Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ROTASI KLINIK

PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN KANKER OVARIUM


DI RUANG MELATI 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Rotasi Klinik

Dwi Rahayu
S531508054

PASCASARJANA ILMU GIZI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016

BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel yang tidak terkontrol dan
dapat menyerang bagian tubuh mana pun. Pertumbuhan sel tersebut dapat menyerang
jaringan di sekitarnya dan dapat bermetastase ke bagian tubuh yang berjauhan
(WHO, 2015). Kanker merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di
dunia. Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi dari 0,4 (Riskesdas, 2007)
menjadi 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 347.792 orang (Riskesdas, 2013).
Kanker dikaitkan dengan risiko malnutrisi di rumah sakit (Hernandez et al.,
2012) karena diagnosis kanker meningkatkan risiko pasien kembali masuk rumah
sakit (Burgos et al., 2012). Terapi kanker dapat menurunkan asupan makan yang
selanjutnya berkontribusi terhadap penurunan berat badan dan terjadinya malnutrisi
(Pereira et al., 2014). Risiko malnutrisi pada pasien kanker sebesar 1,509 kali lebih
tinggi (95% CI: 1,180-1,930) (Burgos et al, 2012). Mengingat seriusnya dampak
malnutrisi pada pasien kanker yang terjadi di rumah sakit maka perlu dilakukan
skrining dan penilaian status gizi awal pasien baru yang akan menjalani rawat inap di
rumah sakit untuk mengevaluasi status gizi, mengidentifikasi malnutrisi dan
menentukan intervensi gizi berdasarkan permasalahan gizi yang dialami pasien
Diet berperan penting pada risiko maupun penyembuhan kanker. Diet yang
dianjurkan untuk pasien kanker adalah diet dengan energi dan protein yang tinggi
(Almatsier, 2010). Untuk memenuhi anjuran tersebut, pasien kanker diberikan
penambahan makanan sumber protein hewani. Akan tetapi, tidak semua bahan
makanan sumber protein hewani memberikan pengaruh positif terhadap kesembuhan
pasien kanker. (Alexander et al., 2010)

B. Tujuan

2
1. Tujuan Umum
Menganalisis penatalaksanaan terapi diit pada pasien kanker ovarium on kemo
siklus II dengan sindroma paraneoplastik di ruang Melati 1 RSUD dr. Moewardi
Surakarta
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan dan mengkaji data umum pasien
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa medis
d. Mahasiswa mampu menilai status gizi pasien berdasarkan pengukuran
antropometri, biokimia, fisik klinis dan riwayat makan
e. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa gizi pasien
f. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan gizi pasien
g. Mahasiswa mampu merencanakan, monitoring dan evaluasi terapi diit
pasien

3
BAB II
HASIL SURVEY

A. Anamnesis
Identitas Pasien dan Gambaran Ringkas Keadaan Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 29 tahun ( Tgl lahir : 08/08/1987)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : menikah
Pekerjaan : pengasuh anak
Alamat : Bakalan, Gundik, Slahung, Ponorogo
Agama : Islam
Nomor RM : 01351258
Ruang Perawatan : Melati 1, kamar 7E
Tanggal Masuk : 1 November 2016
Diagnosis Medis : kanker ovarium stadium III on kemo siklus II dengan
sindroma paraneoplastik
Data Riwayat Pasien
1) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan demam secara terus menerus, menghilang jika diberi
obat penurun panas. Pasien mengeluh mual dan muntah bila makan.
BAB pasien berwarna kehitaman.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menderita kanker ovarium sejak juli 2016 dan melakukan
operasi pengangkatan ovarium di RS Ponorogo. Pasien melakukan
kemoterapi secara rutin di RSUD dr. Moewardi. Pasien mempunyai
riwayat penyakit maag.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

4
2) Riwayat personal
Pasien mempunyai 1 orang anak dan bekerja sebagai pengasuh anak di
Ponorogo.

B. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Data hasil pemeriksaan klinis pada Ny. R tanggal 2 dan 3 November 2016
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Klinis Ny. R
Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai
Satuan Keterangan
Klinis 2/11 3/11 Rujukan
Nadi 84 86 80-100 kali/menit Normal
Respirasi Rate 22 20 16-20 kali/menit Normal
Suhu 37,8 37 36-37 °C ↑
Tekanan Darah 106/74 120/70 120/80 mmHg Normal
Sumber: Data Rekam Medik 2016
Penilaian: Hasil pemeriksaan klinis dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan
klinis pasien tidak normal karena terjadi demam sehingga suhu tubuh meningkat.
Data hasil pengkajian pemeriksaan fisik yang diamati adalah keadaan umum
lemah, keluhan utama pasien mengeluh demam, mengalami mual dan muntah,
edema (-), CGS 456 (compos mentis), konjungtiva anemis (+/+).

C. Pemeriksaan Laboratorium
Pengkajian Data Biokimia
Data hasil pemeriksaan laboratorium pada Ny. R tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. R
Jenis Pemeriksaan 1/11/2016 2/11/2016 Nilai Rujukan Ket.
Hematologi Rutin
Hemoglobin 7,1 12-15,6 g/dl ↓
Hematokrit 23 33-45 % ↓
Leukosit 6,9 4,5-11 ribu/ml N
Trombosit 54 150-450 ribu/ml ↓
Eritrosit 2,92 4,10-5,10 juta/ml ↓
Indeks Eritrosit
MCV 78,1 80-96 /um ↓
MCH 24,2 28-33 Pg ↓
MCHC 31 33-36 g/dl ↓
PDW 52 25-65% N
Elektrolit Darah

5
Natrium 135 132-146 mmol/L N
Kalium 3,1 3,7-5,4 mmol/L ↓
Kalsium 1,18 1,17 – 1,29 mmol/L N
Kimia Klinik
GDS 102 80 -140 mg/dl N
SGOT 12 <31 u/l N
SGPT 10 <34 u/l N
Ureum 22 <50 mg/dl N
Kreatinin 0,8 0,6-1,1 mg/dl N
Albumin 3,7 3,5-5,2 g/dl N
Sumber: Data Rekam Medik 2016

D. Terapi Medikamentosa
Obat Fungsi
Infus RL 20 TPM Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi.
Infus amino clinimix Nutrisi parenteral ketika enteral feeding tidak
memungkinkan, dikontraindikasikan, atau tidak
mencukupi. Energi : 1.020 kkal, protein: 56,25 g.
Injeksi Omeprazole obat yang mampu menurunkan kadar asam yang
40 mg/12 jam diproduksi di dalam lambung.  Obat yang masuk ke
dalam jenis penghambat pompa proton ini mengobati
beberapa kondisi, yaitu nyeri ulu hati, penyakit asam
lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD),
dan infeksi H. Pylori yang menyebabkan tukak lambung.
Paracetamol Terapi jangka pendek untuk demam dan nyeri derajat ringan
500 mg/ 8 jam dan sedang.

E. Assessmen Gizi
1) Pengkajian Data Antropometri
Berat Badan = 40 kg
Tinggi Badan = 153 cm
Usia = 29
Indeks Massa Tubuh (IMT)
BB
IMT =
( TB ) 2

6
40
=
( 1.53 ) 2
= 17,09 kg/m2
Berdasarkan hasil perhitungan, status gizi Ny. L termasuk kedalam
kategori gizi kurang (Asia Pacific Clin Nutr, 2002).
2) Pengkajian Data Riwayat Gizi (Dietary History)
Riwayat Gizi Dahulu
Mengalami penurunan berat badan yaitu 5 kg semenjak 6 bulan SMRS, asupan
makan pasien menurun saat mengalami mual muntah setelah kemoterapi.
Sebelum sakit, pasien sering mengkonsumsi gorengan dan lauk hewani berupa
telur atau ayam 2 kali sehari serta minum kopi 2-3 kali per hari. Pasien makan
3 kali sehari dengan 2 kali selingan. Sejak sakit, pasien tidak mengkonsumsi
bahan makanan tersebut karena takut berefek pada tingkat keparahan kanker.
Riwayat Gizi Sekarang
Pasien diberikan diet TETP 1700 Kkal dari rumah sakit dengan asupan makan
dari rumah sakit 50% yaitu nasi, lauk, dan sayur serta ditambah buah yaitu
pisang dari luar yang diberikan oleh keluarga maupun permintaan pasien.

F. Diagnosis
Medik : kanker ovarium stadium III on kemo siklus ke II dengan sindroma
paraneoplastik dan febris hari ke 2
Gizi :
1. Peningkatan kebutuhan zat gizi (energi dan protein) yang disebabkan status
gizi kurang dan febris ditandai dengan IMT 17,09 kg/m2, adanya protein dan
keton dalam urine, serta suhu tubuh meningkat.
2. Peningkatan asupan mineral besi, asam folat, dan B12 dikarenakan
peningkatan kebutuhan zat gizi untuk memulihkan anemia yang ditandai
dengan Hb, eritrosit, MCV, MCH, dan MCHC (↓).
3. Peningkatan kebutuhan kalium disebabkan karena hipokalemia ditandai
dengan kadar kalium darah (↓).
4. Kekurangan intake makanan dan minuman oral yang disebabkan oleh gejala
fisik klinis kemoterapi yaitu mual muntah dan ditandai asupan makanan
pasien 50% dari kebutuhan tota.l

7
5. Perubahan nilai laboratorium terkait dengan gizi yang disebabkan oleh terapi
kemoterapi dan penyakit Ca. ovarium yang ditandai dengan Hb, MCV,
MCH, MCHC, Ht, Trombosit, Eritrosit, limfosit dan kalium (↓)
6. Penurunan nafsu makan yang disebabkan karena kemoterapi ditandai dengan
mual dan muntah.
7. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan disebabkan karena pengobatan
kanker (kemoterapi) yang ditandai dengan penurunan mual, muntah, dan
intake asupan makanan per oral 50% dari kebutuhan.
8. Kekeliruan pola makan disebabkan karena kurangnya pengetahuan ditandai
dengan sering mengkonsumsi gorengan.

G. Rencana Intervensi
Internvensi Gizi Kanker (ND)
1) Tujuan
Tujuan diit penyakit kanker adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi optimal dengan cara :
- Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit
serta daya terima pasien.
- Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.
- Mengurangi rasa mual, muntah dan melena.
- Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan
oleh pasien dan keluarganya.
- Memperbaiki status anemia pasien melalui asupan makanan tinggi
protein
2) Prinsip Diet :

- Tinggi Energi
- Tinggi Protein
- Lemak Sedang
- Cukup KH

8
3) Jenis Diet : Diet TKTP 1700 Kkal, bentuk makanan lunak (bubur) , dan cara
pemberian oral
4) Syarat Diet
Syarat diit penyakit kanker menurut Hartono (2007) adalah :
- Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB
untuk perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang,
maka kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36
kkal/kg BB untuk perempuan.
- Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB diutamakan protein yang berasal dari
sumber hewani berupa daging putih yaitu ikan dan daging ayam.
- Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B Kompleks, C dan E.
Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen.
- Rendah yodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal.
- Bila imunitas menurun (leukosit < 10ml) atau pasien akan menjalani
kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril dan
pemberian makanan imunonutrisi. Pasien mengalami sindrom
paraneoplastik sehingga diperlukan imonunutrisi yaitu omega 3 (EPA
dan DHA), omega 6, glutamine, dan arginin.
- Tinggi antioksidan terutama dari vitamin A, C, dan E. bila perlu
ditambah dalam bentuk suplemen atau ekstra buah-buahan.
- Tinggi kalium untuk memperbaiki keadaan hipokalemia yaitu diberikan
sesuai RDA dan ditambah 20-50% dari kebutuhan.
- Makanan diberikan dalam bentuk lunak (bubur) dalam porsi kecil namun
sering.
- Pemberian terapi parenteral dan enteral diperlukan bila asupan makanan
kurang dari 50% dari kebutuhan total.
5) Perhitungan Kebutuhan
BB : 40 kg
BBI : 48 kg
TB : 153 cm

9
Kebutuhan energi = 36 kkal x 48 kg = 1728 kal = 1700 kal
Kebutuhan protein = 1,5 g x 40 kg
= 60 g = 240 kal
Kebutuhan lemak = 20% x 1700 kal
= 340 kal
= 37,8 g
Kebutuhan Karbohidrat = 1700 – 240 – 340
= 1120 kal
= 280 g
Kebutuhan Vitamin C = 75 mg (AKG) + 20% = 90 mg
Kebutuhan Vitamin E = 15 mg (AKG) + 20% = 18 mg
Kebutuhan Kalium = 2500 mg

10
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien adalah seorang perempuan berusia 29 tahun, didiagnosa kanker ovarium


on kemo siklus ke II dengan sindroma paraneoplastik kematorapi siklus ke II dan febris
hari ke 2. Bentuk pelayanan gizi rumah sakit adalah PAGT yang dimulai dari assessmen
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi gizi menjadi
tanggungjawab ahli gizi (Wijayanti, 2012).
Salah satu zat gizi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya kanker adalah
lemak. Konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Hal
ini disebabkan lemak bersifat Cancer Promoting. Adanya lemak dalam tubuh membuat
zat yang bersifat karsinogenik, zat yang membentuk terjadinya kanker dan berkembang.
Konsumsi berlebihan makanan yang digoreng, berlemak, dan telur merupakan faktor
pencetus terjadinya kanker ovarium (Kusumawardani, 1996).
Pada awal masuk pasien mengalami trombositopenia dan anemia yang ditandai
dengan kadar Hb dalam darah menurun. Kadar eritrosit juga menurun dengan indeks
eritrosit yaitu MCV, MCH, dan MCHC juga rendah. Jenis anemia pada pasien
berdasarkan data tersebut adalah anemia mikrositik hipokromik yaitu anemia yang
disebabkan karena kekurangan zat besi. Selain itu, kondisi kemoterapi juga
menyebabkan pasien rentan menderita defisiensi asam folat dan B12. Pasien juga
mengalami penurunan sistem imunitas tubuh yang ditandai dengan kadar limfosit darah
menurun dan terjadi peningkatan kadar leukosit.
Pengobatan kanker dengan kemoterapi, efeknya tidak hanya berdampak pada
tubuh yang terkena kanker saja tetapi dapat mempengaruhi kondisi tubuh secara
keseluruhan. Sel-sel tubuh yang semula normal dapat menjadi rusak. Apabila kerusakan
telah mencapai saluran gastrointestinal maka akan terjadi malabsorbsi. Steroid yang
digunakan saat kemoterapi memerlukan pembatasan dalam intake natrium dan
karbohidrat karena adanya penimbunan cairan dan meningkatnya kadar glukosa serum.
Efek samping yang terjadi selama kemoterapi ini membuat pasien kanker sulit untuk
mengkonsumi zat gizi secara optimal. Agar dapat memenuhi kebutuhan gizi secara

11
optimal maka diet yang diberikan harus selalu di modifikasi sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien (Stump,1992).
Antioksidan dari makanan sehari-hari diperlukan untuk meminimalkan stres
oksidatif. Asupan buah dan sayuran dapat meningkatkan kadar serum antioksidan
(Valtuena et al., 2008).Vitamin C dan vitamin E berperan pada sistem antioksidan.
Antioksidan pada vitamin C dan vitamin E berperan menghambat radikal bebas dan
memutuskan reaksi rantai radikal (Pan et al., 2011; Bae et al., 2009).
Jenis protein yang diberikan pada penderita kanker juga harus diperhatikan yaitu
dengan menghindari daging merah yang tinggi lemak. Konsumsi lauk hewani berupa
daging putih lebih dianjurkan terutama yang berasal dari ikan. Ikan merupakan sumber
asam lemak tidak jenuh ganda omega 3 (PUFA), yaitu EPA dan DHA (EFSA, 2010).
EPA dan DHA memiliki peran dalam mengobati dan menurunkan resiko kanker (Fabian
et al., 2015). EPA memiliki fungsi antiinflamasi (Machado et al., 2011) dan memiliki
manfaat kesehatan bagi cachexia yang berhubungan dengan kanker. EPA dapat
menurunkan produksi TNF-α oleh makrofag (Babcock et al., 2002) dan mencegah efek
merusak TNF-α selama diferensiasi otot skeletal in vivo (Magee et al., 2008). EPA
memiliki efek protektif terhadap degradasi otot distropik dengan cara mereduksi TNF-α
(Machado et al., 2011).

12
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D.D., Miller, A.J., Cushing, C.A., et al. 2010. Processed meat and colorectal
cancer: a quantitative review of prospective epidemiologic studies. Europe
Journal of Cancer Prevention, vol. 19, hlm. 328 – 341.
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka UtamaFabian et
al., 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta.
Bae, Y., Yeon, J., Sung, C., Kim, H., dan Sung, M.K. 2009. Dietary Intake and Serum
Levels of Iron in Relatition to Oxidative Stress in Breast Cancer Patients.
Journal of Clinical Biochemistry and Nutrition, vol. 45, no.3, hlm. 355-360.
Fabian, C.J., Kimlerz, B.F., Hursting, S.D., 2015. Omega-3 fatty acids for breast cancer
prevention and survivorship. Breast Cancer Research vol. 17, hlm. 62.
Ferreira, D., Guimaraes, T.G dan Marcadenti, A. 2013. Acceptance of Hospital Diets
and Nutritional Status among Inpatients with Cancer. Einstein, vol 11, no.1, hlm.
41-46.
Harimawan, A.I.W., Hadi, H. dan Susetyowati. 2011. Kajian Metode Subjective Global
Assessment (SGA) dan Nutrition Services Screening Assessment (NSSA) sebagai
Prediktor Lama Rawat Inap dan Status Pulang. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, vol.
7, no. 3, hlm. 137-144
Hernandez, J.A, Vila, M.P, Sanz, M.L., Lorenzo, A.G., Perez, S.C., Lorda, P.G., Araujo,
K., Guerri, B.S. dan behalf of the PREDyCES Researchers. 2012. Prevalence
and Cost of Malnutrition in Hospitalized Patients: the PREDyCES Study.
Nutricion Hospitalaria, vol. 27, no. 4, hlm. 1049-1059
Kusumawardani, N, 1996. Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker E-Journal Pusat
Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Litbangkes., vol. 4, no. 64. Media
Litbangkes : Jakarta.
Machado, R.V., Mauricio, A.F., Taniguti, A.P., Ferretti. R., Net, H.S. dan Marques,
M.J. 2011. Eicosapentaenoic acid decreases TNF-α and protects dystrophic
muscles of mdx mice 430 from degeneration. Journal of Neuroimmunology,
hlm. 145 – 150.
Magee, P., Pearson, S. dan Allen, J. 2008. The omega-3 fatty acid, eicosapentaenoic
acid (EPA), prevents the damaging effects of tumor necrosis factor (TNF)-alpha
during murine skeletal muscle differentiation. Lipids Health Disease, vol.7,
hlm. 24.

13
Pan, D.Y., Zhou, J., Gibbons, L., Morrison, H., dan Wen, S.W. 2011. Antioxidants And
Breast Cancer Risk- a Population Based Case-Control Study in Canada.BioMed
Central, vol. 11, no. 372, hlm. 1-12.
Pereira, M.A.C, Santos, C.A, Barito, J.A dan Fonseca, J. 2014. Scored Patient-
Generated Subjective Global Assessment, Albumin and Transferrin for
Nutritional Assessment of Gastrostomy Fed Head or Neck Cancer Patients.
Nutricion Hospitalaria, vol. 29, no. 2, hlm. 420-426
Stump Eacot, S.1992.Nutrition and Diagnosis. Lea and Febiger : USA.
Valtuena, S., Pellegrini, N., Franzini, L., Bianchi, M.A., Ardigo, D., dan Del, D. 2008.
Food Selection Based on Total Antioxidant Capacity can Modify Antioxidant
Intake, Systemic Inflammation, and Liver Function Without Altering Markers of
Oxidative Stress.The American Journal of Clinical Nutrition, vol. 2008, no. 87,
hlm. 1290–1297.
Wijayanti, Tania. 2012. Studi Kualitatif Proses Asuhan Gizi Terstandar (di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang): Artikel Penelitian. Semarang:
Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang..
World Health Organization (WHO). 2012. Cancer Mortality and Morbidity.
http://www.who.int/gho/ncd/ mortality_morbidity /cancer/en/ Diakses tanggal 10
April 2016.
World Health Organization (WHO). 2015. Cancer. http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs297/en/ Dikases tanggal 10 April 2016.

14

Anda mungkin juga menyukai