkatkan
hindari penggunan penguapan dan
alkohol mempercepat
penurunan suhu
badan, karena
alcohol dapat
membuat kulit kering
e.       Berikan
e.       Untuk
antipiretik sesuai menggurangi demam
program/ indikasi dengan aksi
dokter sentralnya pada
hipotalamus
4 Resiko infeksi Setelah a.       Lakukan
a.       Mencegah bisa
berhubungan dilakukan pengikatan pada racun ular tersebar
dengan tindakan daerah atas luka keseluruh tubuh
ketidakadekuatan keperawatan 24 15-30 cm dari
pertahanan tubuh jam diharapkan luka gigitan b.      Agar pasien tidak
infeksi tidak
b.      Pertahankan terkena infeksi dari
terjadi dengan tehnik isolasi luar
kriteri hasil : c.       Agar tindakan
         Mencapai
c.       Cuci tangan yang diberikan
penyembuhan sebelum atau perawat kepasien
luka tepat setelah melakukan selalu dalam keadaan
waktu bebas tindakan steril
eksudatif d.      Mengidentifikasi
purulen dan
d.      Periksa luka adanya
tidak demam. setiap hari, penyembuhan

19
perhatikan/ cacat (granulose jaringan)
perubahan dan memberikan
penampilan, bau deteksi dini infeksi
luka luka
e.       Mencegah
e.       Pertahankan kontaminasi kuman
tehnik aseptic pada pasien
f.       Untuk mencegah
f.       Kolaborasi terjadinya infeksi,
dengan dokter membantu proses
pemberian penyembuhan
antibiotic, obat pasien, dan
SABU pertahanan pasien
dari kuman yang
lain.
5 Ansietas Setelah a.       Berikan
a.       Pengetahuan apa
berhubungan dilakukan penjelasan dengan yang diharapkan
dengan krisis tindakan sering dan menurunkan
situasi, perawatan keperawatan informasi tentang ketakutan dan
dirumah sakit/ selama 1x24 prosedur ansietas,
prosedur isolasi, jam di harapkan perawatan memperjelas
mengingat pola ansietas kesalahan konsep
pengalaman hilang dengan dan meningkatkan
trauma, ancaman kriteria hasil : kerja sama.
kematian atau
ü  Menyatakan
b.      Tunjukkan
b.      Membantu
kecacatan. kesadaran keinginan untuk pasien/orang terdekat
perasaan dan mendengar dan untuk mengetahui
menerimanya berbicara pada bahwa dukungan
dengan cara pasien bila tersedia dan bahwa
yang sehat, prosedur bebas pembrian asuhan

20
ü  Mengatakan dari nyeri tertarik pada orang
ansietas/ tersebut tidak hanya
ketakutan merawat luka
menurun c.       Kaji status
c.       Pada awal, pasien
sampai tingkat mental, termasuk dapat menggunakan
dapat suasana hati/afek penyangkalan dan
ditanggani represi untuk
ü  Menunjukkan menurunkan dan
keterampilan menyaring informasi
pemecahan keseluruhan.
masalah dengan Beberapa pasien
penggunaan menunjukkan tenang
sumber yang dan status mental
efekrtif waspada,
menunjukkan
disosiasi kenyataan,
d.      Dorong pasien yang juga merupakan
untuk bicara mekanisme
tentang luka setiap perlindungan
hari d.      Pasien perlu
membicarakan apa
yang terjadi terus
menerus untuk
membuat beberapa
e.       Jelaskan pada rasa terhadap situasi
pasien apa yang apa yang
terjadi. Berikan menakutkan
kesempatan untuk
e.       Pernyataan
bertanya dan kompensasi
berikan jawaban menunjukkan realitas

21
terbuka/jujur situasi yang dapat
membantu
pasien/orang terdekat
menerima realitas
dan mulai menerima
apa yang terjadi

Daftar Pusrtaka
Adhi, Djuanda. 2012. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Aru W.Sudoyo, B. S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam(2 ed., Vol. III).Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Brian James Daley. Snakebite. Amerika: Medscape, 2010. Diunduh dari:


http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview

Brunner and Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8.
Volume 1. Jakarta : ECG

Deddyrin. 2009. Intoxicasi. (Online), http : // deddyrn. blogspot.Com/2009/09/


intoxicasi.html, diakses 18 Juli 2011)

22
Doengos. Marylinn E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Tim Training dan Tim Pengkaji Medis Internasional SOS. (2008). PPGD
(Pertolongan Pertama Gawat Darurat) Level 2. Internasional SOS training
department : Jakarta.

(Retno Aldo. 2010. Askep Gigitan Ular,


(Online),http://retnoaldo.blogspot.com/2010/10/askep-gigitan-ular.html, diakses 20
Desember2011.)
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2011,Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh AgungWaluyo
(dkk), EGC, Jakarta.

Tim Training dan Tim Pengkaji Medis Internasional SOS. (2008). PPGD
(Pertolongan Pertama Gawat Darurat) Level 2. Internasional SOS training
department : Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai