Anda di halaman 1dari 15

LK-5.

PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN


PEMBELAJARAN
ON-1

Tujuan Kegiatan:

Mereviuw bahan pembelajaran dari unit materi pembelajaran dan mengembangkan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran.

Langkah Kegiatan:

1. Pengembangan Pembelajaran
a Peserta mengkaji sistematika penyusunan RPP berorientasi HOTS (LK-5)
b RPP disusun secara individu sesuai dengan jenjangnya berdasarkan pada LK-3
yang telah dikerjakan pada kegiatan IN-2
c Melengkapi RPP dengan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
d Penilaian pengetahuan memasukkan soal-soal HOTS yang telah disusun pada
LK-4 di kegiatan IN-2.
e Menyusun Bahan Ajar dan dilampirkan pada RPP.
2. Desain Pembelajaran Unit ke-2
a. Mendesain pembelajaran pada Lembar Kerja (LK-3) dengan ketentuan
(110’):
1. Unit pembelajaran ke-2 didesain untuk digunakan pada ON
2. Guru kelas (tematik terpadu):
 mendesain pembelajaran dengan memadukan minimal dua mata
pelajaran yang akan dilaksanakan pada On-3.
 Jika pada On-3 muatan mata pelajaran yang akan diajarkan tidak
ada unit pembelajarannya maka guru harus mengembangkan
sendiri muatan mata pelajaran tersebut dan dipadukan dengan
muatan mata pelajaran yang ada unit pembelajarannya.
3. Desain Penilaian Pembelajaran
a Mengembangkan penilaian pembelajaran berdasarkan KD pada unit
pembelajaran yang terpilih pada LK-4.
b Menyusun soal HOTS dengan menggunakan LK-4 dengan langkah
kegiatan sebagai berikut:
1. Menyusun kisi-kisi soal pada LK-4.a
2. Menyusun soal pilihan ganda pada LK-4.b
3. Menyusun soal uraian pada LK-4.c
1.
LK-5 PENGEMBANGAN RPP

Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP )

Satuan Pendidikan : SMAS AL HIKAM


Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester : XI/1
Materi Pokok : Kalor dan Perpindahannya
Alokasi Waktu : 2x45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP )
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 2 Bangkalan
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester: XI / 1
Materi Pokok : KALOR dan PERPINDAHANNYA
Alokasi Waktu : 1 x 25 menit

B. Kompetensi Inti (KI)


KI - 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI – 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku a. jujur, b. disiplin, c. santun, d. peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai)
e. bertanggung jawab, f. responsif, dan g. pro-aktif, dalam berinteraksi secara
efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.
KI - 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
KI – 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

C. Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi


No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Kompetensi Pengetahuan 3.5.1 pengertian kalor
3.5.2 Menjelaskan pengertian suhu
3.5 Menganalisis pengaruh kalor
3.5.3 Mendeskripsikan keterkaitan antara suhu dan
dan perpindahan kalor yang kalor
3.5.4 Mendeskripsikan kapasitas kalor suatu bahan
meliputi karakteristik termal
3.5.5 Mendeskripsikan kalor jenis suatu bahan
suatu bahan, kapasitas, dan 3.5.6 Mendeskripsikan pengaruh kalor terhadap
kenaikan suhu suatu bahan
konduktivitas kalor pada
3.5.7 Menentukan kenaikan suhu suatu bahan yang
kehidupan sehari-hari dikenai kalor
3.5.8 Mendeskripsikan pengaruh kalor terhadap
perubahan dimensi panjang, luas dan volume
suatu bahan.
3.5.9 Menentukan perubahan dimensi panjang, luas
dan volume suatu bahan yang dikenai kalor
3.5.10Mendeskripsikan perpindahan kalor secara
konduksi
3.5.11Mendeskripsikan perpindahan kalor secara
konveksi.
3.5.12Mendeskripsikan perpindahan kalor secara
radiasi
3.5.13Membedakan perpindahan kalor secara
konduksi, konveksi dan radiasi
3.5.14 Mencontohkan penerapan perpindahan kalor
secara konduksi, konveksi, dan radiasi dalam
kehidupan sehari-hari
3.5.15Mendeskripsikan pengaruh koefisien
konduktivitas termal suatu bahan terhadap
laju perambatan kalor
3.5.16Memerinci faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kenaikan suhu suatu bahan ketika
dikenai kalor
3.5.17Menganalisis suhu akhir suatu campuran
dengan menggunakan azas Black
3.5.18 Memerinci faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perubahan dimensi panjang/
luas/volume suatu bahan ketika dikenai kalor
3.5.19Memerinci faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap laju perpindahan kalo
3.5.20 Menganalisis laju perpindahan kalor secara
konduksi/konveksi/ radiasi suatu bahan
3.5.21Menyimpulkan karakteristik termal suatu
bahan berdasarkan nilai kapasitas termalny
3.5.22Menyimpulkan karakteristik termal suatu
bahan berdasarkan konduktivitas termalny

Kompetensi Keterampilan 4.5.1 Memilih alat dan bahan untuk percobaan


kalor jenis logam
4.5 Merencanakan dan
4.5.2 Menggunakan alat ukur sesuai fungsinya
melakukan percobaan pada percobaan kalor jenis logam
4.5.3 Memilih alat dan bahan untuk percobaan
tentang karakteristik termal
suatu bahan, terutama terkait perpindahan kalor
4.5.4 Menggunakan alat ukur sesuai fungsinya
dengan kapasitas dan
pada percobaan perpindahan kalor
konduktivitas kalor, beserta 4.5.5 Memilih alat dan bahan untuk percobaan
koefisien konduktivitas termal logam
presentasi hasil dan makna
4.5.6 Menggunakan alat ukur sesuai fungsinya
fisisnya pada percobaan koefisien konduktivitas
termal logam
4.5.7 Merangkai alat dan bahan untuk percobaan
kalor jenis logam
4.5.8 Merangkai alat dan bahan untuk percobaan
perpindahan kalor
4.5.9 Merangkai alat dan bahan untuk percobaan
koefisien konduktivitas termal logam
4.5.10Melaksanakan percobaan sesuai petunjuk
percobaan kalor jenis logam
4.5.11Melaksanakan percobaan sesuai petunjuk
percobaan perpindahan kalor
4.5.12Melaksanakan percobaan sesuai petunjuk
percobaan koefisien konduktivitas logam
4.5.13Mempresentasikan hasil percobaan kalor
jenis logam
4.5.14Mempresentasikan hasil percobaan
perpindahan kalor
4.5.15Mempresentasikan hasil percobaan koefisien
konduktivitas logam
4.5.16 Mempresentasikan pemanfaatan
karakteristik termal suatu bahan pada
kehidupan sehari-hari

D. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Pendekatan Scientific
dalam pembelajaran Kalor dan Perpindahan Kalor ini diharapkan siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat,
menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta mampu Menganalisis pengaruh kalor
dan perpindahan kalor dan Memahami karakteristik termal suatu bahan, kapasitas, dan
konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari. Dengan rasa rasa ingin tahu, tanggung
jawab, displin selama proses pembelajaran, bersikap jujur, percaya diri dan pantang
menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan proaktif (kreatif), serta
mampu berkomukasi dan bekerjasama dengan baik

E. Materi Pembelajaran
1. Fakta
 Air mendidih pada suhu 1000C
 Besi akan memuai jika dipanaskan
 Ujung suatu logam akan terasa panas jika ujung yang lainnya dipanaskan
 Es mencair jika dipanaskan
2. Konsep
 Suhu dan Kalor
 Pengertian Kalor
 Rumus dan satuan Kalor
 Kalor Dan Perubahan Pada Benda
 Pengertian Azas Black
 Kalor laten
 Konduksi, konveksi, dan radiasi
3. Prinsip
 Hukum Azas Black
 Rumus Kalor laten
4. Prosedur
 Mengolah dan menyajikan data hasil percobaan
 Melakukan percobaan tentang pengaruh kalor terhadap suhu, wujud, dan ukuran
benda, menentukan kalor jenis atau kapasitas kalor logam

F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific Learning
Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
Metode : ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), Ceramah, Diskusi,Tanya
Jawab, Penugasan

G. Media Pembelajaran
1. Media LCD projector
2. Laptop
3. Bahan Tayang ( Slide Power Point)
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Penggaris

H. Sumber belajar
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Guru Mata Pelajaran fisika kelas XI
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku siswa Mata Pelajaran fisika kelas XI
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
c. Internet
d. Buku teks pelajaran yang relevan
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke 1

TAHAP ALOKASI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN WAKTU
A. Kegiatan Pendahuluan

Pendahuluan 1. Memberi salam


(persiapan/orientasi) 2. Mempersilakan siswa mengawali pelajaran
dengan doa.
3. Memberikan semangat untuk aktif, kritis, dan
kreatif dalam mengikuti pembelajaran
4. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran
5. Guru menyampaikan pentingnya materi
pembelajaran ini hubungannya dengan kegiatan
kehidupan sehari-hari dan teknologi
Apersepsi  Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta
didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya,
 Memberikan contoh perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan
bertanya.

Motivasi  Menyampaikan tujuan pembelajaran pada


pertemuan yang berlangsung
 Memberikan gambaran tentang materi yang
dipelajari pada penerapan kehidupan sehari-hari
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti

Stimulation  memberikan masalah dan siswa mengamati guru


yang menayangkan segelas teh panas yang di
dalam nya dimasukkan sendok.
 arahkan peserta didik untuk mengamati kenapa
AC dipasang dibagian atas ruangan sedangkan
penghangat ruangan dipasang di bagian bawah
ruangan.
 arahkan peserta didik untuk mengamati kita jika
berada di dekat api unggun, apa yang dirasakan?
Problem Statement  Sebaiknya Saudara memberikan stimulus agar
peserta didik bertanya apa yang terjadi apabila
mengaduk sendok, apakah berarti partikel-pertikel
sendok ikut berpindah atau tidak? Apa saja faktor-
faktor yang mempengaruhi proses perpindahan kalor
tersebut? Mengapa AC di AC dipasang dibagian
atas ruangan sedangkan penghangat ruangan
dipasang di bagian bawah ruangan? Mengapa saat
kita berdekatan dengan api unggun, kita bisa
merasakan panas dari api tersebut?
 Arahkan peserta didik untuk mencoba merumuskan
masalah tentang perpindahan kalor dalam kehidupan
sehari-hari
 Arahkan peserta didik membuat hipotesis tentang
contoh perpindahan kalor
Data Collection
 Siswa dari masing-masing kelompok mewakili
untuk mengambil alat dan bahan eksperimen
 Guru mengarahkan siswa untuk melakukan
kegiatan 1 untuk menemukan bahwa hantaran
kalor yang tidak menyebabkan perpindahan
partikel pada sendok disebut perpindahan kalor
secara konduksi, dilanjutkan dengan kegiatan 2
dari masing-masing kelompok:
 Guru mengarahkan siswa untuk melakukan
kegiatan 3, dimana siswa mengamati
perpindahan kalor secara konveksi. Tiga
kelompok siswa menaruh bunsen di tengah-
tengah kaki tiga, sedangkan tiga kelompok lagi
menaruh bunsen di tepi kaki tiga.
 Guru mengarahkan siswa untuk melakukan
kegiatan 4, dimana siswa mengamati
perpindahan kalor secara radiasi dengan
mendekatkan tangannya pada sumber kalor tanpa
menyentuhnya.
 Siswa mengamati waktu yang dibutuhkan kalor
untuk berpindah pada masing- masing kegiatan
dan mencatat hasil pengukuran ke dalam data
pengamatan.
 Siswa untuk mengisi LKS sesuai data
eksperimen yang mereka dapatkan.
 Siswa mendiskusikan analisis hasil percobaan
dari setiap kelompok.

Data Processing Siswa melakukan diskusi kelompok untuk


mendapatkan kesimpulan tentang pengertian
perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,
dan radiasi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju perpindahan kalor tersebut.
Verification  Guru meminta salah satu siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi dari kesimpulan
 Siswa dengan arahan guru menyimpulkan hasil
diskusi yang telah dilaksanakan.
 Guru membimbing siswa untuk menyebutkan
contoh-contoh peristiwa perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari.Peserta didik menyimpulkan
hasil diskusi kelompok.
 Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
tentang pembelajaran mengenai perpindahan kalor.
 Guru mengevaluasi hasil kegiatan yang telah
dilakukan siswa.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang terbaik dalam eksperimen dan diskusi
 Guru memberi tugas untuk mengerjakan soal
secara mandiri dan menyampaikan informasi
tentang materi yang selanjutnya.
 Guru menutup pembelajaran dengan salam

C. Kegiatan Penutup

 Guru meminta Peserta didik untuk mengumpulkan LKPD


 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya (umpan
balik).
 Guru memberi penugasan pada peserta didik
 Guru meminta siswa siswa untuk mempelajari materi selanjutnya (tindak
lanjut)
J. Penilaian

a. Teknik Penilaian

1) Sikap
A. Teknik Penilaian : Non Tes
B. Bentuk Instrumen : Observasi

2) Keterampilan
A. Teknik Penilaian : Non Tes
B. Bentuk Penilaian : Observasi
C. Petunjuk Penskoran : Terlampir
D. Rekapan Penilaian : Terlampir
E. Rubrik Penilaian : Terlampir

3) Pengetahuan
A. Teknik Penilaian : Tes
B. Bentuk Penilaian : Tes pilihan ganda
C. Petunjuk Penskoran : Terlampir
D. Rekapan Penilaian : Terlampir
E. Rubrik Penilaian : Terlampir

b. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


a. Remedial
 Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri atas
dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena belum
mencapai Kompetensi Dasar
 Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal), misalnya sebagai
berikut.
 Rumus Azas Black

b. Pengayaan
 Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas
mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
 Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan
peserta didik.

C. Bahan Ajar
Konsep Kalor
Banyak fenomena dalam keseharian yang berkaitan dengan konsep kalor. Salah satunya adalah
ketika kita menyentuhkan balok besi A yang lebih panas disentuhkan dengan balok besi B yang
lebih dingin, seperti pada Gambar 3, maka lama kelamaan suhu balok A turun menjadi lebih
dingin dan balok B suhunya naik menjadi lebih panas dari sebelumnya. Mengapa terjadi
demikian?
Gambar 3. Dua buah balok, A dan B, yang memiliki suhu berbeda disentuhkan

Ketika kedua balok itu disentuhkan, ada ”sesuatu” yang mengalir dari balok A yang suhunya
lebih tinggi ke balok B yang suhunya lebih rendah. Para ahli Fisika menamai ”sesuatu” itu
dengan istilah ”Kalor”. Jadi, ketika balok A dan B disentuhkan, ada kalor yang mengalir dari A
ke B.

Karena balok A kehilangan sebagaian kalornya, maka suhunya turun. Sebaliknya, balok B
mendapat tambahan kalor, sehingga suhunya naik. Setelah kedua balok itu suhunya sama, tidak
terjadi lagi perpindahan kalor. Keadaan demikian disebut keseimbangan termal.

Kalor merupakan besaran fisika yang sangat penting. Keberadaannya tidak dapat diamati secara
langung, tetapi dapat diamati dari gejalanya, seperti suhu benda naik atau turun atau benda
berubah wujud. Kalor tersebut merupakan salah satu bentuk energi, satuannya dalam SI adalah
joule (J), dengan lambang besarannya adalah Q.

Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis


Bila kepada dua benda yang berbeda diberikan Kalor dalam jumlah yang sama, maka hasilnya
akan berbeda. Misalnya. kalor satu kilojoule diberikan kepada air satu tanki dan sebuah paku.
Jumlah air yang sangat banyak. yakni satu tanki, mengakibatkan air sedikit hangat, tetapi paku
menjadi merah membara. Perbedaan dua benda itu disebabkan kapasitas kalornya berbeda.

Kapasitas kalor (C) sebuah benda menyatakan jumlah kalor (Q) yang dibutuhkan benda itu agar
suhunya naik sebesar ΔT. Secara umum, persamaan kapasatias kalor (C) suatu zat dirumuskan
menjadi :
Q
C=
∆T
dengan Q adalah jumlah kalor yang diberilcan dalam satuan Joule dan ΔT adalah perubahan
kenaikan suhu dalam satuan Kelvin.

Dalam praktek sehari-hari ketika kita memanasi air, makin banyak kalor yang kita berikan maka
suhu air makin nalk. Berarti Q sebanding dengan ΔT. Demikian pula, makin banyak air maka A
kita masak makin banyak kalor yang dibutuhkan, Q sebanding dengan massa benda (m). Kedua
perbandingan tersebut dapat dinyatakan dalam suatu persamaan dengan pertolongan konstanta
“c”, yaitu
Q=mc ∆ T
dengan c dinamakan kalor jenis. Satuan kalor jenis adalah J/kg K.

Dari kedua persamaan diperoleh hubungan antara kapasitas kalor (C) dan kalor jenis zat (c)
sebagai berikut.
C=mc
Dalam mengukur kalor jenis benda, jumlah kalor yang diberikan, massa benda dan kenaikan
suhu harus diketahui. Kemudian, dengan menggunakan persamaan Q = m c ∆T, kalor jenis c
dapat dihitung. Dalam prateknya, sangat sukar untuk memperoleh nilai kalor jenis yang akurat.
Hal tersebut disebabkan dua hal, yaitu : a. Sejumlah kalor yang diberikan kepada suatu benda
sebagian diserap oleh lingkungan sekitarnya. b. Jika benda tersebut berbentuk cairan, maka kita
harus menggunakan bejana, padahal bejana juga akan menyerap kalor yang diberikan.

Cara sederhana untuk mengukur kalor jenis adalah dengan memberikan sejumlah kalor yang
diketahui melalui alat yang disebut Joulemeter yang dihubungkan ke pemanas listrik.
Sampai batas tertentu nilai c bergantung pada temperatur, tetapi untuk temperatur yang tidak
terlalu besar, c seringkali dianggap konstan. Semakin besar nilai kalor jenis suatu zat, semakin
banyak kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan/menurunkan suhu (dalam oC) zat tersebut per 1
Kg nya.

Tabel 3 Kalor Jenis (c) Beberapa Zat (pada tekanan 1 atm dan suhu 20oC, kecuali dinyatakan
spesifikasinya)

Tabel 4 Kalor Jenis Gas (kkal/Kg.oC) pada tekanan (P) & volume (V) konstan

Perpindahan Kalor
Telah disebutkan di atas bahwa kalor dapat berpindah dari zat yang satu ke zat yang lain.
Perpindahan Kalor tersebut dapat melalui tiga cara, yaitu secara konduksi (rambatan), konveksi
(aliran), dan radiasi (pancaran).

Konduksi
Kalor dapat mengalir dari ujung batang yang lebih panas ke bagian batang lainnya yang lebih
dingin, sehingga ujung batang yang satunya lagi menjadi panas, tetapi bagian-bagian batang
tersebut tetap seperti semula, bagianbagian batangnya tidak ikut berpindah. Perpindahan kalor
yang tidak disertai perpindahan partikel yang dilaluinya seperti itu disebut perpindahan kalor
secara konduksi. Umumnya perpindahan kalor secara konduksi terjadi pada zat padat.

Perpindahan kalor secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut:
1. Getaran partikel-partikel benda
Energi panas yang diperoleh digunakan untuk menggetarkan partikelpartikel benda tersebut.
Pemanasan pada satu ujung benda menyebabkan partikel-partikel pada ujung itu bergetar
lebih cepat dan suhunya naik. Partikel-partikel yang bergetar mempunyai energi kinetik lebih
besar ini, memberikan sebagian energi kinetiknya kepada partikel tetangganya melalui
tumbukan sehingga partikel tetangga bergetar dengan energi kinetik lebih besar pula. Setelah
itu partikel tetangga ini memindahkan energi ke partikel tetangga berikutnya. Begitu
seterusnya sampai proses pemindahan energi ke bagian ujung benda yang suhunya rendah.
2. Gerakan elektron
Perpindahan kalor terjadi melalalui gerakan-gerakan elektron bebas yang terdapat dalam
struktur atom logam. Elektron bebas ialah elektron yang dengan mudah dapat berpindah dari
satu atom ke atom yang lain. Di ujung logam yang terkena panas, energi kalor pada elektron
bertambah besar. Oleh karena elektron bebas mudah berpindah, pertambahan energi kalor ini
dengan cepat dapat diberikan ke elektron-elektron lain letaknya lebih jauh melalui tumbukan.
Dengan proses ini kalor pada logam dapat berpindah dengan cepat. Oleh karena itu, logam
tergolong konduktor yang sangat baik.
Benda yang dapat menghantarkan panas disebut konduktor panas dan benda yang sukar
menghantarkan panas disebut isolator panas. Contoh bahan yang tergolong konduktor panas
adalah besi, baja, alumunium, atau tembaga. Sedangkan bahan yang tergolong isolator panas
adalah kayu, gabus, kertas, atau karet.

Besarnya kalor yang dirambatkan tiap detik oleh batang logam memenuhi persamaan :
Q k , A ,∆T
=H=
t L
k . A .(T 2−T 1 )
H=
L
Q=P . t=V .i .t atau
Q P . t k . A .(T 2−T 1 )
= = atau
t t L
k . A . ( T 2−T 1 )
P=H =
L
Dengan
P : daya rambatan kalor (watt atau kalori per detik)
Q : energi kalor yang dirambatkan (joule atau kalori)
t : waktu rambatan (s)
k : koefisien konduktivitas termal logam (J / msK atau kalori / msoC)
A : luas penampang logam (m2)
∆ T : beda atau selisih suhu antara kedua ujung logam (K atau oC)
L : panjang logam (m)

Berdasarkan konduktivitas kalornya, bahan dibedakan atas konduktor yaitu yang mudah
menghantarkan kalor seperti aluminium dan bahan logam lain, dan isolator yaitu bahan yang
sulit menghantarkan kalor seperti kayu dan plastik.

Konveksi

Gas dan zat cair, kecuali raksa, adalah termasuk konduktor yang jelek. Tetapi kalor tetap dapat
berpindah melalui medium ini dengan cara lain, yaitu konveksi.

Konveksi adalah perpindahan kalor melalui medium, dan molekul-molekul dari medium itu ikut
berpindah bersamaan dengan perpindahan kalor. Contoh dari peristiwa konveksi adalah
perpindahan kalor melalui gerakan udara pada angin darat dan angin laut, sirkulasi udara dalam
ruang, dan perpindahan kalor melalui molekul-molekul air yang tengah dipanaskan.
Disamping berikut adalah gambar wadah logam dengan air di dalamnya dipanaskan di atas
nyala api.

Wadah memindahkan kalor dengan cara konduksi dari bagian bawah yang langsung
bersentuhan dengan api ke bagian atas yang bersentuhan dengan air. Molekul-molekul air di
bagian bawah ini kemudian menjadi lebih panas dan memuai sehingga massa jenisnya turun.
Begitu massa jenisnya turun, posisinya kemudian digantikan oleh air dari bagian lain yang lebih
dingin. Proses ini berulang sehingga kalor merata ke seluruh bagian air hingga mendidih.

Besarnya kalor yang dirambatkan tiap detik pada peristiwa konveksi dari wadah bagian bawah
ke air adalah sebagai berikut.

Q
P= =h . A . ∆ T
t

dengan
P : daya perpindahan kalor secara konveksi (watt atau kalori per detik)
Q : energi kalor yang dipindah (joule atau kalori)
t : waktu (s) h : koefisien konveksi (J/m2sK atau kalori / m2soC)
A : luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida (m2)
∆ T : beda atau selisih suhu antara benda dengan fluida (K atau oC)

Radiasi
Kalor dari matahari sampai ke bumi melalui ruang hampa udara. Tidak mungkin perpindahan
kalor pada kasus ini dengan cara konduksi maupun konveksi, karena kedua cara ini
membutuhkan medium sebagai media perambatan kalor. Kalor dari matahari dirambatkan
dengan cara radiasi/ pemancaran dalam bentuk gelombang elektromagnetik, dimana cahaya
tampak (me-ji-ku-hi-bi-ni-u) hanya salah satu spektrum saja dari rentang spektrum gelombang
elektromagnetik.

Tidak hanya matahari yang memancarkan kalor dalam bentuk radiasi, semua benda lain juga
memancarkan kalor radiasi atau menyerap kalor radiasi (memancarkan kalor bila suhunya lebih
tinggi dari lingkungan, dan menyerap kalor bila suhunya lebih rendah dari lingkungan).
Pada peristiwa radiasi kalor, berlaku hukum Stefan-Boltzman,
“Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan
waktu sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan itu (T4)”

Secara matematis :
Q
P= =e σ A T 4
t
dimana :
P : daya radiasi kalor (watt atau kalori per detik)
Q : energi kalor yang dipancarkan (joule atau kalori)
t : waktu radiasi (s)
e : emisivitas (koefisien daya pancar) benda
δ : tetapan Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 Wm-2K-4)
A : luas permukaan benda (m2)
T : suhu mutlak benda (K)

R-5. PENGEMBANGAN RPP

Rubrik ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil pengembangan RPP

Langkah-langkah penilaian hasil kajian:


1. Cermati tugas yang diberikan kepada peserta Pembekalan pada LK-5!
2. Berikan nilai pada hasil kajian berdasarkan penilaian Anda terhadap hasil kerja peserta
sesuai rubrik berikut!

A. Kegiatan Praktik
1. Menuliskan KD pengetahuan dan keterampilan dengan tepat.
2. Menuliskan Tujuan Pembelajaran dengan tepat.
3. Menuliskan materi, metode, media, bahan dan sumber pembelajaran dengan tepat.
4. Menuliskan langkah-langkah pembelajaran yang runut sesuai sintak model
pembelajaran.
5. Mengintegrasikan saintifik, dimensi pengetahuan, aspek HOTS dan kecakapan abad 21
dalam kegiatan pembelajaran.
6. Menuliskan penilaian dengan tepat.
7. Menuliskan bahan dengan tepat.

Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik
90  nilai  100 Tujuh aspek sesuai dengan kriteria
80  nilai  90 Enam aspek sesuai dengan kriteria, satu aspek kurang sesuai
70  nilai  80 Lima aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai
60  nilai  70 Empat aspek sesuai dengan kriteria,tiga aspek kurang sesuai
<60 Dua aspek sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai

Anda mungkin juga menyukai