Anda di halaman 1dari 39

AUDITING

ACCOUNTANT AND PROFESSIONAL RESPONSIBILITY

Di susun oleh Kelompok 1

NAMA NIM

1. RASMON 1910247692
2. RIZKI NASRULLAH S 1910247707
3. M. ARTHA SEPTIAWAN N 1910247712
4. ZULFAN HERI 1910247713
5. EM FIKRI ALFIANSYAH 1910247715

DOSEN :Dr. H. M. RASULI, S.E., M.Si., Ak, CA

PROGRAM STUDI STRATA 2 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2020

1
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang dan Isu – Isu yang Terkait.

Kode etik merupakan sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara

tegas menyatakan apa yang baik, benar, apa yang tidak baik atau benar bagi profesional.

Kode etik juga menerangkan perbuatan yang salah atau benar, perbuatan yang harus dihindari

ataupun dilakukan. Tujuan kode etik adalah agar seorang profesional nantinya dapat

memberikan jasa sebaik mungkin kepada konsumen atau pemakainya. Kode etik tersebut

diharapkan akan ditaati oleh setiap orang bukan karena paksaan. Dengan adanya kode etik

tersebut maka akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Pentingnya penerapan Etika Profesi merupakan pedoman yang penting dalam

berperilaku yang baik dalam suatu profesi. Belakangan ini banyak sekali pelanggaran dan

kecurangan yang timbul akibat penerapan etika profesi yang tidak maksimal. Banyak

kecurangan-kecurangan yang timbul karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam

berperilaku.Disini akan diulas beberapa kasus tentang etika profesi khususnya bidang

akuntansi. Hal ini menjadi menarik karena bidang akuntansi menjadi pondasi ekonomi yang

baik dalam negeri Indonesia ini.

Profesi akuntansi merupakan profesi yang erat kaitannya dengan dunia bisnis.

Akuntan internal bertugas menyediakan laporan finansial internal sebagai dasar pengambilan

keputusan ekonomi oleh manajer. Sedangkan akuntan eksternal bertugas melindungi

kepentingan stakeholders dengan memastikan bahwa laporan keuangan eksternal yang

disajikan manajer sebagai pertanggungjawabannya kepada stakeholderstelah disajikan secara

wajar. Peran profesi akuntansi sangat krusial dalam dunia bisnis sebab laporan yang

dihasilkan oleh para akuntan menjadi dasar pengambilan keputusan ekonomi oleh

3
stakeholders. Oleh karena itu, nilai profesi akuntansi sangat berkaitan erat dengan ekspektasi

publik terhadap kredibilitas kerja akuntan itu sendiri.

Skandal Enron yang melibatkan profesional akuntansi dan eksekutif perusahaan

besarmerupakan mega skandal yang berdampak besar terhadap kondisi perekonomian

Amerika Serikat pada masa itu dan juga turut berdampak pada memburuknya citra profesi

akuntansi di mata publik dunia hingga sekarang. Hal ini merupakan salah satu alasan

mengapa di masa sekarang pengajaran terhadap etika bisnis dan profesi perlu diadakansejak

dini kepada para calon profesional. Selain itu, tuntutan zaman yang semakin dinamis

menuntut para pelaku bisnis dan profesional akuntansi untuk peka terhadap isu-isu etika yang

penting dalam dunia bisnis dan profesi akuntan agar tidak terjerumus ke dalam perilaku dan

tindakan yang tidak etis yang merugikan banyak pihak. Isu-isu etika yang penting saat ini

adalah mengenai konflik kepentingan, etika di tempat kerja akibat perbedaan budaya,

masalah akuntabilitas sosial, dan manajemen krisis bagi organisasi yang terkena dampak dari

tindakan yang tidak etis.Kecurangan (fraud) tidak terlepas dari perusahan-perusahaan besar

yang berada di Indonesia maupun luar negeri. Seperti hal nya skandal akuntansi yang terjadi

pada perusahaan Enron. Agar mendapatkan insentif yang besar dari hasil kerjanya, para

manajer Enron Corp memanipulasi angka yang menjadi dasar untuk memperoleh

kompensasi. Terbongkarnya kasus manipulasi Enron membuat sahamnya mengalami

penurunan harga yang sangat drastis., sehingga melibatkan banyak orang yang kehilangan

pekerjaan saat itu.

Adanya tindakan fraud tidak lepas dari adanya kesempatan dan peluang. Seseorang

akan melakukan fraud demi memperkaya diri, jika peluangnya sangat besar untuk melakukan

hal tersebut. Banyak cara yang dilakukan oleh seseorang demi mendapatkan apa saja yang

mereka inginkan, misalnya dalam perusahaan mereka memegang peranan penting seperti

menjabat sebagai manajer perusahaan tersebut. Seorang manajer ingin memperkaya dirinya

4
sendiri, sehingga menyalahgunakan jabatannya tersebut untuk melakukan fraud seperti

mengubah laporan keuangan yang awalnya mengalami penurunan, lalu mengubahnya dengan

menaikkan nilainya pada laba perusahaan, sehingga investor tetap menginvestasi pada

perusahaan tersebut.

Selain Kasus Enron yang melibatkan akuntan Arthur and Anderson.Sejarah juga

mencatat kasus Phar Mor Inc. sebagai kasus fraud yang melegenda dikalangan auditor

keuangan. Eksekutif di Phar Mor secara sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan

keuntungan financial yang masuk ke pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan.

Phar Mor Inc, termasuk perusahaan retail terbesar di Amerika Serikat yang

dinyatakan bangkrut pada bulan Agustus 1992 berdasarkan undang-undangan U.S.

Bangkruptcy Code.Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di

hampir seluruh negara bagian dan memperkerjakan 23,000 orang karyawan. Produk yang

dijual sangat bervariasi, dari obat-obatan, furniture, electronik, pakaian olah raga hingga

videotape. Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat 2 laporan ganda.

Satu laporan inventory, sedangkan laporan lain adalah laporan bulanan keuangan (monthly

financial report). Satu set laporan inventory berisi laporan inventory yang benar (true report),

sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi tentang inventory yang di adjustment dan

ditujukan untuk auditor use only.

Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja

merekrut staf dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut yang

kemudian dipromosikan menjadi Vice President bidang financial dan kontroler, yang

dikemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif dalam fraud tersebut.

Dari penjelasan kasus diatas, penyebab terjadinya fraud pada Phar Mor Inc ini berasal

dari top manajemen perusahaan yang menyalahgunakan posisi atau jabatannya tersebut.

5
Manajemen membuat dua laporan keuangan yang berupa laporan inventory dan laporan

bulanan keuangan. Pada kedua laporan tersebut, pihak manajemen menggandakan laporan

tersebut.

Pada laporan inventory berisi laporan inventory yang benar dan set laporan yang

lainnya berisi tentang informasi ditujukan untuk auditor eksternal. Sedangkan pada laporan

keuangan bulanan berisi tentang kerugian pada perushaan tersebut yang ditujukan hanya

untuk jajaran eksekutif.

Inti dari terjadinya fraud pada Phar Mor Inc ini adalah laporan keuangan perusahaan

ini sengaja dimanipulasi leh pihak manajemen. Para pihak menajemen melakukan pemalsuan

laporan keuangan ini agar seolah-olah perusahaan ini mendapat keuntungan yang berlimpah.

Karena dengan laporan yang telah d manipulasi tersebut dengan keuntungan yang berlimpah

bertujuan untuk menarik dan mempertahankan investor yang berinvestasi pada perusahaan

tersebut, sehingga pihak-pihak investor ingin menanamkan modalnya pada perusahaan ini.

Penyebab terjadinya fraud pada perusahaan ini berkaitan dengan farud triangle, yaitu:

1. Tekanan

Ketika manajemen atau karyawan mendapat tekanan, sehingga berniat untuk

melakukan fraud.

2. Peluang

Lemah ataupun tidak efektifnya internal control, peluang terjadinya fraud sangatlah

besar.

3. Attitude

Fraud terjadi akibat kondisi nilai-nilai etika lokal. Jika seseorang menjunjung tinggi

nilai-nilai etika, pasti fraud tidak akan terjadi.

6
Banyak manajemen dalam suatu perusahaan yang bertindak curang karena sudah

memiliki jabatan yang cukup tinggi, misalnya dari kasus yang pertama, eksekutif di

perusahaan Phar Mor secara sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan keuntungan

financial yang masuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan, sangat

disayangkan karena perusahaan Phar Mor ini termasuk dalam perusahaan retail terbesar di

Amerika Serikat namun pada bulan Agustus 1992 dinyatakan bangkrut

Selain kasus enron, Phar Mor Inc, juga ada kasus yang terjadi di Indonesia yang

menyangkut mengenai akuntan publik di Indonesia pada tahun 2019 lalu terjadi kasus pada

PT. Garuda Indonesia, Tbk yang menyeret Kantor Akuntan Publik (KAP) Kasner Sirumapea

dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan karena

terbukti ada pelanggaran terkait kasus laporan keuangan dan laporan keuangan tahunan.

Kementerian Keuangan memaparkan tiga kelalaian Akuntan Publik (AP) dalam

mengaudit laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018. Hal itu

akhirnya berujung sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). Adapun, laporan

keuangan tersebut diaudit oleh AP Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan Publik (KAP)

Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan.

Sebelumnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menuai polemik. Hal itu dipicu oleh

penolakan dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria untuk

mendatangani persetujuan atas hasil laporan keuangan 2018.Keduanya memiliki perbedaan

pendapat terkait pencatatan transaksi dengan Mahata senilai US$239,94 juta pada pos

pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018.

Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto merinci ketiga kelalaian yang dilakukan.

Pertama, Akuntan Publik bersangkutan belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk

kegiatan perlakuan akuntansi pengakuan pendapatan piutang dan pendapatan lain-lain. Sebab,

7
Akuntan Publik ini sudah mengakui pendapatan piutang meski secara nominal belum

diterima oleh perusahaan. Sehingga, Akuntan Publik ini terbukti melanggar Standar Audit

(SA) 315 (Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui

Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya).

Kedua, akuntan publik belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk

menilai perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi perjanjian transaksi tersebut. Hal ini

melanggar SA 500 (Bukti Audit).

Ketiga, Akuntan Publik juga tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal

laporan keuangan sebagai dasar perlakuan akuntansi, di mana hal ini melanggar SA 560

(Peristiwa Kemudian). Tak hanya itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) tempat Kasner bernaung

pun diminta untuk mengendalikan standar pengendalian mutu KAP. Sebelumnya, Kemenkeu

menjatuhkan dua sanksi kepada Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan

Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan terkait dengan polemik laporan

keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk tahun buku 2018.Tak hanya itu, Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit laporan keuangan Garuda Indonesia juga dikenakan

peringatan tertulis disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem

Pengendalian Mutu KAP dan dilakukan review oleh BDO International Limited kepada KAP

Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan.

Profesi akuntan merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab besar kepada

publik. Oleh karena itu, para akuntan sangat dituntut untuk senantiasa bertindak etis demi

kepentingan publik. Dampak pemberian muatan etika akan semakin efektif jika para calon

akuntan juga dibekali dengan penguasaan standar dan teknik akuntan. Maka dari itu,

pemberian muatan etika yang diintegrasikan di dalam setiap mata kuliah akuntansi lainnya

seperti mata kuliah pengantar akuntansi, akuntansi intermediate, akuntansi keuangan lanjutan,

akuntansi manajemen dan akuntansi sektor publik dapat semakin meningkatkan kepekaan
8
para calon akuntan profesional terhadap isu-isu etika yang penting di dalam dunia bisinis dan

profesi akuntan. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan akuntansi perlu mengintegrasikan

isu-isu etika yang relevan secara nyata di dalam setiap mata kuliah inti akuntansi.

Dari kasus - kasus diatas, baik yang terjadi diluar Indonesia maupun diIndonesia

mengenai akuntan publik penyaji mengamati apakah ada kode etik dan standar yang

mengatur mengenai keprofesian akuntan public tersebut, jika organisasi keprofesian akuntan

telah mengaturnya mengapa hal ini bias terjadi. Dari isu – isu yang terkait dengan akuntan

public baik yang ada diIndonesia maupun diluar Indonesia, maka penyaji makalahakan

membahas mengenai hal – hal yang terkait tentang etika, serta keprofesian akuntan publik

baik secara teori dari para ahli akuntan maupun dari regulator pemerintah dan Standar

professional Akuntan Publik.Dimana tujuan makalah ini agar penyaji dan pembaca

mengetahui pentingnya menjaga integritas profesi akuntan seperti etika keprofesional

akuntannya, agar publik dapat mempercayai seluruh akuntan publik merupakan mereka yang

bersertifikat resmi dan setiap Akuntan Publik memberikan kualitas audit sesuai dengan

standar audit yang telah ditetapkan.

9
BAB II

DASAR TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Etika

Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Rekan – rekan didalam bukunya

Auditing And Assurance Services (2014) Edisi Ke 16. Etika dapat didefinisikan secara luas

sebagai seperangkat prinsip atau nilai moral. Masing-masing dari kita memiliki prinsip dan

nilai moral, meskipun kita mungkin atau tidak menganggapnya secara eksplisit. Para Fisolofi,

keorganisasian keagaaman dan beberapa organisasi lain mendefinisikan etika sebagai

seperangkat prinsip moral yang ditentukan dari nilai – nilai seperti hukum, peraturan,

keagamaan, maupun nilai – nilai yang diatur dalam keprofesionalan suatu profesi seperti

akuntan. Perilaku yang beretika sangat diperlukan dalam kegiatan social bermasyarakat

ketika dalam lingkungan sosial seseorang tidak mempunyai etika tentu seseorang tersebut

tidak akan dipercaya, tidak mendapatkan empati sosial dari lingkungan masyarakat sekitar

bahkan akan dijauhi atau dimusuhi. Nilai – nilai kejujuran, kedisiplinan, tenggang rasa,

tanggung jawab dan nilai nilai positif merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki oleh

seorang individu dalam hal beragama, sosial dan bahkan memangku suatu jabatan atau

keprofesian dengan gelar tertentu. Tentu jika nilai tersebut yang diterapkan akan menjadikan

pribadi yang disenangi lingkungan, menjadi individu yang menjunjung nilai – nilai moral

positif sehingga lingkungan sekitar akan menjadi yakin dan percaya terhadap individu

tersebut baik secara individu, atau dalam hal keprofesian.

Etika secara umum dapat didefiniskan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan-

aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu.

Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 42) bahwa etika profesi adalah sebagai berikut: “Etika

mengikat kepada anggota kompartemen dan merupakan produk rapat anggota kompartemen

dalam menjalankan tugasnya sebagai akuntan publik”.

10
Sehingga secara umum etika profesi merupakan Standar-standar, prinsip-pirinsip,

interprestasi atas peraturan etika, dan kaidah etika yang harus dilakukan seorang auditor

seperti Tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektifitas auditor,

keseksamaan dan lingkup dan sikap jasa dalam memeriksa laporan keuangan.

Dalam hal keprofesian seorang akuntan public diIndonesia, Institut Akuntan Publik

Indonesia menerbitkan Standar Profesional Akuntan Publik yang harus dipatuhi dan seluruh

akuntan public di Indonesia harus tunduk dan memperhatikan standar – standar yang telah di

tetapkan dalam standar tersebut. Seorang akuntan yang menjaga indenpendesi serta

integritasnya tentu akan menjaga kualitas auditnya.

Selain etika seorang akuntan yang perlu diperhatikan, maka hal lain yang perlu
diperhatikan adalah Independensi. Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta
tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil tindakan dan
keputusan.Menurut ahli pakar akuntan public Independensi dalam audit berarti mengambil
sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil
pengujian, dan penerbitan laporan audit. Sedangkan menurut MulIndependensi merupakan
salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas
dan objektivitas.

Terdapat tiga dimensi dari independensi, menurut R.K. Mautz (1961:206- 207) dalam
Lauw Tjun Tjun (2012:54) ketiga dimensi tersebut adalah:

1. Programming Independence adalah kebebasan untuk memilih teknik dan prosedur


audit, dan seberapa dalamnya teknik dan prosedur itu diterapkan.
2. Investigative Indpendence adalah kebebasan untuk memilih area, kegiatan, hubungan
pribadi, dan kebijakan manajerial yang akan diperiksa, ini berarti, tidak boleh ada
sumber informasi yang lgitimate (sah) yang tertutup bagi auditor.
3. Reporting Independece adalah kebebasan untuk menyajikan fakta yang terungkap dari
pemeriksaan atau opini sebagai hasil pemeriksaan.

Adapun penjelasan dari dimensi independensi di atas adalah sebagai berikut:

11
1. Independensi Program Audit Bebas dari kontrol atau pengaruh yang tidak semestinya
dalam pemilihan teknik dan prosedur audit dan sejauh mana penerapannya. Ini
mensyaratkan bahwa auditor memiliki kebebasan untuk mengembangkan program
sendiri, baik dalam menetapkan langkah-langkah untuk dimasukkan dan jumlah
pekerjaan yang harus dilakukan, dalam batas-batas perikatan. Berikut indikator untuk
mengukur independensi program audit:
 Bebas dari intervensi manajerial dalam menentukan, mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu dalam audit.
 Bebas dari intervensi pihak lain untuk menyusun prosedur yang dipilih.
 Bebas dari usaha-usaha pihak lain untuk menentukan subjek pemeriksaan
2. Independensi Investigatif Bebas dari kontrol atau pengaruh yang tidak semestinya
dalam pemilihan daerah, aktivitas, hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial dalam
pemeriksaan. Berikut indikator untuk mengukur independensi investigatif:
 Dapat langsung dan bebas mengakses informasi yang berhubungan dengan
kegiatan, kewajiban, dan sumber-sumber bisnis auditee.
 Manajerial dapat bekerja sama secara aktif dalam proses pemeriksaan.
 Bebas dari upaya manajerial perusahaan untuk menetapkan kegiatan apa saja
yang akan diperiksa.
 Bebas dari kepentingan pribadi maupun pihak lain yang dapat membatasi
kegiatan pemeriksaan.
3. Independensi Pelaporan Bebas dari kontrol atau pengaruh yang tidak semestinya
dalam menyatakan fakta-fakta yang diungkapkan dalam pemeriksaan atau dalam
memberikan rekomendasi dan pendapat sebagai hasil dari pemeriksaan. Berikut
indikator untuk mengukur independensi pelaporan:
 Bebas dari kepentingan pihak lain untuk memodifikasi pengaruh fakta-fakta
yang dilaporkan.
 Menghindari praktik yang dapat menghilangkan kejadian yang penting dalam
laporan formal.
 Pelaporan hasil audit bebas dari bahasa yang dapat menimbulkan multi tafsir.
 Tidak ada usaha pihak lain yang dapat mempengaruhi pertimbangan
pemeriksaan terhadap isi laporan.

Tahun 2018 lalu Institut Akuntan Publik Indonesia menerbitkan keputusan dewan

pengurus No. 4 tahun 2018 tentang “ Panduan Indikator Kualitas Audit pada Kantor Akuntan
12
Publik”. Dalam keputusan ini dinyatakan bahwa pada paragraph 15. Etika dan indenpendesni

auditor merupakan salah satu factor yang sangat penting dan mendasar bagi auditor dalam

melaksanakan suatu perikatan audit. Ketentuan independen berlaku bagi setiap auditor, KAP,

dan jaringan KAP.Dalam setiap pemikiran (Independent of mind). Kepatuhan terhadap

ketentuan etika dan independensi dalam suatu perikatan audit memerlukan pemahaman yang

memadai setiap auditor terhadap ketentuan etika dan idenpedensi, serta komitmen dan

dukungan dari pimpinan.

2.2. The Auditing Profession

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and

report on the degree of correspondence between the information and established criteria.

Auditing should be done by a competent, independent person.

(Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan

danmelaporkan tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang ditetapkan.Audit

harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.).

Bukti adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah

informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Bukti memiliki

banyak bentuk yang berbeda, termasuk:

• Data elektronik dan dokumenter tentang transaksi

• Komunikasi tertulis dan elektronik dengan pihak luar

• Pengamatan oleh auditor

• Kesaksian lisan dari pihak yang diaudit (klien)

Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus mendapatkan kualitas dan kuantitas bukti

yang cukup. Auditor harus menentukan jenis dan jumlah bukti yang diperlukan dan

13
mengevaluasi apakah informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Ini adalah

bagian penting dari setiap audit.

 Types of audits

1. Operational audit

2. Compliance audit

3. Financial statement audit

 Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur
dan metode operasi organisasi. Pada penyelesaian audit operasional, manajemen
biasanya mengharapkan rekomendasi untuk meningkatkan operasi.
 Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti
prosedur, aturan, atau peraturan khusus yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih
tinggi. Berikut ini adalah contoh audit kepatuhan untuk bisnis pribadi.

• Menentukan apakah personel akuntansi mengikuti prosedur ditentukan oleh pengontrol


perusahaan.

• Tinjau tarif upah untuk kepatuhan terhadap undang-undang upah minimum.

• Periksa perjanjian kontraktual dengan bankir dan pemberi pinjaman lain untuk memastikan
perusahaan mematuhi persyaratan hukum.

 Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan


(informasi yang diverifikasi) dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Dalam menentukan apakah laporan keuangan dinyatakan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi, auditor mengumpulkan bukti untuk menentukan apakah laporan
tersebut mengandung kesalahan material atau salah saji lainnya.

2.3. Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Kode Etik Profesi Akuntan Publik Berlaku Efektif 1 Juli 2019, adapun kode etik

profesi akuntan publik adalah sebagai berikut:

Bagian A berisi Prinsip Dasar Etika Profesi yang terdiri dari:


14
Seksi 100 Prinsip-prinsip Dasar Etika profesi
Seksi 110 Prinsip Integritas
Seksi 120 Prinsip Objektivitas
Seksi 130 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Seksi 140 Prinsip Kerahasiaan
Seksi 150 Prinsip Perilaku Profesional

Bagian B Aturan Etika Profesi yang terdiri dari:

Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan


Seksi 210 Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
Seksi 220 Benturan Kepentingan
Seksi 230 Pendapat Kedua
Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi lainnya
Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-tamahan lainnya
Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien
Seksi 280 Objektivitas-Semua Jasa Profesional
Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

Bagian A berisi Prinsip Dasar Etika Profesi yang terdiri dari:

1. Seksi 100. Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi.

Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya
adalah tanggung jawab profesi Akuntan Publik dalam melindungi kepentingan publik. Untuk
dapat memperoleh izin Akuntan Publik, seseorang harus memiliki sertifikat tanda lulus ujian
profesi Akuntan Publik dan memiliki pengalaman praktik sehinggamendapatkan sebutan
Certified Public Accountant(CPA).

Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi Setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika
profesi di bawah ini :

a. Prinsip Integritas Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
professional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.

b. Prinsip Objektivitas Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan


kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak
lain yang memengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.

c.Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional


(professional competence and due care)Setiap praktisi wajib memelihara
15
pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang
dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat
menerima jasa professional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan teknisi dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan.

d. Prinsip Kerahasiaan Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang


diperoleh sebagai hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya, serta
tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainya yang
berlaku.

e. Prinsip Perilaku Profesional Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.

2. Seksi 110 Prinsip Integritas.

Prinsip Integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan professional dan hubungan bisnisnya.Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan,
komunikasi, atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat:

a. Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan

b.Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati;atau

c. Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang


seharusnya diungkapkan.

3. Seksi 120 Prinsip Objektivitas.

Prinsip objektivitas mengharuskan Praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas,


benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.

16
4. Seksi 130 Prinsip Kompetensi Serta Sikap Kecermatan dan kehati-
hatianProfesional.

Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional mewajibkan


setiap Praktisi untuk :

a. Memelihara pengetahuan dan keahlian professional yang dibutuhkanuntuk


menjaminpemberian jasa professional yang kompeten kepada klien atau pemberi
kerja; dan

b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama sesuai dengan standar


profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.

5. Seksi 140 Prinsip Kerahasiaan

Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus wasada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yangmelibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.

6. Seksi 150 Perilaku Profesional

Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap Praktisi tidak
boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh
bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut:

a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat


diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh atau,

b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak


didukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain

Bagian B Aturan Etika profesi

1. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan.

Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi .ancaman-
ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Ancaman kepentingan pribadi


b. Ancaman telaah pribadi
17
c. Ancaman advokasi
d. Ancaman kedekatan
e. Ancaman intimidasi

2. Seksi 210 Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP.

Sebelum menerima suatu klien baru, setiap Praktisi harus mempertimbangkan potensi

terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan

oleh diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku

professional antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan yang terkait

dengan klien (pemilik, manajemen, atau aktivitasnya).

3. Seksi 220 Benturan Kepentingan.

Jika benturan kepentingan menyebabkan ancaman terhadap satu atau lebih prinsip

dasar etika profesi (termasuk prinsip objektivitas, kerahasiaan, atau perilaku professional)

yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang dapat diterima melalui penerapan

pencegahan yang tepat, maka Praktisi harus menolak untuk menerima perikatan tersebut atau

bahkan mengundurkan diri dari satu atau lebih perikatan yang berbenturan kepentingan

tersebut.

4. Seksi 230 Pendapat Kedua.

Jika perusahaan atau entitas yang meminta pendapat tidak memberikan

persetujuannya kepada Praktisi yang memberikan pendapat kedua untuk melakukan

komunikasi dengan Praktisi yang memberikan pendapat pertama, maka Praktisi yang diminta

untuk memberikan pendapat kedua tersebut harus mempertimbangkan seluruh fakta dan

kondisi untuk menentukan tepat tidaknya pendapat kedua diberikan.

18
5. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya.

Dalam melakukan negoisasi mengenai jasa professional yang diberikan, Praktisi dapat

mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya

jumlah imbalan jasa professional yang diusulkan oleh Praktisi yang lain bukan merupakan

pelanggaran terhadap Kode etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada

prinsip etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa professional yang diusulkan.

6. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional Setiap praktisi tidak boleh


mendiskreditkanprofesi dalam memasarkan jasa profesionalnya.

Sebagai praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :

a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat


diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh;atau

b. Membuat pernyatan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak


didukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.

7. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah Tamahan Lainnya.

Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya mungkin

saja ditawari suatu hadiah atau bentuk keramahtamahan lainnya (hospitally) oleh

klien.Penerimaan pemberian tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada

prinsip dasar etika profesi, sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadapobjektivitas

dapat terjadi ketika hadiah dari klien diterima, atau ancaman intimidasi terhadap objektivitas

dapat terjadi sehubungan dengan kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah

tersebut.

8. Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien.

Setiap praktisi tidak boleh mengambil tangggung jawab penyimpanan uang atau aset

milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika

19
demikian, Praktisi wajib menyimpan aset tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku.

9. Seksi 280 Objektivitas Semua Jasa professional

Dalam memberikan jasa profesionalnya, setiap Praktisi harus mempertimbangkan ada

tidaknya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari

adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan, klien maupun direktur, pejabat,

ataukaryawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap kepatuhan pada prinsip dasar

objek objektivitas dapat terjadi dari hubungan keluarga, hubungan kedekatan pribadi, atau

hubungan bisnis.

10. Seksi 290 Independensi Dalam Perikatan Assurance

Perikatanassurance bertujuan untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna hasil

pekerjaan perikatan assurance atas hasil pengevaluasian atau hasil pengukuran yang

dilakukan atas hal pokok berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam perikatanassurance.

Praktisi menyatakan pendapat yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat keyakinan

pengguna hasil pekerjaan perikatan assurance yang dituju, selain pihak yang bertanggung

jawab atas hal pokok, mengenai hasil pengevaluasian atau hasil pengukuran yang dilakukan

atas hal pokok berdasarkan suatu kriteria tertentu.

2.4.Pemahaman Hukum dan Kewajiban auditor

Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan hukum

terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman pemakai laporan keuangan

tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit, dan antara kegagalan audit

serta risiko audit.Berikut ini defenisi mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko

audit :

20
a. Kegagalan bisnis adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar

kembali utangnya atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya, karena kondisi

ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan

yang tak terduga dalam industri itu.

b. Kegagalan audit adalah kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat audit

yang salah karena gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing yang

berlaku umum.

c. Risiko Audit adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan

disajikan dengan wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan

tersebut disajikan salah secara material.

Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi standar

profesinya, maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga dibarengi oleh audit

failure. Dalam hal yang terakhir ini, akuntan publik harus bertanggung jawab. Sementara,

dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit

yang dilakukan dapat dikelompokkam menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan

fraud.

Ordinary negligence merupakan kesalah yang dilakukan akuntan publik, ketika

menjalankan tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata

lain setelah mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi yang

belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan “common sense” dan

mengambil keputusan yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak.

Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan akuntan publik mematuhi standar

profesional dan standar etika. Standar ini minimal yang harus dipenuhi. Bila akuntan publik

gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan pikiran sehat dalam situasi tertentu
21
(ordinary negligence), yang dilakukan dengan sengaja demi motif tertentu maka akuntan

publik dianggap telah melakukan fraud yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut

baik secara perdata maupun pidana.

Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal

mengungkapkan kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis pendapat

yang salah, maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus diminta mempertahankan

kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan keahliannya dalam pelaksanaan auditnya,

berarti terjadi kegagalan audit, dan kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan

asuransinya harus membayar kepada mereka yang menderita kerugian akibat kelalaian

auditor tersebut.Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit.

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar

hutangnya, maka umumnya pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa telah terjadi

kegagalan audit, khususnya bila laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa laporan itu

dinyatakan secara wajar. Lebih buruk jika terdapat kegagalan bisnis dan laporan keuangan

yang kemudian diterbitkan salah saji, para pemakai akan mengklaim auditor telah lalai

sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum.

Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,

konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan

yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara

hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit

diantaranya adalah :

a. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public

b. Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan

dengan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor


22
c. Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan yang

begitu pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi,dan lainnya.

d. Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan,

untuk menghindari biaya yang tinggi.

Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah mengingat pemahaman tersebut

menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang terlibat di dalamnya dan juga adanya

kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadap keberadaan suatu hukum.

Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku yang

terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi kewajiban yang

nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu pemahaman yang baik

terhadap hukum akan membawa profesi akuntan publik minimal ke dalam praktek-praktek

yang sehat, yang dapat meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang lebih baik.

Sebaliknya apabila akuntan publik kurang memahaminya pada iklim keterbukaan di

era reformasi seperti sekarang ini maka akan dapat membawa perkembangan fenomena ke

dalam konteks yang lebih luas pada publik yang sudah mulai berani melakukan tuntutan

hukum terhadap berbagai profesi termasuk profesi akuntan publik.

Kewajiban Hukum Bagi Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya

merupakan subjek hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas

kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya.

Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara (lawsuits) atas kelalaiannya yang

digambarkan sebagai sebuah krisis.Litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak

citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut.

23
Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang

diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat

dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat

obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis

pekerjaannya.

Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung kewajiban hukum

terhadapkliennya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila adanya

tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client) Kewajiban akuntan publik terhadap klien

karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati,

pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran

kerahasiaan oleh akuntan public

b. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to Third party)

Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian pada pihak

penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan

c. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under securities laws)

Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal dengan standar yang ketat.

d. Kewajiban kriminal (Crime Liabilities) Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat

kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-

undang.

Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit

memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-

24
Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang

berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan.

Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia sangat

dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk melengkapi aturan main yang

sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi dapat menjalankan tanggung

jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang tinggi, dan disisi lain masyarakat akan

mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung

jawab profesional terhadap akuntan publik.Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa

kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek

tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak

auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum sebagai

bentuk kewajiban hukum auditor.

Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban HukumAICPA dan profesi mengurangi

resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut :

a. Riset dalam auditing


b. Penetapan standar dan aturan.
c.Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
d. Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat.
e.Melawan tuntutan hukum
f.Pendidikan bagi pemakai laporan
g. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
h.Perundingan untuk perubahan hukum.

2.5.Accountant and Professional Responsibility ( Tanggung Jawab dan


Profesional Akuntan).

Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa

asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu
25
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, profesi Akuntan

Publik memiliki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat

dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan.

Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan

kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan

Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan

suatu entitas.

Sesuai Undang – undang No. 5 Tahun 2011 (Akuntan Publik) tanggung jawab

AkuntanPublik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi

keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian laporan atau informasi keuangan tersebut

merupakan tanggung jawab manajemen. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia

usaha, dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan

Publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang

digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan.Dengan demikian,

Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik.

Meskipun Akuntan Publik berupaya untuk senantiasa memutakhirkan kompetensi dan

meningkatkan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, kemungkinan

terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik akan tetap ada. Untuk melindungi

kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi Akuntan Publik, diperlukan suatu

undang-undang yang mengatur profesi Akuntan Publik.

26
Undang-Undang tentang Akuntan Publik yang mengatur berbagai hal mendasar dalam

profesi Akuntan Publik, dengan tujuan untuk:

1. Melindungi kepentingan publik;

2. Mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan;

3. Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;

4. Meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik; dan

5. Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode etik

profesi.

Selain undang – undang No. 5 Tahun 2011, tanggung jawab seorang auditor (Akuntan

Publik) diatur didalam Standar Profesional Akuntan Publik yaitu pada SA 240 (Tanggung

Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan).

Adapun hal yang diatur didalam SA 240 yaitu :

a. Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit bertanggung jawab untuk

memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari

kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Karena

keterbatasan bawaan suatu audit, maka selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa

beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan

terdeteksi, walaupun audit telah direncanakan dan dilakukan dengan baik berdasarkan

Standar Audit.

b. Jika terjadi suatu kecurangan yang material tingkat tinggi, serta frekuensi manipulasinya

sangat luas. Meskipun auditor mungkin dapat mengindentifikasi peluang potensi

terjadinya kecurangan sulit bagi auditor untuk menentukan kesalahan penyajian dalam

area pertimbangan seperti estimasi akuntansi disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.

Dalam hal auditor memperoleh keyakinan yang memadai, auditor wajib menjaga

27
skeptisisme professional selama audit, mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian

pengendalian oleh manajemen, dan menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang

efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi

kecurangan. Standar Audit ini dirancang untuk membantu auditor dalam menilai risiko

kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan dalam merancang

prosedur untuk mendeteksi kesalahan penyajian tersebut.

28
2.6. Standar Audit Berbasis ISA

Pada tahun 2013 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah mengeluarkan

Standar Profesional Akuntan Publik dalam bentuk Standar Audit (SA), yang berlaku untuk

audit atas laporan keuangan tahun 2013 (untuk emiten) tahun 2014 (untuk non-emiten).

Standar Audit tersebut merupakan adopsi dari ISA karena Indonesia merupakan

anggota IFAC (International Federation of Accountant).Berikut Struktur Baru Kode Etik

Profesi Akuntan Publik dan Standar Profesional Akuntan Publik yang Ditetapkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik

(Kode Etik)

Standar Pengendalian Mutu 1

(SPM 1)

Standar Jasa Terikat

Kerangka untuk Perikatan Asurans (SJT)

(Kerangka)

Standar Audit Standar Perikatan Reviu Standar Perikatan Asurans

(SA) (SPR) (SPA)

29
Standar Audit Baru yang Ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia Yaitu :

A. Prinsip Umum dan Tanggung Jawab.

SA200 (Tujuan Keseluruhan Auditor Independe dan Pelaksanaan Suatu Audit Berdasarkan
Standar Audit).

SA 210 (Persetujuan atas Syarat – Syarat Perikatan Audit).

SA 220 (Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan).

SA 230 (Dokumentasi Audit).

SA 240 (Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangandalam Suatu Audit atas
Laporan Keuangan).

SA 250 (Pertimbangan Atas Peraturan Perundang – undangan dalam Audit Laporan


Keuangan).

SA 260 (Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola).

SA 265 (Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada Pihak yang


Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola dan Manajemen).

B. Penilaian Risiko dan Respons Terhadap Risiko.

SA 300 (Perencanaan Suatu Audit atas laporan Keuangan).

SA 315 (Pengindentifikasian dan Penilaian Risiko Salah Saji Material Melalui


Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya).

SA 320 ( Materialitas dalam Tahap Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan).

SA 330 (Respons Auditor terhadap Risiko yang Dinilai).

SA 402 (Pertimbangan Audit terkait dengan Entitas yang menggunakan Suatu


Organisasi Jasa).

SA 450 (Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diindentifikasi Selama


Audit).

C. Bukti Audit.

SA 500 (Bukti Audit).

SA 501 (Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan).

SA 505 (Konfirmasi Eksternal).

SA 510 (Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal).

30
SA 520 (Prosedur Analitis).

SA 530 (Sampling Audit).

SA 540 ( Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar,
dan Pengungkapan yang Bersangkutan).

SA 550 (Pihak Yang Berelasi).

SA 560 (Peristiwa Kemudian).

SA 570 (Kelangsungan Usaha).

SA 580 (Representasi Tertulis).

D. Penggunaan Hasil Pekerjaan Pihak lain.

SA 600 (Pertimbangan Khusus – Audit atas laporan Keuangan Grup (Termasuk


Pekerjaan Auditor Komponen)).

SA 610 (Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal).

SA 620 ( Penggunaan Pekerjaan Seorang Pakar Auditor).

E. Kesimpulan Audit.

SA 700 (Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan).

SA 705 (Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Audit Independen).

SA 706 (Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal lain dalam Laporan Audit
Independen).

SA 720 (Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi
Laporan Keuangan Auditan).

F. Area Khusus.

SA 800 (Pertimbangan Khusus – Audit atas laporan keuangan yang Disusun Sesuai
dengan Kerangka Bertujuan Khusus).

SA 805 (Pertimbangan Khusus – Audit atas laporan keuangan tunggal dan unsur,
akun, atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan).

SA 810 (Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan).

31
2.7. Pembahasan Kasus

Pada Bab I telah dijelaskan bahwa ada beberapa kasus besar pada entitas

publik menseret nama nama akuntan publik yang besar, dimana pada Bab II telah

dijelaskan mengenai etika professional akuntan, namun seolah akuntan public tidak

memperhatikan betapa pentingnya integritas dan profesionalnya akuntan publik,

berikut akan disajikan contoh kasus berkaitan dengan akuntan publik yang terjadi baik

didunia internasional maupun di Indonesia.

No Kasus Etika Yang Dilanggar Dampak Bagi


Publik
1 Enron, Arthur And Anderson Memanipulasi Laporan Terbongkarnya
Keuangan kasus manipulasi
Enron membuat
sahamnya
mengalami
penurunan harga
yang sangat
drastis., sehingga
melibatkan banyak
orang yang
kehilangan
pekerjaan saat itu.
2. Phar mor Inc. Inti dari terjadinya fraud Banyakmanajemen
pada Phar Mor Inc ini dalam suatu
adalah laporan keuangan perusahaan yang
perusahaan ini sengaja bertindak curang
dimanipulasi leh pihak karena sudah
manajemen. Para pihak memiliki jabatan
menajemen melakukan yang cukup tinggi,
pemalsuan laporan misalnya dari kasus
keuangan ini agar seolah- yang pertama,
olah perusahaan ini eksekutif di
mendapat keuntungan perusahaan Phar
yang berlimpah. Karena Mor secara sengaja
dengan laporan yang melakukan fraud
telah dimanipulasi untuk mendapatkan
tersebut dengan keuntungan
keuntungan yang financial yang
berlimpah bertujuan masuk ke saku
untuk menarik dan pribadi individu di
mempertahankan investor jajaran top
yang berinvestasi pada manajemen
perusahaan tersebut, perusahaan, sangat
sehingga pihak-pihak disayangkan
32
investor ingin karena perusahaan
menanamkan modalnya Phar Mor ini
pada perusahaan ini. termasuk dalam
perusahaan retail
terbesar di
Amerika Serikat
namun pada bulan
Agustus 1992
dinyatakan
bangkrut

3 PT. Garuda Indonesia, Tbk Kasus yang terjadi di Dari hasil


(Persero) Indonesia yang manipulasi laporan
menyangkut mengenai keuangan garuda
akuntan publik di mencatat laba US$
Indonesia pada tahun 5,01 Juta, menjadi
2019 lalu terjadi kasus yang seharusnya
pada PT. Garuda rugi US$
Indonesia, Tbk yang 244,95Juta.
menyeret Kantor Akuntan
Publik (KAP) Kasner Akibat kejadian ini
Sirumapea dan Kantor auditor keuangan
Akuntan Publik (KAP) garuda
Tanubrata, Sutanto, mendapatkan
Fahmi, Bambang & sanksi pembekuan
Rekan karena terbukti ada izin selama 12
pelanggaran terkait kasus bulan (KMK
laporan keuangan dan No.312/KM.1/2019
laporan keuangan tanggal 27 Juni
tahunan.Pertama, 2019).
Akuntan Publik
bersangkutan belum Komisaris dan
secara tepat menilai Direksi harus
substansi transaksi untuk membayar denda
kegiatan perlakuan 100 juta.
akuntansi pengakuan
pendapatan piutang dan BEI Denda Garuda
pendapatan lain-lain. sebesar 250 juta.
Sebab, Akuntan Publik
ini sudah mengakui
pendapatan piutang meski
secara nominal belum
diterima oleh perusahaan.
Sehingga, Akuntan
Publik ini terbukti
melanggar Standar Audit
(SA) 315
(Pengidentifikasian dan
Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian
Material Melalui
33
Pemahaman atas Entitas
dan Lingkungannya).
Kedua, akuntan
publik belum sepenuhnya
mendapatkan bukti audit
yang cukup untuk menilai
perlakuan akuntansi
sesuai dengan substansi
perjanjian transaksi
tersebut. Hal ini
melanggar SA 500 (Bukti
Audit).
Ketiga, Akuntan Publik
juga tidak bisa
mempertimbangkan
fakta-fakta setelah
tanggal laporan keuangan
sebagai dasar perlakuan
akuntansi, di mana hal ini
melanggar SA 560
(Peristiwa Kemudian).

34
BAB III

PENUTUP

3.1.       Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

Dukungan stakeholders di dalam dunia bisnis dan profesi akuntan sangat bergantung

kepada komitmen perusahaan dan para profesional akuntansi dalam memastikan dirinya

untuk selalu bertindak etis dalam mencapai tujuan perusahaan dan profesionalnya. Oleh

karena itu, para direktur, eksekutif, dan akuntan perlu peka terhadap isu-isu etika yang

penting di dalam dunia bisnis dan profesi akuntan agar tidak terjebak dalam tindakan-

tindakan tidak etis.

Etika di tempat kerja adalah memastikan diri bertindak sesuai dengan prinsip benar-

salah yang berlaku umum di tempat kerja. Hal ini menjadi isu penting karena prinsip benar-

salah di tempat kerja dipengaruhi oleh budaya organisasi yang berbeda satu sama lain dan

norma yang berlaku di daerah tempat kerja. Oleh karena itu, pemahaman yang baik terhadap

etika di tempat kerja oleh direktur, eksekutif dan akuntan sangat diperlukan untuk menjaga

situasi bisnis dan profesi tetap kondusif demi pencapaiaan tujuan organisasi.

Akuntabilitas sosial hadir sebagai kesadaran para pelaku dunia bisnis dan profesi

akuntan bahwa keuntungan yang terbaik itu adalah bukan keuntungan yang besar dan sesaat

tapi keuntungan yang terus berlanjut (sustainability profit). Oleh karena itu, para direktur,

eksekutif dan profesi akuntan dalam bekerja perlu mempertimbangkan dampak-dampak

pekerjaannya terhadap masyarakat atau sering disebut juga dengan tanggung jawab sosial.

Isu-isu etika yang tidak mampu dikelola dengan baik oleh para direktur, eksekutif dan

akuntan dapat berakibat pada terjadinya krisis di dalam dunia bisnis dan profesi akuntan.
35
Manajemen krisis menjadi isu penting di dalam dunia bisnis dan profesi akuntan disebabkan

oleh banyaknya perusahaan besar dan kantor akuntan publik besar yang mengalami krisis dan

akhirnya bangkrut dikarenakan tidak dilakukannya tindakan penanggulangan krisis yang

cepat dan tepat. Oleh karena itu, para direktur, eksekutif dan akuntan perlu memahami sejak

dini bagaimana proses dan teknik penanggulangan krisis yang tepat.

3.2.       Saran

Berdasarkan simpulan pada makalah ini maka dapat dirumuskan bebarapa saran dan

rekomendasi kepada para pelaku dunia bisnis dan profesi akuntan dan pihak-pihak lain yang

terkait dalam menghadapi isu-isu etika yang penting di dalam dunia bisnis dan profesi

akuntansi sebagai berikut.

Profesi akuntan merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab besar kepada publik. Oleh

karena itu, para akuntan sangat dituntut untuk senantiasa bertindak etis demi kepentingan

publik. Dampak pemberian muatan etika akan semakin efektif jika para calon akuntan juga

dibekali dengan penguasaan standar dan teknik akuntan. Maka dari itu, pemberian muatan

etika yang diintegrasikan di dalam setiap mata kuliah akuntansi lainnya seperti mata kuliah

pengantar akuntansi, akuntansi intermediate, akuntansi keuangan lanjutan, akuntansi

manajemen dan akuntansi sektor publik dapat semakin meningkatkan kepekaan para calon

akuntan profesional terhadap isu-isu etika yang penting di dalam dunia bisinis dan profesi

akuntan. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan akuntansi perlu mengintegrasikan isu-isu

etika yang relevan secara nyata di dalam setiap mata kuliah inti akuntansi.

Perilaku etis seseorang dipengaruhi oleh aspek individual dan lingkungan. Maka dari itu,

dunia pendidikan akuntansi memiliki pengaruh terhadap perilaku etis para calon akuntan

profesional. Berdasarkan beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa aspek individual seperti

kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mempengaruhi

36
perilaku etis seseorang. Selama ini di dunia pendidikan hanya fokus pada pengembangan

kecerdasan intelektual yang berakibat pada perilaku etis mahasiswa hanya didasarkan pada

rasionalitas saja yang mana cenderung menekankan pada hal-hal yang menguntungkan

pribadi dan mengabaikan kepentingan publik. Oleh karena itu, pengembangan kecerdasan

intelektual di dalam dunia pendidikan dan profesi akuntan juga perlu diselaraskan dengan

pengembengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, seperti mengadakan pelatihan

ESQ bagi mahasiswa dan akuntan dalam rangka membentuk calon-calon akuntan dan

akuntan profesional yang memiliki sikap etis yang tinggi.

Kode etik sebagai pedoman beretika dibuat untuk menghasilkan kinerja etis yang memadai

dan menjadi landasan bagi citra positif profesi dan kepercayaan publik akan profesi akuntan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Institut Akuntan Publik Indoneisa telah merumuskan

sejumlah prinsip etika beserta kode etiknya yang harus dipedomani oleh semua anggota

dengan cara mengadopsi kode etik yang dikembangan oleh ikatan akuntan Amerika Serikat.

Akan tetapi, dimensi budaya yang berbeda antara Indonesia dan Amerika Serikat

menyebabkan kurang efektifnya kode etik tersebut. Hal ini dikarenakan nilai-nilai kehidupan

di kedua negara yang berbeda sehingga membuat kode etik tersebut kurang kompatibel di

Indonesia. Oleh karena itu, perlunya pengkajian secara mendalam yang dilakukan oleh IAI

dalam rangka merumuskan kode etik akuntan profesional yang sesuai dengan budaya dan

norma-norma yang berlaku di Indonesia.

Akuntabilitas sosial merupakan salah satu isu penting di dalam dunia bisnis dan profesi

akuntan yang baru-baru ini menjadi sorotan penting. Kesadaran akan keuntungan jangka

panjang lebih baik daripada keuntungan jangka pendek membuat perusahaan mulai

memperhatikan nilai tambahnya bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena

itu, perguruan tinggi hendaknya menjadikan isu akuntabilitas sosial sebagai pengajaran dan

penelitian akademis secara berkelanjutan dalam rangka menyiapkan calon-calon profesional

37
yang peka terhadap isu-isu sosial karena isu ini merupakan isu penting di dalam dunia bisnis

dan profesi akuntan pada era global saat ini.

Budaya organisasi atau etika di tempat kerja berkaitan erat dengan prinsip benar-salah yang

berlaku di tempat kerja tersebut. Budaya organisasi juga turut mempengaruhi tindakan etis

seseorang dan membentuk perilaku seseorang. Kurangnya pengawasan atau pengendalian

internal juga membuka kesempatan bagi para direktur, manajer dan profesi akuntan untuk

berperilaku tidak etis. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan dan kantor akuntan publik

harus memiliki standar dan pedoman etika tersendiri yang lebih rinci dan tidak hanya

mengandalkan peraturan dan regulasi yang telah dibuat oleh organisasi profesi. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas dan kesadaran pelaku dunia bisnis dan profesi

akuntan mengenai isu-isu etika di dalam dunia bisnis dan profesi akuntan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, Elder, Randal J, Beasly, Mark S. Beasley. 2017. Auditing and Assurance
Service, An Integrated Service. 16th Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing. Buku 1 Edisi 5.Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Institut Akuntan Publik Indonesia, 2017. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta :
Penerbit Salemba Empat.

Tjun Tjun Law, Elyzabeth I. M., & Santy Setiawan. 2012. “Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit”. Jurnal Akuntansi vol 4 no.1 Mei 2012. Bandung:
Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen Maranata.

Undang – Undang No. 5 Tahun 2011.Kantor Akuntan publik.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik Berlaku Efektif 1 Juli 2019

http://lauramichelia.wordpress.com/2013/01/23/kasus-kasus-dalam-etika-profesi-akuntansi/

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190628124946-92-407304/kemenkeu-beberkan-
tiga-kelalaian-auditor-garuda-indonesia

39

Anda mungkin juga menyukai