2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1618
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PREVALENSI KASUS AMELOBLASTOMA
YANG DISEBABKAN OLEH GIGI IMPAKSI
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013-2016
SKRIPSI
OLEH:
ARCHANA DEVI CHANDRAN
NIM : 130600173
PEMBIMBING:
ISNANDAR, drg.,Sp. BM
Tahun 2017
xii + 45 halaman
TIM PENGUJI
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini selesai disusun dalam rangka memenuhi
kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Isnandar, drg., Sp. BM yang telah
meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya
proposal ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis,
En.Chandran Kanniappan dan Pn.Shanti Murugesan yang telah memberikan kasih
sayang, doa dan dukungan serta segala bantuan baik moril maupun materil yang tidak
terbatas kepada penulis. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Eddy A Ketaren., Sp. BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala
saran dan bantuan.
2. Seluruh staf pengajar dan laboran Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Simson Damanik, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalankan akademik.
4. Teman- teman terbaikku Reevanash Poravi, Abirami Muthukumaru, Renuga
Gunasekaran, Harjit Kaur, dan kakak senior Darsheni Manokaran yang telah
banyak memberi dukungan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan teman- teman lain
serta seluruh teman mahasiswa setambuk 2013 atas dukungan, saran dan
bantuannya kepada penulis.
Penulis,
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….........
HALAMAN TIM PENGUJI………………………………………...
KATA PENGANTAR …………………………………………….... iv
DAFTAR ISI………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL………………………………………………....... viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………....... ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………........ x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………….………… 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………….….. 3
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………..... 3
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………... 4
BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..... 42
LAMPIRAN
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran
2.1 Ameloblastoma
2.1.1 Definisi dan Terminologi
Ameloblastoma menurut Gorlin merupakan tumor yang berasal dari epithelial
odontogenik yang sering terjadi. Cusack mendeskripsikan ameloblastoma sebagai
bentuk khusus dari kista rahang. Mallasez mengemukakan bahwa ameloblastoma
dapat tumbuh dari sisa epithelial selubung akar gigi yang sedang berkembang dan
dikenalkan dengan istilah adamantine epithelioma. Derjinsky pada tahun 1890
pertama kali menggunakan istilah adamantinoma, tetapi menurut Farmer istilah
adamantinomatidak tepat karena pada tumor tidak terbentuk enamel dan tidak keras,
sedangkan Ivy dan Churchill menyatakan bahwa jika enamel tidak berkembang, maka
istilah ameloblastoma digunakan.8,12
Fonseca, mendefinisikan ameloblastoma sebagai tumor basaloid yang
mempunyai beberapa variasi bentuk histopatologis, tampilan klinis dan sifat, serta
mempunyai tampilan seperti kista multilokular secara radiografis.13
Menurut Small dan Waldron, kejadian ameloblastoma relatif rendah, hanya
sekitar 1% dari seluruh tumor dan kista rongga mulut. Menurut penelitian oleh
Regezi dkk ameloblastoma biasanya memiliki perkembangan lokal dan persisten serta
berkemampuan untuk menghasilkan deformitas atau kerusakan, sedangkan menurut
penelitian Soames, ameloblastoma merupakan tumor yang jinak, akan tetapi
mempunyai sifat menginvasi secara lokal, serta menyebabkan induksi minimal pada
jaringan konektif. Ameloblastoma dapat tumbuh dari sel-sel embrional gigi yang
Tumor ini biasanya timbul pada kelompok usia dewasa, paling sering terjadi
pada usia 20-50 tahun dengan hampir setengahnya berada pada dekade ketiga dan
keempat masa hidupnya dan dua pertiganya berusia kurang dari 40 tahun sesuai
analisis Small dan Waldron pada tahun 1955, serta analisis Mehlisch, Dahlin dan
Masson pada tahun 1972. Walaupun sebagian besar terjadi pada usia 20-50 tahun
rentang usia terjadinya ameloblastoma sangat prevalen mulai dari anak-anak hingga
usia tua. Dresser dan Segal pada tahun 1967, serta Lewin pada tahun 1966
melaporkan usia termuda mengalami tumor ini adalah bayi berusia 1 bulan dan usia
tertua 98 tahun.15
Sebagian besar kasus yang telah dilaporkan menunjukkan bahwa
ameloblastoma lebih sering terlibat di mandibula daripada di maksila. Sehdev dkk
pada tahun 1974 dan Mehlisch pada tahun 1972 melaporkan 78% kasus
ameloblastoma terjadi di mandibula, Small dan Waldron melaporkan 80% kasus
terjadi di mandibula, begitu juga dengan Cohen, Medak dan Burlakaw pada tahun
1972, serta Daramola, Ajagbe dan Akinyemi pada tahun 1980.15
Gambar 5.
Ameloblastoma tipe Pleksiform.1
Gambar 6.
Ameloblastoma tipe Achanthomatous.1
2.1.6.2 Unilokular
Pada tipe lesi unilokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau
gambaran yang patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun
keteraturan ini tidak dijumpai pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan
Kandungan tumor ini dapat keras atau lunak, tetapi biasanya ada suatu cairan
mukoid berwarna merah kecoklatan. Kolesterin jarang dijumpai. Secara makroskopis
ada dua tipe yaitu tipe solid (padat) dan tipe kistik. Tipe yang padat terdiri dari massa
lunak jaringan yang berwarna putih keabu-abuan atau abu-abu kekuning-kuningan.
Tipe kistik memiliki lapisan yang lebih tebal seperti jaringan ikat dibanding kista
sederhana. Daerah-daerah kistik biasanya dipisahkan oleh stroma jaringan fibrous
tetapi terkadang tulang septum juga dapat dijumpai. Penentuan lokasi tusukan pada
tulang kortikal yang menipis atau merusakjuga penting untuk dibuat diagnosis
ameloblastoma dengan FNAB.Aspirasi ke daerah yang solid/padat tumor bisa
menghasilkan lebih banyak sel, sehingga kemungkinan untuk mendapatkan
smearyang tinggi.19
2.2.3.3 Karies
Karies gigi dapat terjadi pada gigi M3 mandibula atau di molar kedua yang
berdekatan, paling sering di garis servikal gigi. Hal ini juga sering terjadi pada aspek
distal gigi molar kedua.1 Oleh karena ketidakmampuan pasien untuk secara efektif
membersihkan daerah ini serta ketidakmungkinan diakses oleh dokter gigi restoratif,
karies pada gigi molar kedua dan ketiga tersebut diindikasi untuk diekstraksi.5
Menurut penelitian Nordenram pada tahun 1987, insiden ini terjadi pada sekitar 15%
dari pasien.5,25
Tabel 1. Lesi odontogenik yang terkait dengan gigi molar ketiga impaksi.31
2.4 Penatalaksanaan
Perawatan ameloblastoma banyak dikemukakan dalam berbagai kepustakaan
dan sampai saat ini masih merupakan kontroversi. Namun pada umumnya perawatan
Oleh karena itu margin tumor sebenarnya sering melampaui batas radiografi
atau klinis yang tampak jelas. Upaya untuk mengangkat tumor dengan kuretase sering
meninggalkanpulau-pulau kecil tumor dalam tulang yang kemudian bermanifestasi
Tipe Klinis
Unikistik
Ameloblastoma
Ekstraosseus/
Gambaran Klinis
Periferal
Folikuler
Pleksiform
Gambaran
Acanthomatous
Ameloblastoma Histopatologis
Sel Granuler
Sel Basal
Unilokular
Gambaran
Radiologis
Multilokular
Riwayat Penyakit
Ameloblastoma Pemeriksaan IO
yang disebabkan dan EO
oleh gigi impaksi
Diagnosa
Banding
Definisi
• Usia
• Jenis Kelamin
• Tipe Klinis
Ameloblastoma
Kriteria Eksklusi:
1. Data rekam medik pasien menderita ameloblastoma yang disebabkan oleh gigi
impaksi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan selain tahun 2013-2016.
2. Data rekam medik pasien menderita ameloblastoma yang disebabkan oleh gigi
impaksi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan yang tidak
mencantumkan data pribadi pasien.
3. Data rekam medik pasien menderita ameloblastoma yang disebabkan oleh gigi
impaksi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan yang tidak
mencantumkan tipe klinis ameloblastoma yang diderita pasien.
4. Data rekam medik pasien menderita ameloblastoma yang bukan disebabkan oleh
gigi impaksi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan.
Populasi
Rekam Medik pasien ameloblastoma yang
disebabkan oleh gigi impaksi yang datang ke
Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik,
Medan Tahun 2013-2016
Sampel
Rekam Medik pasien ameloblastoma yang
disebabkan oleh gigi impaksi yang datang ke
Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik,
Medan Tahun 2013-2016
Variabel
- Usia, Jenis Kelamin, dan Tipe Klinis
Ameloblastoma
Pengolahan Data
Tabel 3. Prevalensi Ameloblastoma yang Disebabkan oleh Gigi Impaksi Di RSUP H. Adam.
Malik Tahun 2013-2016 Berdasarkan Usia
5% 15%
0-17
18-65
66-79
80-99
80% >100
Tabel 4. Prevalensi Ameloblastoma yang Disebabkan oleh Gigi Impaksi Di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2013-2016 Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 33 51,56%
Perempuan 31 48,44%
Dari hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
pasien yang didiagnosa ameloblastoma yang disebabkan oleh gigi impaksi pada tahun
2013 hingga 2016 adalah sebanyak 64 pasien.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pasien mengalami ameloblastoma yang
disebabkan oleh gigi impaksiterjadi hampir pada seluruh rentang usia dari yang
paling muda yaitu 4 tahun dan yang paling tua 69 tahun. Presentase usia tertinggi
yang didiagnosa ameloblastoma yang disebabkan oleh gigi impaksidi Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik adalah usia 18-65 tahun sebanyak 79,7%, usia 0-17
tahun sebanyak 15,6% dan presentase terendah pada usia 66-79 tahun sebanyak 4,7%.
Tidak ada kasus ameloblastoma yang disebabkan oleh gigi impaksi di Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik dalam lingkungan 80-99 tahun dan usia melebihi 100
tahun.
Hasil ini telah membuktikan teori daripada literatur Tatapudi R dkk pada
tahun 2014 menyatakan bahwa usia yang sering terkena ameloblastoma yang
disebabkan oleh gigi impaksi adalah diantara 15-30 tahun yaitu sebanyak 43%.36
Pada penelitian di Denmark oleh Guven dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa
33,9% pada usia di bawah 33 tahun mengalami ameloblastoma yang disebabkan oleh
gigi impaksi.37Menurut beberapa buku ilmiah ameloblastoma yang disebabkan oleh
gigi impaksi telah diamati pada pasien yang berusia antara 18 sampai 75 tahun
dengan usia rata-rata 30 tahun.10 Ameloblastoma juga sering terjadi pada pasien
berusia antara 20 sampai 40 tahun, meskipun dapat terjadi pada usia berapapun.1
6.1 Kesimpulan
1. Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary oral and maxillofacial
pathology. 2nd ed. Missouri: Mosby, 2004; 134-143.
2. Lagares DT, Cossio PI, Guisado JMH, Perez JLG. Mandibular ameloblastoma
a review of the literatur and presentation of six cases. J Med Oral Patol Oral
Cir Bucal 2005; 10: 231-238.
3. McClary CA. West RB. McClary CA. Ameloblastoma : A clinical review and
trends in management. Eur Arch Otorhinolaryngol 2015; 1-13.
4. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery.
6th ed.USA: Elsevier Inc, 2014; 464-694, 467-694.
5. Miloro M, Ghali GE, Larsen PE, Waite PD. Peterson’s principles of oral and
maxillofacial surgery. 2nd Ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2004; 49-140.
6. Mitra R, Prajapati VK, Vinayak KM, Nath S, Sharma N. Prevalence of
mandibular third molar impaction. IJCMR 2016; 3(2): 2625-626.
7. Juodzbalys G, Daugela P. Mandibular third molar impaction: Review of
literatur and a proposal of a classification. J Oral Maxillofac Res 2013; 4(2): 1-
8.
8. Shin SM, Choi EJ, Moon SY. Prevalence of pathologies related to impacted
mandibular third molars. SpringerPlus 2016; 1-5
9. Alamgir W, Mumtaz M, Kazmi F, Baig MA. Cause and relationship between
mandibular third molar impactions and associated pathologies. International
Journal of Advanced Research 2015; 3(1) : 762-767
10. Rusdiana, Sandini SU., Vitria EE., Santoso TI. Profile of ameloblastoma from
a retrospective study in Jakarta, Indonesia. Journal of Dentistry Indonesia
2011; 18(2): 27-32
11. Hasan MA. Prevalensi ameloblastoma dan distribusi ameloblastoma serta
perawatannya di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Journal of Dentistry
Indonesia 2010; 45-46