Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI


A.      Konsep Penyakit
1.      Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg, sementara
itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah
persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas
140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh
doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita,
Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa
hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg.
Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan
(1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45
tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita
tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM
POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari
140 mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih
dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua
kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan yang
berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila tekanan
darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R.
P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi
merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau
diastolik lebih dari 90 mmhg.

2.      Klasifikasi hipertensi


Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah
meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat
II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala
kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat
dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ.
Sedangkan JVC VII, Klasifikasi hipertensi adalah :
Tekanan sistolik
Kategori (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120
Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),
mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole
Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra
hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159
mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan DBP >= 100. mm
Hg.)
Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi 6
tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik, normal kadang
90-100mmHg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik 90-140mmHg. Hipertensi sedang,
tekanan darah diastolik 105-114 mmHg. Hipertensi berat tekanan darah diastolik
>115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg
yang disertai gangguan fungsi target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini terjadi
karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi yaitu
hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan
dengan segera atau secara bertahap dalam waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah
dengan cepat akan menimbulkan efek ischemik pada organ target.
3.      Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya
Reeves& lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa  Faktor-faktor resiko yang dapat
menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long
(1995:660), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia (2007)
menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu
hipertensi primer (essensial) merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi
air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok. Sedangkan hipertensi
sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal,
penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan
tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi beragam
diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang
tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit
kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial,
yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam
yang tinggi, kurang olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi
sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
4.      Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa  Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata
di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar dari kolomna medulla  ke ganglia simpatis di torax dan abdomen,
rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system syaraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan
asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konskriksi pembuluh darah.
Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat
aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin,
rennin akan merangsang pembentukan angiotensai  I yang kemudian diubah menjadi
angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat yang merangsang sekresi aldosteron
oleh cortex adrenaldimana hormone aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang
menyebabkan hipertensi.
TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan patofisiologis hipertensi
adalah: pada hipertensi primer perubahan patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-
organ. Terjadi secara perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah
besar dan pembuluh darah kecil pada organ – organ seperti jantung, ginjal dan pembuluh
darah otak. Pembuluh seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh
darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-lumen menjepit,
aliran darah ke jantung menurun, bergitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi
kerusakan pembuluh darah besar.
5.      Manifestasi Klinik
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan bahwa
manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan
otot,epitaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.
Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah  terjadi komplikasi
pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang
mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.               
6.      Penatalaksanaan
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990: 214-219) yaitu
dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan
menurunkan berat badan pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak,
mengubah kebiasaan hidup, olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teraut.
Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat-obatan anti
hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa
bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simphatolitic seperti
hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut FKUI (1990)
yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal,
pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya menurunkan tekanan
darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi adalah
pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan
menggunakan standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas sehingga
upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan terus dikembangkan.
7.      Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA
RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)  adalah diantaranya :
penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack
(TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina,
oedema pupil.
8.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran
USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan
sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain
atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap,
kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan
pemeriksaan EKG. sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens
kreatinin, protein, asam urat, TSH  dan ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium
serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan
dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan
disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung,
gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi.
10.  Pengkajian  Fokus
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa pengkajian pasien
hipertensi meliputi:
a.       Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas pendek, frekwensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung,
b.      Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,episodepalpitasi,
kenaikan tekanan darah, tekhicardi, kadang bunyi jantung  terdengar S2 pada dasar ,S3dan
S4.
c.       Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah ,otot muka tegang, gelisah,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d.      Eliminasi  meliputi Riwayat penyakit ginjal
e.       Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam,
linggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat
diuritik, adanya edema.
f.       Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala  sub oksipital,
kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur)
,epitaksis.
g.      Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub
oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada.
h.      Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok, penggunaan obat Bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan ,sianosis
i.        Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural.
j.        Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko keluarga yaitu
arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal.
11.  Diagnosa keperawatan (Doengoes, 2004)
a.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/ vasokonstriksi/ iskemi
miokard/ hipertrophi ventrikel
b.    Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh/ suplai
dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
c.    Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan kenaikan terkanan pada pembuluh
darah cerebral
d.   Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan intake makanan berlebihan/
gaya hidup sedentary
e.    Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional/ maturitas/ perubahan
hidup yang multiple/ kurang relaksasi/ tidak melakukan olah raga/ nutrisi krisis buruk/
harapan tidak tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak realistis/ metode koping
tidak adekuat.
B. KONSEP KELUARGA
1.         Pengertian Keluarga
            Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan
perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai bagian
dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan
menciptakan serta mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan kerja
dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan oleh
adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan
(Leininger, 1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah
tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
B.     Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
            Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998,
ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1.      Tahap I      : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2.      Tahap II    : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda sebagai
sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek
dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3.      Tahap III   : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4.      Tahap IV   : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
5.      Tahap V    : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan
perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
6.      Tahap VI   : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui
dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-
sakitan dari suami dan istri.
7.     Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan
yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna
perkawinan yang kokoh.
8.      Tahap VIII            : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan
keluarga antara generasi.
C.    Tipe Keluarga
1.      Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a.       Keluarga Tradisional
1)   Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam
rumah tangga yang sama.
2)   Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang yang
mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
3)   Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang
tinggal bersama mereka.
4)   Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5)   Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah
dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6)   Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang tidak
menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b.      Keluarga non tradisional
1)      Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri
dari ibu dan anaknya).
2)      Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3)      Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai
pasangan yang menikah
4)      Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogamy
dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai
pengalaman yang sama.
2.      Menurut Allender dan Spradley (2001)
a.       Keluarga tradisional
1)      Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
kandung atau anak angkat
2)      Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi
3)      Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
4)      Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau
anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
5)      Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
6)      Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
b.      Keluarga non tradisional
1)      Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah
2)      Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu
rumah
3)      Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah
tangga
3.      Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
a.      Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
b.     Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama-sama.
c.       Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
D.    Fungsi Keluarga           
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
1.      Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian  anggota keluarga.
2.      Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh
dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
3.      Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota
keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4.      Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan
papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
5.      Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6.      Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/
memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga
7.  Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
E.     Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga
mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya
dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas
keluarga yang diaksud adalah:
1.     Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga
terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2.     Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti
mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana
keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah
sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3.     Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana
keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang diperlukan,
sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit.
4.     Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene sanitasi
bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5.     Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas
kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang
kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
F.     Teori Asuhan Keperawatan Keluarga
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial,
yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
(Effendy, 1998)
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut
teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :

a.       Data Umum


1)      Identitas kepala keluarga
2)      Komposisi anggota keluarga
3)      Genogram
4)      Tipe keluarga
5)      Suku bangsa
6)      Agama
7)      Status sosial ekonomi keluarga
b.      Aktifitas rekreasi keluarga
1)      Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
2)      Tahap perkembangan keluarga saat ini
3)      Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
4)      Riwayat keluarga inti
5)      Riwayat keluarga sebelumnya
c.       Lingkungan
1)      Karakteristik rumah
2)      Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
3)      Mobilitas geografis keluarga
4)      Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5)      System pendukung keluarga
d.      Struktur keluarga
1)      Pola komunikasi keluarga
2)      Struktur kekuatan keluarga
3)      Struktur peran (formal dan informal)
4)      Nilai dan norma keluarga
e.       Fungsi keluarga
1)      Fungsi afektif
2)      Fungsi sosialisasi
3)      Fungsi perawatan kesehatan
f.       Stress dan koping keluarga
1)      Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
2)      Respon keluarga terhadap stress
3)      Strategi koping yang digunakan
4)      Strategi adaptasi yang disfungsional
g.      Pemeriksaan fisik
1)      Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
2)      Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3)      Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia
4)    Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
h.      Harapan keluarga
1)      Terhadap masalah kesehatan keluarga
2)      Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2004) yaitu:
a.        Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain, perawat
memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan kunjungan,
meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan,
menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga.
b.      Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan yang
dilakukan.
c.       Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data y6ang lebih
lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini
perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan
yang penting dan paling dasar
2        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan
respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola  interaksi potensial/actual dari
individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive
untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
a.       Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar
normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b.      Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1)      Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
2)      Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
3)      Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung masalah dan
penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada
tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1)      Diagnosa  sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen Problem (P) saja
dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
2)      Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi masalah
actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari komponen
problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
3)      Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn
bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan
sign/symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.
Dalam Friedman (!998)  diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang cocok
untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:
Kategori Diagnosa NANDA Diagnosa Keperawatan
Persepsi kesehatan-pola Manajemen kesehatan yang dapat di ubah
manajemen kesehatan Perilaku mencari sehat
Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan rumah
Kurang pengetahuan
Peran-pola persepsi Konflik keputusan
Berduka antisipasi
Berduka disfungsional
Konflik peran orang tua isolasi social
Perubahan dalam proses keluarga
Perubahan penampilan peran
Risiko perubahan dalam menjadi orang tua
Perubahan menjadi orang tua
Peran-pola hubungan Risiko terhadap kekerasan
Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan
Koping pola – pola toleransi Koping keluarga tidak efektif : menurun
terhadap stress Koping keluarga tidak efektif : kecacatan

3.      Perencanaan
            Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan
dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi
(Efendy,1998).
            Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala
prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a.       Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan
disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai
berikut :
1.      Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2.      Kemungkinan masalah dapat diubah
3.      Potensi masalah untuk dicegah
4.      Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu
proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978)
dalam Effendy (1998).
Kriteria Bobot Skor
Aktual         = 3
Risiko          = 2
Sifat masalah 1 Potensial      = 1
Mudah         = 2
Kemungkinan masalah Sebagian      = 1
untuk dipecahkan 2 Tidak dapat = 0
Tinggi          = 3
Potensi masalah untuk Cukup          = 2
dicegah 1 Rendah        = 1
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Menonjolnya masalah 1 Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan


     Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
          Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
         Jumlahkan skor untuk semua criteria
           Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
b.      Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan
dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi
dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang
berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah
sebagai berikut :
1.      Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah
2.      Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan
mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3.      Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor penyebab,
tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan
dan pentingnya pengobatan secara teratur.
4.      Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5.      Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui dan apa
yang telah dilaksanakan.
4.      Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :
a.       Sumber daya keluarga
b.      Tingkat pendidikan keluarga
c.       Adat istiadat yang berlaku
d.      Respon dan penerimaan keluarga
e.       Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria dan
standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah
terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku
yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas
yang telah dicapai (Friedman,1998)
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
obyektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian Tanggal     : 15 desember 2019


 I.      Data Umum                           
1.      Nama KK                                : Ny. S
2.      Usia                                         : 60 Tahun
3.      Pendidikan                              : SD
4.      Perkerjaan                               : Ibu rumah tangga
5.      Alamat                                    : kp.rawa semut, Rt 03 Rw 12 No 36
6.      Komposisi anggota keluarga   :
No Nama Jenis Hubungan TTL/ Umur Pendidikan Pekerjaan
(Inisial) Kelamin dg KK
1. Ny. S Perempuan Ibu 55 tahun IRT
2. An. A Laki-laki Anak 32 tahun SMA Karyawan
3. An. A Laki-laki Anak 29 tahun SMA Karyawan

Genogram
           
7.  Tipe keluarga
Keluaga Ny. S memiliki kelurga dengan tipe keluarga  single parent adalah keluarga satu
orang tua sebagai akibat penceraian atau kematian pasanganya dan anak-anaknya dapat
tinggal dirumah atau diluar rumah.
8.  Suku
Ny. S berasal dari suku jawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia  dan bahasa
jawa. Keyakinan keluarga Ny.S adalah apabila Ny.S atau salah satu anggota keluarganya ada
yang sakit maka harus minum obat warung dan bila tidak kunjung sembuh baru pergi ke
puskesmas.
9.   Agama
Semua anggota keluarga Ny. S menganut agama islam dan taat beribadah dan menjalankan
perintah Tuhan YME. Ny. S hanya sholat dirumah saja karena kondisinya yang sudah lansia
dan jarak masjid yang cukup jauh.

10. Status Sosial ekonomi keluarga


Ny. S memiliki dua kontrakan yang sebulanya dikenakan biaya Rp 350.000 dari satu
kontrakan. Hasil dari kontrakanya sebulan Rp 700.000,  An. A dan An.A memberikan uang
perbulan Rp. 300.000. Sedangkan anak-anaknya yang lainnya sudah berumah tangga jarang
memberikan uang ke Ny. S karena untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya saja kurang.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny. S jarang sekali melakukan rekreasi ketempat hiburan, rekreasi hanya berkumpul dengan
cucu-cucunya dan mengobrol dengan tetangga.
    
II.   Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

12. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa
 Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Memasukkan anggota keluarga yang baru yang didapat melalui pernikahan anak-anak
 Menyesuaikan kembali hubungan pernikahan
 Melanjutkan keharmonisan pernikahan
 Merencanakan kegiatan yang akan datang
 Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
 Tetap menjaga komunikasi
 Membantu orang tua lanjut usia

13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal memenuhi kebutuhan
perkembangan individu.
14. Riwayat keluarga inti
Ny. S mengatakan tidak punya penyakit keturunan. Ny.S dan suaminya asli dari solo, ketika
anak-anaknya banyak yang merantau dan pindah ke tanggerang. Akhirnya Ny. S pun pindah
ke tanggerang. Dan anak terakhirnya An. A memiliki penyakit epilepsy sejak kecil.
15. Riwayat keluarga sebelumnya
Ketika suami dan Ny. S baru menikah mereka tinggal disolo dirumah. Riwayat orang tua dan
pihak suami/istri tidk memiliki kebiasaan kawin cerai, pemabuk, ataupun berjudi.Serta tidak
memiliki penyakit yang menular. Hanya saja suami Ny. S telah meninggal dunia  pada usia
65 tahun. Dan anak terakhirnya An. A memiliki penyakit epilepsy sejak kecil.

 III.   Lingkungan

16.  Karakteristik rumah
Luas tanah rumah Ny. S 4 X 9 meter berserta luang bangunan tipe rumah tembok dan bilik
bambu. Hanya terdiri dari 5 ruangan, ruangan depan untuk ruang TV untuk bersama, dua
kamar tidur, satu ruang makan ,dan ruangan samping untuk dapur juga kamar mandi. Lantai
rumah tampak bersih, hal ini terlihat tidak ada kotoran pada lantai dan Ny.S membersihkan
rumah setiap pagi. Lantai rumah terbuat dari semen dengan kramik, dan tidak berkramik pada
bagian samping yaitu ruang dapur dan toilet lantai tampak licin. Jendela  ada pada bagian
ruang tamu dan kamar bagian depan rumah Ny. S cahaya matahari yang masuk ke rumah
Ny.S cukup, di himpit oleh rumah tetangganya dikiri dan kanan. Depan rumah ada jalan yang
hanya dapat dilalui oleh motor lalu rumah tetangganya. Terdapat taman kecil di depan teras
rumah Ny.S yang belum tertata rapih.

Denah Rumah Ny.S


Luas rumah: 4x 9 meter   

17. Karakteristik tetangga dan komunitas


Lingkungan tetangga umumnya berasal dari beragam macam suku yang berbeda, tetapi
hubungan antar tetangga cukup baik, keluarga sering terlihat duduk bersama-sama di waktu
siang dan sore hari. Dan ada beberapa tetangga yang rumahnya dekat dengan Ny.S memiliki
penyakit hipertensi juga. 

18. Mobilitas geografis keluarga


Sejak suami dan Ny. S menikah, mereka tinggal di Solo. Lalu ketika suaminya meninggal
Ny. S pindah ke tangerang bersama anak-anaknya yang sudah dewasa.

19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:


Setiap hari, namun biasanya pada malam hari. Ny. S berkumpul dengan keluarganya, selalu
meluangkan waktu untuk berkumpul. Keluarga Ny. S juga berinteraksi sangat baik dengan
masyarakat disekitar

20. Sistem pendukung keluarga


Pada saat dilakukan pengkajian, semua anggota keluarga Ny. S dalam keadaan sehat. 
Anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain. Keluarga Ny. S memiliki sarana MCK,
dan sumber air bersih.

 IV.    Sturuktur Keluarga

21.  Pola komunikasi keluarga:


Bahasa yang digunakan dalam keluarga adalah bahasa Indonesia. Pola komunikasi yang
digunakan adalah pola lomunikasi terbuka. Setiap anggota keluarga bebas menyampaikan
keluhannya. Bila ada masalah, mereka selalu membicarakanya bersama. Komunikasi antar
keluarga setiap hari, walaupun anak-anaknya berkerja, ia masih sempat meluangakan waktu
istirahatnya pada malam hari untuk berkumpul. Jika ada yang tidak sesuai, anggota keluarga
menyamapaikan secara terbuka.

22.  Struktur kekuatan keluarga


Pemegang keputusan di keluarga adalah Ny.S namun sebelum mengambil keputusan terlebih
dahulu mendiskusikanya kepada anak-anaknya karena sudah dewasa.

23. Struktur peran
Peran Ny. S adalah seorang Ibu berperan sebagai pengatur rumah tangga, seperti memasak
dan mengatur keuangan keluarga. Anak pertama sampai anak ke empat sudah berumah
tangga, sehingga mereka sibuk dengan peran menjadi orangtua. Sedangkan anaknya yang
kelima dan keenam bekerja sebagai karyawan.

24.  Nilai dan norma keluarga


Saling menghormati antara keluarga adalah saling menghormati antar anggota keluarga satu
dengan yang lainya dan menghormati yang lebih tua. Nilai yang ada dikeluarga merupakan
gambaran nilai agama yang dianutnya (islam), tidak terlihat adanya konflik dalam nilai, dan
tidak ada kebiasaan budaya yang dilakukan keluarga dalam menggunakan nilai yang
mempengaruhi kesehatan keluarga.

    V.    Fungsi Keluarga

25.  Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Ny. S  saling menyanyangi dan memberikan perhatian satu sama
lain. Keluarga Ny. S selalu memberikan dukungan apa yang dilakukan oleh anggota
keluarganya dan diterapkan demokrasi dalam mengatasi permasalahan.

26.  Fungsi Sosialisasi
Interaksi anggota keluarga terjalin dengan baik, masing-masing pasangan saling menghormati
dan menerapakan sopan santun dalam berperilaku, Ny. S  menekankan perlunya berinteraksi
dengan orang lain.

27.  Fungsi Keperawatan Kesehatan


a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga sebenarnya sudah mengetahui tentang kondisi Ny.S yang mengalami
hipertensi dan kondisi An. A yang epilepsy.  Setelah Ny. S periksa ke puskesmas
diketehui tekenan darahnya 170/110 mmHg dan kondisi An. A yang jarang kumat.
c. Kemampuan keluarga memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
d. Keluarga cukup peka terhadap anggota keluarganya yang sakit, namun terkadang
masalh kesehatan itu dianggap sepele. Jika ada yang sakit diantara keluarga, keluarga
hanya memberi obat di warung, namun keluarga tetap berusaha mencari pengobatan
ke puskesmas jika penyakit yang di derita keluarga tidak sembuh-sembuh.  
e. Kemampuan keluarga melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada
anggota keluarga yang sakit.
f. Kemampuan keluarga mengenai penyakit terbatas, jika anggota keluarga ada yang
sakit dan sekitarnya belum terlalu parah biasanya keluarga cukup menganjurkan untuk
beristirahat dan biasanya membeli atau menyediakan obat-obatan yang dibeli
diwarung. 
g. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat.
h. Keluarga menyadari bahwa dengan rumah yang bersih akan membuat keluarga sehat,
keluarga juaga menyadari lingkungan yang padat akan mempengaruhi kesehatan.
i. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di masyarakat.
j. Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas yang ada di sekitar
rumahnya. Fasilitas yang terjangkau oleh keluarga seperti puskesmas karena jaraknya
yang dekat dari rumah.

28. Fungsi Reproduksi
Ny. S sudah masuk dalam tahap menopause

29. Fungsi ekonomi
Keluarga Ny. S mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari hasil
kontrakan dan penghasilan An. A dan An.A.

 VI.    Stress dan Koping Keluarga

30. Stresor Jangka Pendek


Kebutuhan hidup yang terus meningkat dan harga bahan pokok yang mahal. Klien
mengatakan makan seadanya saja, seperti hanya dengan tahu atau tempe dan sayuran.

31. Stresor Jangka Panjang


Ny. S mengatakan takut terjadi penyakit yang tiba-tiba menyerang keluarganya.

32.  Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah


Untuk mengatasi semua masalah yang dihadapi, keluarga hanya beusaha membicarakan
masalah dan saling memberikan nasehat.

33.  Strategi Koping yang di Gunakan


Jika ada masalah dalam keluarga Ny. S menyelesaikanya dengan berdiskusi dengan anak-
anaknya.

34. Strategi adaptasi disfungsional


Dari hasil pengkajian dalam keluarga Ny.S tidak pernah menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan masalah.

35. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan


Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan baik, mampu memberikan
pelayanan kesehatan, tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan antara
masyarakat miskin dengan yang kaya.
36.  Pemeriksaan fisik
No Komponen Ny.S An. A An. A
1. Kepala Rambut pendek, Rambut hitam, Rambut hitam,
lurus, bersih tidak pendek, lurus, tidak pendek
ada kelainan. ada kerontokan, lurus, tidak ada
tidak ada ketombe, kerontokan, ada
bersih tidak ada ketombe, kotor,
luka. tidak ada luka
2. Mata Sklera tidak ikterus, Sklera tidak ikterus, Sklera tidak ikterus,
konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis, tidak ada anemis, tidak ada anemis, tidak ada
peradangan, visus peradangan, visus peradangan, visus
normal. normal. normal.
3. Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
serumen dan tidak serumen dan tidak serumen dan tidak
ada luka. ada luka. ada luka.
4. Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
secret, tidak ada secret, tidak ada secret, tidak ada
kelainan. kelainan. kelainan.
5. Mulut Stomatitis tidak Stomatitis tidak ada, Stomatitis tidak ada,
ada, terlihat bersih terlihat bersih terlihat bersih, karang
karang gigi tidak karang gigi tidak gigi tidak ada.
ada. ada.
6. Leher dan Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-),
tenggorokkan. pembesaran pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
kelenjar limfe dan limfe dan tiroid limfe dan tiroid tidak
tiroid tidak ada, tidak ada, kesulitan ada, kesulitan
kesulitan menelan menelan tidak ada. menelan tidak ada.
tidak ada.
7. Dada dan Pergerakkan dada Pergerakkan dada Pergerakkan dada
paru simetris, vesikuler, simetris, vesikuler, simetris, vesikuler,
sonor seluruh sonor seluruh sonor seluruh lapisan
lapisan paru, ronkhi lapisan paru, ronkhi paru, ronkhi (-),
(-), mengi (-), (-), mengi (-), mengi (-), stridor (-),
stridor (-), tidak ada stridor (-), tidak ada tidak ada penggunaan
penggunaan otot penggunaan otot otot bantu pernapasan
bantu pernapasan bantu pernapasan
8. Jantung BJ I dan II murni BJ I dan II murni BJ I dan II murni
9. Abdomen BU: 12x/mnt, datar, BU: 12x/mnt, datar, BU: 12x/mnt, datar,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tekan,
tekan, tumor. tekan, tumor. tumor.
Tidak ada kelainan, Tidak ada kelainan, Tidak ada kelainan,
pergerakkan bebas, pergerakkan bebas, pergerakkan bebas,
tidak ada cidera. tidak ada cidera. tidak ada cidera.
10. Kulit Bersih,tidak  ada Bersih, ada bekas Bersih, tidak ada
bekas luka kulit, luka kulit, tidak ada bekas luka kulit,
tidak ada jamur, jamur, tidak ada tidak ada jamur, tidak
tidak ada tanda tanda infeksi, turgor ada tanda infeksi,
infeksi, turgor kulit kulit baik turgor kulit baik
baik
11. Kuku Pendek dan bersih Pendek dan bersih Pendek dan bersih
12. BB 48 kg 55 kg 50 kg
13. TB 150cm 155cm 153 cm
14. Tanda vital TD: 170/110 TD: 120/80 mmHg, TD: 120/80mmHg,
mmHg, Nadi: Nadi: 80x/mnt Nadi: 80x/mnt Suhu:
96x/mnt Suhu: 36C Suhu: 37,40 C RR: 37,40 C RR:18x/mnt
RR:18x/mnt. 18x/mnt.
15. Kesimpulan Saat dikaji ternyata Saat dikaji An. A Saat dikaji An. A
Ny.S mempunyai dalam keadaan dalam keadaan sehat.
hipertensi. sehat.
I. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1. DS :
- Ny. s mengatakan sakit kepala
- Ny.s Sakit kepalanya
berdenyut - denyut
- Ny.s kadang merasakan
ada yang kaku di kuduknya.
Resiko perfusi selebral
Hipertensi
DO : tidak efektif
KU: Composmentis

- Ny. s tampak sering


memegangi kepalanya
- TD  :160/110 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36.6 oC
- Respirasi : 20 x/menit
2. DS :
- Ny.c mengatakan sering
terbangun dimalam hari
jika teringat suami yang
sudah meninggal Gangguan pola tidur Kurang kontrol tidur
DO :
KU: Composmentis
- tampak terlihat kurang
istirahat
SKORING

1.   Gangguan perfusi jaringan cerebral pada keluarga Ny.S , khususnya pada Ny. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada
Ny.S
No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 3/3 x 1 = Masalah adalah actual karena sudah
aktual 1 terjadi pada Ny. S, tekanan darah Ny.
S 170/100 mmHg dan mengeluh
pegal-pegal pada punggung serta
kepalanya pusing
2. Kemungkinan 2 ½ x 2 = 1 Sumber daya keluarga ada, namun
masalah di ubah: mengalami keterbatasan keuangan.
sebagian Fasilitas kesehatan tersedia karena
jarak puskesmas yang dekat.
3. Pontensial untuk 1 2/3 x 1 = Masalah belum berat tetapi sudah
dicegah: cukup 2/3 terjadi pada Ny.S . masalah ini dapat
diatasi dengan penkes dan kolaborasi
4. Menonjolnya 1 2/2 x 1 =1 Ny. S sudah lama mengalami
masalah: masalah hipertensi, sehingga masalah tersebut
berat harus segera harus diwaspadai
ditangani
Jumlah 3 2/3

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Risiko perfusi selebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi


2.Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
A. IMPLEMENTASI

No Diagnosa Implementasi
1. Risiko perfusi selebral tidak efektif 1. Memonitor tanda-tanda vital
Hasil:
berhubungan dengan hipertensi
TTV :
TD  :160/110 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36.6 oC
Respirasi : 20 x/menit
2. Memonitor intake dan output cairan
Hasil :
klien minum sehari 2000 ml dan bak sehari 5
kali
3. Menganjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
Hasil:
Klien mengatakan mengerti dan mengeluh sakit
pada bagian kepala

2. Gangguan pola tidur berhubungan 1. Mengidentifikasi pola dan aktivitas tidur


dengan kurang kontrol tidur Hasil : klien tidur dengan normal 7-8 jam
sehari
2. Mengidentifikasi factor penggangu tidur
Hasil : klien mengatakan sudah bisa mengatasi
gangguan tidurnya dengan baik
3. Memfasilitasi menghilangkan stress sebelum
Tidur
Hasil : klien mengatakan sudah bisa mengatasi
masalah stress nya sebelum tidur
4. Mengajarkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur
Hasil : klien mengatakan memahami faktor-
faktor yang menjadi pengganggu tidurnya
B. EVALUASI

No Diagnosa Evaluasi
1. Risiko perfusi selebral S : - Ny. s mengatakan sakit kepala
tidak efektif - Ny.s Sakit kepalanya berdenyut - denyut
berhubungan dengan -Ny.s kadang merasakan ada yang kaku di
hipertensi kuduknya.

O : - TD  :160/110 mmHg

- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36.6 oC
- Respirasi : 20 x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkam

2. Gangguan pola tidur S : - Ny.c mengatakan sering terbangun dimalam hari


berhubungan dengan
jika teringat suami yang sudah meninggal
kurang kontrol tidur
O :- tampak terlihat kurang istirahat
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Materi Penyuluhan
Pengertian
Tekanan darah tinggi (Hipertensi) adalah Keadaan dimana tekanan Sistole lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg atau tekanan sistole dan diastole orang
tersebut lebih dari 20 mmHg dari biasanya
Penyebab
 Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya belum diketahui dan merupakan
95 % penyebab dari tekanan darah tinggi. Ada faktor resiko yang meliputi ada riwayat
keluarga yang terkenan penyakit, Suku/ras, Kegemukan, merokok, kandungan lemak atau
garam yang tinggi dalam tubuh
 Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui dan merupakan
5 % penyebab hipertensi. Hipertensi sekunder dihubungkan dengan suatu penyakit
misalnya gangguan pada  ginjal, penyakit ginjal, endokrin, gangguan metabolisme,
gangguan sistem saraf pusat, gangguan pembuluh darah besar

 Kriteria tekanan darah


Kategori Tekanan darah Tekanan darah (mmHg)
Sistole Diastole
Optimal <120 <80
Normal <139 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
140-159 90-99
 Ringan 160-179 100-109
 Sedang >180 >110
 Berat

 Keluhan Pokok
  Pusing
  Sakit kepala sebelah
 Susah tidur
  Rasa berat di tengkuk
  Perdarahan hidung
 Pengelihatan berkunang-kunang
 Tangan bergetar
  Sering marah

Tanda penting
  Sulit ditentukan
  Tekanan darah lebih dari normal

Komplikasi
  Payah jantung
  Perdarahan otak
  Kelainan mata, ginjal dan otak
  Penyakit pada pembuluh darah
 Stroke
  Gagal gnjal

 Penatalaksanaan

1. Istirahat
2. Diet dan olahraga

  Diet rendah garam


   Penurunan  berat badan
   Olahraga teratur
   Menghindarkan faktor resiko
   Rokok
   Alkohol
   Makanan berminyak dan berlemak
   Stres
3. Penggunaan obat-obatan

A.    DEFINISI
Gout merupakan istilah yang digunakan untuk sekelompok gangguan metabolik yang
ditandai oleh meningakatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).

Penyakit gout disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang mengalami penurunan.

B.     ETIOLOGI/EPIDEMOLOGI

Penyakit gout disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang mengalami penurunan Normal asam urat pada pria 2,5-8 mg/DL/100 ml dan pada
wanita adalah 4,0-1,0 mg/100 ml. pada penderita gout nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10
mg/100 ml, namun ada sejumlah faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini antara
lain :

1.      Makanan yang mengandung zat purin.

2.      Pembentukan asam urat yang berlebihan atau pengeluaran asam urat yang mengalami
penurunan.

3.      Factor predisposisi

Diet
Gaya hidup
Pemakaianobat – obatan tertentu
Beratbadan
Penyakit lain. Mis : penyakit ginjal
 

C.    PENCEGAHAN

1.      aktivitasfisik / olahragaringan

2.      diet

3.      terapi jus

4.      hindari makanan yang mengandung zat purin

5.      upaya akan badan tidak gemuk

6.      banyak minum air putiih

7.      jika mempunyai bakat keturunan yang kuat usahakan kurangi asupan cairan
 

D.    SYARAT DIET PENYAKIT GOUT

1.      Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh, asupan energy sehari dikurangi secara bertahap
500-100 kkal.

2.      Protein cukup, 1,0-1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energy total.

3.      Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin


>150mg/100g

4.      Lemak sedang yaitu 10-20% dari kebutuhan energy total

5.      karbohidrat 65-75% dari kebutuhan energy total

6.      vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan

7.      asupan cairan yang di anjurkan 2-2 ½ liter per hari

Beberapa makanan yang mengandung tinggi purin yang tidak boleh dikonsumsi oleh
penderita gout:

1.       Paru

Otak
Limpa
Hati
Ekstrakdaging/hati
Ginjal
Teri
Sarden
Kerang
Makarel
Jenis makanan yang mengandung kadar purin sedang, boleh dikonsumsi oleh penderita gout
namun harus dibatasi atau dibawah pengawasan dokter:

1.       Daging
Ikan
Berbagaimakananlaut
Oatmeal
Roti manis
Kacangbuncis
Kacanghijau
Kacangpolong
Kembangkol
Bayam
Asparagus
Jamur
Gandum
                                                

Diet gout intinya sama dengan diet ketat lainnya, yaitu untuk mengurangi konsumsi zat yang
meningkatkan risiko penyakit atau kondisi kesehatan tertentu. Banyak orang yang aman-
aman saja mengonsumsi makanan yang tinggi purin dalam jumlah besar. Namun kita tidak
tahu seberapa 'kebal' kita terhadap suatu penyakit. Jadi konsumsi saja dalam batas kewajaran
atau yang direkomendasikan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai