Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PAYUDARA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Nama : Ika hari Karti


NIK : PK.11.17.088

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI NERS
STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PAYUDARA

A. Pengertian Tumor dan Ca Mammae

Tumor adalah sel yang tumbuh secara abnormal dan tidak memiliki
fungsi fisiologis tertentu. Pertumbuhan sel dan jaringan ini berlangsung terus-
menerus dan tak terkendali hingga akhirnya menimbulkan benjolan pada
permukaan tubuh. Tumor tidak merusak sel dan jaringan lain. Hanya sebatas
meninggalkan benjolan atau gumpalan pada lokasi dimana tumor itu tumbuh.

Namun, jika sel tumor itu mengalami perubahan sifat menjadi destruktif
dan invasif, maka akan sangat membahayakan tubuh. Sel tersebut berubah
menjadi sel kanker yang tidak dapat dikendalikan pertumbuhan dan
penyebarannya. Sel kanker dapat menyebar ke seluruh tubuh dan merusak
jaringan normal yang dilewatinya. Sel kanker disebut juga tumor ganas.

Begitu pula dengan tumor mammae atau tumor pada payudara. Jika tidak


ditangani segera, tumor tersebut berpotensi besar untuk berubah
menjadi kanker payudara (ca mammae). Setelah merusak jaringan di dalam
payudara, sel kanker tersebut akan menyebar ke paru-paru, hati, kelenjar getah
bening, tulang, kulit, dan akhirnya ke seluruh tubuh. Jika sudah demikian,
akan sangat sulit untuk dihentikan penyebarannya.

Fibroadenoma Mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah


adalah tumor jinak berkarakter tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak
ditemukan pada wanita yang berusia muda. FAM adalah tumor jinak yang
paling sering terjadi dikalangan wanita muda. Insiden FAM bergerak naik
terus sejak 30 tahun terakhir. Tumor ini jarang sekali ditemukan pada wanita
usia menopause (Kumar, 2007). FAM adalah benjolan jinak yang disebabkan
oleh pertumbuhan berlebihan pada salah satu lobulus payudara (Pierce, 2007).
FAM merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda.
FAM teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol dan konsistensi
kenyal. Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah
untuk digerakkan. Biasanya FAM tidak disertai rasa nyeri. Neoplasma jinak
ini tidak lagi ditemukan pada masa menopause (Sjamsuhidajat, 2010). Dari
ketiga pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa FAM adalah
tumor jinak berkarakter tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak
ditemukan pada wanita yang berusia muda.
B. Etiologi

Belum ditemukan sebab spesifik, hanya sebatas faktor penunjang yang


dapat meningkatkan potensi terjadinya tumor dan kanker payudara, yakni
sebagai berikut:

1. faktor genetik dan keturunan


2. faktor hormonal, seperti penggunaan estrogen yang berlebihan
3. memasuki usia lanjut
4. obesitas, dikaitkan dengan kadar estrogen yang tinggi pada wanita obes
5. pemakaian kontrasepsi oral dalam kurun waktu yang panjang
6. paparan radiasi
7. konsumsi alkohol

C. Patofisiologi

Sel tumor mengalami perubahan secara biokimia terutama pada inti


selnya. Perubahan itu menghasilkan sel kanker yang pertumbuhanya tidak bisa
dikendalikan dan bersifat ganas, invasif, dan destruktif. Sel tersebut akan
masuk, mengganggu, dan merusak jaringan normal di sekitarnya.

Jika sel kanker menginvasi paru-paru, maka akan mempengaruhi sistem


ventilasi tubuh. Jika yang diserang adalah tulang, dapat mengakibatkan fraktur
fisiologis. Sedangkan jika menjangkiti otak, akan menyebabkan gangguan
persepsi sensori.

Ada 4 fase hidup kanker di dalam tubuh, yakni:

1. Fase Induksi: berlangsung selama 15-30 tahun, di mana tubuh mendapat


paparan dan kontak dengan karsinogen dalam jangka waktu yang lama.
Keparahan kanker ditentukan oleh jumlah, sifat, dan lama paparan, serta
ketahanan tubuh seseorang yang terpapar.
2. Fase In Situ: berlangsung selama 1-5 tahun, akan terbentuk lesi pre-
cancerous pada serviks uteri, paru-paru, rongga mulut, saluran cerna,
kandung kemih, sampai pada payudara.
3. Fase Invasi: sel ganas mengalami pertumbuhan yang cepat dan tak
terkontrol, kemudia menyebar ke jaringan, peredaran darah, dan saluran
limfe.
4. Fase Diseminasi: berlangsung selama 1-5 tahun, sel kanker meluas hingga
ke organ dan akhirnya menjangkiti hampir seluruh tubuh.
D. Manifestasi Klinis Tumor dan Ca Mammae

Pada masa-masa awal pertumbuhan tumor, gejala sulit dideteksi,


sehingga kasus ini biasanya baru diketahui setelah muncul benjolan yang
sudah menjolok dan bisa diraba. Tanda-tanda fisik yang biasa ditemui adalah:

1. terbentuknya massa utuh atau jaringan yang tidak biasa, sifatnya kenyal,
muncul di payudara atau sekitarnya (misalnya, di bawah lengan)
2. penderita merasakan nyeri di tempat massa tersebut
3. lekukan pada permukaan payudara dan kulit yang berada di atas tumor
menjadi seperti kulit jeruk
4. lepasnya papilla mammae
5. puting susu mengeluarkan cairan yang tidak normal, bahkan bisa
mengeluarkan darah

E. Pemeriksaan Tumor dan Ca Mammae

Pemeriksaan laboratorium dapat ditempuh melalui tes sel darah, laju


endap darah, tes faal hati, tes tumor marker dalam serum dengan Carsino
Embrionic Antigen (CEA), dan pemeriksaan sitologi.

Sedangkan pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan mammografi


untuk mendeteksi tingkat keganasan tumor yang tidak teraba, foto roentgen,
USG untuk menginterpretasikan hasil mammografi, MRI, dan PET (Positive
Emission Tomography) untuk mendeteksi persebaran sel kanker dalam tubuh.

Selain itu, pemeriksaan Biopsi juga dapat dipakai untuk diagnosis


Tumor dan Ca Mammae. Pemeriksaan histologi ini dilakukan dengan
mengangkat jaringan dari massa payudara yang terjangkit tumor untuk
ditentukan tingkat keganasannya.
F. Penatalaksanaan Tumor dan Ca Mammae

Penatalaksanaan Bedah:

Mastektomi Parsial (mengeksisi tumor lokal). Diawali dengan lumpektomi


untuk mengangkat jaringan yang terjangkit tumor atau kankerm kemudian
dilanjutkan dengan kuadranektomi yaitu pengangkatan seperempat payudara.

Mastektomi Total: mengangkat seluruh payudara beserta kelenjar limfe di


lateral otot pektoralis minor. 

Mastektomi Radikal: mengangkat payudara, otot pektoralis mayor dan minor,


dan seluruh isi aksilanya.

Penatalaksanaan Non-bedah:

Penyinaran pada payudara dan kelenjar linfe regional atau pada jaringan lain
yang sudah terserang kanker.

Kemoterapi: merupakan terapi adjuvan sistemik khususnya setelah dilakukan


pembedahan. Contoh: kombinasi penggunaan cyclophospamide, methotrexate,
flouracil, dan adriamycin.

Terapi Hormon: antiestrogen, androgen, prostaglandin, tamoksifen, dsb.

G. Fokus Pengkajian Tumor dan Ca Mammae

Beberapa hal yang perlu dijadikan fokus kajian adalah sebagai berikut:
1. Keluhan utama: biasanya benjolan yang menekan payudara, terasa nyeri, kulit
di sekitarnya merah dan keras, disertai bengkak.
2. Riwayat kesehatan: apakah ada riwayat ca mammae sebelumnya, pernahkah
sakit dada hingga dilakukan penyinaran pada bagian dada, riwayat kanker lain
yang pernah atau sedang dialami yang bisa menjadi faktor pendukung
terjadinya tumor dan ca mammae seperti kanker serviks, lalu identifikasi juga
riwayat kesehatan keluarga.
3. Kondisi fisik: benjolan dan kulit menyerupai kulit jeruk
4. Nutrisi: diet yang buruk, anoreksia, muntah, berat badan menurun, dan ada
riwayat asupan MSG dalam jumlah banyak di masa lampau.
5. Aktivitas: kondisi fisik melemah, gangguan pada pola tidur dan sulit
beristirahat.
6. Reproduksi: gairah seks melemah
7. Persepsi diri: minder, malu, dan stress
H. Masalah dan Intervensi Keperawatan Tumor & Ca Mammae

Dalam proses keperawatan, kemungkinan akan ada masalah yang terjadi,


seperti berikut ini:

1. Nutrisi Kurang: biasanya setelah dilakukan bedah, pasien mengalami


anoreksia, mual, dsb. Hal ini dapat dilakukan intervensi:
a. Deteksi alergi makanan pada pasien
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan pola makan, jumlah
kalori, dan nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
c. Menyarankan untuk konsumsi zat besi, protein, dan vitamin c
d. Kontrol berat badan pasien secara berkala
2. Kecemasan Berlebih: rasa cemas dan gangguan psikis lainnya dapat
muncul saat diagnosis, sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
Intervensi yang dapat dilakukan:
a. Mendukung psikologis pasien dengan memberi harapan kesembuhan
b. Memberi informasi yang sesuai dan seimbang tentang penyakit yang
sedang pasien alami
c. Melatih pasien untuk melakukan relaksasi diri
d. Bekerjasama dengan keluarga pasien untuk memberi dukungan moril
dan pendampingan setiap saat
e. Mendengarkan keluh kesah pasien dengan sabar
3. Nyeri: bisa nyeri karena aktivitas kanker itu sendiri, atau nyeri selama dan
setelah pengobatan dan pembedahan. Lakukan intervensi berikut:
a. Mengkaji nyeri: karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan intensitas
nyeri
b. Menangani nyerinya dengan farmakologi, non-farmakologi, dan
psikologis
c. Melatih relaksasi dan memberi distraksi untuk mengurangi sensasi
nyeri
4. Pendarahan Berlebih dan Hilang Cairan: umumnya terjadi karena operasi.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan:
a. Memonitor status hidrasi pasien
b. Menjaga tingkat hemodinamiknya agar tetap normal
c. Memberikan cairan pengganti melalui intravena
d. Menangani pendarahan selama operasi

Anda mungkin juga menyukai