Anda di halaman 1dari 17

MENINGIOMA

Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi otak
dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla
spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisfer otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat
jinak (benign), sedangkan meningioma malignan jarang terjadi.
Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan frekuensinya yaitu mencapai
angka 20%. Meningioma lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria terutama pada golongan umur
antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di
satu keluarga. Korelasinya dengan trauma kapitis masih dalam pencarian karena belum cukup bukti
untuk memastikannya. Pada umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari
glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel
yang terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.1
Tempat predileksi di ruang kranium supratentorial ialah daerah parasagitalis. Yang terletak di krista
sphenoid, parasellar, dan baso-frontal biasanya gepeng atau kecil bundar. Jika meningioma terletak
infratentorial, kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di dekat sudut serebelopontin.
Meningioma spinalis mempunyai kecenderungan untuk memilih tempat di bagian T.4 sampai T.8.
Meningioma yang bulat sering menimbulkan penipisan pada tulang tengkorak sedangkan yang gepeng
justru menimbulkan hyperostosis.1
Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat menimbulkan manifestasi
klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu. Sekitar 40% meningioma
berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis. Sindroma lobus
frontalis sendiri merupakan gejala ketidakmampuan mengatur perilaku seperti impulsif, apati,
disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan ketidakmampuan mengatur mood

A. DEFINISI
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standard
Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000) 
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku ajar
patofisiologi) 
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna),
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate,
ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. 

B. ETIOLOGI
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori telah
diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya
meningioma. Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul
meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal pada
lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan
tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia
muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma .
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini
tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor
pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin
memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah
payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan
meningioma. Multiple meningioma terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama mereka
dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningioma memiliki reseptor yang berinteraksi dengan
hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat
paling sering pada meningioma yang jinak, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum
sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien
perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma.
Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah
mengamati bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.

C. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler
primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis
lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

D.KLASIFIKASI
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui, termasuk
meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di
bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya.
1. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat, jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik. Jika tumor semakin
berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah
dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan
observasi yang berkelanjutan.
2. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan grade I dan juga mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi.
Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma grade II biasanya
membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
3. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignan atau
meningioma anaplastik. Meningioma malignan terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian
meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuti dengan
terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari tumor :
a. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaputyang
terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri
mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx.
b. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
c. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata.
Banyak terjadi pada wanita.
d. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan
otak dengan hidung.
e. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian
belakang otak.
f. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar
tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitari.
g. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40
dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat menekan
spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di
sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
h. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang paa atau di sekitar mata
cavum orbita.
i. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh bagian
otak.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak dan
medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal dari
bagian khusus dari otak atau tekanan pada nervus atau pembuluh darah).
Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal.
Gejala umumnya seperti
1. Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari.
2. Perubahan mental
3. Kejang
4. Mual muntah
5. Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
1. Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
2. Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status
mental
3. Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang,
kebutaan, dan penglihatan ganda.
4. Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
5. Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot
wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,
6. Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus
7. Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
8. Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
9. Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos Otak
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos. Foto polos
diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales,
kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meninx
menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada
20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.
2. Computed Tomography (CT scan)
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak meningioma. Tampak
gambaran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum kontras, dan gambaran peningkatan
densitas yang homogen pada foto kontras. Tumor juga memberikan gambaran komponen kistik
dan kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan
dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi sepanjang dura serebri
sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas, yang menyebabkan hiperostosis.
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat memberikan gambaran lokasi dari intratumoral hemorrhage, perubahan
kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor, kalsifikasi, invasi parenkim oleh
meningioma malignan, dan massa lobus atau multi lobules yang hanya dapat digambarkan
dengan ultrasonografi.
4. Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan gambaran “spoke
wheel appearance”. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang
homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon.

G.KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
1. Gangguan fisik neurologist
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual
H.PENATALAKSANAAN
1. Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak dipakai untuk terapi.
External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi
operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi
sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi
yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi,
external beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir
menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma
yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori ini belum banyak
dikemukakan.
2. Radiasi Stereotaktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960an
menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini
semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui
teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co
gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium)
dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi,
terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm 12. Steiner dan koleganya menganalisa
pasien meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka
menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan kawan-
kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 % kasus.
Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama 5
hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan
61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan
stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5 %.
3. Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak diketahui efikasinya
untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk
rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi
terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum,
decarbazine (DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan
Yung), walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak.
Laporan dari Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide,
adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar
5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian.
Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi
apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus
pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan
meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat
memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan
juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data Subjektif :
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Status
e. Agama
f. Alamat
g. Pekerjaan
h. Pendidikan
i. Bahasa
j. Suku bangsa
k. Dx Medis
l. Sumber biaya
2. Riwayat keluarga
a. Genogram
b. Keterangan genogram
3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
- Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b. Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Alergi
- Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)
c. Riwayat penyakit keluarga
Keadaan umum
- Tingkat kesadaran CCS

Tanda-tanda vital

Keadaan fisik

Kepala dan leher

Dada

Payudara dan ketiak

Abdomen

Genitalia

Integument

Ekstremitas

Pemeriksaan neurologist
Pengkajian saraf cranial

Olfaktori(penciuman )

Optic (penglihatan )

Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)

Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)


Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)

Abdusens(gerakan bola mata menyamping)

Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)

Auditori(pendengaran)

Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)

Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)

Aksesori(gerakan kepala dan bahu)

Hipoglosal(posisi lidah)
Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF
Pemeriksaan Penunjang

Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.

CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi;
posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.

Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.

Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.

Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor
otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan

Nyeri akut berhubungan dengan

Resiko cidera berhungan dengan

Gangguan mobilitas fisik berhubungan

Ansietas berhubungan dengan

Resiko kekurangan nutrisi


3.Rencana tindakan
Dx1. Nyeri akut berhubungan dengan

Tujuan :Setelah diberikan askep selama …..x24 jam,diharapakan nyeri yang dirasakan pasien berkurang
dengan ,kriteria hasil:

Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,

Wajah pasien tidak meringis

Intervensi :

mandiri

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.

R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik
nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.

R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.

3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.

R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.

4. Berikan kompres dingin pada kepala.

R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi


Kolaborsi

Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.


R/ : menurunkan nyeri
Dx 2. Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan
Tujuan :setelah diberikan askep selama ….x24 jam,diharapkan gangguan perfusi jaringan
berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:

Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi motorik/sensorik

Tanda-tanda vita stabil

Intervensi :

mandiri

1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan
perfusi dan potensial peningkatan TIK

R/untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat

2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart

R/mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial adanya peningkatan TIK

3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

R/ mengukur kesadaran secara keseluruhan

4. Pantau tekanan darah

R/normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat fluktasi tekanan
darah sistemik

5.Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur

R/gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak ,mempunyai
konskuensi terhadap keamanan dan akan mempengaruhi intervensi

5Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi


R/demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan terjadi peningkatan TIK

6. Pantau intake, output, dan ukur berat badan sesuai indikasi


R/ bermanfaat sebagai indicator dari total cairan tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan

7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai

R/petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK


8.Hindari /batasi penggunaan restein

R/restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan meningkatkan TIK

9. tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi

R/meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi kongesti dan

edema atau resiko terjadi peningkatan TIK


Dx 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak
nafsu makan.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam ,diharapkan Kebutuhsn nutrisi dapat
terpenuhi ,dengan criteria hasil:

-Nutrisi klien terpenuhi

- Mual berkurang sampai dengan hilang.

Intervensi

mandiri

1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.

R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.

2. Kaji kebiasaan makan klien.

R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.

3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.


R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.

4. Timbang berat badan bila memungkinkan.

R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.

Kolaborasi

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia;
2003. Hal 393-4.
2. Focusing on tumor meningioma[ cited 2009 November 20]. Availble
from: http://www.abta.org/meningioma.pdf
3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma[cited 2009 November 20]. Availble
from: http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%20dan
%20klasifikasi%20meningioma.doc
4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
5. Image of meninx. [cited 2009 November 20]. Available from:www. American Society of Oncology
6. Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology. USA: Icon Custom
Communication: 2002. P. 24
7. Meningiomas. [cited 2009 November 20]. Available from: www. Mayfieldclinic.com
8. Meningioma[cited 2009 November 20]. Available from:. http://www.cancer.net
9. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA: Medical University of
Southern Africa; 2004. p. 3-5.
10. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma. [cited 2009 November 20].
Available from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm
11. Meningioma[cited 2009 November 20]. Available
from: http://www.meddean.luc.edu/Lumen/meded/radio/curriculum/N/Meningioma1.ht
12. Manajemen Meningioma. [cited 2009 November 20]. Available from: www.google . com
13. Widjaja D, Meningioma intracranial[cited 2009 November 23]. Available
from: http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.pdf/09Meningio
maIntrakranial016.html

Anda mungkin juga menyukai