Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kedokteran Sistem Urinaria dan Genital Maskulina adalah Blok ke-
15 pada semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan (KBK)
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah
satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini
adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan
pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam
tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk
memecahkan kasus yang ada.

Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus skenario A yang


memaparkan kasus Ny. Herman membawa anaknya, Salim 8 tahun ke dokter
puskesmas untuk di khitan. Hasil pemeriksaan dokter pada pemeriksaan organ
genitalia eksterna didapatkan ukuran penis 2.0 cm, prepusium dapat dibuka,
glans penis ada muara urethra, kulit skrotum normal, testis dekstra tidak teraba
di dalam skrotum, Testis sinistra teraba di skrotum, sebesar kelereng dan
lembut.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompoktutorial yang merupakan bagian dari


sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran studi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-
langkah seven jump step.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data tutorial


Tutor : dr. Diani Wulan Dona
Moderator : Vinitiara Surga
Sekretaris Meja : Yulia Rosa
Sekretaris Papan : Oktavian Pramudiyah
Waktu : Senin, 30 Oktober 2017
Rabu, 1 Oktober 2017
Peraturan tutorial :
1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkanpendapat/ aktif.
3. Mengacungkan tangan saat akan mengutarakan pendapat.
4. Izin terlebih dahulu saat akan keluar ruangan.
5. Tidakboleh membawa makanan dan minuman pada saat proses tutorial
berlangsung.
6. Dilarang memotong pembicaraan ketika ada yang sedang memberikan
pendapat.
7. Dilarang berbisik-bisik dengan teman.

2
Skenario A Blok 15


Tidak ada pada tempatnya”

Ny. Herman membawa anaknya, Salim 8 tahun ke dokter puskesmas untuk


di khitan. Hasil pemeriksaan dokter pada pemeriksaan organ genitalia eksterna
didapatkan ukuran penis 2.0 cm, prepusium dapat dibuka, glans penis ada muara
urethra, kulit skrotum normal, testis dekstra tidak teraba di dalam skrotum, Testis
sinistra teraba di skrotum, sebesar kelereng dan lembut.

Salim anak kedua dari 4 bersaudara, 2 laki laki, 2 perempuan. Pada masa
kehamilan 3 bulan, Ny. Herman menderita demam. Salim lahir dengan berat
badan 2250 gram, cukup bulan dan persalinan normal.

Ny. Herman bertanya kepada dokter apakah anaknya dapat dikhitan,


apakah ada kelainan pada buah zakar kirinya dan mengapa buah zakar kanan tidak
teraba di dalam kantongnya. Apakah kelainan yang diderita Salim akan
mempengaruhi masalah kesuburan dan kepriaannya nanti setelah dewasa. Dokter
Puskesmasmemberikan penjelasan tentang hal tersebut dan Ny. Herman dapat
memahami penjelasan tersebut.

I. Klarifikasi Istilah

1. Khitan: Circumcicion/ pengangkatan semua atau sebagian preposium pada


pria (Dorland WA, Newman, 2010).
2. Testis: salah dari sepasang kelenjar berbentuk telur yang normalnya
terletak di dalam skrotum (Dorland WA, Newman, 2010).
3. Penis: Organ kopulasi dan ekresi kemih pada laki- laki (Dorland WA,
Newman, 2010).
4. Muara uretra: muara dari suatu saluran membranosa yang mengeluarkan
urin dari kandung kemih keluar tubuh (Dorland WA, Newman, 2010).
5. Skrotum : Kantong yang berisi testis (Dorland WA, Newman, 2010).
6. Glans Penis: perluasan korpus spongiosum yang berbentuk topi pada
ujung penis (Dorland WA, Newman, 2010).

3
7. Organ Genitalia Eksterna: Organ reproduksi di luar tubuh termasuk
udendum klitoris dan uretra pada perempuan serta skrotum penis dan
uretra pada laki laki testis (Dorland WA, Newman, 2010).
8. Preposium: Lipatan kulit yang menutupi glan penis (Dorland WA,
Newman, 2010).
9. Buah zakar: Testis (Dorland WA, Newman, 2010).

II. Identifikasi Masalah

1. Ny. Herman membawa anaknya, Salim 8 tahun ke dokter puskesmas untuk


di khitan. Hasil pemeriksaan dokter pada pemeriksaan organ genitalia
eksterna didapatkan ukuran penis 2.0 cm, prepusium dapat dibuka, glans
penis ada muara urethra, kulit skrotum normal, testis dekstra tidak teraba
di dalam skrotum, Testis sinistra teraba di skrotum, sebesar kelereng dan
lembut.
2. Salim anak kedua dari 4 bersaudara, 2 laki laki, 2 perempuan. Pada masa
kehamilan 3 bulan, Ny. Herman menderita demam. Salim lahir dengan
berat badan 2250 gram, cukup bulan dan persalinan normal.
3. Ny. Herman bertanya kepada dokter apakah anaknya dapat dikhitan,
apakah ada kelainan pada buah zakar kirinya dan mengapa buah zakar
kanan tidak teraba di dalam kantongnya. Apakah kelainan yang diderita
Salim akan mempengaruhi masalah kesuburan dan kepriaannya nanti
setelah dewasa. Dokter Puskesmasmemberikan penjelasan tentang hal
tersebut dan Ny. Herman dapat memahami penjelasan tersebut.

III. Analisis Masalah

1. Ny. Herman membawa anaknya, Salim 8 tahun ke dokter puskesmas untuk


di khitan. Hasil pemeriksaan dokter pada pemeriksaan organ genitalia
eksterna didapatkan ukuran penis 2.0 cm, prepusium dapat dibuka, glans
penis ada muara urethra, kulit skrotum normal, testis dekstra tidak teraba
di dalam skrotum, Testis sinistra teraba di skrotum, sebesar kelereng dan
lembut.

4
a) Bagaimana anatomi organ genitalia pria?

Anatomi

1. Testis

Gambar 3.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pria

(Paulsen F. & J. Waschke. 2013)

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng


dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Bersama
epididimis, testis berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah
kantung ekstra abdomen tepat di bawah penis. Dinding pada rongga
yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis.
Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intra abdomen yang
bermigrasi ke dalam skrotum primitif selamaperkembangan genitalia
interna pria. Setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat
turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup (Heffner & Schust,
2006).
Kedua testis terletak di dalam skrotum dan menghasilkan
spermatozoa dan hormon, terutama testosteron. Permukaan masing-
masing testis tertutup oleh lamina viseralis tunika vaginalis, kecuali

5
pada tempat perlekatan epididimis dan funikulus spermatikus. Tunika
vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal yang membungkus testis
dan berasal dari processus vaginalis embrional. Sedikit cairan dalam
rongga tunika vaginalis memisahkan lamina visceralis terhadap
lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara bebas
dalam skrotum (Moore, 2002).
Lapisan Testis
 Tunika vaginalis
Berupa membran ganda membentuk lapisan luar testes dan berasal
dari peritoneum pelvis dan abdominal. Saat akhir perkembangan
fetus, testes berada dalam cavum abdomen sedikit di bawah ginjal
kemudian turun ke scrotum bersama-sama peritoneum, pembuluh
darah, limfe, saraf dan ductus deferens. Turunnya testes ke scrotum
lengkap pada 8 bulan umur fetus (Moore, 2002).
 Tunika albuginea
Anyaman fibrosa di bawah tunika vaginalis yang menyelimuti
testes. Lapisan ini membentuk septa-septa yang membagi testes
menjadi lobulus-lobulus (Moore, 2002).
 Tunika vasculosa
Berisi anyaman kapiler di dukung oleh jaringan ikat longgar
(Moore, 2002).

Perdarahan dan Aliran Limfe


Arteri yang mendarahi kedua testis berasal dari anastomosis tiga
arteri, yaitu arteri testikularis yang dicabangkan dari Aorta
abdominalis, arteri deferentialis merupakan cabang dari arteri
vesikularis inferior, dan arteri cremasterica yang merupakan cabang
dari arteri epegastrika inferior. Arteri testikularis berjalan menyilangi
ureter dan bagian inferior dari arteri illiaka eksterna lalu ke dalam
annulus inguinalis. Pada akhirnya menjadi satu kompartmen dengan
cabang arteri yang lain dalam funikulus spermatikus (Moore, 2002).

6
Sedangkan aliran vena yang membawa darah dari testis berasal
dari formasi beberapa vena yang disebut pleksus venosus
pampiniformis dan mengelilingi arteri testikularis di funikulus
spermatikus (Moore, 2002).
Drainase limfe yang berasal dari testis mengikuti aliran arteri dan
vena testikularis menuju ke nodus limfatikus Aorta kanan dan kiri
serta para Aorta (Moore, 2002).

Inervasi
Innervasi dari testis berupa anyaman saraf yang berjalan bersama
arteri testikularis. Sistem saraf tersebut berupa sistem saraf otonom
yang terdiri dari sistem saraf parasimpatis, berasal dari nervus dan
sistem saraf simpatis yang berasal dari segmen T7 medulla spinalis.
(Moore, 2002).

2. Skrotum
Skrotum merupakan sebuah kantung dengan dua ruang, terdiri dari
kulit berpigmen, jaringan ikat dan jaringan fibrosa yang berisi testes,
epididimis dan selaput-selaput yang menyelubunginya (Moore, 2002).
Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut:
 Kulit
Kulit scrotum tipis, berkerut, berpigmen dan membentuk kantung
tunggal. Sedikit peninggian digaris tengah menunjukkan garis
persatuan dari kedua penonjolan labioscrotalis (Moore, 2002).
 Fascia superficialis
Fascia ini melanjutkan diri sebagai panniculus adiposus dan
stratum membranosus dinding anterior anbomen. Akan tetapi
penniculuc adiposus diganti oleh otot polos yang dinamakan tunika
dartos. Otot ini dipersarafi oleh serabut saraf simpatik dan
berfungsi untuk mengkerutkan kulit diatasnya. Stratum
membranosum fascia superficialis (fascia Colesi) di depan

7
melanjutkan diri sebagai stratum membranosum dinding anterior
abdomen (fascia Scarpae), dibelakang melekat pada corpus
perienale dan pinggir posterior membrane perinea. Disampingnya,
fascia superficialis melekat pada rami ischiopubica. Kedua lapisan
fascia superficialis berperan membentuk sekat median yang
menylang scrotum dan memisahkan testis satu dengan yang lain
(Moore, 2002).
 Fascia spermatica
Fascia tiga lapis ini terletak dibawah fascia superficialis dan berasal
dari tiga lapis dinding anterior abdomen masing-masing sisi,
musculus Cremaster didalam fascia cremasterica dapat dibuat
kontraksi dengan menggores sisi medial paha. Hal ini disebut reflex
cremaster. Serabut aferen melengkung reflex ini berjalan pada
ramus femoralis nervi genitofemoralis dan serabut aferen motorik
berjalan pada ramus genitalis nervi genitofemoralis (Moore, 2002).
 Tunica vaginalis
Tunica vaginalis terletak didalam fascia spermaticae dan meliputi
permukaan anterior, media dan lateralis masing-masing testis
tunica vaginalis merupakan perluasan ke bawah processus vaginalis
peritonei, dan biasanya sesaat sebelum tidur menutup dan
memisahkan diri dari bagian atas processus vaginalis peritonei dan
cavitas peritonealis. Dengan demikian tunica vaginalis merupakan
kantung tertutup, diinvaginasu dari belakang oleh testis (Moore,
2002).

Aliran Limfe
Cairan limfe dari kulit dan fascia, termasuk tunica vaginalis
dialirkan ke nodi lymphoidei inguinalis superficialis (Moore,
2002).

8
3. Penis

Gambar 3.2 Anatomi penis


Paulsen F. & J. Waschke. 2013.

Penis terdiri dari komponen utama: bagian distal (glans atau


kepala), bagian tengah (corpus atau shaft) dan bagian proksimal
(root). Pada bagian kepala terdapat glans dan sulkus koronaria, yang
ditutup oleh foreskin (virtual sac), permukaan bagian dalam dilapisi
oleh membran halus (Moore, 2002).
 Glans bersifat kenyal, dan berbentuk konus, serta terdiri
dari meatus, corona dan frenulum. Meatus urethralis vertikal dan
berlokasi pada apeks, dimana muncul frenulum glans corona
merupakan lipatan lingkaran pada dasar glans. Pada permukaan
glans terdapat empat lapisan anatomi: lapisan membran mukosa,
termasukepitelium dan lamina propria, korpus spongiosum dan
korpora kavernosa. Tunika albuginea memisahkan kedua struktur
ini, penile atau pendulous urethra terletak ventral didalam korpus
dan glans; sementara korpus spongiosum yang erektil
mengelilinginya. Komponen anatomi utama dari penis adalah
korpus, glans dan preputium (Moore, 2002).
 Korpus terdiri dari korpora kavernosa (jaringan rongga
vaskular yang dibungkus oleh tunika albuginea) dan di bagian
inferior terdapat korpus spongiosumsepanjang uretra penis. Seluruh

9
struktur ini dibungkus oleh kulit, lapisan otot polos yang dikenal
sebagai dartos, serta lapisan elastik yang disebut Buck fascia yang
memisahkan penis menjadi dorsal (korpora kavernosa) dan ventral
(korpus spongiosum) (Moore, 2002).

Perdarahan
Pendarahan untuk penis berasal dari arteri pudenda interna lalu
menjadi arteria penis communis yang bercabang 3 yakni 2 cabang
ke masing-masing yakni ke korpus kavernosa kiri dan kanan yang
kemudian menjadi arteria kavernosa atau arteria penis profundus
yang ketiga ialah arteria bulbourethralis untuk korpus spongiosum
(Moore, 2002).

Inervasi
Penis dipersyarafi oleh 2 jenis syaraf yakni syaraf otonom (para
simpatis dan simpatis) dan syaraf somatik (motoris dan sensoris).
Syaraf-syaraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hipotalamus
menuju ke penis melalui medulla spinalis (sumsum tulang
belakang). Khusus syaraf otonom parasimpatis ke luar dari medulla
spinalis (sumsum tulang belakang) pada kolumna vertebralis di S2-
S4. Sebaliknya syaraf simpatis ke luar dari kolumna vertebralis
melalui segmen Th 11 sampai L2 dan akhirnya parasimpatis dan
simpatis menyatu menjadi nervus kavernosa. Syaraf ini memasuki
penis pada pangkalnya dan mempersyarafi otot- otot polos (Moore,
2002).

b) Bagaimana fisiologi organ genitalia pria?

Fungsi primer dari sistem reproduksi laki-laki adalah menghasilkan


spermatozoa matang dan menempatkan sperma dalam saluran
resproduksi perempua melalaui saggama, testes mempunyai fungsii

10
eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk mensekresi
hormon-hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan fungsi
sekresi. Semua fungsi dari sistem reproduksi laku-laki diatur melalui
interaksi hormonal yang kompleks (Price & Wilson, 2015).
a. Fungsi hormonal
Pusat pengendalian hormonal dari sistem reproduksi adalah sumbu
hipotalamushipofisis. Di bawah pengaruh berbagai hal seperti
keturunan, lingkungan, rangsangan, kejiwaan dan kadar hormon
yang bersikulasi, hipotalamus memproduksi Gonadotropic
hormone-releasing hormone (GnRH). Hormon-hormon ini adalah
Follicle-stimulating hormone-releasing hormone (FSHRH) dan
Leuteinizing hormone realising hormon (LHRH). Hormonhormon
ini dibawa ke hipofisis anteriot untung merangsang sekresi follicle
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing-hormone (LH), yang
pada pria lebih umum dikenal sebagai intertisial cell-stimulating
hormon (ICSH). Hormon-hormon gonadotropin disekresi dalam
kadar yang tetap pada pria (Price & Wilson, 2015).
Testosteron mengarahkan dan mengatur ciri-ciri tubuh pria, yaitu
perkembangantestes dan genitalia pria, desensus tesis dari rongga
abdomen ke dalamskrotum selama masa janin, perkembanga ciri
seksual primer dan sekunder dan spermatogensis. Produksi
testosteron oleh sel leydig pada pada ppria akan sangat meningkat
pada permlaan pubertas, awal pubertas ditandai oleh meningkatnya
kadar-kadar hormon ICSH secara nyata, yang mula-mula
diproduksi sewaktu tidur. Kadar yang tinggi pada wal pubertas ini
menyebabkan meningkatnya produksiterstosteron oleh testes.
Estron dan estradiol juga diproduksi dan berasal dari konversi
testosteron yag dibuat oleh adrenal dantestes. Kadar globulin
pengikat hormon-hormon seksual akan menurun selama pubertas,
sehingga menyebabkan lebih banyak testosteron bebas dalam
sirkulasi. Pertumbuhan yang pesatterjadi pada setiap organ dalam

11
tubuh kecculai sistem saraf pusat dan sistem limfatik. Yang paling
meonojol adalah perubahan dalam tinggi, berat badan, serta ciri-ciri
seksual sekunder (Price & Wilson, 2015).
Ciri-ciri seksual sekunder yang muncul palig awal adalah
bertambahnya ukuran testes dan skrotum dan kemudian penis.
Perkembangan testes disebabkan oleh bertambah dan
berkembangnya tubulus semineferus dan jumlah sel leydig dan sel
sertoli. Perkembangan genitalia untuk mencapai ukuran dan bentuk
dewasa membutuhkan waktu 5 sampai 6 tahun.ciri-ciri seksual
primer kemudian mencapai kematanhan fungsi reproduksinya,
namun untuk dapat mendapatkan tahap ini, pria harus mampu
menghasilkan sperma yang hidup (Price & Wilson, 2015).

b. Spermatogenesis
Spermatogenesis dimulai sejak pubertas, pada usia sekitar 13 tahn
dan berlangsung seumur hidup. Sel-sel benih di tubulus
semineferus yaitu spermatogonis mulai berproliferasi (mitosis).
Sebagian dari sel anak tetpa menjadi spermatogonia dan ang
lainnya ke lumen tubulus seminiferus dan membesar menjadi
spermatosis primer. Spermatosis primer akan mengalami
pembelahan miosis sehingga terbenttuk dua spermatosit sekunder.
Masing-masing spermtosit sekunder akan menjalani pembelahan
miosis yang kedua, yang meghasilkan dua spermatid. Dedngand
emikian, spermatogonua akan menjadi 4 sperma. Setelah itu, tidak
terjadi pembelahan secara lanjut, dan masing-masing spermatid
akan menjalani proses pematangan dan berdiferensiasi mejadi
sperma yang matang dengan bagian kepala, leher, dan dan ekor.
Spermatogenesis berlangsung secara terus menerus selama masa
pubertas (Price & Wilson, 2015).

12
c. Fungsi testicular
Pada embrio, antigen H-Y ynag dihasilkan oleh kromosom Y
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel sertoli. Sel-sel ini akan
mengatur distribusi sel-sel benih pada masa perkembangan embrio-
janin dan menyekrsi mellerian inhibiting substance (MIS). MIS
menyebakab regresi dari sistem duktus mulleri (yang pada wanita
akan menyebabkan berkembangnya struktus reproduksi). Proses
pematangan sel leydig janin dikendalikan oleh kromosom Y dan
dirangsang oleh ICSH. Sel-sel leydig ini akan mengasilkan
testosteron yang menyebabkna proses diferensiasi dari vasa deferns
dan vesikula seminalis metabolit testosteron yaitu
dihidrotestosteron, menyebabkan proses differensiasi dari prostat
dan genitalia eksterna. Selama 6 bulan pertama kehidupan, sel-sel
leydig terus menghasilkan testosteron dalm kadar yang rendah,
tetapi kemudian akan regresi menjelang pubertas. Pada masa
pubertas, FSH akan merangsang pertumbuhan tubulus dan
testiscular dan testes akabn memulai fungsi pria dewasanya (Price
& Wilson, 2015).

c) Bagaimana histologi organ genitalia pria?

External Genitalia
 Penis
Pada penis terdapat 2 corpus cavernosa dan 1 corpus spongiosum.
Corpus cavernosa dan corpus spongiosum terdiri dari jaringan
erekti, yang mengandung sejumlah besar ruang cavernosa bervena,
saraf dan arteri. Bagian uretra dilapisi epitel bertingkat silindris
tetapi semakin ke ventral/glans menjadi epitel berlapis gepeng dan
bergabung dengan epitel epididimis di ujung glans. Prepusium
penis memiliki kelenjar sebasea pada lipatan internal (Junquiera,
2007).

13
Gambar 3.3 Potongan transversal penis.
(Eroschenko, 2010)

Internal Genitalia
 Testis
Testis dikelilingi oleh jaringan ikat kolagen yaitu tunika albuginea
yang menebal pada permukaan posterior testis dan membentuk
mediastinum testis yaitu tempat septa fibrosa membagi menjadi
250 lobulus testis. Setiap lobulus dihuni 1-4 tubulus seminiferus
yang dikelilingi oleh jaringan ikat longgar interstitial yang banyak
mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan sel interstitial (sel
leydig) yang mensekresi testosteron. Testis juga memiliki tunika
vaginalis yaitu derivat dari peritoneum. Suhu testis berkisar 2
sampai 3 derajat celcius lebih rendah dari suhu tubuh (Junqueira,
2007).

14
Gambar 3.4 Testis
(Eroschenko, 2010)

a. Tubulus Seminiferus
Setiap testis memiliki tubulus seminiferus sebanyak 250 – 1000
dengan diameter 150-250µm, panjang 30-70 cm. Aliran sperma
dari tubulus seminiferus akan menuju rete testis yang nanti akan ke
duktus efferen dan ke epididimis. Tubulus seminiferus dilapisi oleh
epitel berlapis khusus dan kompleks. Tubulus seminiferus memiliki
bagian yang fungsional, yaitu (Junqueira, 2007):
1. Sel sertoli: Merupakan sel piramid/kolumnar yang
sebagian membungkus sel spermatogenik, berfungsi
sebagai penunjang
2. Jaringan interstitial: Berupa ruang antara tubulus
seminiferus yang terdapat sel leydig, sel mast,
makrofag, saraf, pembuluh darah, dan limfe.

15
b. Duktus Intratestikular
Terdiri dari tubulus rektus, rete testis dan duktus efferens. Dikenali
dengan hilangnya sel spermatogenik secara berangsur. Dinding
dilapisi sel sertoli. Epitel kuboid yang ditunjang oleh jaringan ikat
padat. Pada duktus efferens memiliki dua epitel yaitu bersilia dan
non silia (Junquiera, 2007).
c. Duktus Genital Eksretorik
Saluran keluar genitalia yang mengangkut spermatozoa yang
dihasilkan oleh testis sampai ke meatus penis adalah duktus
epididimis, vas deferens, dan urethra. Duktus epididimis dilapisi
oleh epitel bertingkat silindris bersilia yang terdiri dari sel-sel basal
berbentuk bulat dan sel silindris. Vas deferens dilapisi oleh epitel
bertingkat selapis silindris dengan stereosilia (Junquiera, 2007).

Gambar 3.5 Tubulus seminiferus


(Eroschenko, 2010)

16
d) Bagaimana ukuran normal penis berdasarkan usia?

No. Umur (Th) Normal Micro


(Ind)

1. 3– 4 4,6 – 6,4 2,3


2. 4– 5 4,8 - 6,6 2,3
3. 5– 6 5,1 – 6,9 2,3
4. 6– 7 5,2 - 7,0 2,5
5. 7- 8 5,2 – 7,2 2,5
6. 8- 9 5,3 – 7,3 2,5
7. 9 – 10 5,3 – 7,3 2,6
8. 10 – 11 5,3 – 7,5 2,6
9. Dewasa 12,2 – 15,4

e) Apa saja etiologi yang mempengaruhi tumbuh kembang penis pada


kasus?
1. Defisiensi seksresi testosteron
a. Hipogonadotropik hipogonadisme
Keadaan ini disebut juga gangguan gonad sekunder, sehingga
diperlukan terapi pengganti yang menetap. Contoh gangguan
gonad sekunder adalah sindrom Kallman, defisiensi hormon
pituitari lain, sindrom Prader-Willi, sindrom Laurence-Moon.
b. Hipergonadotropik hipogonadisme
Hipergonadotropik hipogonadisme disebut juga dengan gonad
primer. Pada gangguan gonad primer terjadi produksi androgen
yang tidak adekuat karena defisiensi salah satu enzim sintesis
testosteron. Ditandai dengan peningkatan konsentrasi gonadotropin
yang disebabkan tidak adanya umpan balik negatif dari steroid seks
gonad. Penyebab terbanyak biasanya dihubungkan dengan kelainan
kariotipe dan somatik, seperti anochia, sindrom Klinefelter dan

17
Poly X, disgenesis gonad, defek genetik pada steroidogenesis
testosteron.
2. Defek pada aksis testosteron
Kelainan yang termasuk defek aksis testosteron adalah defisiensi
growth hormone insulin-like growth factor I defek reseptor
androgen, defisiensi 5 a-reduktase, sindrom fetal hidantoin.
3. Anomali pertumbuhan
4. Idiopatik
Mikropenis idiopatik diagnosis ditegakkan jika fungsi jaras
hipotalamus-gonad normal, penambahan panjang penis yang
mendekati normal sebagai respons terhadap pemberian testosteron
eksogen, dan adanya maskulinisasi normal pada masa pubertas.

f) Apa etiologi testis dekstra tidak teraba di dalam skrotum dan ukuran
penis 2.0 cm?

Faktor resiko kriptorkismus


Etiologi kriptokrkismus tidak diketahui. Anomali semacam ini
dianggap multifaktorial mengenai etiologi karena banyak faktor,
termasuk:
1. Faktor terkait kelahiran
Faktor terkait kelahiran seperti lahir prematurm berat badan lahir
rendah (2,5kg), dan penurunan hormon estrogen yang tidak
normal. Dalam sebuah studi kasus kontrol, ditemukan bahwa anak
laki-laki yang lahir dari ibu obesitas dan mereka yang lahir melalui
operasi caesar dikaitkan dengan risiko kriptorkismus yang tinggi
(Kaushik P, 2007).
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan misal rumah di dekat industri dan ibu terpapar
senyawa kimia dapat menyebabkan angka kejadian kriptorkismus.
Salah satu senyawa kimia yaitu pestisida dianggap sebagai salah

18
satu senyawa beracun. Secara kimiawi, senyawa ini memiliki
waktu paruh yang lama dan tidak larut dalam air sehingga
terakumulasi dalam jaringan adiposa dalam waktu yang lama
(Cook MB, 2011).
3. Faktor genetik
Aspek genetik kriptorkismus telah terbukti pada hewan percobaan
dimana ditemukan bahwa terdapat kerusakan gen pengkode INSL3
yang menyebabkan penurunan transabdominal testis (Bay K,
2011).

g) Apa makna hasil pemeriksaan dokter pada pemeriksaan organ genitalia


eksterna didapatkan ukuran penis 2.0 cm, prepusium dapat dibuka,
glans penis ada muara urethra, kulit skrotum normal, testis dekstra
tidak teraba di dalam skrotum, Testis sinistra teraba di skrotum,
sebesar kelereng dan lembut?

 Ukuran penis 2.0 cm: Mikropenis. Ukuran normal usia 8-9 tahun
adalah 5,3 – 7,3 cm.
 Testis dekstra tidak teraba di dalam skrotum: UDT/
Kriptorkismus dekstra.
 Testis sinistra teraba di skrotum, sebesar kelereng dan lembut:
Hipotrofi Testis Sinistra

h) Apa saja penyakit dengan keluhan kelainan organ genitalia pada anak
laki laki? (Testis dan Penis)
 Kriptorkismus
Merupakan kegagalan satu atau kedua tesitis untuk turun dari
rongga abdomen ke dalam skrotum. Kriptorkismus unilateral dalah
jenis paling seing, terjadi pada 30% bayi praterm, 3%-4%pada bayi
aterm dan 0,3-04% pada anak usia 1 tahun.

19
 Hipospadia
Terjadi apabila penyatuan digaris tenga lipatan uretra tidak lengkap
sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis.
 Epispadia
Suatu anomali kongenital yaitu meatus uretra terletakpada
permukaan dorasl penis.
 Torsio testis
Testis dapat berputar dalam kantong skrotum (torsio) akabit
perkembangan abnormal dari tunika vaginalis dan funikulus
permatikus dalam masa perkembangan janin.
 Hidrokokel
Hidrokokel kongenital terjadi akibat adanya proses vaginalis yang
menentap, sehingga cairan peritoneum dapat berkumpul di rongga
skrotum.
(Price & Wilson, 2015)

i) Bagaimana patofisiologi testis dekstra tidak teraba di dalam skrotum,


testis sinistra teraba di skrotum, sebesar kelereng dan lembut?

UDT dextra
Ibu terpajan mikroorganisme saat usia kehamilan 3 bulan
menyebabkan infeksi transplasenta janin dalam kandungan sehingga
mikroorganisme berkembang biak di plasenta dan terjadi gangguan
sintesis Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dari plasenta
menstimulus ke sel interstitial testis (Leydig cells) menurun sehingga
produksi testosteron menurun terjadi kontraksi ritmis gubernakulum
untuk menarik testis ke skrotum menurun menyebabkan descensus
testiculorum inguinosacral terganggu menyebabkan testis kanan
tertinggal di canalis inguinalis sehingga terjadi Undescensus
Testiculorum dextra (UDT dextra).

20
Hipotrofi Testis Sinistra
Ibu terpajan mikroorganisme saat usia kehamilan 3 bulan
menyebabkan infeksi transplasenta janin dalam kandungan sehingga
mikroorganisme berkembang biak di plasenta dan terjadi gangguan
sintesis Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dari plasenta
menstimulus ke sel interstitial testis (Leydig cells) menurun sehingga
produksi testosteron menurun terjadi testis sinistra tidak berkembang
dengan baik menyebabkan Hipotrofi Testis Sinistra.

2. Salim anak kedua dari 4 bersaudara, 2 laki laki, 2 perempuan. Pada masa
kehamilan 3 bulan, Ny. Herman menderita demam. Salim lahir dengan
berat badan 2250 gram, cukup bulan dan persalinan normal.
a) Bagaimana proses embriogenesis pembentukan organ genitalia
eksterna?
Perkembangan embrio genitalia eksterna dimulai pada minggu ke 5
kehamilan. Genitalia eksterna berkembang dari bagian kaudal sinus
urogenitalis. Sinus urogenitalis berkembang dari cloaca hindgut dan
menjadi vesica urinaria dan bagian-bagian urethra. Dinding anterior
sinus urogenital melekuk ke dalam untuk membentuk urethral groove
yang dibatasi pada kedua sisi oleh urethral folds. Pada awal
perkembangan, mesenkim embrionik tumbuh di sekitar membrana
cloaca dan menyebabkan ektoderm diatasnya terangkat dan
membentuk tonjolan yaitu tuberculum genital yang terletak diantara
membrana cloaca dan funiculus umbilicalis. Pada minggu ke 7
kehamilan tuberculum genital memanjang akibat pengaruh hormon
testosteron dan membentuk glans penis, sementara itu membrana
urigenital kemudian ruptur sehingga sinus urogenital terbuka ke
permukaan. Sel-sel entoderm sinus urogenital berploriferasi dan
tumbuh ke arah radix phallus membentuk lamina urethralis. Lipatan
genital bersatu di atas urethral grove membentuk corpus spongiosum
dan glans penis. Dengan cara ini, secara simultan akan terbentuk pars

21
spongiosa urethra. Pars prostatica dan pars membranacea urethra
disebelah proksimal berasal dari sinus urogenitalis. Labioscrotalis
membesar dan bersatu membentuk skrotum. Preputium/kulit depan
dibentuk dari lipatan kulit pada basos glans penis. Lipatan kulit
difiksasi ke aspek ventral radix glans oleh frenulum.

Gambar 3.6 Embriogenesis genitalia

Sebelum minggu ke-7 atau ke-8 usia kehamilan, posisi gonad adalah
sama pada kedua jenis kelamin. Adanya gen penentu seks (SRY),
mengawali perkembangan genitalia interna dan eksterna, dan
penurunan testis. Pada masa awal embrio, testis memproduksi 3
hormon, yaitu testosterone yang diproduksi oleh sel Leydig, insulin
like hormon 3 (Insl3), dan Müllerian Inhibiting Substance (MIS) atau
anti müllerian hormon (AMH) yang diproduksi oleh sel Sertoli.
Segera setelah terjadinya diferensiasi gonad menjadi testis, sel Sertoli
mulai memproduksi MIS yang mengakibatkan regresi duktus Müller.
Pada minggu ke-9, sel Leydig memproduksi testosterone dan
merangsang perkembangan struktur wolff, termasuk epididimis dan
vas deferens.
Dengan regresi dari mesonefros pada daerah urogenital dan regresi
duktus paramesonefros (duktus Müller) oleh MIS, testis dan duktus
mesonefros (duktus Wolff) dilekatkan pada dinding perut bagian
posterior ke arah kranial oleh ligamentum genitalis kranial, dan ke

22
arah kaudal oleh ligamentum genitoinguinalis atau gubernakulum.
Dengan regresi dari 4 mesonefros ini, testis juga memperoleh
mesenterium yang memungkinkan testis untuk berada di rongga perut.
Pada fase pertama dari penurunan testis, ligamentum suspensoris
kranial beregresi di bawah pengaruh androgen. Ujung kaudal dari
gubernakulum yang melekat pada dinding perut anterior mengalami
penebalan, yang diketahui sebagai reaksi pembengkakan yang
dimediasi terutama oleh Insl 3. Proses ini mengakibatkan dilatasi
kanalis inguinalis dan membuat jalan untuk penurunan testis. Fase
pertama ini berlangsung hingga minggu ke-15 usia kehamilan. Pada
sekitar minggu ke-25 usia kehamilan, prosesus vaginalis memanjang
di dalam gubernakulum dan membuat divertikulum peritoneal yang
memungkinkan testis untuk turun. Ujung distal dari gubernakulum
lalu menonjol keluar dari muskulatur perut dan mulai memanjang
menuju skrotum. Antara minggu ke-30 sampai minggu ke-35, ujung
distal dari gubernakulum ini sampai di skrotum.
Testis bergerak turun di dalam prosesus vaginalis, yang tetap terbuka
hingga penurunan testis selesai, dan lalu mengalami obliterasi
proximal. Fase ke-2 dari penurunan testis ini diatur oleh testosterone
yang melepas suatu neurotransmitter, yaitu calcitonin gene related
peptide (CGRP), yang menyebabkan perpindahan gubernakulum ke
skrotum. Penurunan testis di dalam prosesus vaginalis dibantu oleh
adanya tekanan intra abdomen.
(Gondo, 2007)

b) Bagaimana berat badan bayi yang normal berdasarkan usia?

Bayi normal lahir dengan berat yang berkisar antara 2500-4200 gram.
Adapun klasifikasi BBLR antara lain:
 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500
gram

23
 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir <
1500 gram.
 Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir <
1000 gram.
(Mochtar, 1998).

c) Apa hubungan Ny. Herman menderita demam dengan keluhan


utama?
Infeksi pada masa kehamilan merupakan faktor predisposisi terjadinya
UDT, mikropenis, dan hipotrofi testis. Infeksi yang terjadi pada
trimester pertama kehamilan memiliki keterkaitan dengan produksi
dari HCG, infeksi tersebut mengeluarkan toksin-toksin yang dapat
menyebabkan suplai nutrisi yang diberikan melalui plasenta menurun
dan akan memengaruhi dari pembentukan HCG yang berdampak pada
penurunan produksi testosteron dari janin sehingga penyempurnaan
atau maskulinisasi genitalia pada masa kehamilan terhambat (Suriani,
2010).

d) Apa makna Salim lahir dengan berat badan 2250 gram, cukup bulan
dan persalinan normal?

Maknanya salim mengalami berat bayi lahir rendah yaitu kurang dari
2500 gr.

e) Apa hubungan BBLR dengan keluhan?


Merupakan faktor resiko terjadinya UDT.

3. Ny. Herman bertanya kepada dokter apakah anaknya dapat dikhitan,


apakah ada kelainan pada buah zakar kirinya dan mengapa buah zakar
kanan tidak teraba di dalam kantongnya. Apakah kelainan yang diderita
Salim akan mempengaruhi masalah kesuburan dan kepriaannya nanti

24
setelah dewasa. Dokter Puskesmasmemberikan penjelasan tentang hal
tersebut dan Ny. Herman dapat memahami penjelasan tersebut.

a) Apa dampak kelainan yang diderita pasien? (mikropenis,


kriptokismus)

1. Infertilitas
Penelitian dilakukan pada sampel kriptokismus unilateral dan bilateral
dengan kelompok kontrol didapatkan bahwa infertilitas lebih banyak
di dapatkan pada kasus kriptorkismus bilateral dari pada unilateral.
Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan bukti bahwa pada kriptorkismus
bilateral menyebabkan penurunan spermatogenesis yang signifikan,
namun kriptorkismus unilateral biasanya memiliki dampak yang jauh
lebih sedikit.
2. Karsinoma testis
Empat penelitian menemukan bahwa jika orchiopexy tertunda
setelah berusia 10 tahun, resiko kanker testis akan enam kali lebih
tinggi dari pada kasus yang diperbaiki dengan pembedahan.
3. Azoospermia
Ditemukan bahwa kasus azoospermia pada kriptorkismus unilateral
adalah 13%, namun pada kriptorkismus bilateral yang tidak diobati
mencapai 89%.

b) Apa makna kelainan pada buah zakar kirinya dan mengapa buah zakar
kanan tidak teraba di dalam kantongnya?
UDT atau Kriptokismus Unilateral Dekstra

c) Bagaimana prosedur khitan?

Prosedur sirkumsisi
 Meminta izin pasien untuk melakukan tindakan

25
 Mintalah pasien mengosongkan kandung kencingnya.
 Meminta pasien berbaring terlentang dan santai
 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril
 Melakukan tindakan aseptik antiseptik dengan cara mengoleskan
kasa steril yang telah diberi cairan antiseptik mulai tengah dengan
cara memutar kearah luar
 Mempersempit daerah tindakan dengan cara menutup dengan doek
steril bolong
 Melakukan tindakan penyuntikan anestesi lokal dengan teknik
anestesi infiltrasi dan blok.
 Teknik anestesi infiltrasi dilakukan dengan cara menyuntikkan
lidokain secara subkutis dengan melingkari daerah pangkal penis.
Sebelum memasukkan cairan lidokain, lakukan aspirasi terlebih
dahulu untuk memastikan bahwa jarum tidak masuk ke pembuluh
darah.
 Teknik anestesi blok dilakukan dengan cara memasukkan lidokain
tegak lurus dengan pangkal penis tepat dibawah simpisis pubis
hingga menembus fascia Buch (seperti menembus kertas).
Sebelum memasukkan cairan lidokain, lakukan aspirasi terlebih
dahulu untuk memastikan bahwa jarum tidak masuk ke pembuluh
darah.
 Tunggu 2 – 3 menit hingga tercapai onset kerja obat dan yakinkan
bahwa anestesi lokal sudah bekerja dengan cara menjepit
prepusium dengan menggunakan pinset.
 Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan penis dan
membersihkan smegma di daerah tersebut menggunakan klem
bengkok dan/atau kasa steril.
 Teknik Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan
penis dengan menggunakan klem bengkok dilakukan dengan cara
menarik prepusium kearah proksimal kemudian masukkan klem

26
bengkok ke dalam prepusium untuk kemudian klem dibuka tutup
sambil didorong kearah perlengketan (seperti gerakan
menggunting). Lakukan berulang-ulang kearah proksimal dan
lateral sampai terlihat korona glan dan pangkal mukosa prepusium
disekeliling korona glan.
 Teknik Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan
penis dengan menggunakan kasa steril adalah perpusium ditarik
dengan tangan kiri kearah proksimal hingga terlihat perlengketan
dan tangan kanan memegang kasa steril untuk membebaskan
perlengketan sedikit demi sedikit kearah proksimal dan lateral
sampai terlihat korona glan dan pangkal mukosa prepusium
disekeliling korona glan
 Lakukan insisi/pembuangan prepusium dengan cara:
a) Jepit prepusium diarah jam 1, 11 dan 6 dengan
menggunakan klem lurus, kemudian meminta asisten
untuk menarik klem tersebut kearah distal
b) Prepusium di insisi pada arah jam 12 diantara jepitan
klem dengan menggunakan gunting jaringan kearah
proksimal hingga tampak sulkus koronarius
c) Lakukan insisi melingkar kearah frenulum kearah
kanan dan kiri dari ujung insisi pertama
d) Lakukan kontrol perdarahan pada frenulum dengan
cara diligasi menggunakan catgut dengan teknik jahitan
angka 8.
e) Bila terjadi perdarahan di mukosa lakukan ligasi
dengan menggunakan klem arteri dan catgut.
f) Menjahit luka dengan cara
mengaproksimasi/menjahitkan kulit dengan mukosa di
tempat luka insisi pada arah jam 3, 6, 9, 12 dan dapat
ditambah sesuai keperluan.

27
g) Luka ditutup dengan kasa steril melingkari luka dan
difiksasi kearah simpisis pubis
(Wood HM, 2009)

d) Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari khitan?

Indikasi
 Keagamaan
 Keadaan medis seperti fimosis, parafimosis, perlekatan antara
glans penis dengan prepusium, balanitis maupun postitis
Kontra Indikasi
 Kontraindikasi sirkumsisi/khitan meliputi prematuritas,
anomali penis (misalnya chordee, bentuk penis yang
melengkung), hipospadia, epispadia, mikropenis, dan genital
ambigu.
(Angel, 2016).

e) Apa manfaat khitan?


Manfaat khitan:
Khitan bermanfaat untuk menjaga kebersihan organ penis. Setelah
khitan, maka akan menjadi lebih mudah untuk membersihkan kotoran
putih (spegma) yang sering berada di leher penis. Bahkan pada 2006
lalu, sebuah penelitian menunjukkan, pria yang dikhitan terbukti
jarang tertular infeksi melalui hubungan seksual dibanding yang tidak
khitan. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics terbitan
November 2006 itu menunjukkan, khitan ternyata bisa mengurangi
resiko tertular dan menyebarkan infeksi sampai sekitar 50 persen dan
merekomendasikan sunat bagi bayi yang baru lahir mengingat
manfaatnya bagi kesehatan. Dalam konferensi internasional ke-25
tentang AIDS di Bangkok. Dipaparkan hasil penelitian, khitan bisa
mengurangi tingkat HIV (virus penyebab AIDS), sipilis, dan ulkus

28
pada alat kelamin. Sehingga pada yang dikhitan akan jelas terlihat jika
terdapat luka, benjolan, ataupun tukak bernanah yang cepat terpantau
sehingga mencegah resiko penularan. Seperti penyakit kelamin sipilis,
raja singa (gonorrhea), dan herpes.
Ada banyak manfaat yang menjadi alasan orang tua untuk melakukan
tindakan sirkumsisi pada anak adalah:
 Membuat penis menjadi lebih bersih
 Mengurangi resiko terkena HIV
 Mengurangi resiko terkena karsinoma penis
 Mengurangi terjadinya kanker serviks
 Pencegah fimosis.
(AAP, 2010)

f) Apa saja teknik- teknik khitan?


Teknik Dorsumsisi
Teknik ini dilakukan dengan memotong prepusium pada jam 12,
sejajar dengan sumbu panjang penis ke arah proksimal (dorsal slit)
kemudian dilakukan potongan melingkar ke kiri dan ke kanan
sepanjang sulkus koronarius glandis.
Keuntungan
 Kelebihan mukosa-kulit dapat diatur
 Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti pada
cara guillotine.
 Kemungkinan melukai glans penis dan merusak frenulum
prepusium lebih kecil.
 Perdarahan mudah diatasi, karena insisi dilakukan bertahap.
Kerugian
 Tekniknya lebih rumit dibandingkan cara guillotine
 Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata
 Memerlukan waktu relative lebih lama dibandingkan cara
guillotine

29
Teknik Klasik (Guillotine)
Teknik ini dilakukan dengan cara menjepit prepusium secara
melintang pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi
dapat dilakukan di bagian proksimal atau distal dari klem tersebut.
Keuntungan
 Tekniknya relative lebih sederhana
 Hasil insisi lebih rata
 Waktu pelaksanaan lebih cepat
Kerugian
 Pada operator yang tidak terbiasa, mukosa dapat
berlebihan, sehingga memerlukan insisi ulang
 Ukuran mukosa-kulit tidak dapat dipastikan
 Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang
berlebihan lebih besar dibandingkan dengan teknik
dorsumsisi
 Perdarahan biasanya lebih banyak

Teknik Gomco Clamp


Pada prinsipnya teknik ini menggunakan alat yang bisa menjepit
prepusium sehingga pada praktik sirkumsisi lebih mudah. Pada
metode ini, penjepitan hanya dilakukan sebentar saja selama operasi
berlangsung dan segera dilepas lalu penjepit kemudian dibuang (sekali
pakai) sehingga tidak terjadi nekrosis

Perbandingan Teknik Guillotine dengan Teknik Gomco Clamp


Teknik guillotine dan teknik gomco clamp merupakan teknik dalam
sirkumsisi. Tapi dalam prakteknya memiliki perbedaan. Dalam teknik
gomco memakai peralatan khusus yang bernama klem gomco.

30
Pada teknik guillotine, tekniknya lebih sederhana. Pada teknik gomco
clamp tekniknya lebih susah karena alat pada gomco clamp terlalu
rumit dalam penggunaannya.
Pada teknik guillotine kemungkinan melukai glans penis dan insisi
frenulum yang berlebihan lebih besar dibandingkan teknik gomco
clamp.Pada gomco clamp memakai bel yang melindungi glans penis
sehingga meminimalkan tergoresnya glans penis.
Pada teknik gomco clamp perdarahan yang terjadi minim karena
menggunakan alat yang menjepit prepusium hingga meminimalkan
terjadinya perdarahan. Pada teknik guillotine resiko perdarahan lebih
banyak.
Metode Laser Electromagnetic
Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan lebih
dikenal dengan sebutan “Khitan Laser”. Penamaan ini sesunnguhnya
kurang tepat karena alat yang digunakan samasekali tidak
menggunakan Laser akan tetapi menggunakan “elemen” yang
dipanaskan.Alatnya berbentuk seperti pistol dengan dua buah lempeng
kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika dialiri listrik, ujung
logam akan panas dan memerah. Elemen yang memerah tersebut
digunakan untuk memotong kulup.
Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah
menghentikan perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak
dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh darahnya kecil.
Kekurangannya adalah menimbulkan bau yang menyengat seperti
“sate” serta dapat menyebabkan luka bakar, metode ini membutuhkan
energi listrik sebagai sumber daya dimana jika ada kebocoran
(kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi
pasien maupun operator.
Untuk proses penyembuhan, dibandingkan dengan cara konvensional
itu sifatnya relatif karena tergantung dari sterilisasi alat yang dipakai,
proses pengerjaanya dan kebersihan individu yang disunat.

31
Metode Flashcutter
Metode ini merupakan pengembangan dari metode elektrokautery.
Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus
(kencang) dan tajam. Flashcutter langsung dapat hidup karena
didalamnya sudah terdapat energi dari rechargeable battery.
Flashcutter pertamakali diluncurkan di Indonesaia tahun 2006
oleh Uniceff Corporation. Cara pemotongan pada khitan sama seperti
mempergunakan pisau bedah (digesek, diiris). Dalam hitungan detik
preputium terpotong dengan sempurna, (tanpa pendarahan, dan
dengan luka bakar sangat minimal).
(Kraftcheck DJ, 2004)

4. Bagaimana cara diagnosis pada kasus?


Anamnesis
 Nama: Salim
 Usia: 8 tahun
 Keluhan utama: buah zakar kanan tidak teraba di dalam
kantongnya
Pemeriksaan genitalia eksterna
 Mikropenis (ukuran penis 2.0 cm)
 Testis dekstra tidak teraba di dalam skrotum
 Testis sinistra teraba di skrotum sebesar kelereng dan lembut.

5. Bagaimana diagnosis banding pada kasus?


 Undescended testis (UDT)
 Testis ektopik
 Testik retraktil

6. Bagaimana pemeriksaan Penunjang pada kasus?


 Tes BTA

32
 Transluminasi
 Pemeriksaan USG inguinal dan abdomen
 Biopsi Testis dan kultur mikroorganisme

7. Apa diagnosis kerja pada kasus?


UDT/ Kriptokismus Dekstra, Mikropenis, Hipotrofi Testis Sinistra

8. Bagaimana tatalaksana pada kasus?

Promotif : perhatikan perubahan posisi, pasien dilarang melakukan


aktivitas yang terlalu berat.
Preventif : menjaga hieginitas dari organ genitalia externa pasien
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kuratif dan rehabilitatif:
1) Lakukan pemberian hormon (mikropenis)
Pada mikropenis diberikan terapi testosteron oleh dokter spesialis
anak (endokrinologi) untuk memperbesar ukuran penis yang akan
lebih memudahkan teknik operasi (Sjamsuhidajat, 2010:862).
2) Perencanaan uretroplasty+ sirkumsisi (hipospadia)
Tujuan operasi hipospadia adalah membuang korde yang ada dan
membuat tambahan urethra sehingga muaranya berada di ujung glans
penis. Operasi pembuatan uretra ini memerlukan bahan kulit yang
cukup banyak, dari prepusium, sehingga anak dengan cacat bawaan
hipospadia tidak boleh disunat (Sjamsuhidajat, 2010:862).
Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan
hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan
dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadia.
3) Orchiopexy (UDT)
Pada operasi orkiopeksia (dengan herniotomi) testis dengan pembuluh
darahnya dilepaskan dari funikulus spermatikus, termasuk m.kremaster
dan difiksasi di dalam skrotum (Sjamsuhidajat,2010:263).

33
Menurut Firdaoessaleh (2007), prinsip dasar Orchiopexy:
a) Mobilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah,
b) Ligasi kantong hernia
c) Fiksasi yang kuat testis pada skrotum
Testis sebaiknya direlokasi pada subkutan atau subdartos pouch skrotum.
Tindakan operasi sebaiknya dilakukan sebelum pasien usia 2 tahun,
bahkan beberapa penelitian menyarankan pada usia 6 – 12 bulan.
Penelitian melaporkan spermatogonia akan menurun setelah usia 2 tahun.
4) Dilakukan biakan urin dan darah, serta biakan langsung dari testis
yang terinfeksi untuk mengidentifikasikan organisme penyebab.
Pengobatan untuk infeksi ini (orchitis granulomatosa karena infeksi
kronis-TB) adalah antibiotik spesifik untuk orgnisme penyebab infeksi
tersebut. Tindakan yang memberikan kenyamanan seperti tirah baring,
penyangga skrotum, kantong es, dan analgetik juga dapat diberikan (Price
dan Wilson, 2006:1323).

9. Bagaimana komplikasi pada kasus?


komplikasi
1. Infertilitas
Penelitian dilakukan pada sampel kriptokismus unilateral dan bilateral
dengan kelompok kontrol didapatkan bahwa infertilitas lebih banyak di
dapatkan pada kasus kriptorkismus bilateral dari pada unilateral. Hal ini
dapat dijelaskan berdasarkan bukti bahwa pada kriptorkismus bilateral
menyebabkan penurunan spermatogenesis yang signifikan, namun
kriptorkismus unilateral biasanya memiliki dampak yang jauh lebih
sedikit.
2. Karsinoma testis
Empat penelitian menemukan bahwa jika orchiopexy tertunda setelah
berusia 10 tahun, resiko kanker testis akan enam kali lebih tinggi dari
pada kasus yang diperbaiki dengan pembedahan.
3. Azoospermia

34
Ditemukan bahwa kasus azoospermia pada kriptorkismus unilateral
adalah 13%, namun pada kriptorkismus bilateral yang tidak diobati
mencapai 89%.

10. Bagaimana prognosis pada kasus?


Fungsional = dubia ad malam
Vitam = dubia ad bonam

11. Bagaimana KDU pada kasus?

Tingkat Kemampuan: 2

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan


pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya:
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu
merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu
menindaklanjuti sesudahnya (KKI, 2012).

12. Bagaimana nilai nilai islam pada kasus?


Khitan merupakan bagian dari syariat islam. Khitan dalam agama islam
termasuk bagian dari fitrah. Rasulullah ahallallahu’alaihi wa sallam
bersabda :
Fitrah itu ada 5 perkara : khitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting
kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur kumis. (HR Muslim 257)

IV. Kesimpulan

Salim, Laki- laki 8 tahun mengalami hipotrofi testis sinistra, UDT dekstra
unilateral, mikropenis disebabkan ibu terinfeksi mikroorganisme pada kehamilan
yang berdampak pada gangguan perkembangan testis dan penis.

35
V. Kerangka Konsep

Infeksi Mikroorganisme

Infeksi Plasenta

Gangguan Pembentukan HCG

Sekresi dini Sel Leydig pada testis terganggu

Hormon Testosteron menurun

DHT Menggangu maskulinasi sel reproduksi

Pembentukan Genitalia
Eksterna terganggu Pertumbuhan testis testis tidak
Terganggu turun

Mikropenis Hipotrofi testis UDT

36
Daftar Pustaka

American Academy of Pediatric (AAP). 2010. Circumcision. Available from:


http://www.aap.com [diakses pada 31 Oktober 2017].
Angel, C.A. 2016. Circumsion Clinical Presentation. USA: University of
Tennessee School of Medicine. (Diakses pada tanggal 3 November 2017
melalui https://emedicine.medscape.com/article/1015820-clinical)
Bay K, Andersson AM. Human testicular insulin-like factor 3: in relation to
development, reproductive hormones and andrological disorders. Int J
Androl.2011;34(2):97–109. [PubMed]
Circumcision Techniques and Complications. Jakarta : BMC Urology 1151-1155
Cook MB, Trabert B, Katherine A. Organochlorine compounds and testicular
dysgenesis syndrome: human data. Int J Androl. 2011;34(4 pt 2):e68–e84.
[PMC free article] [PubMed]
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003.
Eroschenko, V., P. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional
Edisi. 11. Jakarta: EGC. Hal: 477- 485
Gondo P. 2007. Pengaruh ensefalopati neonatal akibat asfiksia neonatorum
terhadap gangguan perkembangan neurologis [thesis]. Semarang
(Indonesia): Universitas Diponegoro.
Junquiera, L., C. & Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas. Jakarta:
EGC. Hal: 415-431.
Kaushik P, Kaushik G. An assessment of structure and toxicity correlation in
organochlorine pesticides. J Hazard Mater. 2007;143(1–2):102–111.
[PubMed]
Kraftcheck DJ.2004. A Technique of Newborn Circumcision.Can Fam Physician.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetric Fisiologi, Obstetric Patologis.
Jakarta: Penerbit EGC. Hal 91.
Moore, KL. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates. Hal 109-111.

37
Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi
Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta :
EGC.
Price & Wilson. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi
ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1311-1314.
Price & Wilson. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi
ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1317-1319.
Suriani. 2010. Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal Terhadap Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah Di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survey
Demografi Dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007).
Wood HM, Elder JS. 2009. Cryptorchidism and testicular cancer: separating fact
from fiction. J Urol. 2009;181(2):452–461. [PubMed]

38

Anda mungkin juga menyukai