Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama dakwah, di mana di dalamnya terdapat usaha
menyebarluaskan kebenaran ajaran yang diyakini berasal dari Allah SWT, untuk
disebarluaskan kepada semua manusia. Semangat menyebarluaskan kebenaran ini
merupakan tugas suci dan wujud pengabdian kepada Allah SWT. Dalam agama Islam
melaksanakan dakwah (menegakkan amar ma’ruf nahi munkar) merupakan kewajiban
semua umat Islam oleh karena itu mempelajari tentang bagaiman pengorganisasiann
dakwah yang benar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipelajari sehingga dakwah
yang terlaksa dapat merubah masyarakat kejalan Allah SWT.
Dakwah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman agama dalam berbagai aspek
ajaran agar diaktualisasikan dalam sikap, berfikir dan bertindak. Untuk mencapai tujuan ini
secara maksimal, maka disinilah letak signifikannya manajemen dakwah untuk mengatur,
dan mengantarkan dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diharapkan,

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen ?
2. Siapa pelaku manajemen dakwah?
3. Apa nilai nilai leadership dakwah?
4. Apa fungsi manajemen dakwah?
5. Apa langkah-langkah media dakwah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manajemen
2. Mengetahui pelaku manajemen dakwah
3. Mengetahui nilai nilai leadership dakwah
4. Mengetahui fungsi manajemen dakwah
5. Mengetahui langkah-langkah media dakwah

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen

Manajemen dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni
"manajemen" dan "dakwah". Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang sangat
berbeda. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu yang sekuler (ilmu yang tidak
berdasarkan pada agama), yakni ilmu ekonomi. Ilmu ini diletakkan di atas paradigma
materialistis.
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata
manus yang berarti tangan dan agere (melakukan). Kata-kata itu digabung menjadi managere
yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke Bahasa Inggris to manage (kata kerja),
management (kata benda), dan manager untuk orang yang melakukannya. Management
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi manajemen (pengelolaan), dalam bahasa inggris
managemen berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya manajemen
adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oeh individu atau kelompok dalam upaya-upaya
koordinasi dalam mencapai suatu tujuan dan dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan
sebagai an-nizam atau at-tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala
sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.
Sedangkan Menurut para ahli, pengertian manajemen terdapat banyak definisi yang
dikemukakan, diantaranya adalah:
a. Dr. Sondang P. Siagian MPA menyatakan manajemen adalah kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
b. Robert Kritiner mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses kerja melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini
berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap penggunaan sumber daya
manusia.
c. George R. Terry berpendapat bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan, dan pengendalian yang
2
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
d. Menurut Manullang bahwa istilah manajemen terjemahannya dalam bahasa
Indonesia, hingga saat ini belum ada keseragaman. Berbagai istilah yang
dipergunakan" seperti: ketatalaksanaan, manajemen, manajemen pengurusan dan lain
sebagainya.
e. Menurut P. Siagian, manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
f. Menurut Handoko, manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-
orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).
g. Menurut Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu
h. Menurut Sukarno K. (1986: 4), manajemen ialah : 1). Proses dari memimpin,
membimbing dan memberikan fasilitas dari usaha orangorang yang terorganisir
dalam organisasi formal guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan; 2). Proses
perencanaan, pengorganisasian, pengerakkan dan pengawasan.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen


merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengendalikan dan mengembangkan segala
upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
Pengertian yang kedua yaitu pengertian dakwah, secara etimologis, dakwah berasal
dari bahasa Arab, yaitu da'a, yad'u' da'wan, du'a,4 yang diartikan sebagai upaya mengajak,
menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang
sama dengan istilah tabligh, amr ma'ruf nahyi munkar, mau'idzah hasanah, tabsyir, indzhar,
washiyah, tarbiyah, ta'lim, dan khatbah.

3
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan makna dakwah islam yaitu sebagai
kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk
meniti jalan Allah dan Istiqomah dijalan-Nya serta berjuang bersama meninggikan agama
Allah.
Dari definisi manajemen dan dakwah tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengertian
Manajemen dakwah yaitu sebagai pproses perencanaan tugas, mengelompokan tugas,
menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas
dan kemudian menggerakan ke arah tujuan dakwahdup selaras dan serasi dengan yang
lainnya.

B. Pelaku Manajemen Dakwah

1. Da’i / Komunikator (Pelaku Dakwah)


Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang
dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi atau lembaga .
Masalah yang menonjol dalam bidang ini adalah tentang kualitas, yaitu kurangnya
pendidikan, terbatasnya wawasan ke – Islaman, politik, sosial, ekonomi, kemasyarakatan
dan Iptek, disamping kurangnya latihan dan pengalaman sehingga sering ditemui
kekeliruan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Untuk itu pelatihan untuk pelaku dan
pengelola dakwah guna meningkatkan kemampuan penalaran dalam rangka aktualisasi
ajaran islam dan integritas diri perlu diadakan secara reguler dan harus mendapat
perhatian yang serius dari berbagai pihak yang terkait.Di sisi lain untuk mendukung
keberhasilan dan legitimasi pelaku dakwah selaku komunikator, pelaku dakwah harus
berupaya memiliki dan membina sifat – sifat sebagai berikut:
a. Harus benar – benar istiqamah dalam keimanannya dan percaya seyakin – yakinnya
akan kebenaran agama islam yang dianutny untuk kemudian diteruskannya kepada
umat.
b. Harus menyampaikan dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Dia tidak boleh
menyembunyikan kebenaran, apalagi menukar kebenaran tersebut dengan nilai yang
rendah.
c. Menyampaikan kesaksiannya tentang kebenaran itu, tidak saja dengan lidahnya, tetapi
sejalan dengan perbuatannya.
4
d. Berdakwah secara jujur dan adil terhadap semua golongan dan kelompok umat dan
tidak terpengaruh dengan penyakit hati, seperti hasad, sombong, serakah, dan
sebagainya.
e. Berdakwah dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah dan mengharap ridho – Nya.
f. Menjadikan Rasulullah saw., sebagai contoh teladan, utama, dalam segenap kehidupan
baik pribadi maupun rumah tangga dan keluarga.
g. Mempunyai keberanian moral dalam berdakwah, namun memahami batas – batas
keimanan yang jelas.
h. Mengutamakan persaudaraan dan persamaan umat, sebagai wujud ukhuwah islamiyah.
i. Bersifat terbuka, penuh toleransi, lapang dada dan tidak memaksa.
j. Tetap berjihad dalam kondisi bagaimanapun dengan keyakinan bahwa Allah akan
berpihak kepada yang benar dan memberikan petunjuk untuk itu.
2. Mad’u / Komunikan / Masyarakat (Penerima Dakwah)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama
Islam maupun non Islam. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah
bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang
orang yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, islam
dan ihsan .

C. Nilai Nilai Leadership Dakwah

Kepemimpinan atau Lendership sering dianggap sebagai inti dari manajemen.


Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pemerintahan pada dasarnya bertumpu pada
pemimpinan atau menejer di dalam memimpi. Seorang pemimpin harus bisa mementingkan
kepentingan organisasi lembaga yang dipimmpinnya. Seorang pemimpin dalam memimpin
sifarnya tidak memaksa. Dia menjadi teladan dan sebagai pendorong yang dipimpin untuk
mencapai tujuan yng digariskan.
Mengingat bahwa pengertian dakwah itu sangat luas dan tidak dapat dilaksanakan
sendiri-sendiri, disamping juga mempunyai jangkauan yang begitu kompleks maka dakwah

5
hanya dapat dilaksanakan secara evektif manakala dilakukan tenaga-tenaga yang mempu
melaksanakan tugasnya, baik secara kualitatif maupun kuanitatif.
Jika kepemimpinan atau lendership dirtikan sebagai peroses untuk mempengaruhi
suatu tindakan kelompok teror organisasi atau orang-orang dibawahnya agar mereka para
pengikut meneerima dengan kemauannya untuk diarahkan dan diawasi oleh pemimpin
tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dan kemauan serta keahlian
menejemen. Sebab dua hak tersebut merupakan dua syarat yang harus dimiliki seorang
pemimpin. Pemimpin yang bergerak dibidang lapangan apa saja barulah dapat dikatakan
sebagai pemimpin yan efektif bilamana saja barulah dapat dikatakan sebagai pemimpin –
pemimpin dalam bidang apapun juga termasuk dalam hal ini bidang dakwah, nilai-nilai
kepemimpinan harus dimiliki.
Diantara nilai-nilain lendership dakwah, yaitu
1. Subjek dakwah mempunyai lmu pengetahuan yang luas.
2. Subjek dakwah mempunyai pandangan jauh ke masa depan.
3. Subjek dakwah harus arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas.
4. Subjek dakwah harus teguh pendirian dan menjalankan tugas dakwah.
5. Subjek dakwah harus adil dan bijaksana dalam beritindak.
6. Subjek dakwah harus sehat jasmani dan rohani.
7. Subjek dakwah harus pendai berkomuniksai.
8. Subjek dakwah harus ikhlas dalam menjalankan tugas dakwah.
9. Subjek dakawh harus yakin bahwa misinya akan berhasil

D. Fungsi Manajemen Dakwah

Fungsi manajemen adalah rangkaian kegiatan yang telah ditetapkan dan memiliki
hubungan saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya yang dilaksanakan
oleh orang-orang dalam organisasi atau bagian-bagian yang diberi tugas untuk melaksanakan
kegiatan. Secara umum, manajemen dakwah memiliki empat fungsi, yaitu:
a. Takhthith (Perencanaan Dakwah)
Segala aktivitas diharuskan adanya planning (perencanaan). Rencana adalah suatu
arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari perencanaan ini akan
6
mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
guna mencapai tujuan. Dalam kaitannya dengan pengelolaan dakwah, bila perencanaan
dilaksanakan dengan matang, maka kegiatan dakwah yang dilaksanakan akan berjalan
secara terarah, teratur, rapi serta memungkinkan dipilihnya tindakan- tindakan yang tepat
sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan perencanaan yang didahului oleh penelitian,
lebih memungkinkan persiapan yang lebih matang, baik menyangkut tenaga sumber daya
manusia (SDM), fasilitas yang diperlukan, biaya yang dibutuhkan, metode yang akan
diterapkan dan lain-lain.
Tanpa perencanaan yang matang, biasanya aktivitas tidak berjalan dengan baik,
tidak jelas kemana arah dan target yang akan dicapai dari kegiatan itu serta sulitnya
melibatkan orang yang lebih banyak. Keharusan melakukan perencanaan bisa kita pahami
dari firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al-Haashr ayat 18)
Oleh karena itu dalam aktivitas dakwah, perencanaan dakwah bertugas menentukan
langkah dan program dalam menentukan setiap sasaran, menentukan sarana-prasarana
atau media dakwah, serta personel da’i yang akan diterjunkan. Menentukan materi yang
cocok untuk sempurnanya pelaksanaan, membuat asumsi berbagai kemungkinan yang
dapat terjadi yang kadang-kadang dapat mempengaruhi cara pelaksanaan program dan
cara menghadapinya serta menentukan alternatif-alternatif, yang merupakan tugas utama
dari sebuah perencanaan. Sebuah perencanaan dikatakan baik jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut
1) Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Standar
baik dalam Islam adalah yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan as-Sunnah.

7
2) Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki manfaat. Manfaat ini bukan
sekedar untuk orang yang melakukan perencanaan, tetapi juga untuk orang lain, maka
perlu memperhatikan asas maslahat untuk umat, terlebih dalam aktivitas dakwah.
3) Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang dilakukan. Untuk
merencanakan sebuah kegiatan dakwah, maka seorang da’i harus banyak mendengar,
membaca, dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas sehingga dapat melakukan
aktivitas dakwah berdasarkan kompetensi ilmunya.
4) Dilakukan studi banding. Yaitu melakukan studi terhadap praktik terbaik dari
lembaga atau kegiatan dakwah yang sukses menjalankan aktivitasnya.
5) Dipikirkan dan dianalisis prosesnya, dan kelanjutan dari aktivitas yang akan
dilaksanakan.
Sementara itu Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam
menyatakan, bahwa perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan
keputusan yang matang dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka menyelenggarakan dakwah.
b. Tanzhim (Pengorganisasian Dakwah)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan. Pengorganisasian dakwah dalam pandangan Islam bukan
semata-semata merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan
dapat dilakukan secara rapi, teratur, dan sistematis. Pengorganisasian dimaksudkan untuk
mengelompokan kegiatan dakwah yang sudah direncanakan, sehingga mempermudah
pelaksanaanya. Pengorganisasian dakwah adalah seluruh proses pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen harus mencerminkan adanya pembagian
tugas yang merata antara orang-orang yang ada dalam organisasi.
Pada proses pengorganisasian ini akan menghasilkan sebuah rumusan struktur
organisasi dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Jadi, yang ditonjolkan
adalah wewenang yang mengikuti tanggung jawab, bukan tanggung jawab yang
mengikuti wewenang. Islam sendiri sangat perhatian dalam memandang tanggung jawab

8
dan wewenang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang
mengajak para sahabat untuk berpartisipasi melalui pendekatan empati yang sangat
persuasif dan musyawarah. Sebagaimana yang terkandung dalam surat Ali Imran: 159.

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lembah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.

c. Tawjih (Penggerakan Dakwah)

Penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para


bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi
tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Penggerakan dakwah
merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah
dilaksanakan. Fungsi ini merupakan penentu manajemen lembaga dakwah. Keberhasilan
fungsi ini sangat ditentukan oleh kemampuan pimpinan lembaga dakwah dalam
menggerakkan dakwahnya.

Penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena proses ini
semua aktivitas dalam dakwah dilaksanakan, aktivitas-aktivitas dakwah yang
direncanakan terealisasikan, fungsi manajemen akan bersentuhan langsung dengan pelaku
dakwah. Adapun pengertian penggerakan adalah seluruh pemberian motivasi kerja kepada
para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi
tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Ada beberapa poin dari
proses penggerakan dakwah yang menjadi kunci dalam kegiatan dakwah , yaitu:

a. Pemberian motivasi.
9
Pemberian motivasi merupakan salah satu aktivitas yang harus dilakukan oleh
pimpinan dakwah dalam penggerakan dakwah. Motivasi dikatakan penting karena
berkaitan dengan peran pemimpin yang berhubungan dengan bawahannya. Setiap
pemimpin harus bekerja sama melalui orang lain atau bawahannya, untuk itu
diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahannya.
b. Bimbingan.
Bimbingan merupakan tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya
tugas-tugas dakwah yang sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, dan
ketentuanketentuan, agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran dakwah dapat dicapai
dengan sebaik-baiknya. Bimbingan ini bisa berbentuk sebuah nasihat, dorongan, serta
perhatian dengan mengikutsertakan ke dalam program pelatihan-pelatihan yang
relevan serta pengembangan yang relevan atau dalam bentuk memberikan sebuah
pengalaman yang akan membantu tugas selanjutnya.
c. Menjalin hubungan.
Untuk menjamin terwujudnya harmonisasi dan sinkronisasi usaha-usaha dakwah
diperlukan adanya penjalinan hubungan. Dengan menjalin hubungan, semua tim yang
tergabung antara pemimpin dan pelaksana dakwah dapat bekerja dengan efektif
karena sebelumnya mereka sudah membentuk kerangka usaha demi terwujudnya
tujuan dan menyepakati satu sama lain.
d. Penyelenggaraan komunikasi.
Dalam proses kelancaran dakwah komunikasi sangat dibutuhkan antara
pemimpin dengan pelaksana dakwah agar saling berinteraksi ketika melaksanakan
tugasnya. Komunikasi menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik antara
atasan dan bawahan, mitra, orang-orang di luar dan di dalam organisasi

d. Riqaabah (Pengendalian Dakwah)

Pengendalian Dakwah adalah suatu proses pengamatan terhadap pelaksanaan


seluruh kegiatan dalam organisasi untuk menjamin agar semua kegiatan yang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Penggunaan prosedur
pengawasan dapat dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan mengukur penyimpangan dari
prestasi yang direncanakan dan menggerakkan tindakan korektif. Dengan fungsi ini,
seorang pemimpin bisa melakukan tindakan-tindakan antara lain: pertama, mencegah

10
penyimpangan dalam pengurusan dalam berdakwah. Kedua, menghentikan kekeliruan
yang penyimpangan yang berlangsung, dan ketiga mengusahakan pendekatan dan
penyempurnaan

Pengendalian Manajemen Dakwah dikonsentrasikan pada pelaksanaan aktifitas


tugas-tugas dakwah yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilakukan. Hal
ini dimaksudkan sebagai upaya preventif terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya
penyimpangan serta upaya peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah
kedepan. Pada sisi lain pengendalian ini juga dimaksudkan untuk membantu para manajer
dakwah dalam memonitor perubahan mad’u, perubahan lingkungan, dan pengaruhnya
terhadap kemajuan organisasi. Secara spesifik pengendalian dakwah ini dibutuhkan untuk:

a. Menciptakan suatu mutu dakwah yang lebih baik.


b. Dapat menciptakan siklus yang lebih tepat.
c. Untuk mempermudah pendelegasian da’i dan kerja tim.

E. Langkah-Langkah Media Dakwah

Pengambilan keputusan mengenai tindakan – tindakan yang akan dilakukan itu


didasarkan pada hasil perkiraan dan perhitungan yang masak setelah terlebih dahulu
dilakukan penelitian dan analisa terhadap kenyataan dan keterangan yang konkrit.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan terhadap proses perencanaan dakwah akan
meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pekiraan dan perhitungan masa depan.
Perencanaan dakwah berarti tindakan pengambilan keputusan yang dilakukan
sekarang untuk penyelenggaraan dakwah d masa mendatang. Dengan memperkirakan
dan memperhitungkan segala hal yang akan terjadi dapat diketahui gambaran mengenai
keadaan masa depan, baik gambaran tentang kondisi maupun situasi obyektifyang
melingkupi proses penyelenggaraan dakwah. Dengan demikian pimpinan dakwah dapat
menetapkan sasaran dan langkah-langkah dakwah yang rasionil dan realistis.
Perencanaan dakwah yang tidak didahului perkiraan dan perhitungan masa
depan, merupakan tindakan yang sewenang-wenang yang dilakukan dengan untung-

11
untungan. Oleh karena itu hasilnya juga lebih banyak hanya penyusunan daftar
keinginan belaka yang sulit dilaksanakan.
2. Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan dakwah
Dalam rangka perencanaan dakwah, penentuan dan perumusan sasaran
merupakan langkah kedua yang dilakukannya perkiraan dan perhitungan mengenai
berbagai kemungkinan di masa depan. Rencana dakwah dapat diformulir dengan baik
bilamana terlebih dahulu diketahui dengan baik apa yang menjadi sasaran dari
penyelenggaraan dakwah. Tanpa mengetahui sasaran yang hendak dicapai, tidak
mungkin dapat ditetapkan langkah – langkah yang harus dilaksanakan.
Mengingat pentingnya peranan sasaran bagi penyelenggara dakwah, maka
sasaran yang hendak dicapai haruslah dirumuskan dengan jelas sehingga mudah
dipahami oleh setiap orang terutama para pelaku dakwah. Perumusan sasaran dakwah
yang tidak jelas akan berakibat timbulnya kekaburan, penafsiraan yang tentu saja akan
mengakibatkan kesimpang siuran dan kekacauan.
3. Penetapan tindakan-tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya
Tindakan-tindakan dakwah merupakan penjabaran dari sasaran dakwah yang
telah ditentukan, dalam bentuk aktivitas nyata. Tindakan-tindakan dakwah harus
relevant dengan luasnya maupun macam-macam aktivitas yang akan dilakukan.
Langkah-langkah yang harus ditempuh ketika hendak menetapkan tindakan-tindakan
dakwah adalah sebagai berikut :
a. Meninjau kembali sasaran dakwah serta menentukan luasnya skope aktivitas dakwah.
b. Menentukan tindakan-tindakan penting
c. Menentukan prioritas pelaksanaannya
d. Menentukan kegiatan-kegiatan terperinci
4. Penetapan metode dakwah
Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah itu harus
dilaksanakan. Kegiatan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif bilamana
dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara tepat.
Cara yang tepat oleh Al-quran dirumuskan dalam Al-Quran Surah An Nahl ayat
25, yaitu: ”

12
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
batahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
5. Penentuan dan penjadwalan waktu
Penentuan waktu ini mempunyai arti penting bagi proses dakwah. Sebab dengan
diketahuinya kapan setiap tindakan atau kegiatan dakwah itu harus dilakukan serta waktu
yang disediakan untuk masing-masing kegiatan itu,dapatlah dipersiapkan para pelaku
dakwah serta fasilitas yang diperlukan oleh masing-masing kegiatan itu. Ketidapastian waktu
penyelenggaran dakwah, di samping menimbulakan kekacauan juga sering menyebabkan
pengorbanan tenaga, biaya dan sebagainya menjadi sia-sia.
6. Penetapan lokasi dakwah
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pemilihan lokasi itu adalah:
macam kegiatan dakwah yang akan dilaksanakan, sumber tenaga, pelaksana, fasilitas yang
diperlukan, serta keadaan lingkungan. Ketepatan dalam penentuan dan pemilihan lokasi
mempunyai pengaruh bagi kelancaran jalannya proses dakwah. Oleh karena itu masalah
lokasi, dimana kegiatan dakwah akan dilakukan haruslah mendapatkan perhatian dalam
rangka perencanaan dakwah.
7. Penetapan biaya, fasilitas dan factor-faktor lain yang diperlakukan bagi penyelenggaraan
dakwah
Kelancaran suatu usaha atau kegiatan disamping ditentukan oleh faktor tenaga, faktor
biaya, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang diperlukan. Suatu usaha akan berjalan dengan
lancer, bilamana di samping didukung oleh tenaga-tenaga yang cakap, juga tersedia cukup
biaya, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang diperlukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://myaddresspaper.blogspot.co.id/2016/03/perencanaan-dakwah.html
https://dhanda11april.wordpress.com/materi-kuliah/manajemen-dakwah/
file:///D:/SERTIF%204/BAB%20II%20(1).pdf
http://betexmk.blogspot.co.id/2014/11/makalah-menejemen-dakwah.html?m=1
https://sandyjarsan.blogspot.co.id/2016/02/makalah-manajemen-dakwah.html

14

Anda mungkin juga menyukai