Tujuan Kegiatan:
Mereviuw bahan pembelajaran dari unit materi pembelajaran dan mengembangkan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
Langkah Kegiatan:
1. Pengembangan Pembelajaran
a Peserta mengkaji sistematika penyusunan RPP berorientasi HOTS (LK-5)
b RPP disusun secara individu sesuai dengan jenjangnya berdasarkan pada LK-3
yang telah dikerjakan pada kegiatan IN-2
c Melengkapi RPP dengan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
d Penilaian pengetahuan memasukkan soal-soal HOTS yang telah disusun pada
LK-4 di kegiatan IN-2.
e Menyusun Bahan Ajar dan dilampirkan pada RPP.
2. Desain Pembelajaran Unit ke-2
a. Mendesain pembelajaran pada Lembar Kerja (LK-3) dengan ketentuan
(110’):
1. Unit pembelajaran ke-2 didesain untuk digunakan pada ON
2. Guru kelas (tematik terpadu):
mendesain pembelajaran dengan memadukan minimal dua mata
pelajaran yang akan dilaksanakan pada On-3.
Jika pada On-3 muatan mata pelajaran yang akan diajarkan tidak
ada unit pembelajarannya maka guru harus mengembangkan
sendiri muatan mata pelajaran tersebut dan dipadukan dengan
muatan mata pelajaran yang ada unit pembelajarannya.
3. Desain Penilaian Pembelajaran
a Mengembangkan penilaian pembelajaran berdasarkan KD pada unit
pembelajaran yang terpilih pada LK-4.
b Menyusun soal HOTS dengan menggunakan LK-4 dengan langkah
kegiatan sebagai berikut:
1. Menyusun kisi-kisi soal pada LK-4.a
2. Menyusun soal pilihan ganda pada LK-4.b
3. Menyusun soal uraian pada LK-4.c
1.
LK-5 PENGEMBANGAN RPP
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Pendekatan Scientific
dalam pembelajaran Kalor dan Perpindahan Kalor ini diharapkan siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat,
menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta mampu Menganalisis pengaruh kalor
dan perpindahan kalor dan Memahami karakteristik termal suatu bahan, kapasitas, dan
konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari. Dengan rasa rasa ingin tahu, tanggung
jawab, displin selama proses pembelajaran, bersikap jujur, percaya diri dan pantang
menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan proaktif (kreatif), serta
mampu berkomukasi dan bekerjasama dengan baik
E. Materi Pembelajaran
1. Fakta
Air mendidih pada suhu 1000C
Besi akan memuai jika dipanaskan
Ujung suatu logam akan terasa panas jika ujung yang lainnya dipanaskan
Es mencair jika dipanaskan
2. Konsep
Suhu dan Kalor
Pengertian Kalor
Rumus dan satuan Kalor
Kalor Dan Perubahan Pada Benda
Pengertian Azas Black
Kalor laten
Konduksi, konveksi, dan radiasi
3. Prinsip
Hukum Azas Black
Rumus Kalor laten
4. Prosedur
Mengolah dan menyajikan data hasil percobaan
Melakukan percobaan tentang pengaruh kalor terhadap suhu, wujud, dan ukuran
benda, menentukan kalor jenis atau kapasitas kalor logam
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific Learning
Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
Metode : ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), Ceramah, Diskusi,Tanya
Jawab, Penugasan
G. Media Pembelajaran
1. Media LCD projector
2. Laptop
3. Bahan Tayang ( Slide Power Point)
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Penggaris
H. Sumber belajar
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Guru Mata Pelajaran fisika kelas XI
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku siswa Mata Pelajaran fisika kelas XI
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
c. Internet
d. Buku teks pelajaran yang relevan
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke 1
TAHAP ALOKASI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN WAKTU
A. Kegiatan Pendahuluan
B. Kegiatan Inti
C. Kegiatan Penutup
a. Teknik Penilaian
1) Sikap
A. Teknik Penilaian : Non Tes
B. Bentuk Instrumen : Observasi
2) Keterampilan
A. Teknik Penilaian : Non Tes
B. Bentuk Penilaian : Observasi
C. Petunjuk Penskoran : Terlampir
D. Rekapan Penilaian : Terlampir
E. Rubrik Penilaian : Terlampir
3) Pengetahuan
A. Teknik Penilaian : Tes
B. Bentuk Penilaian : Tes pilihan ganda
C. Petunjuk Penskoran : Terlampir
D. Rekapan Penilaian : Terlampir
E. Rubrik Penilaian : Terlampir
b. Pengayaan
Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas
mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan
peserta didik.
C. Bahan Ajar
Konsep Kalor
Banyak fenomena dalam keseharian yang berkaitan dengan konsep kalor. Salah satunya adalah
ketika kita menyentuhkan balok besi A yang lebih panas disentuhkan dengan balok besi B yang
lebih dingin, seperti pada Gambar 3, maka lama kelamaan suhu balok A turun menjadi lebih
dingin dan balok B suhunya naik menjadi lebih panas dari sebelumnya. Mengapa terjadi
demikian?
Gambar 3. Dua buah balok, A dan B, yang memiliki suhu berbeda disentuhkan
Ketika kedua balok itu disentuhkan, ada ”sesuatu” yang mengalir dari balok A yang suhunya
lebih tinggi ke balok B yang suhunya lebih rendah. Para ahli Fisika menamai ”sesuatu” itu
dengan istilah ”Kalor”. Jadi, ketika balok A dan B disentuhkan, ada kalor yang mengalir dari A
ke B.
Karena balok A kehilangan sebagaian kalornya, maka suhunya turun. Sebaliknya, balok B
mendapat tambahan kalor, sehingga suhunya naik. Setelah kedua balok itu suhunya sama, tidak
terjadi lagi perpindahan kalor. Keadaan demikian disebut keseimbangan termal.
Kalor merupakan besaran fisika yang sangat penting. Keberadaannya tidak dapat diamati secara
langung, tetapi dapat diamati dari gejalanya, seperti suhu benda naik atau turun atau benda
berubah wujud. Kalor tersebut merupakan salah satu bentuk energi, satuannya dalam SI adalah
joule (J), dengan lambang besarannya adalah Q.
Kapasitas kalor (C) sebuah benda menyatakan jumlah kalor (Q) yang dibutuhkan benda itu agar
suhunya naik sebesar ΔT. Secara umum, persamaan kapasatias kalor (C) suatu zat dirumuskan
menjadi :
Q
C=
∆T
dengan Q adalah jumlah kalor yang diberilcan dalam satuan Joule dan ΔT adalah perubahan
kenaikan suhu dalam satuan Kelvin.
Dalam praktek sehari-hari ketika kita memanasi air, makin banyak kalor yang kita berikan maka
suhu air makin nalk. Berarti Q sebanding dengan ΔT. Demikian pula, makin banyak air maka A
kita masak makin banyak kalor yang dibutuhkan, Q sebanding dengan massa benda (m). Kedua
perbandingan tersebut dapat dinyatakan dalam suatu persamaan dengan pertolongan konstanta
“c”, yaitu
Q=mc ∆ T
dengan c dinamakan kalor jenis. Satuan kalor jenis adalah J/kg K.
Dari kedua persamaan diperoleh hubungan antara kapasitas kalor (C) dan kalor jenis zat (c)
sebagai berikut.
C=mc
Dalam mengukur kalor jenis benda, jumlah kalor yang diberikan, massa benda dan kenaikan
suhu harus diketahui. Kemudian, dengan menggunakan persamaan Q = m c ∆T, kalor jenis c
dapat dihitung. Dalam prateknya, sangat sukar untuk memperoleh nilai kalor jenis yang akurat.
Hal tersebut disebabkan dua hal, yaitu : a. Sejumlah kalor yang diberikan kepada suatu benda
sebagian diserap oleh lingkungan sekitarnya. b. Jika benda tersebut berbentuk cairan, maka kita
harus menggunakan bejana, padahal bejana juga akan menyerap kalor yang diberikan.
Cara sederhana untuk mengukur kalor jenis adalah dengan memberikan sejumlah kalor yang
diketahui melalui alat yang disebut Joulemeter yang dihubungkan ke pemanas listrik.
Sampai batas tertentu nilai c bergantung pada temperatur, tetapi untuk temperatur yang tidak
terlalu besar, c seringkali dianggap konstan. Semakin besar nilai kalor jenis suatu zat, semakin
banyak kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan/menurunkan suhu (dalam oC) zat tersebut per 1
Kg nya.
Tabel 3 Kalor Jenis (c) Beberapa Zat (pada tekanan 1 atm dan suhu 20oC, kecuali dinyatakan
spesifikasinya)
Tabel 4 Kalor Jenis Gas (kkal/Kg.oC) pada tekanan (P) & volume (V) konstan
Perpindahan Kalor
Telah disebutkan di atas bahwa kalor dapat berpindah dari zat yang satu ke zat yang lain.
Perpindahan Kalor tersebut dapat melalui tiga cara, yaitu secara konduksi (rambatan), konveksi
(aliran), dan radiasi (pancaran).
Konduksi
Kalor dapat mengalir dari ujung batang yang lebih panas ke bagian batang lainnya yang lebih
dingin, sehingga ujung batang yang satunya lagi menjadi panas, tetapi bagian-bagian batang
tersebut tetap seperti semula, bagianbagian batangnya tidak ikut berpindah. Perpindahan kalor
yang tidak disertai perpindahan partikel yang dilaluinya seperti itu disebut perpindahan kalor
secara konduksi. Umumnya perpindahan kalor secara konduksi terjadi pada zat padat.
Perpindahan kalor secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut:
1. Getaran partikel-partikel benda
Energi panas yang diperoleh digunakan untuk menggetarkan partikelpartikel benda tersebut.
Pemanasan pada satu ujung benda menyebabkan partikel-partikel pada ujung itu bergetar
lebih cepat dan suhunya naik. Partikel-partikel yang bergetar mempunyai energi kinetik lebih
besar ini, memberikan sebagian energi kinetiknya kepada partikel tetangganya melalui
tumbukan sehingga partikel tetangga bergetar dengan energi kinetik lebih besar pula. Setelah
itu partikel tetangga ini memindahkan energi ke partikel tetangga berikutnya. Begitu
seterusnya sampai proses pemindahan energi ke bagian ujung benda yang suhunya rendah.
2. Gerakan elektron
Perpindahan kalor terjadi melalalui gerakan-gerakan elektron bebas yang terdapat dalam
struktur atom logam. Elektron bebas ialah elektron yang dengan mudah dapat berpindah dari
satu atom ke atom yang lain. Di ujung logam yang terkena panas, energi kalor pada elektron
bertambah besar. Oleh karena elektron bebas mudah berpindah, pertambahan energi kalor ini
dengan cepat dapat diberikan ke elektron-elektron lain letaknya lebih jauh melalui tumbukan.
Dengan proses ini kalor pada logam dapat berpindah dengan cepat. Oleh karena itu, logam
tergolong konduktor yang sangat baik.
Benda yang dapat menghantarkan panas disebut konduktor panas dan benda yang sukar
menghantarkan panas disebut isolator panas. Contoh bahan yang tergolong konduktor panas
adalah besi, baja, alumunium, atau tembaga. Sedangkan bahan yang tergolong isolator panas
adalah kayu, gabus, kertas, atau karet.
Besarnya kalor yang dirambatkan tiap detik oleh batang logam memenuhi persamaan :
Q k , A ,∆T
=H=
t L
k . A .(T 2−T 1 )
H=
L
Q=P . t=V .i .t atau
Q P . t k . A .(T 2−T 1 )
= = atau
t t L
k . A . ( T 2−T 1 )
P=H =
L
Dengan
P : daya rambatan kalor (watt atau kalori per detik)
Q : energi kalor yang dirambatkan (joule atau kalori)
t : waktu rambatan (s)
k : koefisien konduktivitas termal logam (J / msK atau kalori / msoC)
A : luas penampang logam (m2)
∆ T : beda atau selisih suhu antara kedua ujung logam (K atau oC)
L : panjang logam (m)
Berdasarkan konduktivitas kalornya, bahan dibedakan atas konduktor yaitu yang mudah
menghantarkan kalor seperti aluminium dan bahan logam lain, dan isolator yaitu bahan yang
sulit menghantarkan kalor seperti kayu dan plastik.
Konveksi
Gas dan zat cair, kecuali raksa, adalah termasuk konduktor yang jelek. Tetapi kalor tetap dapat
berpindah melalui medium ini dengan cara lain, yaitu konveksi.
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui medium, dan molekul-molekul dari medium itu ikut
berpindah bersamaan dengan perpindahan kalor. Contoh dari peristiwa konveksi adalah
perpindahan kalor melalui gerakan udara pada angin darat dan angin laut, sirkulasi udara dalam
ruang, dan perpindahan kalor melalui molekul-molekul air yang tengah dipanaskan.
Disamping berikut adalah gambar wadah logam dengan air di dalamnya dipanaskan di atas
nyala api.
Wadah memindahkan kalor dengan cara konduksi dari bagian bawah yang langsung
bersentuhan dengan api ke bagian atas yang bersentuhan dengan air. Molekul-molekul air di
bagian bawah ini kemudian menjadi lebih panas dan memuai sehingga massa jenisnya turun.
Begitu massa jenisnya turun, posisinya kemudian digantikan oleh air dari bagian lain yang lebih
dingin. Proses ini berulang sehingga kalor merata ke seluruh bagian air hingga mendidih.
Besarnya kalor yang dirambatkan tiap detik pada peristiwa konveksi dari wadah bagian bawah
ke air adalah sebagai berikut.
Q
P= =h . A . ∆ T
t
dengan
P : daya perpindahan kalor secara konveksi (watt atau kalori per detik)
Q : energi kalor yang dipindah (joule atau kalori)
t : waktu (s) h : koefisien konveksi (J/m2sK atau kalori / m2soC)
A : luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida (m2)
∆ T : beda atau selisih suhu antara benda dengan fluida (K atau oC)
Radiasi
Kalor dari matahari sampai ke bumi melalui ruang hampa udara. Tidak mungkin perpindahan
kalor pada kasus ini dengan cara konduksi maupun konveksi, karena kedua cara ini
membutuhkan medium sebagai media perambatan kalor. Kalor dari matahari dirambatkan
dengan cara radiasi/ pemancaran dalam bentuk gelombang elektromagnetik, dimana cahaya
tampak (me-ji-ku-hi-bi-ni-u) hanya salah satu spektrum saja dari rentang spektrum gelombang
elektromagnetik.
Tidak hanya matahari yang memancarkan kalor dalam bentuk radiasi, semua benda lain juga
memancarkan kalor radiasi atau menyerap kalor radiasi (memancarkan kalor bila suhunya lebih
tinggi dari lingkungan, dan menyerap kalor bila suhunya lebih rendah dari lingkungan).
Pada peristiwa radiasi kalor, berlaku hukum Stefan-Boltzman,
“Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan
waktu sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan itu (T4)”
Secara matematis :
Q
P= =e σ A T 4
t
dimana :
P : daya radiasi kalor (watt atau kalori per detik)
Q : energi kalor yang dipancarkan (joule atau kalori)
t : waktu radiasi (s)
e : emisivitas (koefisien daya pancar) benda
δ : tetapan Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 Wm-2K-4)
A : luas permukaan benda (m2)
T : suhu mutlak benda (K)
A. Kegiatan Praktik
1. Menuliskan KD pengetahuan dan keterampilan dengan tepat.
2. Menuliskan Tujuan Pembelajaran dengan tepat.
3. Menuliskan materi, metode, media, bahan dan sumber pembelajaran dengan tepat.
4. Menuliskan langkah-langkah pembelajaran yang runut sesuai sintak model
pembelajaran.
5. Mengintegrasikan saintifik, dimensi pengetahuan, aspek HOTS dan kecakapan abad 21
dalam kegiatan pembelajaran.
6. Menuliskan penilaian dengan tepat.
7. Menuliskan bahan dengan tepat.
Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik
90 nilai 100 Tujuh aspek sesuai dengan kriteria
80 nilai 90 Enam aspek sesuai dengan kriteria, satu aspek kurang sesuai
70 nilai 80 Lima aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai
60 nilai 70 Empat aspek sesuai dengan kriteria,tiga aspek kurang sesuai
<60 Dua aspek sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai