Arthritis gout merupakan salah satu penyakit degeneratif dan suatu sindrom klinik akibat deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut. Gout berarti
penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol metabolisme asam urat sehingga terjadi
penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi. Penyebab utama
terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan
asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal
Salah satu tanda dari penyakit gout adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin,
BMI, dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan
kejadian hiperurisemia.
Sebagian besar kasus gout dan hiperurisemia termasuk hiperurisemia asimptomatik, mempunyai latar
belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang. Perlu
komunikasi yang baik dengan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Hal itu dapat diperoleh dengan
edukasi dan diet rendah purin yang menjadi tatalaksana. Pencegahan lainnya berupa penurunan
konsumsi alkohol dan berat badan.
Gejala dari gout berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi dan
dapat disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin
berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama
biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan
jari kaki.
1.Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 74 tahun
2.Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada kedua telapak kaki
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua telapak kaki yang dirasakan sejak dua yang lalu. Nyeri
dirasakan terus menerus, nyeri memberat setiap pasien berjalan dan namun tidak berkurang saat pasien
beristirahat. Pasien juga merasa jari-jari kakinya terdapat benjolan-benjolan dan terasa kaku saat
digerakkan. Pasien tidak didapatkan keluhan demam.
b.Riwayat DM : disangkal
Riwayat Kebiasaan
3.Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Pernapasan : 20 x/menit
Status Gizi
BB = 66 kg
TB = 160 cm
Status Generalis :
A. Kepala
Bentuk : Normocephal
B. Leher
C. Thorax
I. Jantung :
II. Paru :
Inspeksi : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar. pengembangan dada simetris kanan =
kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-).
Palpasi : simetris, pergerakan kanan = kiri, vokal fremitus raba kanan = kiri
Perkusi :sonor
D.Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-).
Palpasi: supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak teraba
2.Langkah tatalaksana
a.Promosi kesehatan
diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan
sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai batasan diet dan pengendalian asam urat darah.
b.Preventif
c.Kuratif
dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Adanya komplikasi
jangka panjang tentunya menjadi perhatian.
d.Rehabilitatif
dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur
dan fisioterapi untuk mengurangi kekakuan sendi
Melakukan anamesis dan pemeriksaan secara menyeluruh pada pasien dan memberikan tatalaksana
terapi yang adekuat berupa :
Terapi Non-farmakologis:
Edukasi pada pasien yaitu dengan diet rendah purin, turunkan berat badan, hindari alkohol, olahraga
ringan dan teratur, dan hindari stres. Makanan tinggi purin antara lain:
a. Daging, jeroan, bebek, daging awetan, hewan laut, sarden, kepiting, kerang, udang.
Terapi famakologis:
1. Obat untuk mengatasi nyeri akut dapat dengan Colchicin, NSAID, atau steroid. Pada saat nyeri
akut, tidak boleh diberikan allopurinol.
2. Pengobatan hiperurisemia yaitu dengan diet rendah purin dan obat penghambat xantin oksidase
(allopurinol) 100-300 mg/hari. Allopurinol diberikan saat nyeri akut sudah hilang.
Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah masih ada nyeri atau tidak. Jika tidak
didapatkan nyeri akut, dapat dilanjutkan pemberian obat hiperurisemia (allopurinol). Pemeriksaan kadar
asam urat secara rutin dapat dilakukan kurang lebih setiap satu bulan, setelah mengkonsumsi obat
allopurinol.