Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan
manusia.Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia, dalam
seluruh aspek kepribadian pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis
melalui wadah ini seseorang dapat mengembangkan potensi secara optimal.
Dari komponen pendidikan itu sendiri, antara lain guru dan peserta didik
melalui proses pembelajaran yang dapat berhasil dengan baik.
Pendidikan bertujuan untuk menguasai pengetahuan (kognitif),
kemampuan sosial, kemampuan dalam bekerja serta pengembangan
kepribadian.Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan maka diperlukan
pengembangan kemampuan. Pembelajaran pada mata pelajaran IPA secara
umum menekankan pada hasil belajar yang bersifat praktis. Hal ini
dikarenakan materi dari mata pelajaran IPA berorientasi pada benda-benda
alam yang berada di lingkungan sekitar peserta didik. Tingkatan kandungan
materi juga sangat bervariasi, yang salah satunya memiliki sifat
eksperimental.Hasil belajar dalam pembelajaran materi ini peserta didik tidak
dapat memahami secara penuh tanpa melalui kegiatan eksperimen.IPA
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan
yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan
penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Pendidikan IPA di
sekolah dasar bertujan agar peserta didik menguasai pengetahuan, fakta,
konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah yang akan
bermanfaat bagi peserta didik dalam mempelajari alam sekitar. Pendidikan
IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu
dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada saat proses pembelajaran
IPA adalah kurangnya minat pada diri peserta didik untuk mengikuti

1
pembelajaran. Selain itu mata pelajaran IPA dianggap sebagai mata pelajaran
yang sulit oleh sebagian besar peserta didik. Hal ini disebabkan oleh
lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di
sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir, tetapi hanya diarahkan pada
kemampuan untuk menghafal informasi. Guru belum sepenuhnya
melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan
peserta didik serta belum menggunakan berbagai pendekatan atau strategi
pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran.
Peningkatan mutu pendidikan diperlukan profesionalisme guru dalam
melaksanakan tugasnya. Guru sebagai pendidik yang profesional, salah satu
kompetensinya adalah mampu menemukan solusi belajar yang dihadapi oleh
siswa. Tujuan pokok pembelajaran di sekolah membelajarkan peserta didik
agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap bagi dirinya sendiri. Selain itu guru hendaknya tidak hanya
menyibukkan dirinya dengan kegiatan pemaksimalan penyampaian materi
pelajaran saja, tetapi lebih penting guru hendaknya memikirkan cara peserta
didik belajar.
Materi atau isi pelajaran memang penting untuk diajarkan tetapi lebih
penting adalah menyadarkan peserta didik tentang manfaat dan kegunaan
materi yang dipelajari, maka siswa merasa butuh tentang materi yang
dibelajarkan.Setiap mata pelajaran menjadi lebih bermakna. Kegiatan belajar
mencapai sasaran apabila situasi belajar yang tercipta menarik,
menyenangkan dan membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik untuk
memahami materi yang disajikan.
Dalam upaya perbaikan guru tidak hanya membuat seperangkat
pembelajaran saja namun lebih penting guru dituntut dalam ketepatan
memilih media, bahan pelajaran dan metode dalam proses pembelajaran.
Pemilihan metode yang tepat sangat membantu guru dalam mencapai
keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Jika guru mampu memilih
metode pembelajaran yang tepat, maka dengan sendirinya peserta didik akan

2
lebih mudah dapat mengikuti proses pembelajaran dan tentunya penguasaan
materi pelajaran menjadi lebih baik.
Guru sebaga fasilitator dalam kegiatan pembelajaran harus maampu
menciptakan situasi pembelajaran yang bersiffat menyenangkan bukan
meneggangkan dan menakutkan. Guru juga harus mampu menciptakan
suasana demokratis, sehingga siswa terlepas dari beban yang
menakutkan.Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi
kompetensi.Kurangnya pengaruh terhadap berbagai jenis metode menjadikan
kendala dalam memilih dan menentukan metode.Itulah yang biasanya
dirasakan oleh mereka yang bukan berlatar belakang pendidikan
guru.Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai.
Sungguhpun begitu, baik dia berlatar belakang bukan pendidikan guru,
cenderung sukar memilih metode yang tepat (Syaiful Bahri
Djamarah,2006:82).Beberapa metode yang yang digunakan dalam suatu
pembelajaran dianataranya: Metode Proyek, Metode Eksperimen, Metode
Demonstrasi, Metode Problem Solving, Metode Tanya Jawab, Metode
Latihan dan Metode Ceramah (Syaiful Bahri Djamarah,2006:82.
Sehubungan dengan pokok materi yang dibahas, yaitu perpindahan
energi panas tentunya tidak cukup dalam mengupayakan pemahaman peserta
didik tentang konsep yang bersifat kognitif hanya dengan penjelasan secara
pragmatis. Lebih dari itu, materi ini perlu pembuktian secara praktis yaitu
dengan mendemonstrasikan melalui percobaan. Metode ini diperlukan untuk
melatih peserta didik menemukan masalah-masalah sains di sekitar
kehidupannya, agar memiliki kemampuan mengenai proses keterampilan
sains.
Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat segala
sesuatau memerlukan eksperimen, begitu juga dalam cara mengajar guru di
kelas dengan mengunakan metode eksperimen. Yang dimaksud metode
eksperimen adalah apabila seorang peserta didik melakuan suatu percobaan,
setiap proses dan hasil percobaan itu di amati oleh setiap peserta didik.
Metode eksperimen ini banyak digunakan orang jaman dulu. Semua hasil-
hasil penemuan baru, banyak yang didapat dengan jalan eksperimen.

3
Selain itu metode eksperimen adalah pembelajaran dimana guru dan
peserta didik bersama- sama mengerjakan sesuatau sebagai latihan praktis
dari apa yang diketahui. Metode eksperimen disini merupakan upaya praktik
dengan menggunkan peragaan yang ditujukan pada peserta didik dengan
tujuan agar semua peserta didik lebih mudah memahami dan mempraktikkan
apa yang telah diperolehnya. Di samping itu juga dapat belajar mengalami
suatu proses serta dapat menjelaskan proses tersebut karena dialami secara
langsung.
Metode eksperimen disini merupakan upaya praktik dengan
menggunakan peragaan yang ditujukan pada peserta didik dengan tujuan agar
semua peserta didik lebih mudah memahami dan mempraktikkan apa yang
telah diperolehnya. Di samping itu juga dapat belajar mengalami suatu proses
serta dapat menjelaskan proses tersebut.
Penerapan metode eksperimen juga merupakan suatu metode yang
menjanjikan dalam pembelajaran mata pelajaran Sains atau IPA. Dengan
penerapan metode ini diharapkan peserta didik dan guru dalam suatu
kegiatan, dan secara kontinyu menjadikan peserta didik sebagai seorang
penanya, sebagai orang yang selalu ingin tahu, sebab dalam pikirannya
teradapat pertanyaan dan keingintahuan.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan guru SD Inpres Wairklau secara
langsung, diperoleh gambaran bahwa ternyata kesulitan yang dihadapi
oleh para peserta didik adalah :
a. Peserta didik sangat pasif dalam kegiatan pembelajaran terhadap
materi yang diiberikan guru.
b. Kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang
diakibatkan oleh penggunaan metode secara terus menerus atau
kontinyu.
c. Peserta didik kurang aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4
d. Selain itu dari hasil pengamatan terhadap lembar jawaban yang
diselesaikan terlihat kurangnya kemampuan peserta didik dalam
penyelesaian soal sehingga hasil belajarnya rendah.

2. Analisis Masalah
Dalam memberikan materi pembelajaran IPA, sebaiknya peserta
didik lebih aktif untuk belajar sendiri dan mencari tahu bagian-bagian
yang di tugaskan kepada mereka. Sehingga dapat memberikan motivasi
belajar kepada peserta didik juga memudahkan untuk penyampaian
terkait dengan mata palajaran IPA. Jika sekiranya diperlukan media atau
alat peraga yang dapat membantu peserta didik dalam memahami materi
IPA, maka seharusnya guru menyiapkan media atau alat peraga yang
diperlukan.
Oleh karena itu metode ekperimen merupakan strategi yang cocok
diterapkan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa SD
Inpres Wairklau dalam proses belajar IPA. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dalam konteks tersebut, murida perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna
bagi kehidupannya. Dengan demikian mereka memposisikan diri sebagai
dirinya sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk masa depannya.
Dengan pembelajaran eksperimen diharapkan akan mempermudah dalam
memahami dan memperdalam IPA untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Bertitik tolak dari rincian permasalahan di atas, dilakukankanlah
tindakan dengan menggunakan partisipasi belajar dan dirumuskanlah

5
masalah penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: “Meningkatkan
Minat dan Hasil Belajar Murid Kelas IV Semester 2 SD Inpres Wairklau
Kabupaten SikkaPada Mata Pelajaran IPA Materi Perpindahan Energi
Panas Dengan Metode Eksperimen Tahun Pelajaran 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah yang menyebabkan rendahnya minat belajar siswa sebagai berikut:
Apakah dengan metode eksperimen dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar murid kelas IV semester 2 SD Inpres Wairklau Kabupaten Sikka
Kecamatan Alok pada mata pelajaran IPA materi perpindahan energi panas
tahun pelajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah dengan metode ekperimen ini bisa meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa kelas IV semester 2 SD Inpres Wairklau Kabupaten Sikka
Kecamatan Alok pada mata pelajaran IPA pada materi perpindahan energi
panas tahun pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan latar tujuan penelitian di atas, dapat dirumuskan manfaat
penelitian, yaitu:
1. Bagi Murid
Bagi murid, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan
dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PKP ini adalah:
a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pokok perpindahan
energi panas.
b. Memotivasi minat belajar murid.
c. Mengembangkan daya pikir dan kreativitas murid.

6
2. Bagi Guru
Secara lebih khusus, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat
diberikan dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan
dengan berlandaskan kaidah PKP ini adalah:
a. Meningkatkan profesionalisme dalam pembelajaran.
b. Sebagai bahan pertimbangan guru memilih metode yang tepat untuk
membantu menyampaikan materi pembelajaran.
c. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam
pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PKP ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang antara lain tercermin pada:
a. Sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga
dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa
seperti yang diharapkan.
b. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Mendorong terjadinya inovasi guru, telah berhasil pula
meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa.
d. Dapat meningkatkan prestasi sekolah.
e. Proses belajar mengajar menjadi lebih menarik.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Mengajar


1. Hakikat Belajar
Manusia memiliki kemampuan untuk selalu mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya. Kemampuan manusia semakin bertambah
dengan banyaknya pengalaman yang di dapat. Belajar merupakan proses
di mana manusia mencari pengalaman untuk terus bertahan hidup.
Menurut Burton (1984) dalam Siregar (2014:4), “belajar adalah proses
perubahan tingkah laku pada diri individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurur Gagne dalam Kokom Komalasari mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan
berbagai jenis performance (kinerja).
Sedangkan menurut Slameto (2010:2) menyampaikan bahwa
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Defenisi tersebut menekankan bahwa belajar adalah
sebuah proses, artinya belajar tidak dilakukan secara singkat melainkan
terus menerus (continue). Belajar adalah usaha yang dilakukan oleh
individu untuk menjadi lebih bik, dan merupakan hasil dari perilaku
sebelumnya yang berupaa pengalaman.
Pada hakikatnya, belajar adalah suatu aktifitas yang
mengharapkan perubahan tingkah laku (Behavioral Change) pada diri
individu yang belajar. Adapun proses belajar tidak hanya terjadi karena
adanya interaksi antara siswa dengan guru. Hasil belajar yang maksimal
dapat pula di peroleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber–sumber
belajar lainnya.

8
Menurut Mudhofir dalam Yudhi Munadi menyebutkan bahwa
sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen system
instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan
lingkingan yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
(peserta didik). Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai
segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (siswa) dan
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi melalui
belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga ketrampilan
untuk hidup, serta dalam proses pembelajaran tidak hanya di dominasi
oleh aktifitas menghafal, tetapi juga melakukan, mengamati, membaca,
dan ikut menyimpulkan.

2. Pengertian Mengajar
Mengajar sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga
terjadi proses pembelajaran. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya
menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan
belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga
membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun
rohani, baik fisik maupun mental.
Mengajar adalah pembelajaran dan pembinaan siswa mengenai
bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.
Pengertian mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya
dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses
belajar mengajar.
Sedangkan Menurut Thoifuri (2008 : 37) mengajar adalah
kegiatan yang dilakukan guru dan anak didik secara bersama-sama untuk
memperoleh pengetahuan melalui proses pembelajaran yang akhirnya
membentuk perilaku atau kepribadian anak.

9
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 5.2) mengajar bukan hanya
menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, tetapi merupakan suatu
proses upaya membimbing dan memfasilitasi siswa supaya dapat belajar
secara efektif dan efisien.
Dalam bukunya Belajar dan pembelajaran, Dimyati dan Mudjiono
(2002 : 4-5), dampak kegiatan mengajar adalah hasil yang dapat diukur,
seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan
meloncat setelah latihan. Dampak pengiring lainnya adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar.

B. Hakikat Hasil Belajar


Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan
belajar adalah aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan–perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pesrta didik
akibat belajar. Perubahan perilaku dapat disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar
mengajar (pembelajaran).
Hasil belajar merupakan kemampuan–kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Definisi lain hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.
Jadi, hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan para peserta
didik yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar termasuk
komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan,
karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan
melalui proses belajar mengajar.
Tujuan pendidikan secara khusus tercermin dalam tujuan belajar.
Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal,

10
yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan
keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya ini dimaksudkan untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Relevan dengan hal ini, hasil belajar
tersebut meliputi :
a) Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif).
b) Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif).
c) Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).
Ketiga hasil belajar diatas dalam pembelajaran merupakan tiga hal
yang secara programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa
merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam
sebuah rencana pembelajaran, hendaknya guru melakukan pilihan–pilihan
strategi pembelajaran khususnya metode yang sesuai dengan tujuan, yakni
yang dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah kognitif, afektif,
atau psikomotorik.

C. Pembelajaran IPA
1. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala alam yang sistematis, tersusun secara
teratur, berlaku secara umum, berupa kumpulan hasil observasi dan
eksperimen. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran yang ada
di SD. Mata pelajaran IPA memiliki spesifikasi tersendiri. Pokok-pokok
materi yang disampaikan berupa prinsip-prinsip, konsep-konsep, fakta-
fakta yang berkenaan dengan lingkungan dan gejala alam yang kadang
terlalu rumit dan komplek bagi siswa SD.

2. Hakikat Pembelajaran IPA


Hakikat pembelajaran sains yang didefenisikan sebagai ilmu
tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Ilmu

11
Pengetahuan Alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu
ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Hakekat
Pembelajaran IPA meliputi :
1) IPA sebagai produk, adalah kumpulan hasil penelitian yang telah
ilmuan dan berbentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan
empiris dan analitis. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain :
a) Fakta dalam IPA, pernyataan tentang benda yang benar-benar
ada, atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan mudah
dikonfirmasi secara obyektif.
b) Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-
fakta IPA.
c) Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan diantara
konsep-konsep IPA.
d) Hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima
meskipun bersifat sementra, tetapi karena mengalami pengujian
yang berulang-ulang maka hukum aam bersifat kekal selama
belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis.
e) Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-
fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan.
2) IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami
pengetahuan tentang alam. Proses dalam memahami IPA disebut
dengan ketrampilan proses sains (science process skills) adalah
ketramplan yang dilakukan oleh para ilmuan, seperti mengamati,
mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.
3) IPA sebagai sikap. Sikap imiah dikembangkan melalui kegiatan
siswa dalam pembelajaran pada saat melakukan diskusi, percobaan,
simulasi, dan kegiatan proyek dilapangan.

3. Fungsi Pembelajaran IPA


IPA lebih menekankan pada kegiatan yang mengembangkan
ketrampilan yang disebut proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut dapat
digambarkan melalui fungsi pengajaran IPA bagi siswa yaitu :

12
1) Memahami alam sekitar.
2) Memiliki ketrampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA yang
berupa ketrampilan atau metode ilmiah.
3) Memiliki sikap ilmiah didalam mengenal alam sekitar dan
memecahkan masalah yang dihadapinya serta menyadari kebesaran
sang pencipta.

D. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dari segi bahasa metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method,
dan dari bahasa Yunani yaitu methodos. Methodos berasal dari kata meta
yang berarti sesudah atau melampaui, dan hodos berarti cara atau jalan.
Secara istilah, metode yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Djamarah dan Aswan Zain, metode adalah suatu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya, metode adalah upaya
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Selain itu, metode
juga bisa dipahami sebgai cara kerja yang teratur dan bersistemuntuk
dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistematis.
Berdasarkan berbagai pendapat yang menjelaskan definisi tentang
metode, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun
untuk mencapai tujuan yang optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru
dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, bila tidak menguasai satupun metode mengajar
yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.

13
Karena peranan guru bukan semata–mata memberikan informasi,
melainkan juga mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar
proses belajar lebih memadai.
Sedangkan pembelajaran disini mengandung arti setiap kegiatan
yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Menurut Corey dalam Syaiful Sagala, menjelaskan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat ditari
kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang
digunakan oleh seorang guru pada kegiatan pembelajaran guna
mengantarkan murid untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Sehingga hal ini juga mengandung pengertian bahwa
metode pembelajaran dalam mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan
Alam) adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran guna mengantarkan murid untuk mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan
disekolah atau madrasah.

2. Macam-macam Metode Pembelajaran


Beberapa pakar atau sumber menyebutkan berbagai macam
metode pembelajaran, diantaranya :
1) Achmad Patoni dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama
Islam menyebutkan metode pembelajaran diantaranya adalah metode
ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, metode tugas,
metode permainan dan simulasi, metode latihan siap, metode
demonstrasi dan eksperimen, metode karya wisata, metode keja

14
kelompok, metode sosiodrama dan bemain peran, metode team
teaching, metode pemecahan masalah, metode proyek dan unit,
metode uswatun hasanah, dan metode anugerah.
2) Sedangkan Syaiful Sagala dalam bukunya Konsep dan Makna
Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar
dan Mengajar) menambahkan metode tersebut diantaranya meliputi
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
demonstrasi, metode sosiodrama, metode karyawisata, metode kerja
kelompok, metode latihan, metode pemberian tugas, dan metode
eksperimen.
3) Kemudian Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya Strategi
Belajar Mengajar mengemukakan macam-macam metode
pembelajaran, yaitu metode proyek, metode eksperimen, metode
tugas dan resitasi, metode diskusi, metode sosiodrama, metode
demonstrasi, metode problem solving, metode karya wisata, metode
Tanya jawab, metode latihan, dam metode ceramah.
4) Adapun Kokom Komalasari dalam bukunya Pembelajaran
Kontekstual (Konsep dan Aplikasi) terdapat beberapa metode yang
dapat diimplementasikan, yaitu metode ceramah, metode
demonstrasi, metode diskusi, metode simulasi, metode laboratorium,
metode pengalaman lapangan, brainstorming, debat, simposium, dan
sebagainya.
Demikianlah berbagai macam metode yang dikemukakan oleh
beberapa pakar, dan diharapkan semua metode tersebut dapat membantu
guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Peran Metode Pembelajaran yang Efektif


Kegiatan pembelajaran adalah sebuah interaksi yang bernilai
pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa
di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan tidak akan memberikan
dorongan kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan metode yang

15
kurang tepat. Di sinilah kehadiran metode menempati posisi penting
dalam penyampaian bahan pelajaran.
Sebagai seorang pendidik sudah seharusnya guru mampu
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan dapat mendorong
siswa untuk belajar. Sehingga berdampak positif pada pencapaian hasil
belajar yang maksimal, proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien,
serta pembelajaran yang diharapkan tercapai. Guna mewujudkan itu
semua seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan program
pembelajaran yang optimal dengan memperhatikan situasi dan kondisi
siswa, termasuk juga perangkat pembelajarannya.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan
percuma hanya karena metode menurut kehendak guru dan mengabaikan
kebutuhan siswa, fasilitas, serta serta situasi kelas. Seharusnya
penggunaan metode itu dapat menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran, bukan tujuan yang harus beradaptasi dengan metode.
Oleh karena itu, efektifitas penggunaan metode dapt terjadi bila
ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran
yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan
tertulis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan juga
memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi penggunaan metode guna
pemilihan yang tepat, diharapkan dapat menciptakan suatu pembelajaran
yang efektif dan bermakna. Sehingga tujuan pembelajaran pun dapat
tercapai dengan baik.

E. Penerapan Metode Eksperimen


1. Pengertian Metode Eksperimen
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka segala
sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dengan cara mengajar

16
guru di kelas digunakan metode eksperimen. Eksperimen sendiri adalah
percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu.
Metode eksperimen merupakan salah satu dari sekian banyak metode
pembelajaran, karena dalam eksperimen mengandung makana belajar
untuk berbuat. Yang dimaksud dengan metode eksperimen adalah salah
satu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang
suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru.
Menurut Roestiyah (2008:80) metode eksperimen adalah suatu
cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu
hal, mengamati prosesnya, menuliskan hasil percobaan kemudian hasil
pengamatan di sampaikan ke kelas dan dilakukan evaluasi oleh guru.
Sedangkan menurut Syaiful Sagala, metode eksperimen adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan
dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau
hipotesis yang dipelajari. Sedangkan Djamarah dan Aswan Zain
mengemukakan bahwa metode eksperimen (percobaan) adalah penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Dari berbagai pendapat yang disampaikan oleh para ahli diatas,
dapat disimpulkan dalam proses pembelajaran dengan metode ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,membuktikan, dan
menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses
sesuatu. Dengan demikian, peserta didik dituntut untuk mengalami
sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum dalil,
dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.
Peran guru dalam metode eksperimen ini sangat penting,
khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak
terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen
dalam kegiatan belajar dan mengajar. Jadi, peran guru untuk membuat

17
kegiatan belajar ini menjadi faktor penentu berhasil atau gagalnya
metode eksperimen ini.

2. Tujuan Metode Eksperimen


Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan, sebagai
berikut :
1) Agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri
2) Peserta didik dapat menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu
yang sedang dipelajarinya.
3) Peserta didik dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah
(scientific thinking).

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Eksperimen


Agar penggunaan metode eksperimen dapat berhasil guna dan
berdaya guna, siswa yang akan melaksanakan suatu eksperimen perlu
memperhatikan prosedur sebagai berikut :
1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimaen, mereka
harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
2) Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang :
a) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam
percobaan.
b) Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui
variable-variabel yang harus dikontrol dengan ketat.
c) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.
d) Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.
e) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian,
perhitungan, grafik dan sebagainya.
3) Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan
siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen.

18
4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil
penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengevaluasi dengan
tes atau sekedar tanya jawab.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan
eksperimen adalah:
1) Menerangkan tujuan eksperimen.
2) Membicarakan terlebih dahulu masalah mana yang penting
didahulukan dan mana yang harus dikemudiankan pelaksanaannya.
3) Sebelum eksperimen dilaksanakan terlebih dahulu guru harus
menetapkan : (a) alat-alat mana yang diperlukan, (b) langkahlangkah
apa yang harus ditempuh, (c) hal-hal apa yang harus dicatat, (d)
variabel-variabel mana yang harus dikontrol.
4) Setelah eksperimen berakhir, guru harus :
a) Mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut.
b) Mengadakan tanya jawab dengan proses.
c) Melaksanakan tes untuk menguji pengertian siswa.
Pelaksanaan metode eksperimen dapat berjalan dengan efektif
dan efesien, manakala seorang guru (pendidik) memperhatikan beberapa
hal berikut ini :
1) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap
siswa.
2) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka
kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik
dan bersih.
3) Kemudian dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi
dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang
cukup lama sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran
dari teori yang dipelajari itu.
4) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka
perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping

19
memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam
memilih objek eksprimen itu.
5) Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa
dieksperimenkan, seperti masalah yang mengena kejiwaan, beberapa
segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain
karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa
diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Berdasarkan uraian diatas diharapkan pelaksanaan metode


eksprimen dalam kegiatan pembelajaran akan bermanfaat bagi peserta
didik untuk menguasai kecakapan itu. Serta dapat menumbuhkan
pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima
secara teori dan praktik di sekolah.
F. Perpindahan Energi Panas
1. Energi Panas
Semua yang dapat menimbulkan panas disebut sumber energi
panas.Energi panas merupakan energi yang dapat membuat suhu suatu
benda menjadi lebih tinggi.Energi panas dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Misalnya, untuk mengeringkan pakaian, memasak
makanan dan lain – lain. Sumber utama panas di bumi berasal dari sinar
matahari. Contoh sumber energi panas yang lain adalah api, api kompor
dan peralatan listrik yang menghasilkan panas. Coba gosok-gosokan
kedua telapak tanganmu! Apa yang kamu rasakan? Jika kedua telapak
tanganmu digosok-gosokan, maka akan timbul panas. Panas tersebut
timbul akibat gesekan kedua telapak tanganmu.Energi panas itu
menyebabkan kamu merasa lebih hangat. Itulah sebabnya orang yang
kedinginan akan merasa lebih hangat bila kedua telapak tangannya
digesekkan.
Panas dapat berpindah melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi
dan radiasi.

20
1. Konduksi (hantaran panas) merupakan perpindahan panas melalui
zat perantara tanpa diikuti perpindahan partikel-partikel zat
tersebut (hantaran panas melalui konduktor). Panas yang
dipindahkan secara konduksi dipengaruhi bahan zat perantaranya.
Ada zat perantara yang bersifat konduktor (mudah menghantarkan
panas), yaitu besi, aluminium dan baja. Ada pula zat perantara
yang bersifat isolator (sukar menghantarkan panas) seperti kayu,
karet dan kain.
2. Konveksi (aliran panas) adalah perpindahan panas dengan disertai
aliran zat perantaranya. Misalnya air yang direbus di dalam panci.
3. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa medium perantara.
Misalnya panas matahari sampai ke bumi dan panas api dapat kita
rasakan.
Manfaat dan kerugian energi panas.
Manfaat energi panas adalah sebagai berikut :
 Energi panas matahari bermanfaat utuk kehidupan di bumi.
 Energi panas api dimanfaatkan untuk memasak makanan
dan membuat api unggun.
Kerugian energi panas adalah sebgai berikut :
 Energi panas dari api yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan terjadinya kebakaran.
 Energi panas dari permukaan benda yang saling bergesekan
mengakibatkan permukaan kedua benda menjadi aus.

21
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV (Empat) dengan
jumlah siswa laki-laki 12 dan perempuan 15 tahun pelajaran 2018/2019.

2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SD Inpres Wairklau Kecamatan Alok Kabupaten Sikka.

3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
06Mei 2019, 08Mei 2019, dan 10 Mei 2019, semester genap tahun
pelajaran 2018/2019.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Mata
No. Hari/ Tanggal Materi Siklus
Pelajaran

Perpindahan
1 Senin, 06 Mei 2019 IPA Pra siklus
Energi Panas

Perpindahan
2 Rabu, 08 Mei 2019 IPA I
Energi Panas

Jumat, 10 Mei Perpindahan


3 IPA II
2019 Energi Panas

22
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu :
a) Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
proses belajar mengajar di kelas.
b) Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
Peningkatan prestasi belajar dari penelitian dapat dilihat pada setiap
siklus.
c) Angket siswa pada penelitian untuk mengetahui masalah yang
dimiliki siswa pada pembelajaran sebelumnya.

4. Pihak yang Membantu


Setiap siklus meliputi rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi
dan dibantu oleh supervisor 2 untuk mengamati proses pembelajaran
yang dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan dan supervisor
1 yang bertugas membimbing pelaksanaan PKP mahasiswa di kelas
bimbingan PKP, serta Kepala Sekolah SD Inpres Wairklau.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran, guru diamati oleh
supervisor 2 dengan prosedur pembelajaran dan langkah-langkah sebagai
berikut.

1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan dalam pra siklus disusun berdasarkan
hasil observasi kegiatan pra tindakan. Rancangan tindakan ini
disusun dengan beberapa cakupan, antara lain:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang
materi yang akan diajarkan.
2) Mempersiapkan lembar kerja siswa

23
b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
diawali dengan persiapan pembelajaran, yaitu mempersiapkan materi
pelajaran perpindahan energi panas, kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran dan melakukan apersepsi.
Dalam pembelajaran ini juga diadakan tes secara individual
yang diberikan diakhir tindakan, berguna untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi.
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui
kemampuan berpikir siswa.
Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan tindakan, minat murid dalam mengikuti
proses pembelajaran. Kegiatan guru dan murid dalam proses
pembelajaran ini diamati dengan menggunakan instrument yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya data hasil
observasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan
tindakan berikutnya.

d. Refleksi
Pengkajian data pada tahap refleksi melibatkan observasi
sehingga diharapkan evaluasi dan refleksi akan lebih efektif, hasil
dan refleksi ini digunakan sebagai diskusi balikan untuk
merencanakan dan mengadakan perbaikan pada pelaksanaan
tindakan berikutnya. Berdasarkan hasil tindakan yang disertai
observasi dan refleksi dapat diketahui kelemahan dan kekurangan
kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menentukan
tindakan perbaikan pada siklus I.

24
2. Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan dalam siklus kesatu disusun
berdasarkan hasil observasi kegiatan pra tindakan. Rancangan
tindakan ini disusun dengan beberapa cakupan, antara lain:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang
materi yang akan diajarkan sesuai dengan Metode Pembelajaran
Eksperimen.
2) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
melakukan percobaan.
3) Mempersiapkan lembar kerja siswa yaitu lembar kerja kelompok
dan lembar kerja Test Akhir Siklus I.
4) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi aktivitas peneliti
dan lembar observasi aktivitas siswa.
5) Pembentukan kelompok.

b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan Metode Pembelajaran eksperimen. Diawali
dengan persiapan pembelajaran, yaitu mempersiapkan materi
pelajaran perpindahan energi panas, kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran dan melakukan apersepsi.
Mempersiapkan alat-alat percobaan eksperimen disetiap
kelompok yang digunakan kemudian menyampaikan materi secara
garis besar. Menerapkan Metode eksperimen pada pembelajaran IPA
di kelas. Kegiatan akhir, peneliti mengarahkan peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama, kemudian
peneliti memberikan motivasi agar peserta didik lebih giat belajar.
Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan salam.
Dalam pembelajaran ini juga diadakan tes secara individual
(Tes Akhir siklus I) yang diberikan diakhir tindakan, berguna untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi.

25
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui
kemampuan berpikir peserta didik.
Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan tindakan, minat peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran ini diamati dengan menggunakan
instrument yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya
data hasil observasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun
perencanaan tindakan berikutnya.

d. Refleksi
Pengkajian data pada tahap refleksi melibatkan observasi
sehingga diharapkan evaluasi dan refleksi akan lebih efektif, hasil
dan refleksi ini digunakan sebagai diskusi balikan untuk
merencanakan dan mengadakan perbaikan pada pelaksanaan
tindakan berikutnya. Berdasarkan hasil tindakan yang disertai
observasi dan refleksi dapat diketahui kelemahan dan kekurangan
kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menentukan
tindakan perbaikan pada siklus II.

3. Siklus II
Pada siklus II ini juga prosedur pelaksanaan disusun sama dengan
siklus I yang terdiri dari :
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus II ini disusun berdasarkan
refleksi hasil observasi pembelajaran pada siklus I. Perencanaan
tindakan ini dipusatkan kepada sesuatu yang belum dapat terlaksana
dengan baik pada tindakan siklus I.

26
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas yang
sama sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan
hasil refleksi siklus I.

c. Pengamatan
Kegiatan observasi ini meliputi pengamatan terhadap
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan tindakan siklus II, minat
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas IV pada siklus II, guru melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Dari hasil
refleksi dan diskusi dengan supervisor 2 menganalisis pelaksanaan
pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen untuk
membuat kesimpulan dalam meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa kelas IV Semester 2 SD Inpres Wairklau kabupaten Sikka
terhadap pembelajaran IPA Tahun Pelajaran 2018/2019.

C. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan dua jenis data, yaitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Kunandar (2008 : 123) data
kuantitatif dapat dianalisis dengan deskriptif persentase, sedangkan data
kualitati dapat dianalisis secara kualitatif.
a) Data Kuantitatif adalah angka hasil belajar siswa.
b) Data Kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat pemahamannya,
antusiasnya, kepercayaan diri, dan motivasinya.

27
1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
a) Tes, dipergunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa.
b) Observasi, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran dengan
menerapkan metode demonstrasi menggunakan alat peraga garis
bilangan mistar.
c) Diskusi antara guru, supervisor 2, dan kolaborator untuk refleksi
hasil siklus penelitian tindakan kelas.
2. Alat Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
a) Tes, menggunakan butir soal/instrument soal untuk mengukur hasil
belajar siswa.
b) Observasi, menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar IPA.
Diskusi, menggunakan lembar hasil pengamatan.

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dari hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru bersama
dengan supervisor 2 diperoleh bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Hal ini dapat dilihat pada data dibawah ini.
1. Pra Siklus
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Belajar Siswa
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Indikator : Perpindahan Energi Panas
KKM : 70
Ketuntasan
Pra Siklus

No. Nama Siswa Nilai Tidak Tuntas


Tuntas (T) (TT)
Andrew Natalino Inocentius Poa 70 √
1
Alexandro Leonard Nasto 50 √
2
Apriano Mae Mbeo Parera 50 √
3
Agnes Josephine C. Sada 70 √
4
Dynara S. Valerill 75 √
5
Eufrasia Kinaryosi K. Sesapung 80 √
6
Elza Tifa Rumie 75 √
7
Firjatillah 55 √
8
Hafsah Alya Faradhilah 70 √
9
Healdegardiz Gerejati Banabera 75 √
10
Kayla Maharani Ma’rifa 70 √
11
Meilany Putri Barlince 75 √
12
Maria Vinesnia Theresia Monika 60 √
13
Maria Chyntia 70 √
14
Marsyella Ineke Glorya Karamoy 70 √
15

29
Marvin Junior Sudjana 75 √
16
Mario El Yordan Adi 70 √
17
Pricilia A. G. Febriany 60 √
18
Rezky Aditya Rayon 65 √
19
Rafi Samad Dadi Ahmad 55 √
20
Suci Grace Olivia 75 √
21
Talitha Hasnah Humaira 80 √
22
Wulan Rahimatu Zahrani Yuwono 75 √
23
Yohanes Nong Divo 55 √
24
Severinus M. Febrian Woda 40 √
25
Timotius C. Ronaldo 55 √
26
Fakhri Afif 70 √
27
Jumlah 1.790
Rata-Rata 66,29
Prosentase 52,38 % 47,62%

Berdasarkan tabel 4.1 dapatlah diketahui bahwa perolehan hasil


belajar siswa menunjukkan bahwa pesesrta didik yang tuntas 17 orang
sedangkan peserta didik yang tidak tuntas 10 orang, sehingga nilai yang
dicapai peserta didik belum mencapai standar KKM. Dengan demikian maka
perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

Tabel 2

30
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi

No. Perolehan Nilai (S) Frekuensi (F) % SXF


1 80 2 7,40 160
2 75 7 25,92 525
3 70 8 29,62 560
4 65 1 3,70 65
5 60 2 7,40 120
6 55 4 14,81 220
7 50 2 7,40 100
8 40 1 3,70 40
Jumlah 27 100 1.790

2. Siklus I
Melalui refleksi tentang ketidaktuntasan di atas, penulis
mengemukakan bahwa kegagalan ini disebabkan oleh penggunaan
metode yang kurang tepat sehingga perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar
siswa.Berikut ini disajikan tabel dafta nilai evaluasi belajar siklus I.

Tabel 2
4.2. Hasil Evaluasi Belajar Sisklus I

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam


Indikator : Perpindahan Energi Panas
Ketuntasan

No. Nama Siswa Pra Siklus

31
Nilai Tidak Tuntas
Tuntas (T) (TT)
Andrew Natalino Inocentius Poa 75 √
1
Alexandro Leonard Nasto 70 √
2
Apriano Mae Mbeo Parera 75 √
3
Agnes Josephine C. Sada 75 √
4
Dynara S. Valerill 80 √
5
Eufrasia Kinaryosi K. Sesapung 100 √
6
Elza Tifa Rumie 85 √
7
Firjatillah 75 √
8
Hafsah Alya Faradhilah 85 √
9
Healdegardiz Gerejati Banabera 90 √
10
Kayla Maharani Ma’rifa 80 √
11
Meilany Putri Barlince 90 √
12
Maria Vinesnia Theresia Monika 70 √
13
Maria Chyntia 75 √
14
Marsyella Ineke Glorya Karamoy 75 √
15
Marvin Junior Sudjana 80 √
16
Mario El Yordan Adi 75 √
17
Pricilia A. G. Febriany 75 √
18
Rezky Aditya Rayon 75 √
19
Rafi Samad Dadi Ahmad 80 √
20
Suci Grace Olivia 80 √
21
Talitha Hasnah Humaira 95 √
22
Wulan Rahimatu Zahrani Yuwono 90 √
23
Yohanes Nong Divo 65 √
24
Severinus M. Febrian Woda 60 √
25
Timotius C. Ronaldo 65 √
26
Fakhri Afif 80 √
27
Jumlah 2.115

32
Rata-Rata 78,33
Prosentase 88,89 % 11,11 %

Berdasarkan tabel 4.2 dapatlah diketahui bahwa perolehan hasil


belajar siswa menunjukkan bahwa pesesrta didik yang tuntas 24 orang
sedangkan peserta didik yang tidak tuntas 3 orang, sehingga nilai yang
dicapai peserta didik belum mencapai standar KKM berjumlah 3
orang.Dengan demikian maka perlu diadakan perbaikan pada siklus II.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi

No. Perolehan Nilai (S) Frekuensi (F) % SXF


1 100 1 3,70 100
2 90 3 11,11 270
3 95 1 3,70 95
4 85 2 7,40 170
5 80 6 22,22 480
6 75 9 33,33 675
7 70 2 7,40 140
8 65 2 7,40 130
9 60 1 3,70 60
Jumlah 27 100 2.115

3. Siklus 2
Perbaikan pembelajaran pada siklus II, dilaksanakan berdasarkan
hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I. Fokus perbaikan ditujukkan pada
penggunaan metode yakni dari metode ceramah ke metode eksperimen.
Pada siklus ini proses pembelajaran berjalan dengan baik, terlihat dari
keaktifan peserta didik dalam kerjsama kelompok dan mempraktikan secara
langsung. Peserta didik juga berani untuk menjawab pertanyaan
guru.Pemahaman konsep ini makin mendalam sehingga ada peningkatan
yang cukup signifikan baik secara kelompok maupun secara individu.

Tabel 4
Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Belajar Siswa

33
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Indikator : Perpindahan Energi Panas
Ketuntasan
Pra Siklus

No. Nama Siswa Nilai Tidak Tuntas


Tuntas (T) (TT)
Andrew Natalino Inocentius Poa 80 √
1
Alexandro Leonard Nasto 75 √
2
Apriano Mae Mbeo Parera 75 √
3
Agnes Josephine C. Sada 100 √
4
Dynara S. Valerill 80 √
5
Eufrasia Kinaryosi K. Sesapung 100 √
6
Elza Tifa Rumie 85 √
7
Firjatillah 75 √
8
Hafsah Alya Faradhilah 85 √
9
Healdegardiz Gerejati Banabera 90 √
10
Kayla Maharani Ma’rifa 100 √
11
Meilany Putri Barlince 90 √
12
Maria Vinesnia Theresia Monika 70 √
13
Maria Chyntia 75 √
14
Marsyella Ineke Glorya Karamoy 75 √
15
Marvin Junior Sudjana 80 √
16
Mario El Yordan Adi 75 √
17
Pricilia A. G. Febriany 75 √
18
Rezky Aditya Rayon 75 √
19
Rafi Samad Dadi Ahmad 80 √
20
Suci Grace Olivia 80 √
21
Talitha Hasnah Humaira 95 √
22
Wulan Rahimatu Zahrani Yuwono 90 √
23
Yohanes Nong Divo 85 √
24
25 Severinus M. Febrian Woda 70 √

34
Timotius C. Ronaldo 75 √
26
Fakhri Afif 80 √
27
Jumlah 2. 215
Rata-Rata 82,03
Daya Serap 100 %

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi

No. Perolehan Nilai (S) Frekuensi (F) % SXF


1 100 3 11,11 300
2 95 1 3,70 95
3 90 3 11,11 270
4 85 3 11,11 255
5 80 6 22,22 480
6 75 9 33,33 675
7 70 2 7,40 140
Jumlah 27 100 2.215

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan hasil tes tertulis yang diberikan guru pada siklus I, masih
ada peserta didik yang belum menguasai materi dengan baik yaitu sebanyak 3
orang atau 11,11%. Sedangkan siswa sudah tuntas dalam belajar pada siklus
II terdapat 27 siswa yang telah tuntas atau 100%. Dengan kata lain, nilai rata-
rata yang diperoleh siswa pada mata pelajaran normal hanya 61,2 namun
pada siklus I diperoleh nilai 88,89% dan pada siklus II diperoleh nilai 100%.

35
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan nilai yang lebih
baik pada siklus II.
Perkembangan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada
materi perpindahan energi panas dengan metode eksperimen dapat disajikan
dalam tabel dan perolehan nilai rata-rata kelas.

Dalam pelaksanaan siklus II penulis menemukan peningkatan hasil


belajar peserta didik yang cukup signifikan. Dari 27 peserta didik yang
mengikuti pembelajaran IPA 100% sudah mencapai KKM.
Berikut rincian peserta didik yang memperoleh nilai 100 berjumlah 3
orang dengan prosentase yang diperoleh 11,11%, nilai 95 berjumlah 1 orang
dengan prosentase yang diperoleh 3,70%, nilai 90 berjumlah 3 orang dengan
prosentase yang diperoleh 11,11%, nilai 85 berjumlah 3 orang dengan
prosentase yang diperoleh 11,11%, nilai 80 sebanyak 6 orang dengan
prosentase yang diperoleh 22,22%, nilai 75 berjumlah 9 orang dengan
prosentase yang diperoleh 33,33% dan nilai 70 berjumlah 2 orang dengan
prosentase yang diperoleh 7,40%.

36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Wairklau pada mata pelajaran
IPA materi Perpindahan Energi Panas mengalami peningkatan yang
signifikan setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan metode
eksperimen.
2. Mengaitkan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membuat
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Keterampilan dan minat belajar siswa dalam tanya jawab selama proses
pembelajaran menggunakan metode eksperimen dapat muncul dan 88%
menunjukkan peningkatan.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan simpulan diatas, maka terdapat beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA sebagai berikut:
a. Sebaiknya guru melaksanakan pembelajaran pada materi perpindahan
energi panas dengan menggunakan metode eksperimen agar minat
prestasi belajar siswa dapat meningkat.
b. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
dan membuat pesertaa didik jadi lebih aktif.
c. Gunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariatif sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan perkembangan peserta didik .
d. Sebaiknya kaitkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengalaman
kongkrit siswa agar pembelajaran menjadi bermakna.
e. Libatkan siswa secara lebih aktif dalam setiap proses pembelajaran
melalui penerapan metode eksperimen.

37
f. Lakukan refleksi diri setiap selesai mengajar untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, W. Sri., et.al (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Irene, Hilda, Khistiyono (KTSP) ESPS IPA Untuk SD: Penerbit Erlangga

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Sapriati, Amalia (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susanto, Ahmad (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana Media Group.

Suprijono, Agus (2009). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

39

Anda mungkin juga menyukai