Anda di halaman 1dari 14

DIH, Jurnal Ilmu Hukum

Agustus 2012, Vol. 8, No. 16, Hal. 86 - 99

UPAYA PEMERINTAH MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG


BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

Yogi Mahendra Deswantara


Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya

Abstract

18 Paragraph (2) The 1945 Constitution of The Republic of Indonesia, call that The
regional authorities of the provinces, regencies and municipalities shall administer and
manage their own affairs according to the principles of regional autonomy and the duty of
assistance (tugas pembantuan). Organization of local governments led by the head region
and assisted by a deputy regional head. In carrying out the duties and authority under
Article 25 and Article 26, the regional head and deputy regional heads have an obligation
in accordance with Article 27 Paragraph (1) letter (d) The Act Number 32 of 2004 on
Regional Government. In this study, only the function of the regional heads in running the
regional government was analyzed whether it has been in compliance or not with the
norms / rule and standards based on regional autonomy of the regional heads of regional
government according to democratic principles , while the deputy head of the area is not
discussed.

PENDAHULUAN Sedangkan yang ketiga adalah ada niat dari


kepala daerah untuk melakukan korupsi tetapi
Jumlah Kepala Daerah yang tersangkut
kebanyakan pangkal dari persoalan korupsi
kasus korupsi sungguh mecengankan. Kemen-
Kepala Daerah adalah tingginya biaya kampa-
dagri mencatat diantara 524 Kepala Daerah
nye dan pilkada sehingga semua kepala daerah
(Gubernur, Bupati, Wali Kota) 173 orang
berlomba-lomba mengembalikan modal kam-
terlibat korupsi pada tahun 2004– 2012. Dalan
panyenya karena sangat tidak mungkin jika
jumlah tersebut 70% telah diputus bersalah
hanya mengandalkan dari gaji seorang kepala
dan diberhentikan dari jabatannya. Berdasar-
daerah dapat mengembalikan atau menutup
kan kajian dari Kemendagri ada beberapa hal
biaya yang sangat besar dalam proses penca-
yang mengakibatkan jumlah Kepala Daerah
lonan.
yang tersangkut kasus Korupsi terus mening-
Seiring dengan dilaksanakannya program
kat. Pertama latar belakang Kepala Daerah
otonomi daerah, pada umumnya masyarakat
yang beragam mulai dari birokat, politisi,
mengharapkan adanya peningkatan kesejah-
pengusaha maupun artis. Dari latar belakang
teraan dalam bentuk peningkatan mutu pe-
yang berbeda-beda tersebut sebenarnya ke-
layanan masyarakat, partisipasi masyarakat
mampuan dan pemahaman tentang birokrasi
yang lebih luas dalam pengambilan kebijakan
sangat kurang terutama tentang sistem regulasi
publik, yang sejauh ini hal tersebut kurang
keuangan daerah. Kedua faktor SDM di
mendapat perhatian dari pemerintahan pusat.
daerah masih terbatas apalagi banyak ditemu-
Namun kenyataannya sejak diterapkannya
kan orang yang tidak berkompeten diberi
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
jabatan strategis hanya karena yang bersang-
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
kutan merupakan salah satu tim sukses.

86
Upaya Pemerintah Mewujudkan Pemerintahan Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan hirarki pemerintahan, sehingga tidak efek-
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Dae- tif lagi kontrol pemerintah pusat ke daerah
rah sejak Januari 2001, belum menunjukkan karena tidak ada lagi hubungan struktural
perkembangan yang signifikan bagi peme- secara langsung memaksakan kepatuhan
nuhan harapan masyarakat tersebut. pemerintah daerah kepada pemerintah
Dalam era transisi desentralisasi kewe- pusat. Kepala daerah, baik bupati maupun
nangan itu telah melahirkan berbagai penyim- walikota tidak lagi ditentukan oleh peme-
pangan kekuasaan atau korupsi, kolusi dan rintah pusat, melainkan oleh mekanisme
nepotisine (KKN) termasuk didalamnya bi- pemilihan kepala daerah oleh DPRD
dang politik di daerah, KKN yang paling dan bertanggungjawab kepada DPRD.
menonjol pasca otonomi daerah antara lain Hubungan pemerintahan antara peme-
semakin merebaknya kasus-kasus politik uang rintahan pusat dan pemerintahan daerah
dalam pemilihan kepala daerah, anggaran tidak lagi struktural, melainkan fungsional
pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang yaitu hanya kekuasaan untuk memberi
tidak memihak pada kesejahteraan rakyat policy guidance kepada pemerintah dae-
banyak, penggemukan instansi-instansi terten- rah.
tu di daerah yang menimbulkan disalokasi (3) Terjadi indikasi KKN yang cukup krusial
anggaran, dan meningkatkan pungutan-pungu- antara pemerintah daerah dan DPRD,
tan melalui peraturan-peraturan daerah (perda) sehingga kontrol terhadap jalannya penye-
yang memberatkan masyarakat dan tidak lenggaraan pemerintah daerah sulit terlak-
kondusif bagi pengembangan dunia usaha di sana, sementara kontrol dari kalangan
daerah. masyarakat masih sangat lemah.
Berbagai pihak menyoroti realitas otonomi Berbagai bukti menunjukkan bahwa dengan
daerah yang rawan terhadap terjadinya KKN kecerdasan dan kekuasaan yang dimiliki ko-
tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor ruptor, mampu memposisikan dirinya sebagai
antara lain : pribadi yang tidak bias disentuh oleh hukum.
(1) Program otonomi daerah hanya terbatas Untuk itu ditetapkan Undang–Undang Nomor
pada pelimpahan wewenang dalam pem- 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
buatan kebijakan, keuangan dan adminis- Tindak Piana Korupsi. Berpedoman pada
trasi dari pemerintah pusat ke daerah, Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang
tanpa disertai pembagian kekuasaan kepa- telah diubah dengan Undang–Undang Nomor
da masyarakat atau tanpa partisipasi 20 Tahun 2001 tetang Pemberantasan Tindak
masyarakat secara luas. Dengan perkataan Pidana Korupsi, dan Undang–Undang Nomor
lain, program otonomi daerah tidak diikuti 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
dengan program demokratisasi yang Korupsi (KPK) diberi wewenang untuk me-
membuka peluang keterlibatan masyara- nindak siapapun yang diduga melakukan
kat dalam pengambiian kebijakan umum Tipikor. Secara tegas Undang–Undang Nomor
di daerah. Karenanya, program desentra- 30 Tahun 2002 menentukan bahwa dalam
lisasi ini hanya memberi peluang kepada melakukan penyelidikan dan penuntutan KPK
para elit lokal (daerah) baik elit eksekutif tunduk pada hukum acara yang berlaku.
maupun elit legislatif untuk mengakses Korupsi sudah merupakan jasa yang diper-
sumber-sumber ekonomi daerah dan jualbelikan guna mencapai tujuan atau ke-
politik daerah, yang rawan terhadap KKN, pentingan. Korupsi adalah hasil dari transaksi
perbuatan sewenang-wenang, penyalah- dari dua pihak yang oleh Michael Foucault,
gunaan wewenang dan atau perbuatan filsuf Prancis abat lalu disebut sebagai relasi
yang melampui batas wewenang. kekuasaan. Relasi kekuasaan melibatkan aksi
(2) Tidak adanya institusi negara yang mam- dua pihak, dimana satu pihak berupaya mem-
pu mengontrol secara efektif penyim- pengaruhi atau mengontrol yang lain, tetapi
pangan wewenang di daerah. Program keduanya terlibat transaksi kepentingan dan
otonomi daerah telah memotong struktur salah satu memainkan peran melawan (resis-

87
Yogi Mahendra Deswantara

tence).1 Komisi Pemberantasan Korupsi untuk Kolusi dan Nepotisme?


selanjutnya disingkat KPK sebagai lembaga
superbody pun dituding telah melakukan METODE PENELITIAN
tebang pilih. Ini terjadi ketika KPK menangani Penyusunan Metode Penelitian adalah me-
kasus korupsi menyangkut penyidikan KPU nyatakan secara lengkap dan operasional
(Komisi Pemilihan Umum). Dalam kasus ini, tujuan penelitian yang mencakup bukan saja
yang disidik, diperiksa, ditahan dan diajukan variable–variable yang akan diteliti dan karak-
ke pengailan hanya yang menyangkut anggota teristik hubungan yang akan diuji melainkan
KPU tertentu saja, sedangkan terhadap sekaligus juga tingkat keumuman (Level of
anggota KPU lainya tidak2, demikian juga Generality) dari kesimpulan yang akan ditarik
terhadap kepolisian. Dari hasil survey, Kepo- seperti tempat, waktu, kelembagaan dan seba-
lisian termasuk salah satu lembaga terkorup gainya. Berdasarkan tujuan penelitian ini
bersama Legislatif, Kejaksaan dan Peradilan. maka kita akan dapat memilih metode pene-
Undang–undang Nomor 31 Tahun 1999 jo litian yang tepat beserta teknik pengambilan
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberan- contoh dan teknik penarikan kesimpulan yang
tasan Tindak Pidana Korupsi, khususnya pasal relevan. Metode adalah prosedur atau cara
2 dan 3 mendifinisikan korupsi antara lain yang spesifik dalam memecahkan dalam
sebagai berikut : sebuah metode penelitian mencakup, beberapa
“setiap orang yang secara sengaja mela- teknik yang termasuk di dalamnya umpama-
wan hukum melakukan perbuatan memper- nya teknik pengambilan contoh, teknik pengu-
kaya diri sendiri atau orang lain atau suatu kuran, teknik pengumpulan data dan teknik
korporasi yang dapat merugikan keuangan analisa data3. Sejalan dengan teori–teori
Negara atau perekonomian Negara dan setiap kebenaran tersebut.
orang yang dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau suatu kor-
PEMBAHASAN
porasi, menyalagunakan wewenang, kesem-
patan atau sarana yang ada padanya karena Kewenangan Pemerintah Daerah dalam
jabatan ataukedudukan yang dapat merugikan Konsepsi Otonomi Daerah
keuangan Negara atau perekonomian Negara Dalam pasal 1 ayat (1) Undang Undang
……” Dasar 1945 dinyatakan bahwa Negara Indo-
nesia adalah Negara Kesatuan berbentuk
Rumusan Masalah Republik Indonesia dibangun dalam kerangka
Beradasarkan kondisi tersebut diatass, negara yang berbentuk kesatuan, bukan
maka penulis membatasi diri untuk merumus- feserasi. Oleh karena itu daerah mempunyai
kan massalah pada : kewenangan untuk mengatur dan mengurus
a. Apakah Pembuatan Peraturan Daerah rumah tangganya sendiri (otonomi daerah)
(Perda) yang bersifat partisipatif dapat tanpa lepas dari bingkai negara kesatuan
mewujudkan Pemerintahan yang bebas dari sebagaimana diamanatkan UUD 1945.
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme? Perjalanan sejarah bangsa indonesia telah
b. Bagaimana upaya Pemerintah dalam me- mengalami pasang surut. Secara rinci
wujudkan Pemerintah bebas dari Korupsi, Mohammad Hatta menguraikan bahwa Pasal 1
ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa ”
1
Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan
Istiawan Witjaksono, Diskriminasi Dalam
yang berbentuk Republik ”. Pasal 1 ayat (1)
Pemberantasan Korupsi, Makalah disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah penunjang disertsi Konstitusi RIS 1949 menegaskan bahwa ”
(MKPD), program Studi Doktor Ilmu Hukum Republik Indonesia yang merdeka dan berke-
Pascasarjana Untag Surabaya, 2010. Hlm. 3-4
2 3
Soemodiharjo Dyatmiko, Mencegah dan Memberantas Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah
Korupsi, Mencermati Dinamikanya Indonesia, Prestasi Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, (Jakarta :
Pustaka Publisher, Jakarta, 2008, hal. 124 2001)., Hal. 328 dan 330

88
Upaya Pemerintah Mewujudkan Pemerintahan Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

daulat ialah suatu Negara Hukum yang demo- terhadap pelaksanaan urusan yang telah
kratis dan berbentuk Federasi ”. dilimpahkan. Penyelenggaraan asas desentrali-
Pasal 1 ayat (1) UUD Sementara 1950 sasi dan dekonsentrasi dilaksanakan di pro-
menegaskan. Republik Indonesia yang merde- vinsi.
ka dan berkedaulat ialah suatu negara hukum Desentralisasi menggambarkan pengalihan
yang demokratis dan berbentuk kesatuan”. tugas operasional ke pemerintahan lokal dan
Perubahan bentuk negara dan Pemerintahan juga menggambarkan pendelegasian atau
mulai dari sistem presidentil berubah menjadi devolusi kewenangan pembuatan keputusan
sistem parlementer. Dan kembali lagi menjadi kepada pemerintah yang tingkatannya lebih
sistem presidentil. Undang Undang Dasar rendah7. Dengan kata lain desentralisasi meru-
1956 dengan negara kesatuan Undang-Undang pakan pelaksanaan pembagian kesenangan
Dasar Republik Indonesia Serikat dengan antara pemerintah pusat dan pemerintah dae-
negara federal dan Undang Undang Dasar rah dalam negara kesatuan dalam rangka oto-
Sementara (UUDS) 1950 menganut negara nomi daerah.
kesatuan. Negara federal bukanlah nomen- Undang-undang yang mengatur otonomi
klatur kenegaraan dalam negara kesatuan daerah saat ini adalah Undang-undang Nomor
(eenheidsstaat atau unitary state). Negara 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah
kesatuan tidak mengenal bentuk pemerintahan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22
federal. Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah dan
Negara Indonesia adalah negara yang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
berbentuk kesatuan (unitar stste). Kekuasaaan Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Di
penuh berada di pemerintahan pusat, namun dalam Undang-Undang 32 tahun 2004, pada
kewenangan (authorith) pemerintah pusat Pasal 1 Angka 6 pengertian daerah otonom
ditentukan batasan-batasannya dalam Undang- adalah kesatuan masyarakat hukum yang
undang. Sedangkan kewenangan yang tidak mempunyai batas-batas wilayah yang berwe-
disebutkan dalam Undang-undang ditentukan nang mengatur dan mengurus urusan pemerin-
sebagai kewenangan yang dimiliki oleh Peme- tahan dalam Sistem Negara Kesatuan Repu-
rintah Daerah4. Asas pemerintah daerah di- blik Indonesia”. Pembentukan daerah otonom
tegaskan didalam pasal 18 ayat (2) bahwa pe- merupakan “perintah” (amanat) konstitusi8.
merintah daerah provinsi dan daerah kabupa- Daerah otonom tersebut pada dasarnya meru-
ten/kota mengatur dan mengurus sendiri pakan satu kesatuan wilayah sebagai kesatuan
urusan pemerintah menurut asas otonomi dan masyarakat yang mempunyai ikatan serta
tugas pembantuan5. Oleh karena itu secara mempunyai kewenangan untuk mengurus
universal asas pemerintahan daerah mencakup kepentingan dengan tetap berada dalam ikatan
3 (tiga) asas penting yaitu : Negara Kesatuan Republik Indonesia9. Daerah
1. Asas Desentralisasi otonom dibangun melalui perangkat substansi
2. Asas Dekonsentrasi (kaidah) hukum, yang memiliki kewenangan
3. Tugas Pembantuan6 “otonomi” Penguatan otonomi menciptakan
Pemerintah pusat sebagai pihak yang me- keseimbangan antara penyerahan dan pelim-
limpahkan wewenang tetap bertanggungjawab pahan kewenangan kepada pemerintah daerah
dan menjaga keutuhan NKRI.
4
Dalam penjelasan umum Undang-Undang
Jimly Asshiddiqie.Pengantar Pemikiran UUD Negara Nomor 32 Tahun 2004 dikemukakan bahwa
Kesatuan RI. (Jakarta: The Habibie centre.2001). hal.28
5
pemerintah daerah berwenang untuk mengatur
Pasal 18 Ayat (2) UUD 1945 Amendemen ke 2
menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi, 7Ibid
Daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurusi
8
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonom dan Benyamin Hoessein. Loc. Cit
tugas pembantuan 9
Penjelasan umum UU No. 32 Tahun 2004 tentang
6
Sarundajang.Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pemerintahan Daerah
(Jakarta: Sinar Harapan. 2000). Hal 32.

89
Yogi Mahendra Deswantara

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan pada daerah untuk menjadi urusan rumah
menurut asas otonomi dan tugas pemban- tangga sendiri. Nasroen14 berpendapat bahwa
tuan10. Pemberian otonomi luas kepada daerah otonomi daerah yang seluas-luasnya bukan
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya tanpa batas sehingga meretakkan Negara
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kesatuan. Otonomi daerah berarti berotonomi
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta dalam Negara. Otonomi tidak boleh meretak-
masyarakat dan daerah diharapkan mampu kan, apalagi memecahkan Negara kesatuan.
meningkatkan daya saing dengan memperhati- Prinsip otonomi daerah menggunakan prin-
kan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, sip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah
keistimewaan dan kekhususan serta potensi diberikan kewenangan mengurus dan menga-
dan keanekaragaman daerah dalam system tur semua urusan pemerintahan, di luar yang
Negara Kesatuan Republik Indonesia. menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan
Agar mampu menjalankan perannya ter- dalam Undang-Undang ini.Daerah memiliki
sebut, daerah diberikan kewenangan yang kewenangan membuat kebijakan daerah beru-
seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak pa peraturan-peraturan untuk memberi pela-
dan kewajiban menyelenggarakan otonomi yanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan
daerah dalam kesatuan system penyelengga- pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
raan pemerintahan Negara.11 Dari uraian pada peningkatan kesejahteraan rakyat.15
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa prinsip Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksana-
yang dipakai dan melandasi pelaksanaan kan pula prinsip otonomi yang nyata dimana
otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang urusan pemerintahan dilaksanakan berdasar-
Nomor 32 Tahun 2004 ini adalah “Otonomi kan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
seluas-luasnya yang nyata dan bertanggung- senyatanya telah ada dan berpotensi untuk
jawab”. tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan
Porsi otonomi daerah menurut Laica,12 potensi dan keikhlasan daerah.16 Hal senada
tidak cukup dalam wujud otonomi daerah diungkapkan oleh Hatta17 bahwa dasar kedau-
yang luas dan bertanggung jawab, tetapi juga latan rakyat adalah hak rakyat untuk menen-
harus diwujudkan dalam format otonomi yang tukan nasibnya, yang tidak hanya ada pada
seluas-luasnya. Konsep pemerintahan otonomi pucuk pemerintah negeri, melainkan juga pada
yang seluas-luasnya merupakan salah satu setiap tempat (daerah). Tiap-tiap golongan
upaya untuk menghindari ide Negara federal. atau bagian rakyat mendapat otonomi (mem-
Cakupan otonomi yang seluas-luasnya adalah buat dan menjalankan peraturan sendiri) dan
bermakna penyerahan urusan sebanyak mung- zelfbestuur (menjalankan peraturan yang di-
kin kedaerah untuk menjadi urusan rumah buat oleh dewan yang lebih tinggi). Hal ini
tangga sendiri. menjadi penting karena keperluan tiap tempat
Di sisi lain, Soehino13 berpandangan bahwa dalam satu negeri tidak sama, melainkan
cakupan otonomi yang seluas-luasnya bermak- berbeda-beda.
na penyerahan urusan sebanyak mungkin ke- Dengan demikian isi dan jenis otonomi
bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan
10
Pemberian sebagian kewenangan (kekuasaan) kepada
14
daerah berdasarkan hak otonomi (Negara kesatuan M. Nasroen. Masalah-masalah di sekitar Otonomi
dengan system desentralisasi), tetapi pada tahap akhir, Daerah,(Jakarta: Wolters, 1951), hal. 28, sebagaimana
kekuasaan tertinggi tetap ditangan pemerintah dikutip ulang oleh Agussalim Andi Gadjong
pusat.Lihat juga Penjelasan umum angka 1 Dasar 15
Penjelasan umum UU No.32 Tahun 2004 tentang
Pemikiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pemerintahan Daerah angka 1 huruf b.
tentang Pemerintah Daerah.
16
11 Penjelasan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Penjelasan umum UU No.32 Tahun 2004 tentang
daerah
Pemerintahan Daerah angka 1 huruf a
17
12 Mohammad Hatta, Ke Arah Indonesia Merdeka
Laica Marzuki, op. cit, hal. 9
Kumpulan Karangan Jilid I,(Jakarta: Bulan Bintang,
13
Soehino.Op. cit,. hal. 50 1976), hal. 103

90
Upaya Pemerintah Mewujudkan Pemerintahan Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

daerah lainnya. Adapun yang dimaksud de- kepada daerah, sehingga kewenangan tersebut
ngan otonomi yang bertanggungjawab menu- tetap menjadi wewenang pemerintah pusat
rut Undang-Undang Pemerintah Daerah 2004 dalam wujud dekonsentrasasi dan tugas pem-
adalah otonomi yang dalam penyelengga- bantuan.
raannya harus benar-benar sejalan dengan Inti otonomi daerah adalah demokratisasi
tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang dan pemberdayaan. Sebagai demokratisasi
pada dasarnya untuk memperdayakan daerah berarti ada keserasian antar pusat, daerah dan
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat daerah mempunyai kewenangan untuk menga-
yang merupakan bagian utama dari tujuan tur dan mengurus kepentingan, kebutuhan dan
nasional. Seiring dengan prinsip itu penye- aspirasi masyarakatnya. Aspirasi dan kepen-
lenggaraan otonomi daerah harus selalu be- tingan daerah terdapat perhatian dalam setiap
rorientasi pada peningkatan kesejahtaraan pengambilan kebijakan oleh pusat, sedangkan
masyarakat dengan selalu memperhatikan otonomi daerah pemberdayaan daerah meru-
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam pakan suatu proses pembelajaran dan pengu-
masyarakat. Selain itu penyelenggaraan oto- atan bagi daerah untuk mengatur, mengurus
nomi daerah juga harus, menjamin kesera- dan mengelola kepentingan dan aspirasi ma-
sian hubungan antara daerah dengan daerah syarakat sendiri.
lainnya artinya mampu membangun kerjasama Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
antar Daerah untuk meningkatkan kesejah- memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
taraan bersama dan mencegah ketimpangan bertanggungjawab kepada daerah sehingga
antar daerah. Hal yang tidak kalah pentinya daerah diberikan peluang untuk mengatur dan
bahwa otonomi daerah juga harus mampu melaksanakan kewenangannya atas prakarsa
menjamin hubungan yang serasi antar Daerah sendiri dengan memperhatikan kepentingan
dengan Pemerintah, artinya harus mampu masyarakat setempat dan potensi daerahnya.
memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Kewenangan ini merupakan upaya untuk
Negara dan tetap tegaknya Negara kesatuan membatasi kewenangan Pemerintah dan kewe-
Republik Indonesia dalam rangka mewujud- nangan Propinsi sebagai daerah otonom,
kan tujuan Negara. karena Pemerintah dalam hal ini pemerintah
Kewenangan daerah otonom secara jelas pusat dan pemerintah propinsi hanya diberi
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 kewenangan meliputi perancangan, pelaksana-
tahun 2004 yaitu: ”kewenangan daerah menca- an, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi
kup kewenangan dalam seluruh bidang peme- pada semua aspek pemerintahan.
rintahan, kecuali kewenangan dalam bidang
politik luar negeri, pertahanan keamanan, Rancangan Peraturan Daerah dari
peradilan, moneter dan fiscal, agama serta Partisipasi Masyarakat
kewenangan bidang lain”.18 Pasal 5 Undang-undang Nomor 10 Tahun
Memperhatikan kewenangan yang telah 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perun-
dikemukakan di atas, maka dapat diketahui dang-undangan menyatakan bahwa salah satu
bahwa terdapat sejumlah kewenangan dibi- asas pembentukan peraturan perundang-unda-
dang pemerintahan yang tidak diserahkan ngan yang baik adalah asaa keterbukaan yang
selanjutnya dalam penjelasannya dinyatakan
18
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 ayat (3) UU bahwa dalam proses pembentukan peraturan
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perundang-undangan mulai dari perencanaan,
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah persiapan, penyusunan, dan pembahasan ber-
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. politik luar negari; sifat transparan dan terbuka. Dengan demikian
b. pertahanan; seluruh lapisan masyarakat mempunyai ke-
c. keamanan; sempatan yang seluas-luasnya untuk membe-
d. yustisi; rikan masukan dalam proses pembuatan
e. moneter dan fiscal nasional; dan perundang-undangan.
f. agama

91
Yogi Mahendra Deswantara

Asas keterbukaan sebagai salah satu 3. Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat
syarat minimum dari demokrasi terungkap (1), memuat pokok-pokok materi yang
pula dalam pendapat Couwenberg dan Sri diusulkan.
Soemantri Mertosoewignjo. Menurut S.W. 4. Masukan dari masyarakat sebagaimana
Couwenberg, lima asas demokrasi yang me- dimaksud pada ayat (1), dapat diagendakan
landasi rechtsstaat, dua diantaranya adalah dalam rapat penyiapan Rancangan Pera-
asas pertanggungjawaban dan asas public turan Daerah.
(openbaarheidsbeginsel), yang lainnya adalah:
asas hak-hak politik, asas mayoritas dan asas Definisi, Pengertian dan Asal Kata Korupsi
perwakilan. Senada dengan itu, Sri Soemantri Mengutip ungkapan dari Lord Acton
M. mengemukakan bahwa ide demokrasi tersebut sengaja peneliti lakukan, dengan mak-
menjelmakan dirinya dalam lima hal, dua sud dan tujuan untuk mengingatkan bahwa di
perwakilan.19 Senada dengan itu, Sri mana pun dibelahan bumi ini kekuasaan selalu
Soemantri M.20 mengemukakan bahwa ide sangat rentan terhadap tindak pidana korupsi.
demokrasi menjelmakan dirinya dalam lima Mengutip ungkapan Lord Acton tersebut lebih
hal, dua diantaranya adalah : pemerintah harus diperkuat lagi dengan adanya empat tipe
bersikap terbuka (openbaarheid van bestuur) korupsi sebagaimana dikemukakan oleh Piers
dan dimungkinkannya rakyat yang berkepen- Beirne dan James Messerchmind dalam Dani
tingan menyampaikan keluhannya mengenai Krisnawati dkk., yang mana keempat macam
tindakan-tindakan pejabat yang dianggap atau tipe perbuatan korupsi tersebut adalah
merugikan. sangat berkaitan erat dengan kekuasaan, yaitu
Implementasi dari asas keterbukaan adalah Political Bribery, Politica Kickbacks, Election
dalam bentuk peran serta masyarakat sebagai- fraund, dan Corrupt Compaign Practices21.
mana diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang Lebih lanjut Piers Beirne dan James
Nomor 10 Tahun 2004 yang berbunyi: Messerchmind menjelaskan mengenai empat
Masyarakat berhak memberikan masukan tipe perbuatan korupsi tersebut22.
secara lisan atau tertulis dalam rangka penyi- 1. Political Bribery, adalah kekuasaan di
apan atau pembahasan Rancangan Undang- bidang legislatif sebagai badan pembentuk
Undang dan Rancangan Peraturan Daerah. undang–undang, yang secara politis badan
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 28 tersebut dikendalikan oleh suatu kepen-
(Rancangan) Peraturan Presiden tentang Tata tingan karena dana yang dikeluarkan pada
Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan masa pemilihan umum sering berhubu-
Daerah Sebagai pelaksanaan Pasal 27 Undang- ngan dengan aktivitas perusahaan tertentu
undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang yang bertindak sebagai penyandang dana.
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Dimana individu pengusaha sebagai pemi-
dan Pasal 140 ayat (3) Undang-undang Nomor lik perusahaan berharap agar anggota par-
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lemen yang telah diberi dukungan dana
dinyatakan bahwa : pada saat pemilihan umum dan yang kini
1. Masyarakat berhak memberikan masukan duduk sebagai anggota parlemen dapat
secara lisan atau tertulis sebagai bahan membuat peraturan perundang-undangan
penyempurnaan dalam tahap penyiapan yang menguntungkan usaha atau bisnis
rancangan Peraturan Daerah. mereka.
2. Masyarakat dalam memberikan masukan a. Politica Kickbacks, adalah kegiatan korupsi
harus menyebutkan identitas secara lengkap yang berkaitan dengan system kontrak
dan jelas.
21
19 Dani Krisnawati dkk, 2006 Bunga Rampai Hukum
P.M. Hadjon, Pelindungan Hukum Bagi Rakyat
Pidana Khusus, Jakarta : Penerbit Pena Pundi Aksara,.
Indonesia, (Surabaya : Bina Ilmu, 1987), hal 76
Hal. 31
20
Sri Soemantri M., Bunga Rampai Tata Negara 22
Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama
Indonesia, (Bandung : Alumni 1992), hal 29.
KPK., Op. Cit., Hal. 20

92
Upaya Pemerintah Mewujudkan Pemerintahan Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

pekerjaan borongan, antara pejabat pelak- pemenangan pemilihan umum dari pada
sana atau pejabat terkait dengan pengusaha, partai politik tertentu adalah contoh dari
yang memberikan kesempatan atau peluang jenis korupsi ini24.
untuk mendapatkan banyak uang bagi ke- Pengertian atau asal kata korupsi menurut
dua belah pihak. Fockeme Andrea dalam Andi Hamzah, kata
b. Election fraund, adalah korupsi yang ber- korupsi berasal dari bahasa latin corrup-
kaitan langsung dengan kecurangan–kecu- tion atau corruptus (Webster Student Dictio-
rangan dalm pelaksanaan pemilihan umum, nary; 1960), yang selanjutnya disebut bahwa
baik yang dilakukan oleh calon pengusaha / corruption itu berasal pula dari kata corrum-
anggota parlemen ataupun oleh lembaga pere, suatu kata dalam bahasa latin yang lebih
pelaksana pemilihan umum. tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak
c. Corrupt Compaign Practices adalah korup- bahasa Eropa seperti Inggris, yaitu corruption,
si yang berkaitan dengan kegiatan kampa- corrupt; Perancis, yaitu corruption; dan
nye dengan menggunakan fasilitas Negara Belanda, yaitu corruptive (korruptie), dapat
dan juga bahkan penggunaan uang Negara atau patut diduga istilah korupsi berasal dari
oleh calon penguasa yang saat itu meme- bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia,
gang kekuasaan. yaitu “korupsi”Andi Hamzah, Pemberantasan
Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan
Definisi tentang Korupsi dapat dipandang
Internasional, PT. Raja Grafindo Persada,
dari berbagai aspek, bergantung pada disiplin
Jakarta : 2006, Hal. 4-6.
ilmu yang dipergunakan23 sebagaimana dike-
Pengertian korupsi menurut Gumar Myrdal
mukakan oleh Benveniste dalam Suyatno,
adalah :
korupsi di definisikan menjadi 4 jenis, yaitu
To include not only all forms of improper
sebagai berikut :
or selfish exercise of power and influence
1. Discretionery corruption, ialah korupsi
attached to a public office or the special
yang dilakukan karena adanya kebebasan
position one occupies in the public life but
dalam menentukan kebijaksanaan, sekali-
also the activity of the bribers.
pun nampaknya bersifat sah, bukanlah
praktik–praktik yang dapat diterima oleh Korupsi tersebut meliputi kegiatan–kegia-
para anggota organisasi. tan yang tidak patut yang berkaitan dengan
2. Illegal corruption, ialah suatu jenis tinda- kekuasaan, aktivitas–aktivitas pemerintahan,
kan yang bermaksud mengacaukan bahasa atau usaha–usaha tertentu untuk memperoleh
atau maksud-maksud hokum, peraturan kedudukan secara tidak patut, serta kegiatan
dan regulasi tertentu. lainnya seperti penyogokan25.
3. Mercenery corruption, ialah jenis tindak Dalam hukum positif anti korupsi khusus-
pidana korupsi yang dimaksud untuk nya dalam pasal 1 angka 1 Bab ketentuan
memperoleh keuntungan pribadi, melalui Umum Undang–Undang Nomor 30 Tahun
penyalahgunaan wewenang dan kekua- 2002 disebutkan tentang pengertian tindak
saan. pidana korupsi :Tindak Pidana Korupsi adalah
4. Ideological corruption, ialah jenis korupsi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Illegal maupun Discretionery yang dimak- Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999
sudkan untuk mengejar tujuan kelompok. tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Contohnya: Kasus skandal Watergate ada- sebagaimana telah diubah dengan Undang–
lah contoh Ideological corruption, dimana Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang peru-
sejumlah individu memberikan komitmen bahan atas Undang–Undang Nomor 31 Tahun
mereka kepada Presiden Nixon ketimbang
kepada undang-undang atau hukum. 24
Penjualan asset BUMN untuk mendukung Ibid., Hal. 17-18 Dalam Ermansjah Djaja.,
Op. Cit. Hal. 23
25
23
Suyatno, Kolusi, Korupsi dan Nipotisme, Gurnar Myrdal, 1968, Asia Drama, Volume II, New
York : Pantheon, Hal. 973
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta ; 2005, Hal. 1
93
Yogi Mahendra Deswantara

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana berdasarkan peraturan perundang–undangan


Korupsi. yang berlaku adalah sejalan dengan ketenatuan
Dengan demikian dapat dijabarkan menge- di dalam pasal 41 dan pasal 42 Bab V tentang
nai pengertian dari “Tindak Pidana Korupsi” Peran Serta Masyarakat Undang–Undang
adalah semua ketentuan hukum materil yang Nomor 31 Tahun 1999.
dapat di dalam Undang–Undang Nomor 31
Pasal 41
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2001 yang (1) Masyarakat dapat berperan serta memban-
telah diatur di dalam Pasal–pasal 2, 3, 4, 5, 6, tu upaya pencegahan dan pemberantasan
7, 8, 9, 10, 11, 12, 12B, 13, 14, 15, 16, 21, 22, tindak pidana korupsi.
23, dan 24. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana di-
Ditambah lagi dengan tindak pidana korup- maksud dalam ayat (1) diwujudkan dalam
si sebagaimana ditentukan dalam pasal 14 bentuk :
Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang a. Hak mencari, memperoleh, dan mem-
menyatakan bahwa: “Setiap orang yang mela- berikan informasi adanya dugaan telah
nggar ketentuan undang-undang yang secara terjadi tindak pidana korupsi ;
tegas menyatakan bahwa pelanggaran terha- b. Hak untuk memperoleh pelayanan da-
dap ketentuan undang–undang tersebut seba- lam mencari, memperoleh, dan mem-
gai tindak pidana korupsi berlaku ketentuan berikan informasi adanya dugaan telah
yang diatur dalam undang – undang ini”. terjadi tindak pidana korupsi kepada
Pengertian tentang pemberantasan tindak penegak hukum yang menangani per-
pidana korupsi juga terdapat di dalam pasal 1 kara tindak pidana korupsi ;
angka 3 Bab Ketentuan Umum Undang– c. Hak menyampaikan saran dan penda-
Undang nomor 30 Tahun 2002 : pat secara bertanggung jawab kepada
Pemberantasan tindak pidana korupsi ada- penegak hukum yang menangani per-
lah serangkaian tindakan untuk mencegah kara tindak pidana korupsi ;
dan memberantas tindak pidana korupsi d. Hak untuk memperoleh jawaban atas
melalui upaya koordinasi, supervise, moni- pertanyaan tentang laporannya yang di-
tor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, berikan kepada penegak hukum dalam
dan pemeriksaan disidang pengadilan, waktu paling lama 30 hari (tiga puluh)
dengan peranserta masyarakat berdasarkan hari ;
peraturan perundang–undangan yang ber- e. Hak untuk memperoleh perlindungan
laku. hukum dalam hal ;
Telah secara jelas didefinisikan tentang 1) Melaksanakan haknya sebagaimana
pemberantasan tindak pidana korupsi di dalam dimaksud dalam huruf a, b, dan c ;
pasal 1 angka 3 Bab Ketentuan Umum 2) Diminta hadir dalam proses penye-
Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2002 lidikan, penyidikan, dan disidang
disebutkan tentang pengertian tindak pidana pengadilan sebagai saksi pelapor,
korupsi, yaitu serangkaian tindakan untuk saksi, atau saksi ahli, sesuai dengan
mencegah dan memberantas tindak pidana ketentuan peraturan perundang–
korupsi melalui upaya koordinasi, supervise, undangan yang berlaku ;
monitoring, penyelidikan, penyidikan, penun- (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
tutan dan pemeriksaan disidang pengadilan ayat (1) mempunyai hak dan tanggung
bahkan lebih luas lagi pendefinisikan tentang jawab dalam pencegahan dan pemberan-
pemberantasan tindak pidana korupsi dengan tasan tindak pidana korupsi.
adanya peran serta masyarakat berdasarkan (4) Hak dan tanggung jawab sebagaimana
peraturan perundang–undangan yang berlaku. dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
Peran serta masyarakat berdasarkan pera- dilaksanakan dengan berpegang teguh
turan perundang–undangan yang berlaku da- pada asas–asas atau ketentuan yang diatur
lam pemberantasan tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan

94
Upaya Pemerintah Mewujudkan Pemerintahan Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

yang berlaku dan dengan menaati norma ngga sekitar 90% PNS melakukan KKN. Baik
agama dan norma sosial lainya. berupa korupsi waktu, melakukan kegiatan
(5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan pungli maupun mark up kecil-kecilan demi
peran serta masyarakat dalam pencegahan menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran
dan pemberantasan tindak pidana korupsi pribadi/keluarga.
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini,
3. Pejabat yang Serakah
diatur lebih lanjut dengan peraturan peme-
rintah. Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan
oleh system pembangunan seperti di atas
Pasal 41 mendorong pejabat untuk menjadi kaya secara
instant. Lahirlah sikap serakah di mana pejabat
(1) Pemerintah memberikan penghargaan ke- menyalahgunakan wewenang dan jabatannya,
pada masyarakat yang telah berjasa mem- melakukan mark up, proyek–proyek pemba-
bantu upaya pencegahan, pemberantasan, ngunan, bahkan berbisnis dengan pengusaha,
atau pengungkapan tindak pidana korupsi. baik dalam bentuk menjadi komisaris maupun
(2) Ketentuan mengenai penghargaan seba- sebagai salah seorang share holder dari peru-
gaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur sahaan tersebut.
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
4. Law Enfocement Tidak Berjalan
Penyebab Korupsi di Indonesia Disebabkan para pejabat serakah dan PNS–
Menerut penasihat Komisi Pemberantasan nya KKN karena gaji yang tidak cukup, maka
Korupsi Abdullah Hehamahua26, berdasarkan boleh dibilang penegakan hukum tidak berja-
kajian dan pengalaman setidaknya ada delapan lan hampir di seluruh lini kehidupan, baik di
penyebab terjadinya korupsi di Indonesia, instansi pemerintah maupun di lembaga kema-
yaitu sebagai berikut. syarakatan karena segala seuatu diukur dengan
uang. Lahirlah kebiasaan plesetan kata-kata
1. Sistem Penyelenggaraan Negara yang seperti KUHP (Kasih Uang Habis Perkara),
keliru Tin (Ten Persen), Ketuhanan Yang Maha Esa
Sebagai Negara yang baru merdeka atau (Keuangan Yang Maha Kuasa), dan sebagai-
Negara yang baru berkembang, seharusnya nya.
prioritas pembangunan di bidang pendidikan.
5. Hukuman yang ringan terhadap Koruptor
tetapi selama puluhan tahun, mulai dari orde
lama, orde baru sampai orde Reformasi ini, Desebabkan Law Enfocement yang tidak
pembangunan difokuskan dibidang ekonomi. berjalan dimana aparat penegak hukum bias
Padahal setiap Negara yang baru merdeka, dibayar, mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan
terbatas dalam memiliki SDM, uang, manage- pengacara, maka hukuman yang dijatuhkan
men, dan teknologi. Konsekuensinya, penga- kepada para koruptor sangat ringan, sehingga
daan ini sebagai area rawan korupsi tidak menimbulkan efek jera bagi koruptor.
Bahkan tidak menimbulkan rasa takut dalam
2. Kompensasi PNS yang Rendah masyarakat, sehingga pejabat dan pengusaha
Wajar saja Negara yang baru merdeka tidak tetap melakukan proses KKN.
memiliki uang yang cukup untuk membayar
6. Pengawasan yang tidak efektif
kompensasi yang tinggi kepada pegawainya,
tetapi disebabkan prioritas pembangunan di Inspektorat merupakan salah satu lembaga
bidang ekonomi, sehingga secara fisik dan teknis daerah yang dibentuk untuk menjamin
cultural melahirkan pola konsumerisme, sehi- penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan
melakukan pengawasan dan pengendalian dae-
26 rah agar berjalan sesuai dengan rancana dan
Inpres Nomor 4 Tahun 2004 tentang Percepatan
ketentuan undang-undang yang berlaku. Salah
Pemberantasan Korupsi
satu hal yang sangat penting dalam penye-
lenggaraan Pemerintah Daerah adalah tata

95
Yogi Mahendra Deswantara

kelola keuangan daerah, yaitu dengan melaku- tata kelola keuangan daerah, yaitu dengan
kan pembinaan dan pengawasan dalam setiap melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
kegiatan yang terkait keuangan daerah, sehi- setiap kegiatan yang terkait keuangan daerah,
ngga dapat tercipta akuntabilitas pengelolaan sehingga dapat tercipta akuntabilitas pengelo-
keuangan daerah. Lembaga pengawasan me- laan keuangan daerah.
miliki peranan dalam menciptakan pengelo- Peran dan fungsi pengawasan di daerah
laan keuangan yang akuntabel/dapat diper- merupakan salah satu hal yang harus diper-
tanggungjawabkan. Namun dilapangan, bebe- hatikan oleh Pemerintah Daerah, karena dalam
rapa tugas ini sering terabaikan. penyelenggaraan pemda, terutama dalam pe-
ngelolaan keuangan daerah yang sering terjadi
7. Tidak adanya keteladanan Pemimpin
penyelewengan atau tindakan korupsi di
Ketika resesi ekonomi (1997), keadaan dalamnya. Sehingga lembaga pengawasan
perekonomian Indonesia sedikit lebih baik dari dalam hal ini memiliki peranan penting dalam
Thailand. Namun, Pemimpin di Thailand menciptakan pengelolaan keuangan daerah
memberi contoh kepada rakyatnya dalam pola yang akuntabel. Jadi dengan keakuntabili-
hidup sederhana, sehingga lahir dukungan tasannya ini, semua kegiatan yang dilakukan
moral dan material dari anggota masyarakat dalam pengelolaan keuangan daerah dapat
dan pengusaha. Dalam waktu relatif singkat dipertanggungjawabkan hasilnya kepada
Thailand telah mengalami recovery ekono- Pemerintah Daerah itu sendiri dan Pemerintah
minya. Di Indonesia, tidak ada pemimpin Pusat. Penelitian ini dimaksudkan untuk
yangbisa dijadikan teladan, maka bukan saja mengetahui bagaimana peran Inspektorat
perekonomian Negara yang belum recovery Kabupaten dalam menciptakan akuntabilitas
bahkan tatanan kehidupan berbangsa dan ber- pengelolaan keuangan daerah. Dalam peneliti-
negara makin mendekati jurang kehancuran. an ini menggunakan metode penelitian kuali-
8. Budaya Masyarakat yang Kondusif KKN tatif dengan metode pengumpulan data melalui
observasi, interview, dan Review dokumen
Dalam Negara agraris seperti Indonesia, dan literature. Sumber data yang digunakan
masyarakat cenderung paternalistik. Dengan dalam penelitian ini adalah data primer dan
demikian, mereka turut melakukan KKN sekunder yang kemudian dikaji dan dianalisa
dalam urusan sehari-hari mengurus KTP, SIM, dengan pendekatan secara deskriptif. Hasil
STNK, PBB, SPP, pendaftaran anak ke seko- dari penelitian ini dimaksudkan untuk dapat
lah atau universitas, melamar kerja, dan lain- mengetahui bagaimana upaya-upaya dan ken-
lain, karena meniru apa yang dilakukan oleh dala-kendala dari peranan Inspektorat tersebut
pejabat, elite politik, tokoh masyarakat, pe- dalam mengusahakan akuntabilitas pengelola-
muka agama, yang oleh masyarakat diyakini an keuangan daerah, yang kemudian menjadi
sebagai perebutan yang tidak adil. Sejauh ini evaluasi untuk meningkatkan dan memper-
masyarakat diposisikan untuk ikut hanyut tahankan kualitas dan prestasi peran Inspek-
dalam kebiasaan KKN agar mereka dapat torat dalam rangka menciptakan pengelolaan
layanan yang di butuhkan. keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten.
Lembaga Pengawas Pemerintah Daerah
yang Efektif Hubungan Pemerintah Daerah Dengan
Inspektorat merupakan salah satu lembaga Lembaga Lintas Sektoral
teknis daerah yang dibentuk untuk menjamin Sedangkan di era reformasi sekarang de-
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan ngan otonomi seluas-luasnya dimana Guber-
melakukan pengawasan dan pengendalian nur, Bupati/Walikota bukan lagi diposisikan
daerah agar berjalan sesuai dengan rancana sebagai ”penguasa tunggal” melainkan sebagai
dan ketentuan undang-undang yang berlaku. ”Kepala Daerah otonom” seakan-akan tidak
Salah satu hal yang sangat penting dalam memiliki hubungan hierarki secara langsung
penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah baik dengan Gubernur maupun dengan

96
Upaya Pemerintah Mewujudkan Pemerintahan Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

Kementerian Dalam Negeri. Dengan pemili- bentuk hubungan, bentuk koordinasinya


han Kepala Daerah secara langsung sebagai dan adanya satu pemahaman dalam mendu-
perwujudan demokratisasi diharapkan lahirnya kung penyelenggaraan otonomi daerah da-
pemimpinan daerah yang memiliki kapabilitas, lam rangka pengawasan terhadap tindak
legalitas dari masyarakat serta dapat menjalin pidana korupsi. Akan tetapi ada dua pola
hubungan dan koordinasi secara harmonis hubungan yang harus dihindari : pertama,
dengan sesama unsur Muspida. hubungan personal yang terlalu dekat yang
Kondisi inilah perlu diatur melalui Pera- dapat mengarah pada nepotisme dan kolusi
turan Pemerintah tersendiri kemudian diikuti sehingga dapat menghambat proses demo-
dengan Keputusan Presiden yang menegaskan kratisasi dan pemberantasan korupsi di-
bentuk hubungan kerjasama dan koordinasi mana masyarakat merasa takut untuk
antara Kepala Daerah Propinsi, Kabupa- mengkritisi Kepala Daerah karena khawa-
ten/Kota dengan unsur-unsur Muspida atau tir berhadapan dengan aparat penegak
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkom- hukum yang tergabung dalam Muspida.
pimda) tidak cukup hanya diatur secara impli- Kedua, jangan sampai terjadinya dishar-
sit dan diselip-selipkan seperti PP 19/2010 moni hubungan antara Kepala Daerah
yang ada sekarang. dengan unsur-unsur Muspida, yang menim-
Ada beberapa pertimbangan prinsip dibu- bulkan ego sektoral masing-masing pihak
tuhkannya seperangkat ketentuan peraturan merasa sama-sama memiliki kewenangan
yang secara khusus mengatur tentang ke- penuh atas tugas yang diemban berdasarkan
dudukan Muspida atau Fokorpimda baik level Undang-Undang. Bila hal ini terjadi memi-
Propinsi dan Kabupaten/Kota di era Otonomi liki dampak yang signifikan terhadap
daerah saat ini, yakni : penyelenggaraan pemerintahan daerah,
1. Kebijakan otonomi daerah menempatkan dengan berdalih demokrasi dan penegakan
Bupati/Walikota dan DPRD sebagai unsur HAM masyarakat tidak akan segan-segan
pemerintahan daerah, kewenangan otonomi menghujat Kepala Daerah yang melampaui
daerah ada ditangan Bupati/Walikota seba- batas etika demokrasi, menghadapi hamba-
gai jabatan politis yang dipilih secara tan dalam menfasilitasi penyelesaian masa-
demokratis. Sedangkan unsur-unsur Muspi- lah baik sesama masyarakat, antara masya-
da atau Fokorpimda merupakan perangkat rakat dengan pihak investor maupun antara
pusat di daerah sebagai aparat penegak masyarakat dengan pemerintah daerah.
hukum yang mengawal segala bentuk kebi- Disharmoni hubungan secara signifikan
jakan pemerintah pusat di daerah terutama berdampak terhadap kinerja perangkat dae-
yang berkaitan dengan pemberantasan rah menimbulkan kekhawatiran sewaktu-
korupsi dan segala bentuk tindakan yang waktu bisa saja menjadi target aparat
mengancam bingkai NKRI. Dalam penger- penegakan hukum. Dan bila terjadi tum-
tian satu sisi Bupati/Walikota merupakan pang tindih tugas (overlap) atau perse-
pihak Eksekutif yakni pihak yang diawasi, lisihan antara aparat pemda yang memiliki
sisi lain unsur-unsur Muspida (Pengadilan, hubungan kerja dengan aparat penegak
Kepolisian, Kejaksaan Tinggi, DPRD) hukum maka Kepala Daerah tidak memiliki
sebagai pihak yang menjaga dan mengawal bargaining power bila berhadapan de-
segala bentuk kebijakan dan komitmen ngan superiority penegak hukum yang ter-
pemerintah pusat didaerah. gabung dalam Muspida.
2. Agar terwujudnya kondisi yang diinginkan
yakni terbangunnya hubungan partnership Pengawasan dan Penegakan Perda serta
(kesetaraan, saling percaya, saling meng- Penegakan Undang-Undang tentang KKN
hormati, dan harmonis) antara Kepala secara konsisten
daerah dengan unsur-unsur Muspida, maka Untuk meningkatkan pengawasan dan
diperlukan suatu ketentuan peraturan dalam penegakan Peraturan Daerah, peran serta
bentuk PP dan Keppres yang mengatur Pemerintah Daerah dengan lembaga penga-

97
Yogi Mahendra Deswantara

wasan yang berkopeten dalam pemberantasan dan memberlakukan aturan dengan tegas. Di
tindak pidana korupsi, Kepala daerah, badan sisi pelaksanaan pemerintahan daerah, mem-
legislatife, kepolisian dan kejaksaan dapat buka akses merupakan cara yang efektif
membentuk tim pengawas atau komisi peme- dalam pendidikan politik rakyat daerah guna
riksa. Komisi pemeriksa tersebut merupakan menghasilkan kebijakan daerah yang aspiratif,
gabungan dari unsur-unsur daerah yang me- partisipatif dan demokratis. Lalu adanya me-
nyelenggarakan fungsi dari pengawasan itu kanisme kontrol dan pengawasan pada semua
sendiri. Komisi pemeriksa tersebut mempu- pihak dan menguatakan pemahaman akan hak
nyai fungsi untuk mencegah praktek korupsi, asasi warga negara untuk memperoleh per-
kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan lindungan hukum dan dapat dipertahankan
di pemerintah daerah. Dalam melaksanakan dalam keadaan apapun juga, untuk mengan-
fungsinya, komisi pemeriksa tersebut dapat tisipasi akibat-akibat yang timbul dari diben-
bekerjasama dengan masyarakat guna menga- tuk dan diberlakukannya suatu kebijakan
wasan setiap pembangunan. Kerana peran daerah.
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pe-
merintahan yang baik merupakan hak dan
DAFTAR BACAAN
tanggungjawab masyrakat untuk ikut mewu-
judkan penyelenggaran pemerintah yang Apeldororn, L.J. van., Pengantar Ilmu Hukum,
bersih. Peran serta masyarakat sebagaimana Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita.,1978.
dimaksud dalam hal ini adalah peran aktif Atmasasmita, Romli, Korupsi, Good Gover-
masyarakat untuk ikut serta mewujudkan nance, dan Komisi Anti Korupsi di Indone-
pemeritahan yang bersih tetapi harus tetap sia, Badan Pembinaan Hukum Nasional
menaati norma hukum, moral dan sosial yang Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
berlaku dalam masyarakat. Manusia Republik Indonesia. Jakarta, 2002.
PENUTUP Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum
Tata Negara. PT. Raja Grafindo Persada,
Perda tentang mekanisme partisipasi ma- (Jakarta:2009)
syarakat untuk mengkritisi kebijakan-kebija-
kan jajaran pemerintahan sampai saat ini Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsa-
belum eksis, namun telah ada usaha-usaha fat Atmajaya : 21), Kanisius, Yogyakarta,
untuk merintis dan membuka jalan kearah 2000.
dapat dilakukannya partisipasi masyarakat Budiman, Arief. Teori Negara, Kekuasaan
secara kritis. Sehingga diharapan untuk ter- dan Ideologi. Gramedia Pustaka Utama.
wujudnya penyelenggaraan pemerintahan Jakarta, 1999.
yang bersih terbebas dari KKN ternyata masih
dihantui dan dibayang-bayangi adanya indi- Cholid, Narbuko dan Achmadi, Abu, Metodo-
kasi praktek KKN tidak hanya dapat terjadi logi Penelitian, Cetakan Kelima, Bina
dalam jajaran pemerintahan pusat. melainkan Aksara, Jakarta, 2003.
dapat pula terjadi dalam jajaran Pemerintah Darmadi, Sugijanto, Kedudukan Ilmu Hukum
Daerah maupun Muspida. Oleh karenanya dalam ilmu dan filsafat, Mandar Maju,
partisipasi masyarakat mempunyai kontribusi Bandung, 1998.
yang cukup signifikan Untuk mencegah dan
Djaja, Ermansjah, Kajian Yuridis UURI
mengeliminir terjadinya praktek KKN dalam
Nomor 31 Tahun 1999 juncto UURI Nomor
pembentukan kebijakan-kebijakan daerah,
20 Tahun 2001 versi UURI Nomor 30
namun patut disesalkan sampai saat ini parti-
Tahun 2002 juncto UURI Nomor 46 Tahun
sipasi masyarakat tersebut belum sepenuhnya
2009, Memberantas Korupsi Bersama KPK
dapat terealisir;
(Komisi Pemberantasan Korupsi), Edisi
Beberapa upaya pemerintah dalam meng-
Kedua, Balikpapan; 2008.
hilangkan KKN, selain keberadaan KPK,
adalah dengan edukasi masyarakat, pejabat

98
Upaya Pemerintah Mewujudkan Pemerintahan Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

___, Meredesain Pengadilan Tnidak Pidana Suyatno, Kolusi, Korupsi dan Nipotisme,
Korupsi. Implikasi Putusan Mahkamah Pustaka Sinar Harapan, Jakarta ; 2005,
Konstitusi Nomor 012-016-019/PPU-IV/ Hal.1
2006 Sehingga Diundangkan UURI Nomor 1
Ibid., Hal. 17-18 Dalam Ermansjah Djaja.,
46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Op. Cit. Hal. 23
Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta,
2010. Gurnar Myrdal, 1968, Asia Drama, Volume II,
New York : Pantheon, Hal. 973
Istiawan Witjaksono, Diskriminasi Dalam
Pemberantasan Korupsi, Makalah disusun Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah
untuk memenuhi tugas mata kuliah penun- Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan,
jang disertsi (MKPD), program Studi Dok- (Jakarta : 2001)., Hal. 328 dan 330
tor Ilmu Hukum Pascasarjana Untag Sura- Soemodiharjo, R. Dyatmiko, Mencegah dan
baya, 2010. Memberantas Korupsi – mencermati
Sarundajang.Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Dinamikanya Indonesia. Prestasi Pustaka
Daerah, (Jakarta: Sinar Harapan. 2000). Publisher. Jakarta ; 2008.
Hal 32.
Peraturan Perundang – Undangan:
M. Nasroen. Masalah-masalah di sekitar Oto-
nomi Daerah,(Jakarta: Wolters, 1951), hal. Indonesia, Undang – Undang Dasar Negara
28, sebagaimana dikutip ulang oleh Agus- Republik Indonesia Tahun 1945.
salim Andi Gadjong ___, Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999
1
Mohammad Hatta, Ke Arah Indonesia Mer- Juncto Undang – Undang Nomor 20 Tahun
deka Kumpulan Karangan Jilid I,(Jakarta: 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Bulan Bintang, 1976 Pidana Korupsi.
P.M. Hadjon, Pelindungan Hukum Bagi Rak- ___, Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2002
yat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
hal 76 ___, Undang–Undang tentang Kekuasaan
1
Sri Soemantri M., Bunga Rampai Tata Nega- Kehakiman Nomor 4 Tahun 2004.
ra Indonesia, (Bandung: Alumni 1992), ___, Undang–Undang tentang Pembentukan
Dani Krisnawati dkk, 2006 Bunga Rampai Peraturan Perundang–Undangan Nomor
Hukum Pidana Khusus, Jakarta : Penerbit 10 tahun 2004.
Pena Pundi Aksara,. Hal. 31 ___, Undang–Undang tentang Pengadilan
1
Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Tindak Pidana Korupsi Nomor 46 Tahun
Bersama KPK., Op. Cit., Hal. 20 2009.

99

Anda mungkin juga menyukai