PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk hidup bahagia dan sukses menjadi sangat tipis (Goleman, 2009).
lebih dari 1 milyar orang atau 19,1% dari penduduk dunia adalah anak dengan
usia 5-12 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat sebesar 3%.
2010 sekitar 110 juta jiwa. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok
umur 5-12 tahun sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% anak laki-laki dan 49,1%
penduduk indonesia adalah anak-anak, dengan jumlah sebesar 1,2 juta jiwa
(wawan, 2017).
1
Indonesia yang berusia empat tahun setara dengan anak-anak Yordania dan
diposisi kedua setelah filipina dalam hal presentasi anak yang memiliki
2015).
bahwa 78,3% anak menjadi pelaku kekerasan dan angka ini meningkat dari
faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
didalamnya pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yag
kuat bagi perkembangan emosi anak. Pola asuh terbukti memiliki pengaruh
2
yang kuat bagi perkembangan anak. Pola asuh terbukti memiliki pengaruh
pengasuhan yang diberikan oleh orang tua. Pola asuh orang tua adalah pola
yang diberikan oleh orang tua akan mempengaruhi kepribadian anak, baik itu
siswa SD Madrasah Raha diketahui bahwa pola asuh orang tua siswa sangat
beragam. Terdapat 5 orang siswa yang memiliki sifat nakal dan keras kepala
dan 2 orang siswa memiliki sifat pemalu dan manja, dalam hal ini dikarenakan
orang tua menerapkan pola asuh otoriter dan permisif sehingga anak tidak
lainnya memiliki sifat periang, mudah bergaul dan memiliki sifat kasih sayang.
sebab masih sangat banyak orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter
yakni gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntuk anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua dan juga masih banyak terdapat siswa yang
3
kecerdasan emosinya masih relatif kurang. Hal ini terlihat dari pengakuan salah
seorang Guru yang mengatakan bahwa siswanya mudah marah saat seorang
dalam bermain, siswa yang sulit berbaur dengan temannya yang lain, siswa
yang sering berkelahi dengan temannya, serta siswa yang selalu memaksa
pola asuh dengan kecerdasan emosi anak sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pola asuh orang tua pada siswa SD Madrasah Raha
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
untuk mendidik anak sehingga seorang anak sehingga seorang anak dapat
2. Manfaat Teoritis
hubungan tipe pola asuh orang tua dalam membangun kecerdasan emosional
anak dan juga dapat digunakan sebagai pijakan bagi peneliti lain mengenai
E. Keaslian Penelitian
5
2 Anna Kurniawati Hubungan Pola Asuh Variabel yang Variabel yang
Husada Demokratis Dan diteliti adalah tidak diteliti
Kecerdasan Emosi pola asuh pola asuh
Dengan Perilaku Pro orang tua dan demokratis
Sosial Pada Remaja kecerdasan
3 Nur Istiqomah Pola Asuh Otoriter Variabel yang Variabel yang
Hidayati Orang Tua, diteliti adalah tidak diteliti
Kecerdasan Emosi, pola asuh kemandirian
Dan Kemandirian orang tua dan anak SD
Anak SD kecerdasan
4 Arum Dwi Mahatfi Korelasi Antara Pola Variabel yang Variabel yang
Asuh Orang Tua diteliti adalah tidak diteliti
Dengan Kecerdasan pola asuh korelasi antara
Orang Tua Dengan orang tua dan pola asuh
Kecerdasan Emosi kecerdasan orang
Siswa Sekolah Dasar
Kelas V Segugus
Satu Kecamatan
Panjatan Kabupaten
Kulon Progo
5 I W Sadia Pengaruh Pola Asuh Variabel yang Variabel yang
Orang Tua, Interaksi diteliti adalah tidak diteliti
sebaya Dan pola asuh interaksi teman
Kecerdasan orang tua dan sebaya
Emosional Terhadap kecerdasan
Hasil Belajar IPA
Pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri
Sekecamatan
Mengwi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari taman kanak-kanak sampai
dasar. Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal
di Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu
sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang
berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat
7
yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Peranan sekolah sebagai
pengajaran
8
berinteraksi dan menjalin hubungan yang lebih luas dengan orang lain
yang baru dikenalinya. Pada masa usia sekolah dasar ini terdapat dua fase
a. Masa kelas rendah sekolah dasar (usia 6 tahun sampai usia sekitar 8
tahun). Pada usia ini dikategorikan kelas 1 sampai dengan kelas 3. Pada
masa ini siswa memiliki sifat khas yaitu adanya korelasi positif yang
diri sendiri dan suka membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
b. Masa kelas tinggi sekolah dasar (usia 9 tahun sampai kira-kira usia 12
tahun). Pada usia ini dikategorikan kelas 4 sampai dengan kelas 6. Pada
ingin tahu dan ingin belajar. Menjelang akhir masa ini terdapat minat
terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus. Anak-anak pada masa ini
9
B. Tinjauan umum Tentang Anak
1. Pengertian Anak
bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-3 tahun), usia pra sekolah (3-5
tahun), usia sekola (5-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini
berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping
dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin memiliki
yang tidak sama. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi, akan
Demikia juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep
diri yang dimiliki anak. Hal ini dapat kita lihat pada saat bayi menangis.
Salah satu koping yang dimiliki anak adalah menangis seprti bagaimana
terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku sosial pada anak sudah
10
dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain dan dapt
diperhatikan secara serius oleh pakar, karena hal tersebut merupakan aspek
hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial
kanak-kanak yaitu:
Emosi hanya berlangsung beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini
Hal ini terlihat bila anak takut maka perasaannya akan takut, marah atau
sedang bersenda gurau. Semua emosi yang timbul akan berlebihan dan
11
c. Emosi anak mudah berubah
Emosi anak berubah dengan cepat. Misalnya anak yang baru menangis
atau sebagainya.
Respon emosi yang dialami oleh setiap anak berbeda-beda, hal ini
f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya
dan langsung. Namun, emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya.
meningkat.
12
merugikan bagi dirinya dan orang lain atau tidak. Anak juga tidak
emosi. Istilah kecerdasan emosi pada mulanya dilontarkan oleh dua ahli
diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk
13
emosi menurut Davies et all (2003) yaitu kemampuan seseorang untuk
a. Faktor internal
(Goleman, 2009).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar individu dan
sebaliknya. Pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak merupakan
salah satu contoh pengaruh yang diberikan dari individu kepada individu
lain, dalam hal ini adalah anak. Pengaruh juga dapat bersifat tidak
14
Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi emosi seseorang,
diantaranya:
a. Kondisi kesehatan
b. Suasana rumah
Hubungan yang tidak rukun antara orang tua atau saudara akan lebih
Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya, maka
15
atau diabaikan oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang dominan
Orang tua yang memiliki aspirasi yang tinggi dan tidak realistis bagi
anak, maka akan menjadikan anak merasa canggung, malu, dan merasa
bersalah terhadap suatu kritik. Jika perasaan ini terjadi berulangkali maka
(Achmadi, 2010).
h. Bimbingan
2010).
yaitu:
16
a. Kesadaran diri sendiri
Orang dengan kesadaran diri yang tinggi, akan memahami betul tentang
seseorang telah mengetahui akan dirinya sendiri, maka akan muncul pada
gelombang positif yang dapat ditangkap oleh orang lain secara efektif,
dan komunikasi pun dapat berjalan dengan baik. Tetapi manakala yang
17
akhirnya komunikasi tidak berjalan dengan baik.Untuk menciptakan
tingkat kompetensi pengelolaan diri sendiri yang tinggi, ada beberapa hal
c. Kesadaran sosial
lingkungan masyarakat, karena kita tidak akan dapat hidup sendiri tanpa
orang lain.Oleh karena itu, semua orang harus memiliki kesadaran sosial,
dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi, maka perlu satu langkah lagi,
dibangun agar dapat bertahan bahkan berkembang lebih baik lagi. Hal
18
memanage konflik, dan mendorong kerjasama yang baik dengan orang
2010).
Keluarga merupakan hal yang pertama kali diamati ketika anak baru
berusia lima tahun, dan sekali lagi diamati saat anak itu sudah mencapai usia
sembilan tahun. Oleh karena itu, orang tua dalam hal ini harus menjadi
19
a. Menyadari emosi anaknya; yaitu orang tua merasakan apa yang dirasakan
isyarat itu muncul dalam tingkah laku seperti makan terlalu banyak,
2015).
dan sangat penting dalam pelatihan emosi, misalnya tegang, cemas, sakit
hati, marah, sedih dan takut. Menyediakan kata-kata dengan cara ini
20
dapat menolong anak-anak mengubah suatu perasaan yang tidak jelas,
saraf, dengan membantu anak-anak untuk pulih kembali lebih cepat dari
2015).
21
Pengasuhan orang tua atau yang lebih dikenal dengan pola asuh orang
masyarakat yang baik, serta memiliki karakter yang baik. Ada tujuh macam
dimensi yang perlu ditumbuhkan kembangkan pada diri anak, yaitu fisik,
Dimensi ini berkenaan dengan sikap orang tua yang menerima, penuh
22
Dimensi ini berkenaan dengan tuntutan orang tua kepada anak untuk
tua membuat standar yang tinggi dan mereka menuntut anaknya untuk
memenuhi standar tersebut. Namun, ada juga orang tua yang sangat sedikit
(Asti, 2016).
dituruti oleh anak dan sering disertai dengan ancaman. Pola asuh yang
23
peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah).
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri kaku,
tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang
pujian, hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti orang
mereka. Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak dan tidak
tuntutan dari orang tua disertai dengan komunikasi terbuka antara orang
tua dan anak. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan
24
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek
terhadap anak. Biasanya pola pngasuhan anak oleh orang tua semacam
ini diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekeerjaan atau
urusan lain yang akhirnya menyebabkan orang tua lupa untuk mendidik
dan mengasuh anak dengan baik. Pola asuh permisif kerap memberikan
yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan
maka akibat negatif yang timbul pada pola asuh ini akan cenderung lebih
pola asuh otoriter menjadikan seorang anak menarik diri dari pergaulan
serta tidak puas dan tidak percaya terhadap orang lain. Namun, tidak
hanya akibat negatif yang ditimbulkan, tetapi juga terdapat akibat positif
atau kelebihan dari pola asuh otoriter yaitu anak yang dididik akan
25
menjadi disiplin yakni menaati peraturan. Meskipun, anak cenderung
kelebihan pola asuh ini adalah memberikan kebebasan yang tinggi pada
asuh ini yaitu dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-
pola asuh permisif menjadikan anak kurang dalam harga diri, kendali diri
26
dan kecenderungan untuk bereksplorasi. Setiap pola asuh yang
perilaku dan kondisi emosi seorang anak. Agar anak berkembang dengan
baik, maka setiap orang tua perlu memilih jenis pola asuh yang sesuai
asuh, maka pola asuh yang ideal bagi perkembangan anak adalah pola
asuh otoritatif. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli, diantaranya
menyatakan bahwa pola asuh yang ideal untuk perkembangan anak yaitu
27
d. Orang tua otoritatif lebih suka mendorong anak dalam perbincangan,
(Arum, 2015).
28
membuat orang tuanya tidak berpikir panjang, tidak sabar, dan
29
BAB III
KERANGKA KONSEP
berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang
dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya, dan menggunakan
meraih kesuksesannya semakin besar. Hal ini dikarenakan seseorang akan lebih
Pola asuh orang tua yaitu pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu
sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang
baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Setiap macam pola asuh yang
anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh yang tepat dapat mengembangkan
30
B. Kerangka Konsep
Kecerdasan Emosi
Siswa SD Madrasah
Pola Asuh Orang Tua Raha
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
3. Variabel Penelitian
1. Kecerdasan emosi siswa adalah suatu jenis kecerdasan yang dimiliki siswa
31
dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban selalu (4), sering (3), kadang-
= 10 x 4 = 40 (100%)
= 10 x 1 = 10 (25%)
= 75%/2
= 37,5%
Kriteria Obyektif :
Cukup : bila jawaban responden > 62,5% dari total skor pertanyaan
Kurang : bila jawaban responden < 62,5% dari total skor pertanyaan
Pola asuh orang tua yaitu pola pengasuhan orang tua terhadap anak.
norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat.
32
Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakaan skala likert
yang terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban, sering (4), selalu
= 15 x 4 = 60 (100%)
= 15 x 1 = 15 (25%)
= 60 – 15 = 45 (75% )
Kriteria Obyektif :
5. Hipotesis Penelitian
BAB IV
33
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendekatan cross sectional yakni variabel sebab dan variabel akibat diukur
dalam waktu yang bersamaan dan sesaat dengan tujuan untuk mengetahui
Hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional pada anak siswa
SD Madrasah Raha.
Populasi/Sampel
1. Lokasi
2. Waktu
34
1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa SD Madrasah Raha dari kelas 4
2. Sampel Penelitian
penelitian ini adalah siswa dan orang tua SD Madarasah Raha. Penentuan
N.Z2.P(1-P)
n = -------------------------------
N.d2 + Z2. P (1-P)
73. (1,96)2. 0,5 (1-0,5)
n = ------------------------------------
73. (0,1)2+ (1,96)2. 0,5 (1-0,5)
121,0104
n = -----------
2,2204
n = 41 responden
Keterangan:
n = Besarnya sampel
N = Besar populasi
35
Siswa Kelas 4 20 orang / 73 x 41 = 11 siswa
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi:
a. Siswa dan orang tua siswa yang tidak mau menjadi responden
1. Data Primer
terhadap responden yang berisi pertanyaan tentang Pola asuh orang tua
2. Data Sekunder
diperoleh dari instansi terkait meliputi orang tua siswa SD Madrasah Raha.
E. Pengolahan data
1. Editing (Pengeditan)
36
Adalah untuk meneliti apakah kuisioner sudah lengkap atau belum
2. Coding (pengkodean)
Adalah suatu kegiatan yang melihat apakah suatu data sudah benar-
1. Analisis Univariat
f
P = ---------- x 100 %
N
Keterangan:
37
N=Number Of Cases ( jumlah frekuensi /banyaknyaindividu )
P=angka presentase
2. Analisis bivariat
( 0 – E )2
2
X =∑
E
Keterangan:
χ2 : Chi-Square
∑ : Jumlah data
0 : Nilai observasi
berikut:
b. Apabila X2hitung < dari X2tabel, Ho diterima atau Ha ditolak, artinya tidak
38
φ = √χ2
n
Keterangan:
X = Nilai Chi
n = Besar sampel
0,20-0,399 = Lemah
0,40-0,599 = Sedang
0,60-0,799 = Kuat
G. Etika Penulisan
izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini pihak Rumah Sakit
1. Informed Concent
yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
2. Anonimity
39
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan
kode responden.
3. Confidentiality
(Sugiyono, 2015).
40