Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOLOGI UMUM

TINJAUAN KRITIS TERHADAP TEORI


PSIKOANALISIS,BEHAVIORISTIK,KOGNITIF DAN HUMANISTIK

Disusun oleh :
1.Bunga
2.Putri Tiara Pratiwi
3.Anugrah Faisal

Ma’soem University
Bimbingan & Konseling
2019/2020
 TEORI PSIKOANALISIS
A. Pandangan Tentang Manusia
Psikoanalisis dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi
sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisis menyatakan bahwa
tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar.
Ada beberapa konsep yang unik dan penting dalam teori ini yaitu :
1. Kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsciousness)
kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan kunci untuk memahami perilaku dan
problema kepribadian. Ketidakasadaran mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke
alam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu
dan insting serta segala sesuatu yang termasuk keduanya dan alam tak sadar adalah sumber
dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri manusia.
Sementara itu, alam sadar adalah segala seuatu yang disadari pada saat tertentu, penginderaan
langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, dan perasaan yang dimiliki setiap orang. Kesadarann
itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia.
2. Kecemasan (anxiety)
Kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.
 Kecemasan realita/realistis adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar
dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. Seperti,
merasa takut ketika bertemu dengan ular dan hewan berbisa lainnya.
 Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati
nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu
yang bertentangan dengan norma moral. Kecemasan ini terjadi ketika ada ancaman
dari dunia social superego yang telah diinternalisasikan ke dalam diri seseorang.
 Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau instink akan keluar jalur dan
menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum. Kecemasan
ini yang paling menarik perhatian Freud, dan biasanya disebut dengan kecemasan
biasa.
3. Mekanisme pertahanan diri (defense mechanism)
Ego berusaha sekuat mungkin untuk menjaga stabilitas hubungan dengan realitas, id, dan
superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus mempertahankan diri.
Maka, secara tidak sadar ego akan bertahan dengan cara memblokir, menghilangkan, seluruh
dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih
bisa diterima dan tidak terlalu mengancam. Cara seperti ini kemudian dikenal dengan
mekanisme mempertahankan diri atau defense mechanism.
4. Tahap perkembangan psikoseksual (psychosexual stage)
Setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi
dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang
bersifat menetap. Artinya, ketika perkembangan yang seharusnya terselesaikan tidak
diperlakukan sebagaimana mestinya, maka hal itu akan berdampak terhadap prilaku di masa
yang akan datang.
B. Perspektif Perilaku Manusia
Teori psikoanalis bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam
manusia yang terletak jauh dialam bawah sadar sebabnya, mengapa begitu banyak
penyakit fisik yang di sebabkan oleh tertekannya psikoanalisis seseorang. Tekanan
psikologis itu di tekan kedalam alam bawah sadar seseorang.
C. Faktor-faktor penentu perkembangan perilaku dan pribadi
Sigmund Freud berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari
dalam diri manusia yang terletak jauh di alam bawah sadar. Itulah sebabnya, mengapa
begitu banyak penyakit fisik yang disebabkan oleh tertekannya psikologis seseorang.
Tekanan psikologis itu ditekan ke dalam alam bawah sadar seseorang.Menurut Freud,
kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar
(preconscious), dan tak-sadar (unconscious).

 TEORI BEHAVIORISTIK
A. Pandangan Tentang Manusia
Behavioristik menganggap manusia pada hakikatnya adalah netral, baik-buruknya perilaku
terpengaruh dari pengaruh situasi dan perlakuan yang dialami. Asumsi-asumsi ini diperoleh
melalui eksperimen-eksperimen dengan hewan dengan tujuan untuk mengetahui pola dasar
perilaku manusia dan proses perubahannya. Usaha ilmiah itu dianggap sebagai reaksi
terhadap psikoanalisis yang wawasan-wawasannya terlalu dianggap hipotesis dan intuitif
dengan teori-teorinya yang konon kurang didukung oleh temuan-temuan riset empiris.
Behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks
yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum
behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan
ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas,
seperti alat pengatur panas.
Kepribadian sehat behavioristik :
1) Manusia adalah makhluk perespon; lingkungan mengontrol perilaku.
2) Manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
3) Mementingkan faktor lingkungan.
4) Menekankan pada faktor bagian.
5) Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
6) Sifatnya mekanis mementingkan masa lalu.
Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan respons
secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri
sendiri.
B. Perspektif Behavioristik
Yaitu pendekatan psikologi yang menelaah cara lingkungan dan pengalaman
mempengaruhi tindakan seseorang. Penganut behaviorisme (behaviorist) menaruh perhatian
pada peranan penghargaan (reward) maupun hukuman (punishment) dalam mempertahankan
atau mengurangi kecenderungan munculnya perilaku tertentu
C. Faktor-faktor penentu perkembangan perilaku dan pribadi
Faktor yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement)
maka respon juga semakin kuat.

 TEORI KOGNITIF
A. Pandangan Tentang Manusia
Kognitif merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses mental, bagaimana manusia
berpikir, merasakan, mengingat, belajar dimana otak akan menjalankan fungsi utamanya
yang disebut dengan berpikir. Dalam hal ini otak adalah sistem fisik dalam bekerja pada batas
hukum alam dan kekuatan sebab akibat, bisa menampung sebanyak-banyaknya, apapun item
yang masuk kedalam memorinya secara simultan. Kemampuan membedakan hasil
penginderaan, menghasilkan kemampuan lebih tinggi, membentuk kategori konseptual.
Kognitif adalah ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia. Psikologi kognitif membahas
persepsi terhadap informasi (Anda membaca pertanyaan), membahas pemahaman terhadap
informasi (Anda memahami inti pertanyaan tersebut), membahas alur pikiran (Anda
menentukan apakah anda mengetahui jawabannya atau tidak), dan membahas formulasi dan
produksi jawaban Anda.Kemudian psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi
terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental.Sesungguhnya, psikologi kognitif
meliputi segala hal yang kita lakukan.
Kognitif tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens).
Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme yang
menyatakan bahwa manusia itu dapat berpikir lebih baik dari makhluk hidup lainnya.
B. Perspektif Kognitif
Proses perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang
didasarkan proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Tujuan aspek
kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode
atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
C. Faktor-faktor penentu perkembangan perilaku dan pribadi
Ada 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1. Faktor hereditas/ keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat
schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi potensi
tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf
intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi lehrin, linzhey
dan spuhier berpendapat bahwa intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor
keturunan.
2. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat
bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih
belum ada tulisan atau noda sedikitpun. Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori
Tabula rasa.Menurut john locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh
lingkungannya. Berdasarkan pendapat locke, taraf intelegensi sangatlah
ditentukanoleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan
hidupnya.

3. faktor kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat
dengan usia kronologis (usia kalender)
4. Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segalah keadaan diluar diri seseorang yang memengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan
sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
Sehingga manusia berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup ataupun
dalam bentuk penyesuaian diri.
5. Faktor Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan
bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat
terwujud. Bakat seseorang akan memengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya
seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat
mempelajarinya.
6. Faktor Kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti
bahwa manusia dapat memilih metode metode tertentu dalam memecahkan masalah
masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

 TEORI HUMANISTIK
A. Pandangan Tentang Manusia
Humanistik atau disebut juga dengan kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang
multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian
pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli humanistik adalah
alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli humanistik yang lainnya merupakan pelengkap
bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis. Keyakinan ini membawa kepada
usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental
dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas.
Humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu humanistik menawarkan satu
nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia
menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku
manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih
efektif dalam pelaksanaan psikoterapi. Pokok persoalan dari humanistik adalah
pengalaman subjektif manusia, keunikannya yang membedakan dari hewan-hewan,
sedangkan area-area minat dan penelitian yang utama dari humanistik adalah kepribadian
yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinan-kemungkinan manusia untuk
tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta nilai-nilai manusia Dalam metode-metode
studinya, humanistik menggunakan berbagai metode mencakup wawancara, sejarah hidup,
sastra, dan produk-produk kreatif lainnya.
Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas
kehidupan dirinya. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar,
mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia adalah
makhluk dengan julukan “the self determining being” yang mampu sepenuhnya
menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu
yang dianggapnya paling tepat

B. Perspektif Humanistik
Menurut pandangan humanistik, manusia adalah makhluk yang aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Perilaku manusia berpusat pada
konsep dirinya berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel
dan berubah-ubah. Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada kebutuhannya dalam
fungsi untuk mempertahankan, meningkatkan serta mengaktualisasikan dirinya.
D. Faktor-faktor penentu perkembangan perilaku dan pribadi
Faktor penentu perkembangan seorang individu pada teori humanistic adalah
bagaimana individu tersebut dapat mengaktualisasi dirinya, walaupun ia memiliki masa
lalu yang suram, tetapi teori ini meyakini bahwa setiap individu pada dasarnya adalah baik
dan positif. Tinggal bagaimana individu tersebut berusaha untuk mencapai aktualisasi diri.
Ada beberapa langkah untuk mencapai aktualisasi diri yaitu hirarki kebutuhan, factor
pertama adalah kebutuhan terhadap fisiologis atau dasar seperti makan, minum dan
lainnya. Kemudia jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, naiklah kebutuhan hidup
menjadi kebutuhan akan rasa aman dimana individu bisa merasa aman dihidupnya, seperti
terhindar dari bencana alam maupun masalah yang dapat merenggut rasa aman itu. Jika
kebutuhan rasa aman telah terpenuhi.
Individu akan menaikkan level kebutuhannya menjadi kebutuhan dicintai dan
disayangi oleh lingkungannya sehingga aspek kebutuhan social pun terpenuhi. Setelah itu,
individu akan mencari kebutuhan lainnya yakni kebutuhan untuk dihargai sebagai dirinya
sendiri. Kebutuhan ini akan terpenuhi jika manusia sudah saling mencintai dan
menyayangi. Setelah kebutuhan untuk dihargai telah terpenuhi, naiklah kebutuhan
individu tersebut pada kebutuhan teratas yaitu aktualisasi diri. Dimana manusia akan
berkembang secara positif sesuai kemampuannya. Jika ia telah mencapai aktualisasi diri,
otomatis ia akan menjadi pribadi yang dapat bermanfaat, baik itu untuk perkembangan diri
sendiri maupun orang lain. Jadi factor penentu perkembangan manusia menurut teori
Humanistik adalah kemauanj diri sendiri untuk mencapai aktualisasi diri dan juga
lingkungan yang harus terus mensupport individu tersebut.

Anda mungkin juga menyukai