DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK 7 :
KELAS : B
TIARA 1714201110062
1
rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 samapai 30
tahun. (Anonim,2007)
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa (pada jaringan epitel)
yang melapisi serviks sedangkan 10% berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. (Anonim, 2005)
c) Penyebab
Penyebab paling utama kanker serviks adalah anggota famili papovirida
yaitu HPV (Human Papiloma Virus) yang mempunyai diameter 55µm dan
virus ini ditularkan secara seksual HPV memiliki kapsul isohedral yang
telanjang dengan 72 kapsulmer, serta mengandung DNA ciculer double
stranded dengan panjang kira-kira 800 pasang basa. ( La Russo, 2004,
sjamsuddin,2001)
Terdapat 3 golongan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker serviks
yaitu:
2
a. HPV risiko rendah
Yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 yang jarang ditemukan pada karsinoma
invsif.
b. HPV risiko sedang
Yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58.
c. HPV risiko tinggi
Yaitu HPV tipe 16, 18,31.
Ketiga jenis HPV ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang
abnormal, namun hanya tipe 2 dan 3 yang menyebabakan kanker.
(Anonim,2006, yamato,2006).
d) Faktor Resiko
a. Infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus)
b. Penyakit menular seksual
c. Memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda
d. Berganti-ganti pasangan seks
e. Pemakaian kontrasepsi
f. Pemakaian Dietilstilbestrol (DES)
g. Sering melahirkan
h. Penyakit yang menekan sistem imun
i. Merokok
j. Genetik
e) Pencegahan
Untuk mencegah kanker serviks banyak hal yang bisa dilakukan yaitu
antara lain, menghindari beberapa penyebab dari kanker serviks seperti
merokok, berganti-ganti pasangan hubungan seksual di usia muda, dan
ibu dengan paritas lebih dari 5. Selain menghindari faktor risiko, pada
masa ssekarang ini telah ada vaksin yang bisa mencegah tumbuhnya sel
HPV berlebihan melalui imunitas HPV. Selain dengan imunisasi HPV
3
dan menghindari faktor risiko ada beberapa screening yang bisa
dilakukan secara teratur dan kontinyu agar kanker serviks bisa dideteksi
saat stadium awal sehingga dapat segera di obati, beberapa screening
yang bisa dilakukan yaitu dengan test IVA dan Pap Smear.
a. Imunisasi HPV
Imunisasi HPV dapat mencegah wanita menderita kanker leher
rahirm. Sama seperti imunisasi yang selama ini dikenal, di dalam
tubuh vaksinasi yang diberikan melalui suntikan akan membentuk
sistem kekebalan tubuh. Ini menjadikan pertahanan agar virus HVP
tidak masuk ke dalam leher rahim sehingga virus HPV tidak dapat
tumbuh dan membesar di dalam tubuh.
Imunisasi HPV akan diberikan pada perempuan usia 12-14 tahun
memlalui suntikan sebanyak tiga kali berturut-turut di bagian lengan
setiap dua bulan sekali. Selanjutny akan dilakukan pengulangan
setelah sepuluh tahun kemudian.
Angka keberhasilan vaksin ini cukup tinggi tetapi harganya cukup
mahal. Hal ini disebabkankarena teknologi rekombinan yang
digunakan untuk memproduksi vaksin adalah teknologi biologi
molekuler yang masih sangat mahal. Vaksin HPV dapat bekerja secara
efektif didalam tubuh perempuan di semua umur, dengan catatan,
perempuan tersebut belum pernah terekspose atau terinfeksi oleh
HPV.
f) Pengobatan
Terapi untuk kanker serviks berbeda untuk tiap stadium kanker.
Pada stadium awal dapat dilakukan pembedahan terhadap jarinagn
yang mengandung sel kanker. Pada stadium selanjutnya, terapi
dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, maupun
kemoradioterapi. Jenis terapi ini dapat berpengaruh pada sel normal
(La Russo, 2004).
4
Jika perubahan awal sel leher rahim telak diketahui, pengobatan
yang umum diberikan adalah dengan:
Pemanasan, diathermy atau dengan sinar leser
Cone biopsi, yaitu dengan cara mengalami sedikit dari sel-sel
rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini
memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan
adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan oleh ahli kandungan(Anonim, 2007).
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan
kanker serviks telah dapat diidentifikasi, maka untuk
penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukana adalah:
1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker,
biasanya uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan
tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun
eksternal(Tyagi, 2000).1
1.2 Pre-Eklamsi
a) Pengertian pre eklamsi
Preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu tertinggi pertama.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berkisar 1,5% - 2,5%
sedangkan Angka Kematian bayi antara 45% - 60% (SDKI, 2016).
Penyebab kematian ibu akibat preeklampsia adalah perdarahan otak,
payah jantung, payah ginjal dan aspirasi cairan lambung. AKI pada
tahun 2016 di Kabupaten Probolinggo sebanyak 15 orang dan 10
orang diantaranya dikarenakan preeklampsia
1
Nita Norma D – Mustika Dwi S, hal 169-179 tahun 2013
5
(kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Ada peningkatan tekanan dara selama kehamilan ( sistolik lebih
dari 140 mmHg atau diastolik lebih dari 90 mmHg), yang
sebelumnya normal, disertai protein uria (lebih dari 0,3 gram
protein selama 24 jam atau lebih dari 30 mg/dl dengan hasil reagen
urine kurang lebih dari).
b. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein uria,
perlu dicurigai adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan,
jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada
abdomen, nilai trambosit rendah dan kadar enzim ginjal abnormal.
Preeklamsi adalah suatu sindrom khas kehamilan berupa
penurunan perfusi organ akibat vasopamasmi dan pengaktifan
endotel.(Lenevo, 2009).
b) Etiologi
Menurut Bobak(2005). Manuaba(2007), ada beberapa faktor resiko
tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit:
a. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan
pertama.
b. Grand multigravida
c. Janin besar
d. Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda,
molahidatidosa. Preklamsia terjadi pada 14-20% kehamilan dengan
janin lebih dari satu.
e. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang mnyertai
hamil seperti diabetes melitus.
f. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal,
insiden dapat mencapai 25%.
g. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun
Preeklamsia adalah suatu penyakit yang tidak tidak terpisahkan
dari preeklamsia ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau
6
eklampsia. Preeklamsia berkisar anta 3-5% dari kehamilan yang
dirawat.
c) Klasifikasi preeklamsia
Menurut varney (2007), Manuaba (2007), Bobak (2005), preeklamsia
digolongkan kedalam preeklamsia yang ringan dan preeklamsia berat
dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Preeklamsi ringan
1) Tekanan darah
Kenaikan tekanan darah sistol lebih besar dari 30 mmHg atau
diastol lebih besar 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum
hamil). Pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari atau sistol
lebih besar dari 140 (kecil dari 160 mmHg) diastol lebih besar
dari 90 mmHg (lebih kecil dari 110 mmHg) dengan interval
dari pemeriksaan 6 jam.
2) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
3) Protein uria 0,3 gram atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1
sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
4) Edema dependen, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner
tidak terdengar.
5) Hiperrefleksi plus 3, tidak ada klonus dipergelangan kaki
6) Pengeluaran urine sama dengan masukan lebih dari 30 ml/jam
7) Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak
ada nyeri ulu hati
b. Pre eklamsi berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
2) Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3) Proteinuria lebih dari 3gr/liter
4) Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium, gangguan
penglihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis, gangguan
kesadaran.
7
5) Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat di sertai ikterus,
perdarahan pada retina, trombosit kurang dari 100.000/mm
d) Patofisiologi eklamsi
Menurut Leveno (2009:397), semua teori mengenai patofisiologi pre
eklamsi harus mempertimbangkan pengamatan bahwa gangguan
hipertensif akibat kehamilan jauh lebih besar kemungkinan terjadi
pada wanita :
a. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
b. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar, seperti pada
kehamilan kembar atau mola hidatidiformis
c. Telah mengidap penyakit vascular
d. Secara genetis memiliki predisposisi mengalami hipertensi yang
timbul selama kehamilan
8
g. Aliran darah ke plasenta. Spasme arteriol yang mendadak
menyebabkan asfiksia barat sampai kematian janin. Spasme yang
berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin
h. Perubahan ginjal. Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke
ginjal menurun sehingga filtrasi glomerulus berkurang penyerapan
air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam, edema
pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
i. Perubahan pembuluh darah. Permabilitasnya terhadap protein
makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan, protein
ekstra vaskuler menarik air dan garam menmbulkan edema,
hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi
metabolisme tubuh dan trombosis. 2
2
Nita Norma D – Mustika Dwi S, hal 59-69 tahun 2013
9
Jawa Tengah, menduduki peringkat ke-5 sebagai provinsi di Indonesia
yang memiliki jumlah kumulatif infeksi HIV tertinggi terhitung dari tahun
1987 sampai dengan Maret 2017 yaitu sebanyak 18.038 orang. Provinsi
dengan peringkat pertama yaitu DKI Jakarta (46.758), diikuti Jawa Timur
(33.043), Papua (25.586), dan Jawa Barat (24.650). Jumlah kasus AIDS
yang dilaporkan menurut provinsi tahun 1987 sampai tahun 2017 yaitu
Jawa Timur (17.014), Papua (13.398), DKI Jakarta (8.769), Bali (6.824),
dan Jawa Tengah (6.531).
Kebanyakan ibu rumah tangga yang tertular virus HIV tidak mengetahui
dirinya tertular karena perilaku seksual suaminya di luar rumah. Jumlah
ibu rumah tangga yang tertular HIV AIDS dari suami semakin banyak
karena pemakaian kondom pada laki-laki yang melakukan hubungan seks
dengan wanita pekerja seks masih rendah, sebagian besar laki-laki yang
terinfeksi HIV tidak memberi tahu pasangan seksualnya mengenai
statusnya.
Perempuan HIV positif yang hamil akan menghadapi resiko keadaan yang
tak di inginkan seperti : abortus spontan, kematian janin dalam kandungan,
pertumbuhan janin yang terhambat, berat badan bayi rendah, bayi
prematur dan korioamnionitis. Selain itu berbagai infeksi menular seksual
seperti kandiasis, vulvo vaginal, vaginosis bakterial, herpes genital,
gonorhea, sipilis dapat menyertai kehamilan pada perempuan HIV positif
Tingginya kasus HIV AIDS pada ibu rumah tangga bukan hanya
merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa ibu saja. Jika ibu rumah tangga
10
hamil, maka akan menjadi ancaman bagi anak yang dikandungnya karena
penularan yang terjadi dari ibu ke bayinya. Bayi yang terinfeksi virus HIV
akan mengalami gangguan tumbuh kembang. Anak dengan HIV AIDS
lebih sering mengalami penyakit infeksi bakteri ataupun virus. Perlakuan
diskriminatif akan dihadapi anak-anak yang hidup dengan HIV AIDS.
Risiko lahirnya anak dengan HIV akan memberikan dampak yang negatif
terhadap perkembangan fisik dan mental anak tersebut, data menunjukkan
risiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar antara 20-50%.
Lebih dari 90% kasus bayi yang terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses
dari ibu ke bayi. Virus HIV dapat ditularkan ibu yang terinfeksi HIV ke
bayi selama kehamilan, saat persalinan dan menyusui
Perempuan HIV positif yang hamil akan menghadapi resiko keadaan yang
tak di inginkan seperti : abortus spontan, kematian janin dalam kandungan,
pertumbuhan janin yang terhambat, berat badan bayi rendah, bayi
prematur dan korioamneitis. Selain itu berbagai infeksi menular seksual
seperti kandiasis, vulvo vaginal, vaginosis bakterial, herpes genital,
gonorhea, sipilis dapat menyertai kehamilan pada perempuan HIV positif.3
11
paling banyak di derita oleh kaum wanita. Diperkirakan jumlah kasus
baru tidak kurang dari 1.050.346 pertahun. Berdasarkan estimasi
International Agency for Research of Cancer, pada tahun 2020 akan ada
1,15 juta kasus baru dan 55% kematian diprediksi terjadi di negara
berkembang. Data International Union Against Cancer (UICC) dari WHO
tahun 2009 menunjukan setiap tahun 12 juta orang diseluruh dunia
menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak
diambil tindakan pengendalian yang memadai, maka pada tahun 2030
diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta diantaranya
akan meninggal dunia. Kejadian ini akan lebih cepat di daerah
miskin dan berkembang.Prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup
tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevelensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau
sekitar 330.000 orang. Kanker payudara termasuk kanker tertinggi pada
wanita di Indonesia. Kejadian kanker di provinsi Sumatera Barat (5,6%)
lebih tinggi dari rata-rata nasional (4,3%), yaitu pada urutan tertinggi ke 6
dari 33 provinsi di Indonesia berdasarkan Riskesdas Nasional tahun 2008.
Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan yang
tidak terkontrol dari sel-sel payudara. Kanker terjadi sebagai akibat dari
proses mutasi, atau perubahan abnormal dalam gen yang bertanggung
jawab untuk mengatur pertumbuhan sel dan menjaganya agar tetap dalam
kondisi normal dan sehat. Terkadang kinerja sel-sel itu tidak terkendali.
Sel membelah menjadi banyak sel dan menggumpal, dan biasa disebut
dengan tumor. Jika tumor di area payudara ini berkembang menjadi tumor
ganas, kondisi inilah yang disebut sebagai penyakit kanker payudara.
a. Etiologi
Seperti dijelaskan di atas, kanker payudara ini muncul diawali dengan adanya
pertumbuhan sel yang tidak normal. Awal pertumbuhan sel abnormal tersebut bisa
tumbuh dari bagian payudara mana saja. Beberapa diantaranya ada yang
12
menyerang bagian ductal ataupun luberal. Kemudian setelah itu, sel-sel abnormal
itu tumbuh dan menyebar ke bagian payudara atau bahkan tubuh yang lainnya.
Kanker payudara dapat menyebar ketika sel-sel kanker masuk ke dalam darah atau
sistem getah bening dan dibawa ke bagian lain dari tubuh. Jika sel kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening, kemungkinan sel-sel bisa menyebar melalui
sistem getah bening dan menyebar (metastasis) ke bagian lain dari tubuh.
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang sangat mematikan. Jika
pengobatan dan penanganandilakukan secara terlambat, maka penyakit ini bisa
berkembang ke stadium yang lebih buruk. Peluang untuk sembuh pun menjadi
relatif kecil. Oleh karena itu, deteksi dini mutlak dilakukan. Penanganan lebih dini
akan meningkatkan peluang untuk sembuh.
Berikut ini adalah beberapa cara deteksi dini kanker payudara yang bisa anda
lakukan :
Cara yang paling mudah dan bisa dilakukan kapan saja adalah memeriksa
payudara anda sendiri. Periksalah semua bagian yang ada pada bagian payudara
anda. Tekan-tekan dengan lembut ke seluruh bagian payudara, periksa apakah
ada sesuatu yang aneh atau tidak. Salah satu hal yang harus anda waspadai adalah
jika anda menemukan adanya benjolan pada bagian payudara. Namun demikian,
tidak semua benjolan itu adalah gejalakanker, ada beberapa kriteria benjolan yang
harus diketahui yakni benjolan itu kecil, tidak bergerak, hanya di satu sisi dan jika
di pencet keluar cairan putih.
13
Cek Lebih Lanjut dengan Peralatan Medis
Untuk melakukan deteksi dini, anda perlu mengenali gejala-gejala penyakit ini.
Gejala-gejala umum ini bisa menjadi acuan dan panduan bagi anda. Berikut
adalah beberapa gejala kanker payudara yang bisa anda deteksi sendiri :
Beberapa gejala di atas hanya merupakan gejala awal saja. Sementara kanker
payudara stadium lanjut, gejalanya tidak lagi hanya ada di sekitar payudara
melainkan dirasakan oleh tubuh secara keseluruhan. Nah adapun beberapa gejala
lebih lanjut itu diantaranya adalah :
Mual
Batuk
Sesak nafas
Nyeri tulang
14
Sakit kepala hebat
Kehilangan nafsu makan
Penyakit kuning
Meski kanker payudara tergolong sebagai salah satu penyakit yang berbahaya dan
berat namun bukan berarti tidak dapat diobati. Ada banyak metode yang kini
ditawarkan dan dipercaya bisa mengatasi masalah tersebut. Namun perlu diingat,
tingkat keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada stadium kanker itu
sendiri. Akan lebih baik kalau pengobatan dilakukan sejak dini saat kanker masih
ada dalam tahapan stadium awal. Apabila kanker tersebut sudah dalam stadium
lanjut, maka pengobatan akan lebih sulit. Kalaupun ada, biasanya biaya yang
harus dibayarkan cukup mahal karena harus melakukan
proses operasi atau kemoterapi medis secara khusus.
Salah satu metode yang bisa dipilih adalah cara pengobatan kanker secara alami.
Cara ini sangat baik sekali namun memang membutuhkan waktu yang bertahap
untuk bisa sembuh. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan salah satunya
mengonsumsi bahan-bahan herbal alami yang sudah teruji dan terpercaya. Adapun
beberapa bahan yang bisa dijadikan ramuan pengobatan kanker secara alami
diantaranya adalah extract kulit manggis, daun sirsak, kunyit, tapak dara dan juga
yang lainnya.
15
Pengobatan Kanker Payudara Secara Medis
Selain pengobatan secara alami, metode lain yang bisa dipilih untuk mengobati
kanker adalah dengan cara medis. Pengobatan secara medis ini memiliki banyak
keunggulan dan namun juga memiliki kekurangan. Kelebihannya adalah hasil
pengobatan yang relatif lebih cepat, namun dampaknya terkadang ada efek
samping buruk yang mungkin terjadi. Kemoterapi adalah metode yang sering
dilakukan dalam pengobatan kanker secara medis, termasuk juga beberapa metode
lainnya.
2) TREND MELAHIRKAN
a. Birth sling
Birth sling mulai populer di Eropa dan Amerika Serikat baru-baru ini. Sebetulnya
metode ini telah dikenal bertahun-tahun silam.Sesuai dengan namanya, metode ini
akan membuat seorang ibu melahirkan di atas sling. Alat-alat ini memiliki potensi
untuk membantu perempuan memiliki lebih pendek proses lahiran.
Alat-alat ini memiliki potensi untuk membantu perempuan memiliki lebih pendek
proseslahiran.
Dipercaya Miliki Proses Cepat dan Rendah Risiko, Selain itu birth sling juga akan
meminimalisir rasa sakit, menurunkan risiko intervensi medis yang tidak perlu
seperti yang terjadi pada operasi caesar.
Metode ini membuat seorang ibu dapat bergerak dan menemukan posisi terbaik
untuk beristirahat. Teknik melahirkan birth sling mengandalkan kain yang
16
dikaitkan pada bagian atap atau langit-langit dalam ruangan.Kain tersebut akan
membentuk huruf ‘o’ lonjong seperti ayunan Bentuk tersebut akan digunakan
untuk menopang setiap sisi paha dan bokong.
Selempang juga akan membantunya untuk lebih bebas dan merasa lebih nyaman
selama 28 jam kerja, 22 di antaranya tanpa pengobatan. Berbagai studi
menunjukkan kalau perempuan juga merasakan sakit yang lebih sedikit ketika
memilih melakukan birth sling. Mereka didukung dan mereka tidak perlu
menggunakan energi ekstra
b. Akupuntur
17
mudah (Khadka,2011). Akupunturis atau ahli pengobatan Cina tradisional
menyatakan memijat titik nyeri,efektif meredakan nyeri.
Penelitian Eko (2007), tentang perbedaan tingkat nyeri kala I pada ibu yang
diberikan teknik akupresur dengan yang tidak diberikan akupresur, bahwa hampir
semua responden pada kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat nyeri.
Hasil studi pendahuluan di dua Rumah Bersalin di Bandar Lampung diperoleh
18
data ibu bersalin rata-rata perbulan sejumlah 30-45 ibu bersalin. Pemberian teknik
akupresur Lo4(he kuk) dan thai cong belum pernah dilakukan, pengurangan nyeri
dilakukan dengan teknik nafas dalam dan massase pada lumbal 3-4 untuk
memberikan kenyamanan pada saat persalinan tidak hanya untuk memulihkan
kesehatan, tetapi ternyata metode akupuntur juga bisa digunakan sebagai metode
melahirkan. Metode ini bahkan diklaim bisa mempermudah proses persalinan.
Negara perintis Lotus birth adalah Amerika. Awalnya, lotus birth di lakukan
sebagai langkah pencegahan agar bayi terlindungi dari infeksi luka yang terbuka.
Meski pun Lotus birth merupakan suatu fenomena yang baru, namun penundaan
pemotongan tali pusar sudah ada dalam budaya masyarakat Bali, Indonesia dan
suku Aborigin, Australia.
Selain Water Birth, Andien juga menggunakan metode Lotus Birth untuk
menyambut kelahiran anak pertamanya. Metode Lotus Birth sendiri sebetulnya
bukan metode persalinan melainkan metode pasca-persalinan. Pada Lotus Birth,
19
plasenta yang dilahirkan tidak langsung dipotong dari tali pusat pada perut bayi.
Plasenta ini dibiarkan selama beberapa hari menempel pada tubuh bayi.
b.ISSUE
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
politik, hukum, pembangunan sosial, bencana alam, hari kiamat, kematiap
ataupun tentang krisis.
Issu adalah suatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang namun belum jelas
faktanya atau buktinya.
20
globulin pengikat hormon seks dan tidak memiliki aktivitas estrogenik
atau androgenik. Para peneliti meninjau data dari uji klinis penemuan
dosis sebelumnya yang mengukur berapa lama segesteron bertahan dalam
aliran darah wanita dan pada level apa. Serum segesteron asetat
menghambat ovulasi pada percobaan awal. Kadar darah segesteron asetat
menurun hanya sedikit selama enam bulan penggunaan dalam uji klinis
sebelumnya dengan cincin progestin saja, dan ketika etinil estradiol
ditambahkan ke cincin, kadar darah segesteron asetat tidak berubah.
"Annovera mewakili metode kontrasepsi baru yang bebas prosedur dan
dapat memberikan manfaat kontrasepsi hingga satu tahun," tutur Archer.
21
"Memakai perhiasan mungkin sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-
hari kaum hawa dan teknik ini dapat memfasilitasi kepatuhan menggunakan
kontrasepsi dibandingkan obat oral," tambahnya seperti dilansir dari
Independent.
baru-baru ini seorang peneliti baru saja menemukan alat kontrasepsi baru yang
dapat mencegah kehamilan pada wanita. Alat ini pun tidak seperti alat
kontrasepsi yang dipakai oleh pria di alat vitalnya. Akan tetapi, berbentuk
potongan kecil yang diperuntukkan bagi wanita.
Tepatnya, alat ini berbentuk seperti tambalan kecil yang ditempelkan pada kulit
wanita. Setelah itu, jarum-jarum kecil pada alat ini akan melepaskan obat
kontrasepsi untuk 6 bulan ke aliran darah sehingga para wanita tidak perlu
mengonsumsi obat secara rutin.
Walaupun alat ini masih dalam tahap awal penelitian, para peneliti sangat yakin
bahwa alat ini akan bekerja dengan baik. "Kami menggunakan hormon
22
kontrasepsi yang sudah mapan, kami optimis patch itu akan menjadi kontrasepsi
yang efektif," tutur Profesor Mark Prausnitz dari Georgia Institute of Technology,
Atlanta, yang juga menjadi bagian dalam penelitian ini.
B. OBSERVASI EDEMA
1. Definisi Edema
Edema adalah infiltasi abnormal cairan kedalam cairan dalam jaringan ada
banyak penyebab bisa dalam darah atau penyakit pada sistem
cardiopulmonal, urinary dan hepar ( Widiastuti,2012 ).
Arthur C. Guyton mendifinisikan edema adalah gelombong cairan dari
beberapa organ atau jaringan yang merupakan terkumpulnya kelebihan
cairan limpe, tanpa peningkatan jumlah sel dalam mempengaruhi jaringan.
Edema bisa terkempul pada beberapa lokasi pada tubuh, tetapi biasanya
terdapat pada kaki dan pergelangan kaki.
23
Edema adalah manifestasi umum kelebihan volume caitran yang
membutuhkan perhatian khusus. Pembentukan edema, sebagai akibat dari
perluasan cairan dalam kompartemen cairan intertisial, dapat terlokalisir,
contohnya pada pergelangan kaki ; dapat berhubungan dengan rematoid
arthritis ; atau dapat menyeluruh, seperti pada gagal jantung atau ginjal,
edema yang menyeluruh disebut anasarka.
2. Etiologi
Edema dapat dibagi menjadi edema lokal dan edema general. Edema lokal
adalah bila terjadi bengakak pada satu sisi tubuh saja, sedangkan disebut
edema general bila terjadi bengkak pada lebih dari satu bagian tubuh.
Edema lokal biasa terjadi akibat penyebab lokal juga, seperti gigitan
serangga, alergi kulit, sumbatan pembuluh darah di daerah tersebut, dan
sebagainya. Edema lokal biasanya lebih bersifat ringan dan tidak fatal.
Edema general bisa terjadi akibat gangguan atau kegagalan suatu organ
tubuh, seperti gagal jantung, gagal ginjal, gagal hati, tumor, kanker dan
sebagainya. Pada gagal jantung, jantung tidak efektif memompakan darah
sehingga sebagian darah terbendung pada kaki, perut, dan menyebabkan
pembengkakkan. Pada gagal ginjal, gagal ginjal menjalankan fungsinya
untuk menyaring darah dan menghasilkan air urin. Akibatnya, air tidak
dapat keluar dan menyebabkan hampir seluruh tubuh bengkak. Pada gagal
hati terjadi kondisi kekurangan protein tersebut berguna untuk menjaga air
tetap di dalam aliran darah. Akibat kekurangan protein tersebut, air dalam
pembuluh darah akan keluar ke rongga-rongga tubuh sehingga
menyebabkan bengkak.
3. Manifestasi klinis
Edema memunculkan gejala pada tubuh yaitu :
1) Distensi venaa jugularis sebagai tanda dari adanya peningkatan
tekanan vena sentral
24
2) Peningkatan tekanan darah yang menyebabkan denyut nadi penuh,
kuat
3) Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan
4) Edema perifer
5) Ascites (meningkatnya ukuran perut)
6) Efusi pleura
7) Penambahan berat badan secara cepat
8) Napas pendek-pendek atau sulit bernapas ( pulmonari edema)
9) Volume air kencing yang di keluarkan sangat sedikit meskipun
minum air dalam takaran bnormal harian
10) Baju, celana, rok, atau aksesoris yang di gunakan terasa sempit
4. Patofisiologi
Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan
osmotik plasma. Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar
dari pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan yang di reabsorpsi
kurang dari normal. Dengan demikian terdapat cairan tambahan yang
tertinggal di ruang-ruang intesium. Edema yang di sebabkan oleh
penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara :
1) Pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit
ginjal
2) Penurunan sintesis protein plasma
3) Akibat penyakit hati (hati mensintesis hampir semua protein
plasma)
4) Makanan yang kurang mengandung protein atau penegluaran
protein akibat luka bakar yang luas
25
penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan ke arah
dalam semesta peningkatan tekanan koloid cairan interstisium yang di
sebabkan oleh kelebihan protein di cairan interstisium meningkatkan
tekanan ke arah luar. Ketidaksimbangan ini ikut berperan menimbulkan
edema likal tang berkaitan dengan cidera (misalnya lepuh) dan respon
alergi ( misalnya, biduran). Peningkatan tekanan vena, misalnya darah
terbendung di vena, akan di sertai peningkatan tekanan darah kapiler,
karena kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena. Peningkatan tekanan
ke arah dinding kapiler ini berperan pada edema yang terjadi pada vena.
Peningkatan tekanan ke arah dinding kapiler ini terutama berperan pada
edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga
dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu contoh
adalah pembengkakakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada
masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena-vena besar
yang mengalirkan darah dari ekstermitas bawah pada saat vena-vena
tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini
menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di
ekstermitas bawah. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,
karena kelebihan cairan yang di filtarsi keluar tertahan di cairan
interstisium dan tidak dapat di kembalikan ke darah melalui sistem
limfe. Akumulasi protein di cairan interstisisum memperberat masalah
melalaui efek osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi,
misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran drainase limfenya dari
lengan yang tersumbat akibat pengangkatan sema pembedahan untuk
kanker payudara. Penyumbatan limfe yng lebih meluas terjadi pada
filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang
terutama di jumpai di daerah-daerah tropis. Apapun penyebab edema,
konsekuensi pentingnya adalah penurunan, pertukaran, bahan-bahan
antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisum, jarak
antra sel dan darah yang harus di tempuh oleh nutrient, O 2 dan zat-zat
sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian
26
sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang medadapat
pasokan darah.
Retensi natrium terjadi bila ekskresi natrium dalam kemih lebih kecil
dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi
maka akan menjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air di tahan,
sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan
interstisium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Retensi natrium dan
air dapat diakibatkan oleh faktor hormonal (peningkatan aldosteron
pada sirosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan ACTH, testoteron, progesteron, atau
esterogen. ( Tambayong 2000).
5. Observasi Edema
Edema adalah akumulasi cairan yang tidak normal di dalam interstitium
dan secara klinis dijelaskan sebagai pembengkakan. Interstitium mengacu
pada rongga tubuh (satu atau lebih) atau lokasi di bawah kulit. Secara
umum, keseimbangan homeostasis adalah yang menentukan jumlah cairan
interstitial. Gangguan pengangkatan atau peningkatan sekresi cairan ini
yang menyebabkan edema
6. Klasifikasi
a) Edema kulit : ini terjadi ketika area kecil mendapat tekanan dan
lekukan berlanjut bahkan setelah tekanan dilepas
b) Edema pitting perifer : Ini adalah jenis umum yang muncul ketika
ada retensi air dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti
gagal jantung, kehamilan atau penyakit
c) Edema tanpa lubang : Ini adalah di mana lekukan tidak persisten
dan dikaitkan dengan kondisi seperti miksedema, lipedema, dan
limfedema.
27
7. Edema Grading
Edema pitting dinilai dalam skala satu hingga empat. Penskalaan
tergantung pada daun dan kedalaman "lubang" dan berapa lama lubang
akan tetap.
a) Metode Grading 1: Kedalaman dan Durasi penyok
1) 1+ : 2mm atau kurang: lubang kecil, tidak ada distorsi yang terlihat,
menghilang dengan cepat.
2) 2+ : Indentasi 2-4mm: lubang agak lebih dalam, tidak ada distorsi
yang dapat terdeteksi, menghilang dalam 10-25 detik
3) 3+ : 4-6mm: lubang terasa sangat dalam. Bisa bertahan lebih dari
satu menit. Ekstremitas bergantung terlihat bengkak dan lebih penuh.
4) 4+ : 6-8mm: lubang sangat dalam. Berlangsung selama 2-5
menit.Ekstremitas dependen sangat terdistorsi
b) Metode Grading 2: Kedalaman Penyok dan Waktu Rebound
1) 1+ : Tiga adalah depresi 2mm yang hampir tidak
terdeteksi. Rebound segera
2) 2+ : Ada lubang sedalam 4mm. Beberapa detik untuk pulih
3) 3+ : Ada lubang sedalam 6mm. 10-12 detik untuk pulih
4) 4+ : Ada lubang sedalam 8 mm (sangat dalam). >20 detik untuk
pulih
28
c) Metode Penilaian 3: Keseluruhan Tingkat Edema
Ada tiga tingkatan edema lubang bilateral, dan jika tidak ada,
derajatnya “tidak ada”. Nilai edema lubang bilateral diklasifikasikan
menggunakan tanda plus
1) 1+ : Ringan: Kedua pergelangan kaki / kaki
2) 2+ : sedang : kedua kaki, tangan, lengan bawah, kaki bawah
3) 3+ : Parah: Edema pitting bilateral umum, yang mencakup kedua
kaki, lengan, kaki, dan wajah4
4
Oktavianus Dan Alviana .N.R Tahun 2014
29
DAFTAR PUSTAKA
Nita .N.D (2013). Asuhan Kebidanan : Patologi Teori Dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta: Nuha Medika.
30