Anda di halaman 1dari 5

KUMPULAN SOAL PERTANYAAN BIOTEKNOLOGI

BAB 3 (VAKSIN)

KELOMPOK 6

1. Alfijanti Sjahrina Qadr


2. Aprilia Dwi Ambarwati
3. Fonta Lismasyta

SOAL :

1. Apakah imunisasi penting bagi balita? jika penting, apakah manfaat dari imunisasi
tersebut? Bagaimana cara kita memberitahu ke orang yang agamais kalau vaksin itu
memberi manfaat?
2. Apakah ada orang yang tidak boleh diberikan vaksin? Jika ada, alasannya kenapa?
Dan apakah dampak dari vaksin ?
3. Apakah perbedaan bayi yang diberikan vaksin, dengan bayi yang tidak pernah
diberikan vaksin (selain dari sistem imun)? Dan apakah dampaknya?
4. Bagaimana cara kerja virus/bakteri/mikroba di dalam tubuh sehingga menghasilkan
antibodi ?
5. Bagaimana cara membedakan vaksin yang asli dengan vaksin yang palsu? Jika
seseorang telah terinfeksi vaksin palsu, apakah efek samping dari penggunaan vaksin
palsu tersebut di dalam tubuh ?
6. Jika seseorang menyuntikkan vaksin dalam satu hari di dalam tubuh dengan jenis
vaksin yang berbeda, apakah bisa dan memiliki dampak ?

JAWAB :

1. Bayi yang baru lahir memang sudah memiliki antibodi alami yang disebut kekebalan
pasif. Antibodi tersebut didapatkan dari ibunya saat bayi masih di dalam kandungan.
Akan tetapi, kekebalan ini hanya dapat bertahan beberapa minggu atau bulan saja.
Setelah itu, bayi akan menjadi rentan terhadap berbagai jenis penyakit. Imunisasi
bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit,
dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. Proses ini dilakukan dengan
pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap
penyakit tersebut. Agar antibodi tersebut terbentuk, seseorang harus diberikan vaksin
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi tergantung jenis penyakit yang
hendak dicegah. Sejumlah vaksin cukup diberikan satu kali, tetapi ada juga yang harus
diberikan beberapa kali, dan diulang pada usia tertentu.
Berikut beberapa manfaat imunisasi:

 Mencegah penyebaran penyakit


Tidak hanya melindungi tubuh dari serangan penyakit serius, pemberian
vaksin juga dapat membantu mencegah penyebaran penyakit.

1
 Melindungi dari risiko kematian dan cacat
Pemberian vaksin terbukti dapat menurunkan risiko terkena berbagai penyakit
yang dapat mengakibatkan kematian maupun kecacatan
 Menghemat waktu dan biaya
Pemberian vaksin merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling
murah, karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian akibat suatu penyakit

Cara memberitahu ke orang yang agamais tentang pandangan terhadap vaksin


adalah dengan memberitahukan manfaat nya . Sebagian ahli fiqih meragukan masalah
vaksin ini, dia berkata, 'Vaksin ini adalah penyakit ringan yang dimasukkan ke dalam
tubuh agar tubuh dapat melawan penyakit yang berat (sehingga tubuh terbiasa
melawan penyakit). Mereka berkata, 'Bagaimana kita membolehkan memasukkan
penyakit ke dalam tubuh?' Yang lebih kuat adalah bahwa perbuatan ini tidak
mengapa, bahkan termasuk ibadah, karena memasukkan sesuatu yang berbahaya di
sini tidak menimbulkan bahaya, justeru ada kebaikan untuk melindungi orang yang
divaksin dari penyakit yang berat. Ini merupakan dalil tidak dilarangnya
menggunakan vaksin.

2. Orang yang tidak boleh diberikan vaksin adalah orang-orang dengan kondisi;
 Orang yang sedang sakit
Ketika sakit sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah, misalnya saat
Anda demam tinggi. Bila pada kondisi tersebut Anda diberikan vaksin,
sistem imun harus bekerja lebih berat; melawan virus di tubuh sekaligus
virus dari vaksin.
Ini bisa menyebabkan gejala yang ditimbulkan setelah vaksinasi menjadi
lebih parah. Jadi, pilihan amannya adalah mendapatkan vaksin setelah
tubuh benar-benar pulih dari penyakit.
 Orang yang memiliki alergi terhadap komponen vaksin
Awalnya Centers for Disease and Prevention (CDC) tidak
merekomendasikan pemberian vaksin flu pada orang yang memiliki alergi
telur. Vaksin flu diketahui menyebabkan reaksi alergi pada orang dengan
alergi telur. Sebab vaksin yang diberikan melalui suntikan mengandung
sedikit protein telur, yaitu ovalbumin. Ini dikhawatirkan akan
menimbulkan gejala gatal dan bentol pada kulit.
 Orang dengan Guillain Bare Syndrome (GBS)
Sindrom Guillain-Barré adalah gangguan autoimun langka yang
menyebabkan sistem kekebalan menyerang sel-sel saraf yang sehat.
Kondisi ini menyebabkan kelemahan, mati rasa, kesemutan, bahkan
kelumpuhan. Sebab, pada kebanyakan orang yang memiliki riwayat
penyakit GBS, komplikasi berat berisiko tinggi terjadi setelah vaksinasi.

Setiap tindakan medis tentunya memiliki efek samping baik ringan, sedang maupun
berat, termasuk juga untuk vaksinasi.

2
Beberapa efek yang kerap muncul adalah demam dan bengkak pada area yang
divaksin. Tapi hati-hati, kondisi ini juga bisa menandakan adanya alergi vaksin. Perlu
diketahui, alergi merupakan reaksi tubuh terhadap komponen vaksin. Yang paling
sering menimbulkan alergi adalah komponen seperti gelatin atau protein telur.
Sedangkan, komponen lain yang jarang menimbulkan alergi adalah thimerosal
(pengawet dalam vaksin), antibiotik, lateks ataupun ragi.

3. ......................................

4. Proses terbentuknya antibodi ;

 Sel limfosit B mengidentifikasi antigen


 Sel limfosit B bereplikasi dengan cepat menghasilkan sejumlah besar sel
yang disebut sel B plasma.
 Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang bersifat spesifik terhadap
satu jenis antigen dan melepaskannya ke dalam sistem sirkulasi tubuh.
 Selain menghasilkan sel B plasma, sel limfosit B menghasilkan sel B
memori dan sel B pembelah. Sel B memori dapat hidup untuk jangka
waktu lama. Apabila terjadi feksi untuk kedua kalinya sel B memori akan
bereaksi lebih cepat dan lebih giat dibanding sel B lainnya. sedangkan sel
B pembelah berfungsi menghasilkan banyal lagi sel-sel limfosit.
 Apabila infeksi telah berakhir, sel limfosit B mati dan respon imun yang
yang dihasilkan disebut sebagai respon imun primer. Dan apabila terjadi
infeksi yang kedua oleh patogen yang sama, maka sel B akan membelah
dengan cepat dan melindungi tubuh dari serangan penyakit, respon ini
disebut respon imun sekunder. Perlu diingat bahwa sel-sel lmfosit telah
matang sebelum bertemu dengan antigen.

Mikroorganisme dan zat-zat asing yang menyerang tubuh disebut sebagai antigen
alias bibit penyakit. Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan terjadi
untuk melindungi tubuh dari terinfeksi.

Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen
dan memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk
menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk
menempel pada antigen tertentu. Setelah itu, sel T mencari antigen yang telah
ditumpangi dan menghancurkannya. Sel T juga membantu memberi sinyal pada
sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan tugasnya.

Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama beberapa
waktu, sehingga apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi sudah
tersedia untuk melakukan misinya. Antibodi juga dapat menetralkan racun yang
dihasilkan oleh organisme dan mengaktifkan sekelompok protein yang disebut

3
komplemen. Komplemen adalah bagian dari sistem imun yang membantu
membunuh bakteri, virus atau sel-sel yang terinfeksi.

5. Selalu pastikan untuk mengecek nomor batch (nomor kode produksi) produk
vaksin, kelengkapan kemasan vaksin dan segel kemasan vaksin. Dirga Sakti
Rambe, dokter spesialisasi di bidang vaksinologi, mengatakan sulit bagi orang
awam untuk membedakan vaksin palsu dan vaksin asli. Secara kasat mata,
menurutnya, bungkus luar vaksin palsu dan vaksin asli nyaris sama. Namun,
apabila dilihat secara jeli, tanggal kadaluarsa dan kode unik pada bungkus luar
vaksin palsu berbeda dengan yang tertera pada vaksin di dalamnya.“Tanggal
kadaluarsa dan kode unik pada kemasan pembungkus dengan yang tercantum
pada vaksin di dalam seharusnya sama persis. Jika beda, itu sudah pasti palsu,”
kata Dirga.
 Apa dampak vaksin palsu?
Dirga Sakti Rambe, selaku dokter spesialisasi di bidang vaksinologi,
mengatakan dampak vaksin palsu bisa ditelaah dari dua segi, yakni
keamanan produk dan proteksi.
Dari segi keamanan produk, Dirga merujuk keterangan sejumlah
tersangka yang dimuat media massa bahwa untuk membuat vaksin palsu
mereka mencampur cairan infus dengan vaksin asli. Campuran tersebut,
menurut Dirga, tidak berdampak fatal terhadap tubuh dalam jangka
panjang.
Dampak paling mungkin adalah infeksi akibat proses pembuatan vaksin
palsu di lingkungan yang tidak steril.
“Saat pencampuran bisa terjadi kontaminasi bakteri, virus, atau kuman.
Sehingga bisa saja anak saat disuntikkan mengalami infeksi lokal di bekas
suntikan. Apabila cairan pembuat vaksin palsu yang terkontaminasi,
infeksi bisa meluas ke seluruh tubuh. Jenis infeksinya juga tergantung apa
yang mengontaminasi,” kata Dirga kepada wartawan BBC Indonesia,
Jerome Wirawan.
Akan tetapi, tambah Dirga, kalaupun terjadi infeksi, kondisi itu
berlangsung segera setelah penyuntikan dilakukan.

Dampak vaksin palsu selanjutnya bisa ditinjau dari segi proteksi. Dirga,
yang mengambil bidang studi vaksinologi di Universitas Siena, Italia, itu
mengatakan bahwa seorang anak tidak memiliki proteksi atau
perlindungan atas virus-virus tertentu akibat vaksin palsu yang
disuntikkan padanya.
“Seorang anak biasanya mendapat suntikan vaksin BCG ketika usianya
mencapai dua bulan. Seandainya anak tersebut mendapat vaksin BCG
palsu, maka hingga hari ini tubuhnya rentan terhadap kuman TBC,” papar
Dirga.

4
6. Pemberian vaksin boleh diberikan secara bersamaan pada satu hari yang sama
atau bahkan dalam satu kali suntik (khusus bagi penggunaan jenis produk vaksin
kombinasi/vaksin kombo, misalnya Hexaxim, Pediacel, Pentabio, dll). Pemberian
beberapa vaksin sekaligus dalam satu hari adalah aman. Namun, bagi kenyamanan
anak, saat ini tersedia produk vaksinasi kombinasi (vaksin kombo) yang sudah
mengandung 6 macam kandungan vaksinasi untuk 6 penyakit anak yang
mematikan. Jadi hanya dengan 1 kali suntik, anak sudah terlindungi 6 jenis
penyakit yang mematikan.
Jenis vaksin yang tidak boleh disuntikkan secara bersamaan yaitu, antara lain;
 Vaksin hidup
Vaksin hidup berupa vaksin cacar air/varisela, vaksin MMR, vaksin
MMRV, vaksin campak, vaksin herpes zoster, bila diberikan secara
terpisah pada waktu yang berbeda, maka perlu diberikan interval minimal
28 hari.

 Vaksin tetes
Vaksin tetes di antaranya vaksin polio oral, vaksin rotavirus, perlu
dilakukan pada hari yang berbeda dengan selang waktu minimal 14 hari
karena pemberian bersamaan akan menyebabkan vaksin rotavirus tidak
dapat bekerja optimal.

 Vaksin MMR
Vaksin MMR atau vaksin MMRV atau vaksin campak, bisa mengganggu
hasil tes tuberkulin (tes untuk memastikan diagnosa tuberkulosis pada
anak), oleh karena itu, dianjurkan agar tes tuberkulin ini dilakukan selang
minimal 28 hari sejak vaksin campak diberikan.

Anda mungkin juga menyukai