Anda di halaman 1dari 7

JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:

HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 01, JUNI 2018 Ciptaan disebarluaskan di bawah
Lisensi Creative Commons Atribusi-
DOI: HTTPS://DOI.ORG/10.34305/JIKBH.V9I1.56 NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
Internasional.
HUBUNGAN FAKTOR SOSIOEKONOMI DENGAN SALURAN
PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) DI DESA JAMBERAMA
KECAMATAN SELAJAMBE

Nissa Noor Annashr

Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan

annashr.nissa46@gmail.com

Abstrak

Kuningan merupakan daerah endemis filariasis dengan jumlah kasus sebanyak 48


kasus pada tahun 2016. Penelitian Mardiana (2011) menunjukkan bahwa saluran
pembuangan air limbah (SPAL) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian filariasis.
Desa Jamberama merupakan desa yang memiliki persentase KK paling rendah di Kecamatan
Selajambe terkait kondisi SPAL yang memenuhi syarat yaitu hanya 20,29% dari total KK
yang diperiksa. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan variabel sosioekonomi
(tingkat pendidikan dan pekerjaan), dengan kondisi SPAL di Desa Jamberama, Kecamatan
Selajambe. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus hingga September tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh KK di Desa Jamberama, Kecamatan Selajambe, Kabupaten Kuningan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling sehingga jumlah sampel penelitian
sebanyak 469 KK karena semua anggota populasi dijadikan sampel. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Analisis data terdiri dari analisis
univariat dan analisis bivariat, menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan
kondisi SPAL (p = 0,004 dan p = 0,001). Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan
pemerintah dapat meningkatkan upaya promotif untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat terkait SPAL dan dampaknya terhadap kesehatan, serta berupaya untuk
membangun program pemberdayaan pembuatan SPAL sederhana berbasis masyarakat.

Kata kunci : pekerjaan, SPAL,tingkat pendidikan

Pendahuluan Penyakit ini merupakan penyebab utama


kecacatan, stigma sosial, hambatan
Filariasis merupakan salah satu psikosial, penurunan produktivitas kerja
penyakit menular yang masih menjadi individu, keluarga dan masyarakat sehingga
masalah kesehatan dan erat sekali kaitannya menimbulkan kerugian ekonomi yang besar
dengan kondisi lingkungan. Filariasis (Muslim, 2009). Kuningan merupakan
adalah penyakit akibat infeksi cacing daerah endemis filariasis dengan jumlah
nematoda yang mengalami perubahan kasus 41 kasus pada tahun 2015 serta pada
siklus hidup (stadium seksual) dan menjadi tahun 2016 terdapat 48 kasus.
dewasa di dalam kelenjar getah bening Penelitian Mardiana (2011)
manusia sebagai pejamu definitif, serta menunjukkan bahwa saluran pembuangan
ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk air limbah memiliki hubungan signifikan
(Chandra, 2009 dan Muslim, 2009).
E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 1
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 01, JUNI 2018 Ciptaan disebarluaskan di bawah
Lisensi Creative Commons Atribusi-
DOI: HTTPS://DOI.ORG/10.34305/JIKBH.V9I1.56 NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
Internasional.
dengan kejadian filariasis, dimana dalam Berdasarkan data Bappenas RI,
rumah tangga yang saluran pembuangan air persentase cakupan akses sanitasi di
limbah (SPAL) terbuka memiliki risiko Indonesia pada tahun 2014 mencapai
lebih besar untuk terkena filariasis 61,06%, sedangkan target MDGs sebesar
dibandingkan saluran yang tertutup. 62,41%. Sementara itu, data menunjukkan
Penelitian Santoso (2014) juga di Provinsi Jawa Barat tahun 2014,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan persentase akses layak sanitasi sebesar
signifikan antara kondisi saluran 61,7%, akses sanitasi dasar mencapai 3,9%
pembuangan air limbah (terbuka dan sehingga terdapat 34,4% penduduk di Jawa
tertutup) dengan kejadian filariasis. Hingga Barat yang tidak ada akses terhadap
saat ini, pencegahan filariasis dengan sanitasi.
vaksinasi belum dapat dilakukan sehingga Kecamatan Selajambe merupakan
pemberantasan vektor menjadi salah satu salah satu kecamatan di Kabupaten
strategi yang penting bagi pencegahannya Kuningan yang memiliki masalah terkait
(Slamet, 2004). Prinsip utama untuk sanitasi lingkungan. Data sekunder yang
pencegahan filariasis dan pengendaliannya diperoleh dari Puskesmas Selajambe tahun
adalah menghindarkan diri dari gigitan 2015 menunjukkan bahwa dari total KK
vektor infektif dan kontak dengan vektor yang terdapat di Kecamatan Selajambe,
nyamuk, juga dengan memperbaiki keadaan baru 35,58% KK yang memiliki SPAL
lingkungan. Salah satunya adalah dengan dengan kondisi yang memenuhi syarat.
cara menutup, menimbun, mengeringkan Sementara itu, Desa Jamberama merupakan
atau mengalirkan genangan air sebagai salah satu desa di Kecamatan Selajambe
tempat perindukan nyamuk (Widiasih, yang memiliki persentase KK paling rendah
2012). Hal ini berarti harus ada pengelolaan terkait kondisi SPAL yang memenuhi
air limbah yang baik dalam skala rumah syarat yaitu hanya 20,29% dari total KK
tangga untuk menghindari adanya tempat yang dilakukan pemeriksaan.
perkembangan vektor.
Air limbah merupakan salah satu Tujuan penelitian adalah
faktor sanitasi yang menjadi perhatian menganalisis hubungan antara variabel
pemerintah Indonesia. Masalah sanitasi, sosioekonomi yaitu tingkat pendidikan dan
pemukiman kumuh dan air minum pekerjaan, dengan kondisi SPAL di Desa
merupakan aspek dari Universal Access Jamberama, Kecamatan Selajambe.
yang ingin dicapai oleh Pemerintah
Indonesia dan mencapai target 100-0-100.
Artinya akses terhadap sanitasi mencapai Metode Penelitian
target 100%, pemukiman kumuh 0% dan
target untuk akses air minum mencapai Penelitian ini dilakukan pada Bulan
100%. Yang termasuk target pemerintah Agustus hingga September tahun 2016 di
dalam aspek sanitasi disini adalah Desa Jamberama, Kecamatan Selajambe,
meningkatkan akses penduduk terhadap Kabupaten Kuningan. Penelitian ini
sanitasi layak (air limbah domestik, sampah termasuk jenis penelitian observasional
dan drainase lingkungan) menjadi 100% analitik dengan menggunakan rancangan
pada tingkat kebutuhan dasar. Dalam cross sectional. Populasi dalam penelitian
RPJPN 2005-2025 (Rencana Pembangunan ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di
Jangka Panjang Nasional 2005-2025), Desa Jamberama, Kecamatan Selajambe,
disebutkan bahwa “pembangunan dan Kabupaten Kuningan. Teknik pengambilan
penyediaan air minum dan sanitasi sampel menggunakan total sampling
diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya sehingga jumlah sampel penelitian
kebutuhan dasar masyarakat.” sebanyak 469 KK karena semua anggota
populasi dijadikan sampel penelitian.

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 2


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 01, JUNI 2018 Ciptaan disebarluaskan di bawah
Lisensi Creative Commons Atribusi-
DOI: HTTPS://DOI.ORG/10.34305/JIKBH.V9I1.56 NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
Internasional.
Instrumen penelitian yang 1digunakan variabel dependen berupa kondisi saluran
adalah kuesioner dimana dilakukan pembuangan air limbah. Analisis data
wawancara kepada sampel penelitian untuk terdiri dari analisis univariat dan analisis
mengetahui variabel independen berupa bivariat, menggunakan uji chi square.
tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan serta

Hasil Penelitian

Tabel 1. Gambaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Jamberama,


Kecamatan Selajambe
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase
Rendah (tidak tamat SD, tamat SD 423 90,19
dan tamat SMP)
Tinggi (tamat SMA dan Perguruan 46 9,81
Tinggi)
Total 469 100%

Berdasarkan tabel 1. diketahui PP No 47 Tahun 2008 tentang Wajib


bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Belajar. Kategori pendidikan rendah jika
Jamberama memiliki tingkat pendidikan masyarakat tidak pernah sekolah, tidak
rendah yaitu sebanyak 423 orang tamat SD, tamat SD dan SMP, serta
(90,19%). Variabel tingkat pendidikan kategori pendidikan tinggi jika masyarakat
tersebut dikategorikan menjadi 2 yaitu tamat SMA dan Perguruan Tinggi.
pendidikan rendah dan tinggi berdasarkan

Tabel 2. Gambaran Pekerjaan Masyarakat Desa Jamberama, Kecamatan


Selajambe
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Pekerjaan dengan penghasilan tidak 415 88,49%
tetap
Pekerjaan dengan penghasilan tidak 54 11,51%
tetap
Total 469 100%

Berdasarkan tabel 2. diketahui dimana setiap bulannya masyarakat


bahwa sebagian besar masyarakat Desa menerima gaji atau pendapatan yang tetap
Jamberama memiliki pekerjaan dengan dan dapat diprediksi dari pekerjaan
penghasilan tidak tetap yaitu sebanyak 415 tersebut, seperti PNS, pegawai swasta dan
orang (88,49%). Variabel pekerjaan perangkat desa. Sedangkan yang masuk
tersebut dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori pekerjaan dengan penghasilan
pekerjaan dengan penghasilan tetap dan tidak tetap adalah masyarakat yang bekerja
pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap. sebagai petani, buruh tani, buruh bangunan
Yang dimaksud dengan pekerjaan dengan dimana mereka memperoleh penghasilan
penghasilan tetap adalah jenis pekerjaan yang tidak tetap setiap bulannya.

Tabel 3. Gambaran Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di


Desa Jamberama, Kecamatan Selajambe

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 3


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 01, JUNI 2018 Ciptaan disebarluaskan di bawah
Lisensi Creative Commons Atribusi-
DOI: HTTPS://DOI.ORG/10.34305/JIKBH.V9I1.56 NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
Internasional.

Variabel Kondisi SPAL Frekuensi Persentase


SPAL tidak memenuhi syarat 461 98,3%
SPAL memenuhi syarat 8 1,7%
Total 469 100%

Tabel 3. menunjukkan bahwa memiliki SPAL sehingga langsung


hanya 8 orang KK (1,7%) yang memiliki mengalirkan air limbah rumah tangganya
SPAL dengan kondisi memenuhi syarat ke got di dekat rumahnya serta masyarakat
(tertutup). Masyarakat dengan kategori yang memiliki SPAL tapi kondisinya
SPAL tidak memenui syarat berarti terbuka
masyarakat tersebut sama sekali tidak
.

Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan dengan Kondisi SPAL di


Desa Jamberama, Kecamatan Selajambe, Kabupaten Kuningan.
SPAL OR
Variabel Total p value
Terbuka Tertutup (95% CI)
Tingkat Pendidikan 419 (99,1%) 4 (0,9%) 423 (100%) 0,004 9,976
- Rendah 42 (91,3%) 4 (8,7%) 46 (100%) (2,407-41,345)
- Tinggi
Jenis pekerjaan 412 (99,3%) 3 (0,7%) 415 (100%) 0,001 14,014
- Tidak tetap 49 (90,7%) 5 (9,3%) 54 (100%) (3,249-60,443)
- Tetap

Berdasarkan analisis bivariat (2007:30), banyak faktor yang dapat


menggunakan uji chi square antara mempengaruhi pengetahuan seseorang,
variabel tingkat pendidikan dan kondisi salah satunya adalah faktor pendidikan.
SPAL didapatkan nilai p sebesar 0,004 (p Pendidikan itu sendiri dapat
< 0,05), sehingga terdapat hubungan yang diklasifikasikan menjadi pendidikan
signifikan antara variabel tingkat formal dan nonformal. Pendidikan formal
pendidikan dengan kondisi SPAL. Begitu adalah pendidikan melalui jalur
juga untuk analisis hubungan variabel persekolahan dimana ada jenjang
pekerjaan dan kondisi SPAL menunjukkan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
nilai p < 0,05 yaitu p sebesar 0,001 Pendidikan informal diperoleh melalui
sehingga variabel pekerjaan memiliki kegiatan-kegiatan pelatihan atau kursus.
hubungan yang signifikan dengan SPAL Sementara itu, pendidikan nonformal
berlangsung di lingkungan keluarga dan
Pembahasan masyarakat. Dari hasil penelitian juga
diketahui bahwa sebagian besar
1. Hubungan Tingkat Pendidikan dan masyarakat di Desa Jamberama memiliki
SPAL tingkat pendidikan formal yang rendah
(tamat SD dan tamat SMP) dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan persentase sebesar 90,19%. Hal ini tentu
variabel tingkat pendidikan memiliki akan mempengaruhi pengetahuan dari
hubungan yang signifikan dengan kondisi masyarakat di Desa Jamberama itu sendiri.
SPAL (p < 0,05). Menurut Mubarak

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 4


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 01, JUNI 2018 Ciptaan disebarluaskan di bawah
Lisensi Creative Commons Atribusi-
DOI: HTTPS://DOI.ORG/10.34305/JIKBH.V9I1.56 NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
Internasional.
Sebagaimana penelitian yang pengetahuan mempengaruhi sikap dan
dilakukan oleh Suherman (2015) di terakhir sikap akan mempengaruhi
Kelurahan Lekobalo, menunjukkan bahwa perilaku seseorang. Menurut Teori Green
sebagian besar penduduk di sana termasuk (1980) dalam Notoatmodjo (2014 : 75-76),
kategori pendidikan rendah yaitu sebanyak perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3
55 orang (66,3%). Hasil penelitian faktor utama, yang dirangkum dalam
mengenai variabel tingkat pengetahuan akronim PRECEDE : Predisposing,
tentang ketersediaan saluran pembuangan Enabling, dan Reinforcing Causes in
air limbah menunjukkan bahwa paling Educational Diagnosis and Evaluation.
banyak responden memiliki pengetahuan Perubahan perilaku model PRECEDE
kurang yaitu sebanyak 67 orang (80,7%). menguraikan bahwa perilaku itu sendiri
Hal tersebut menunjukkan pengetahuan ditentukan 3 faktor, yakni 1) Faktor
dapat dipengaruhi dari tingkat pendidikan predisposisi (predisposing factors), yang
seseorang. Sementara itu dari hasil uji chi terwujud dalam pengetahuan, sikap,
square didapatkan nilai p = 0,006 (p value kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan
< 0,05) sehingga terdapat hubungan yang sebagainya, 2) Faktor pemungkin
signifikan antara tingkat pengetahuan (enabling factors), yang terwujud dalam
masyarakat dengan ketersediaan saluran lingkungan fisik dan sarana kesehatan, dan
pembuangan air limbah. Penelitian yang 3) Faktor pendorong atau penguat
dilakukan oleh Nurhabibah (2015) juga (reinforcing factors), yang terwujud dalam
menunjukkan hasil yang sama dimana sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
terdapat hubungan yang bermakna antara petugas lain.
variabel tingkat pengetahuan dengan Dengan pendidikan yang rendah,
kondisi SPAL rumah tangga. maka masyarakat Desa Jamberama tidak
Tingkat pendidikan merupakan memiliki pengetahuan yang cukup
salah satu faktor internal yang dapat mengenai SPAL, manfaat SPAL dan
mempengaruhi seseorang termasuk juga bagaimana dampaknya terhadap kesehatan.
perilaku seseorang akan pola hidup, Selain itu, pendidikan yang rendah juga
terutama dalam memotivasi untuk sikap mempengaruhi kesadaran masyarakat yang
berperan serta dalam pembangunan. Pada kurang terkait pembangunan SPAL di
umumnya semakin tinggi pendidikan rumah mereka masing-masing.
seseorang maka akan membuat orang
tersebut cenderung semakin mudah
menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2. Hubungan Pekerjaan dan SPAL
2011 : 16). Dengan demikian, rendahnya
Hasil penelitian menunjukkan
pendidikan seseorang dapat mencerminkan
bahwa variabel pekerjaan memiliki
bahwa pengetahuan yang dimilikinya pun
hubungan yang signifikan dengan kondisi
kurang. Saat sebagain besar masyarakat di
SPAL. Hasil ini tidak sejalan dengan
Desa Jamberama memiliki pendidikan
penelitian yang dilakukan oleh Suwastika
yang rendah maka pengetahuan yang
(2010) dimana dalam penelitiannya tidak
dimiliki terkait kesehatan khususnya
ditemukan adanya hubungan antara tingkat
pengaruh SPAL terhadap kesehatan juga
penghasilan dengan pemanfaatan sarana
kurang.
sewerage system pada masyarakat
Pengetahuan yang kurang tersebut
pinggiran kali di Kelurahan Dangin Puri
juga dapat mempengaruhi sikap serta pada
Kecamatan Denpasar Timur.
akhirnya mempengaruhi perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi
seseorang. Sebagaimana Kholid (2012 :
status kesehatan pada masyarakat memang
23) mengemukakan bahwa alur perubahan
sangat kompleks. Gunnar Myrdall dalam
perilaku seseorang dipengaruhi oleh
Sulastomo (2007 : 16) mengesankan
adanya faktor pengetahuan, kemudian
bahwa adanya korelasi antara kesehatan
E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 5
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 01, JUNI 2018 Ciptaan disebarluaskan di bawah
Lisensi Creative Commons Atribusi-
DOI: HTTPS://DOI.ORG/10.34305/JIKBH.V9I1.56 NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
Internasional.
dan ekonomi sebagaimana yang upaya pengelolaan lingkungan untuk
disebutkan, “people are sick, because they menghilangkan genangan air.
are poor.They become poorer because they
are sick. And they become sicker because
they are poorer”. Untuk mencapai derajat Kesimpulan dan Saran
kesehatan yang baik, faktor-faktor yang
mepengaruhi derajat kesehatan itu harus 1. Kesimpulan
mmperoleh perhatian secara simultan,
salah satunya adalah faktor ekonomi. Variabel tingkat pendidikan dan
Dengan demikian dapat pekerjaan memiliki hubungan yang
disimpulkan bahwa saat seseorang signifikan dengan kondisi SPAL di Desa
memiliki pekerjaan dengan penghasilan Jamberama, Kecamatan Selajambe,
tidak tetap per bulannya dimana Kabupaten Kuningan.
penghasilannya pun masih tergolong
2. Saran
menengah ke bawah, maka orang tersebut
akan cenderung sulit untuk dapat Berdasarkan hasil penelitian, maka
mengakses fasilitas kesehatan dan daya diharapkan pemerintah dapat
belinya terhadap pemenuhan kebutuhan meningkatkan upaya promotif untuk
kesehatan juga rendah. Hal ini berarti meningkatkan pengetahuan masyarakat
dengan penghasilan yang tidak tetap maka terkait SPAL dan dampaknya terhadap
masyarakat Desa Jamberama rasa belum kesehatan serta berupaya untuk
mampu untuk membuat SPAL di membangun program pemberdayaan
rumahnya karena proses pembuatan SPAL pembuatan SPAL sederhana berbasis
itu sendiri membutuhkan biaya yang cukup masyarakat.
besar. Padahal di satu sisi, pembuatan
SPAL yang memenuhi syarat akan Ucapan Terimakasih
memberikan manfaat yang besar bagi
pencegahan penyakit berbasis lingkungan Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti
terutama yang ditularkan oleh vektor Husada Kuningan, Ketua STIKes
penyakit, apalagi Kuningan merupakan Kuningan, Ketua Lembaga Penelitian
salah satu kabupaten di Jawa Barat yang STIKes Kuningan, IAKMI Kab.
menjadi daerah endemis penyakit tular Kuningan, Dinas Kesehatan Kab.
vektor seperti filariasis dan DBD. Kuningan, Puskesmas Selajambe dan
Sebagaimana kita ketahui bersama masyarakat Desa Jamberama.
bahwa pencemaran air dapat terjadi karena
adanya air limbah yang dibuang tanpa Referensi
pengolahan ke dalam suatu badan air. Air
limbah yang tidak dikelola dengan baik Bappenas RI. Agenda Nasional
selain dapat merusak lingkungan, juga Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
dapat menimbulkan gangguan kesehatan 2015-2019. Tidak dipublikasikan
pada manusia.Air limbah yang Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran
menggenang tersebut dapat menjadi Pencegahan dan Komunitas. Jakarta :
tempat perkembangbiakan (breeding Penerbit Buku Kedokteran EGC
place) vektor penyakit, seperti nyamuk. Khambali, I. (2017). Manajemen
Menurut Khambali (2017 : 98), Penanggulangan Bencana.
penyediaan sarana pembuangan air limbah Yogyakarta : Penerbit ANDI
yang baik merupakan salah satu upaya Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan
yang dapat dilakukan untuk dengan Pendekatan Teori Perilaku,
mengendalikan vektor penyakit. Hal Media, dan Aplikasinya. Depok : Raja
tersebut juga merupakan salah satu bentuk Grafindo Persada.

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 6


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 01, JUNI 2018 Ciptaan disebarluaskan di bawah
Lisensi Creative Commons Atribusi-
DOI: HTTPS://DOI.ORG/10.34305/JIKBH.V9I1.56 NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
Internasional.
Mardiana, Lestari, E. W., dan Perwitasari, Kesehatan Masyarakat Indonesia,
D. (2011). Faktor-Faktor yang Bandung, 3-5 Agustus 2010
Mempengaruhi Kejadian Filariasis di Wawan dan Dewi. (2011). Teori &
Indonesia (Data Riskesdas 2007). Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 10 (2) Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
: 83 – 92 Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, Chayatin, Nurul, Widiasih, D. A. dan Budiharta, S. (2012).
Rozikin, Khoirul dan Supradi. (2007). Epidemiologi Zoonosis di Indonesia.
Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Yogyakarta : Gadjah Mada University
Proses Belajar Mangajar dalam Press
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muslim, M. (2009). Parasitologi untuk
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Nurhabibah. (2015). Hubungan Perilaku
Masyarakat dengan Kondisi Saluran
Pembuangan Air Limbah Rumah
Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas
Tapus Kecamatan Padang Gelugur
Kabupaten Pasaman Tahun 2015
http://scholar.unand.ac.id/2077/
(diakses 11 Mei 2018)
Slamet, J. S. (2004). Kesehatan
Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Santoso. (2014). Hubungan Faktor
Lingkungan Fisik dengan Kejadian
Filariasis di Indonesia. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol. 13 No 3, September
2014 : 210-218
Suherman, H. R., Saraswati, D. dan
Bialangi, S. 2015. Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
dengan Ketersediaan Saluran
Pembuangan Air Limbah di Kelurahan
Lekobalo.
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFI
KK/article/view/11340 (diakses 11
Mei 2018)
Sulastomo. (2007). Manajemen
Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Suwastika, I., D., G. dan Dwipayanti, N.,
M., U. (2010). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ketersediaan
Septictank Dan Pemanfaatan Sarana
Sewerage System Pada Masyarakat
Pinggiran Kali Di Kelurahan Dangin
Puri Kecamatan Denpasar Timur.
Kongres Nasional Ikatan Ahli

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 7

Anda mungkin juga menyukai