Anda di halaman 1dari 14

SELF FORMULATION

I. DESKRIPSI UMUM ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN


A. ZAT AKTIF
a. Thiamin Hydrochloridum
Nama lain : Vitamin B1
Struktur molekul : C12H17 CIN4OSHCL

BM : 337,27
Titik Leleh : 246-254℃
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih bau
khas lemah,
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol, larut dalam gliserin,
tidak larut dalam eter dan benzen
Stabilitas : Terlindung dari cahaya dan simpan
pada temperatur kurang dari 40°C.
pH : 2,5 – 4,5 (Martindale 28 hal 1640)
Sterilisasi : Filtrasi
( FI hal 784, DI 88 hal 2104, Martindale 28 hal 1640)
b. Pyridoksin Hydrochloridum
Nama lain : Vitamin B6
BM : 205,64
Rumus molekul : C8H11NO3HCL
Pemerian : Serbuk hablur putih/ hampir putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam eter
OTT : Tidak bercampur dengan larutan alkalis
dan tetrasiklin, eritromisin dan
streptomisin.
Stabilitas : terjaga dari udara dan cahaya
pH : 2 – 3,8 ( Martindale 28 hal 1643)
Sterilisasi : Filtrasi
( FI IV hal 723. Martindale hal 1815 )
c. Cyanocobalamin
Nama lain : Vitamin B12
Rumus molekul : C63H88CoN14O14P
BM : 1355,38
Pemerian : Hablur atau amorf merah tua, atau
serbuk hablur merah. Bentuk anhidrat
sangat, higroskopis. Jika terpapar pada
udara menyerap air lebih kurang 12%.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam
etanol, tidak larut dalam aseton dan
eter.
Stabilitas : Terlindung dari cahaya
OTT : Klorpromazin HCl, pitonadione,
proklorperazin, Na walfirin
pH : 4,5-7,0
Sterilisasi : Autoklaf
( FI IV hal 263, Martindale 28 hal 1644, DI 88 hal 2104 )

B. ZAT TAMBAHAN
a. Benzyl Alkohol
(Handbook of pharmaceutical, hal 35)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau aromatik
lemah; rasa membakar tajam.
Mendidih pada suhu 206 oC tanpa
peruraian . netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Agak sukar larut dengan air, mudah
larut dalam etanol 50% bercampur
dengan etanol, dengan eter dan dengan
kloroform.
Kegunaan : Pengawet
Stabilitas : Dapat mengalami oksidasi secara
perlahan di udara.
OTT : Dengan zat pengoksidasi dan asam
kuat.
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi.
Wadah : Wadah tertutup rapat terlindung dari
cahaya dan disimpan di tempat sejuk
dan kering.
b. Aqua pro injection
Nama Resmi : AQUA PRO INJECTION
Nama Lain : Aqua pro injeksi
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa
Kestabilan : Stabil secara kimia dalam bentuk fisika
bagian dingin cairan uap
Incompatibilitas : Bereaksi dengan obat dan bahan
tambahan yang mudah terhidrolisis
(terurai karena adanya air) atau
kelembaban pada suhu tinggi, bereaksi
kuat dengan logam alkali
(FI Edisi III, Hal. 97 ; Excipient, Hal. 337 – 338)
c. Sodium Hydroxydum
Nama Resmi : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur
atau keeping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih,
mudah meleleh basah.Sangat alkalis
dn korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan
dalam etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
II. URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI
A. Bentuk Sediaan Aktif
Cairan Injeksi
Alasan penggunaan bentuk sediaan : Untuk memudahkan dalam
pemakaiannya
B. Mekanisme Kerja
Kelompok Neurotropik vitamin B memiliki efek positif pada penyakit
inflamasi dan degeneratif. Saraf dan sistem muskuloskeletal. Dalam dosis
tinggi mereka memiliki sifat analgesik; Mereka meningkatkan peredaran
darah dan menormalkan fungsi sistem saraf dan haematopoiesis.
Tiamin hidroklorida (vitamin B1) merupakan unsur aktif yang penting.
Dalam organisme manusia, sebagai hasilnya dari fosforilasi, ia berubah
menjadi cocarboxylase, yang merupakan koenzim banyak fermentasi. Reaksi
ini memainkan peran penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan
lipid, dan juga ditransmisi impuls saraf pada sinaps. Melindungi membran sel
dari efek toksik peroksidasi produk.
Pyridoxine hydrochloride (vitamin B6) dalam bentuk terfosforilasi
adalah komponen enzim, yang ambil bagian dalam dekarboksilasi dan
transaminasi asam amino, serta metabolisme lipid ini penting untuk fungsi
normal sistem saraf perifer dan sentral (SSP). Fungsi fisiologis kedua vitamin
tersebut tampaknya merupakan potensiasi fungsi satu sama lain, yang dapat
diamati dalam efek positif mereka pada sistem neuromuskular dan
kardiovaskular. Secara luas kondisi penyebaran yang terkait dengan
kekurangan vitamin B6, cepat terkandung saat vitamin terserap.
Cyanocobalamin (vitamin B12) sangat penting untuk metabolisme sel.
Ini mempengaruhi haematopoiesis (eksternal faktor antianemi); mengambil
bagian dalam pembentukan kolin, metionin, kreatinin dan asam nukleat; ini
memiliki sifat analgesik.
Vitamin B1 berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam alfa-
keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 di dalam tubuh
berubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat
membantu dalam metabolisme protein dan asam amino.Vitamin B12 berperan
dalam sintesa asam nukleat dan berpengaruh pada pematangan sel dan
memelihara integritas jaringan saraf.

C. Farmakokinetik (ADME)
a. Thiamin Hydrochloridum
Absorpsi : Thiamin HCl dapat menstimulir pembentukan eritrosit
dan berperan penting pada regulasi ritme jantung serta berfungsi
nya susunan saraf dengan baik, dan digunakan juga pada neuralgia
(nyeri pada urat).
Distribusi : Thiamin HCl disalurkan ke semua organ dengan
konsentrasi terbesar di hati, ginjal, jantung dan otak. Biasa nya
pada penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada
sistem saraf neuritis, pada sistem saraf dan kardiovaskuler, pada
saluran cerna dengan kebutuhan minimum adalah 0,3 mg/1000
kcal, sedangkan AKG di Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk
bayi 1,0 mg/hari, untuk orang dewasa dan 1,2 mg/hari untuk
wanita hamil. Farmakokinetik :Pada pemberian parenteral, absorbs
nya cepat dan sempurna. Absorbsi per oral maksimum 8-15
mg/hari dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40.
Metabolisme : Makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh
usus dan masuk kedalam saluran darah. Penyerapan maksimum
terjadi pada konsumsi 2,5–5 mg Thiamin per hari. Pada jumlah
kecil, diserap melalui proses yang memerlukan energi dan bantuan
natrium, sedangkan dalam jumlah besar, diserap secara difusi
pasif. Kelebihan vitamin aneurin dikeluarkan lewat urine, dengan
metabolitnya adalah 2-metil-4-amino-5-pirimidin dan asam 4-
metil-tiazol-5-asetat. Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan
cadangan sekitar 30 -70 mg, dan sekitar 80%-nya terdapat sebagai
TPP (tiaminpirofosfat). Separuh dari aneurine yang terdapat dalam
tubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tidak disimpan di dalam
tubuh, level normal di dalam otot jantung, otak, hati, ginjal dan
otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapi dan segera
menurun hingga setengahnya ketika asupan tiamin berkurang.
Ekskresi : Thiamin HCl dalam dosis tinggi tidak menyebabkan
keracunan, karena kelebihannya diekskresikan melalui kemih
dalam bentuk utuh maupun metabolitnya.
b. Pyridoxin Hydrochloridum
Absorpsi : Diserap oleh difusi pasif di jejunum dan pada tingkat
yang lebih rendah di ileum. Piridoksin, piridoksal, dan
piridoksamin mudah diserap dari saluran pencernaan setelah
pemberian oral; Namun, penyerapan GI dapat berkurang pada
pasien dengan sindrom malabsorpsi atau setelah reseksi lambung.
Konsentrasi pyridoxine serum normal adalah 30-80 ng / ml.
Distribusi : Terutama disimpan di hati, jumlah yang lebih rendah
di otot dan otak. Tidak protein terikat. Vitamin B6 disimpan
terutama di hati dengan jumlah yang lebih sedikit pada otot dan
otak. Total penyimpanan tubuh vitamin B6 diperkirakan sekitar
167 mg. Pyridoxal dan pyridoxal phosphate, bentuk utama vitamin
hadir dalam darah, terikat protein tinggi. Pyridoxal melintasi
plasenta, & plasma concn pada janin adalah 5 kali> plasma ibu.
Konsumsi vitamin B6 dalam susu sekitar 150 240 mg / mL setelah
asupan ibu 2,5 mg vitamin B6 sehari. Mengikuti asupan ibu <2,5
mg vitamin B6 setiap hari, vitamin B6 mengandung rata-rata susu
130 mg / mL.
Metabolisme : Metabolisasi di hati dan diubah menjadi metabolit
asam 4-piridoksik.
Ekskresi : Dalam hepar piridoxin dioksidasi menjadi 4-asam
piridoksin yang di ekskresi dihati. Diekskresikan dengan air
kencing tidak lebih dari 2 - 5 jam setelah penyerapan.Ekskresi
sebagian besar sebagai asam 4-piridoksik dalam urin. T ½ adalah
15 sampai 20 hari.
c. Cyanocobalamin
Absorpsi : Vitamin B12 tidak teratur diserap dari usus halus distal
setelah pemberian oral. Diet vitamin B12 terikat protein dan ikatan
ini harus dibagi dengan proteolisis dan asam lambung sebelum
penyerapan. Di perut, vitamin B12 bebas melekat pada faktor
intrinsik; Faktor intrinsik glikoprotein yang disekresikan oleh
mukosa lambung, diperlukan untuk penyerapan vitamin secara
aktif dari saluran GI. Kompleks faktor vitamin B12-intrinsik
masuk ke dalam usus, di mana sebagian besar kompleks disimpan
sementara di tempat reseptor tertentu di dinding ileum yang lebih
rendah sebelum porsi vitamin B12 diserap ke dalam sirkulasi
sistemik.
Distribusi : Vitamin B12 didistribusikan ke hati, sumsum tulang,
dan jaringan lainnya, termasuk plasenta. Saat lahir, konsentrasi
darah vitamin B12 pada neonatus adalah 3-5 kali pada ibu. Vitamin
B12 didistribusikan ke dalam susu wanita menyusui dalam
konsentrasi yang mendekati konsentrasi vitamin B12 darah ibu.
Metabolisme : Vitamin B12 diyakini dikonversi menjadi bentuk
koenzim di hati dan mungkin disimpan dalam jaringan dalam
bentuk ini. Vitamin B12 intraselular dipertahankan sebagai dua
koenzim aktif methylcobalamin dan deoxyadenasylcobalamin.
Ekskresi : Urine (50% sampai 98%, obat yang tidak berubah)
D. Indikasi dan Dosis
Indikasi : Untuk pencegahan dan pengobatan kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12 sepertipada beri-beri dan polyneuritis.
Dosis : Sakit berat : sehari 1 ampul secara intramuskular sampai
dengan gejala akut menjadi reda. Kemudian seminggu 2 - 3 x 1 ampul.
Sakit ringan : seminggu 2 - 3 x 1 ampul.
E. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.
F. Efek Samping
Penggunaan vitamin B6 dosis besar dan jangka panjang dapat
menyebabkan sindroma neuropati.
G. Interaksi Obat
1. Thiamin Hydroclorida
Tidak ada interaksi signifikan yang diketahui.
2. Pyridoxin Hydroclorida
a. Cycloserine, isoniazid, hydralazine, kontrasepsi oral,
penisilinamin meningkatnya kebutuhan akan piridoksin.
b. Levodopa
Penurunan efek levodopa. (Interaksi tidak terjadi dengan
levodopa / karbidopa dalam kombinasi dengan piridoksin.)
c. Fenitoin
Tingkat serum fenitoin bisa menurun.
d. Ketidakcocokan
Tidak sesuai dengan larutan alkali, garam besi dan zat
pengoksidasi (parenteral).
e. Interaksi Uji Laboratorium
Dapat menyebabkan urobilinogen positif palsu dalam uji spot
menggunakan reagen Ehrlich.
3. Cyanocobalamin
a. Kloramfenikol: Dapat mengurangi efek terapeutik Vitamin
B12. Pantau terapi
b. Colchicine: Dapat menurunkan konsentrasi serum
Cyanocobalamin. Pantau terapi.
III. FORMULA
A. Formula
R/ Thiamin Hydrochloridum 100 mg
Pyridoxin Hydrochloridum 100 mg
Cyanocobalamin 1 mg
Benzyl alkohol 15 mg
NaOH qs
Aqua pro injeksi ad 3 ml
B. Perhitungan Ekivalen
Diketahui : E Thiamin Hcl = 0,25
C Thiamin Hcl = 0,1 g
E Pyridoxin Hcl = 0,36
C Pyridoxin Hcl = 0,1 g
Liso Cyanocobalamin = 1,9
C Cyanocobalamin = 0,001 g
E Benzyl alkohol = 0,17
C Benzyl alkohol = 0,015 g
Ditanyakan : a. E Cyanocobalamain
b. Tonisitas larutan

Jawab :
17 L
a. E Cyanocobalamin :
M
17 x1,9
E : 1355,37
: 0,024
b. Tonisitas
V = (M x C) 111,1
= (0,1x0,25+0,1x0,36+0,001x0,024+0,015x0,17) 111,1
= 6,993 ml yang sudah isotonis
Yang belum isotonis : 3 ml - 6,993 ml
: -3,9993 ml (Hipertonis)
C. Perhitungan Tonisitas
Hasilnya hipertonis tidak dibutuhkan penambahan NaCl
D. Penimbangan

Bahan Kegunaan Jumlah per Jumlah per batch


dalam formula unit (2 ampul)
Thiamin Hcl Zat aktif 100 mg 500 mg
Pyridoxin Hcl Zat aktif 100 mg 500 mg
Cyanocobalamin Zat aktif 1 mg 5 mg
Benzyl alkohol Pengawet 15 mg 75 mg
NaOH pH adjustment q.s q.s
Aqua Pro Pelarut ad 3 ml ad 15 ml
Injection
E. Pembuatan
Tahap awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu menimbang zat yang
akan digunakan, kemudian dipanaskan aqua pro injeksi. Thiamin HCl,
pyridoxin HCl, Cyanocobalamin dan Benzyl alkohol masing-masing
dilarutkan dengan aqua pro injeksi pada wadah yang berbeda sampai larut.
Kemudian campuran di cek pH nya dengan menggunakan pH universal,
apabila belum mencapai pH stabil dari larutan nya ditambahkan NaOH
samapi mencapai pH satbil larutan. Selanjutnya larutan ditambahkan aqua pro
injeksi ad 6 ml.
Tahap selanjutnya kemudian larutan yang sudah homogen tersebut
disaring dengan kertas saring terlebih dahulu, kemudian filtrat yang diperoleh
langsung dimasukkan kedalamampul dengan menggunakan syring dan
disaring menggunakan baktery fiter. Ampul ditutup dengan cara dilas,
kemudian ampul disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC
selama 15 menit dan dalam keadaan terbalik, lalu sediaan yang sudah
disterilisasi dikeluarkan dari autoklaf dan dikemas.
F. Evaluasi Sediaan (Fisika, Biologi, Kimia)
1. Evaluasi Fisika
a. Evaluasi Kebocoran
Untuk mengetahui kebocoran wadah dengan cara disterikannya
dalam posisi terbalik dengan ujung yang dilebur disebelah bawah.
Wadah yang bocor, isinya akan kosong atau habis atau berkurang
setelah selesai disterilisasi.
b. Uji kejernihan (Lachman, hal.1355)
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah
penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam
matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian
isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas
dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
c. Uji keseragaman volume (Farmakope Indonesia, hal.1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
d. Uji pH (FI IV, hal.1039-1040)
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal. Dengan pH meter : Sebelum digunakan,
periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter.
Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali
dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga
pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran
larutan uji.
2. Evaluasi Biologi
a. Uji Sterilitas
b. Uji Efektifitas Pengawet
3. Evaluasi Kimia
a. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
b. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-
masing).
G. Penyimpanan
Dalam wadah dosis tunggal, terlindung dari cahaya.

IV. KEMASAN, BROSUR, DAN LABEL


1. Label

2. Kemasan
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

a. Kemasan Sekunder

b. Kemasan Primer

3. Brosur
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

4. Pada kemasan obat terdapat :


a. No. Registrasi : DKL 1700200743A1
Keterangan :
D : Menunjukan nama dagang
K : Menunjukan golongan obat yaitu obat bebas
L : Menunjukan obat jadi yang diproduksi secara lokal
17 : Menunjukan tahun pendaftaran obat dan disetujui pada tahun
2017.
002: Menunjukan nomor urut pabrik
007: Menunjukan nomor urut obat jadi yang disetujui oleh masing-
masing pabrik.
43 : Menunjukan bentuk sediaan obat jadi yaitu injeksi
A : Menunjukan kekuatan sediaan obat jadi pertama yang disetujui
1 : Menunjukan kemasan utama
b. No. Batch : A070517
Batch/bets : Sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang
seragam yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu
perintah pembuatan tertentu.Penandaan yang terdiri dari angka dan
huruf atau gabungan keduanya, yang merupakan tanda pengenal suatu
bets, yang memungkinkan untuk penelusuran kembali riwayat lengkap
pembuatan bets tersebut, termasuk seluruh tahap produksi,
pengawasan dan distribusi.
c. Logo

Logo khusus Obat keras, berupa lingkaran merah bergaris tepi hitam
dengan huruf K ditengah menyentuh garis tepi.
d. Exp. Date : Mei 2019
Waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukan batas waktu
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi, karena diharapkan
memenuhi spesifikasi yang diterapkan.
e. Produsen
Bandung – Indonesia
PT. MRA PHARMACEUTICAL

5. Penjelasan yang terdapat pada kemasan dan brosur produk


a. Indikasi dan Dosis
Indikasi : Untuk pencegahan dan pengobatan kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12 sepertipada beri-beri dan polyneuritis.
Dosis : Sakit berat : sehari 1 ampul secara intramuskular sampai
dengan gejala akut menjadi reda. Kemudian seminggu 2 - 3 x 1 ampul.
Sakit ringan : seminggu 2 - 3 x 1 ampul.
b. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.
c. Efek Samping
Penggunaan vitamin B6 dosis besar dan jangka panjang dapat
menyebabkan sindroma neuropati.
d. Kemasan
Box 2 ampul @ 3 mL.
e. Penyimpanan
Dalam wadah dosis tunggal, terlindung dari cahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Martindale The Extra Pharmacopoeia 36th edition. London: The
Pharmaceutical Press.

Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta :
UI-Press.

Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia,


twenty-eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta : Departemen kesehatan RI.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press

Syamsuni. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Wade, Ainley and Weller, Paul J. 1994. Pharmaceutical Excipients. 6th edition.
The Pharmacuetical Press. London.

Anda mungkin juga menyukai