Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita sangat berkaitan dengan
zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya
dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini. Misalnya
garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain memperkaya rasa masakan
ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai kegunaan
lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika disambungkan
dengan power supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat lampu
menyala.
Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air
suling, larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium
klorida, natrium hidroksida, dan masih banyak lagi. Secara garis besar larutan
dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan
elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektroit lemah.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di era modern yang sangat pesat
ini, dan dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kebutuhanakan
efektifitas dan efisiensi sangat diutamakan dalam bidang. Hal tersebut telah
mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi dalam bidang ilmu
pengetahuan untuk menciptakan suatu ilmu pengetahun yang lebih efektif dan
efisien yang dapat diterapkan dalamk ehidupan sehari-hari. Semakin banyak
munculnya berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat membantu
kehidupan manusia. Menambah masuk hamper disegala bidang kehidupan,
sebagai contohnya adalah dibidang ilmu pengetahuan Fisika Zat Padat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Sifat dasar larutan
2. Jenis-jenis larutan
3. Kelarutan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
4. Pembahasan Kekristalan Zat Padat.
5. Pembahasan Ikatan Atomik dalam Kristal.
6. Pembahasan Gaya-gaya Antar Atom.
7. Pembahasan Macam-macam Ikatan Atom dalam Kristal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat Dasar Larutan


Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya
atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu
seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam
reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan
atau penguapan. Dan uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi
larutan.dan berdasarkan daya hantarnya larutan dibagi menjadi larutan
elektrolit dan non elektrolit.

B. Komposisi Larutan
Ada beberapa cara untuk menyatakan komposisi larutan. Yaitu dengan
Presentase massa/ persen bobot : presentase berdasarkan massa suatu zat
dalam larutan. Dalam kimia yang paling bermanfaat menyatakan komposisi
adalah fraksi mol, molaritas, dan molalitas. Dan untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan pada pembahasan konsentrasi larutan.

C. Jenis Larutan
Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan
elektrolit dan larutan non-elektrolit.
1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan arus
listrik. Pada larutan ini dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit
lemah

3
a. Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya
hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya
air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

1) Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.


2)  Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah,
seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
3) Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al 2(SO4)3 dan lain-
lain
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah
ion-ion yang bergabung dengan molekul air, sehingga larutan tersebut
daya hantar listriknya kuat. Hal ini disebabkan karena tidak ada molekul
atau partikel lain yang menghalangi gerakan ion-ion untuk
menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah
sebagai media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam
air, maka semua HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ion-
ion dengan persamaan reaksi berikut:

HCl (g) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+(aq) + Cl− (aq)

Reaksi ini biasa dituliskan:

HCl (aq) ⎯→ H+(aq) + Cl− (aq)

b. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar
listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.

Yang tergolong elektrolit lemah:

1) Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-


lain
2) Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain

4
3) Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-
lain
Misalnya CH3COOH dilarutkan ke dalam air, maka sebagian
CH3COOH akan terion dengan persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH (s) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+ (aq) + CH3COO− (aq)
CH3COOH yang terion reaksinya biasa dituliskan:
CH3COOH (aq) ⎯→ H+ (aq) + CH3COO− (aq)

Ion-ion yang telah terbentuk sebagian bereaksi kembali


membentuk CH3COOH, sehingga dikatakan CH3COOH yang terion
hanya sebagian. Reaksinya dapat dituliskan:
CH3COOH (aq) ⇔ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-
molekul senyawa CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan
CH3COO−. Molekul senyawa CH3COOH tidak dapat menghantarkan
arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan
CH3COO− untuk menghantarkan arus listrik.
2. Larutan non elektrolit 
Larutan non- elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak
dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
a. Larutan urea
b. Larutan sukrosa
c. Larutan glukosa
d. Larutan alkohol dan lain-lain
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
1) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan,
temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari
zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.

5
2) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem,
temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari
zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3,
yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut
(solute) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).
Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion <
Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah zat
terlarut (solute) yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan
pelarut (solute) padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila
hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak zat terlarut (solute) daripada yang
diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute) sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak
zat terlarut (solute) dibanding pelarut (solvent).
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut
(solute) dibanding pelarut (solvent).

6
D. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam
sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam %
(persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia
konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
1. Persen massa (% b/b)
Persen massa menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute)
terhadap massa larutan
% Solute =    100 %
2. Persen volum (% v/v)
Persen volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute)
terhadap volum larutan
%  solute =    100 %
3. Persen massa/volum (% b/v)
Persen massa per volum menyatakan perbandingan massa zat terlarut
(solute) terhadap volume larutan
%    100 %
4. Persen volum/massa (% v/b)
Persen volum per massa menyatakan perbandingan volum zat
terlarut (solute) terhadap massa larutan
%    100 %
5. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter
larutan
M =  x  
6. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram
(1000 gram) pelarut.
m =  x
7. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap
liter larutan.

7
N =  x n x   
8. Ppm
ppm menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg
larutan
ppm =

E. Kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut
(solute) yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya zat terlarut
(solute) yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu.
Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut,
atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat
kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak
larut (insoluble).
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut kurang dari kelarutannya,
maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih
encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah zat
terlarut (solute) yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya
disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat
daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara
membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat
terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas
daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang panas itu masih tersisa
zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka sisa itu harus
disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian larutan itu
didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari
pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal
kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat
lewat jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya
larutan dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo).

8
Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini
dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang kecil
(kristal inti/bibit) umumnya kristal dari zat terlarut (solute). Kelebihan
molekul zat terlarut (solute) akan terikat pada kristal inti dan akan
mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan IA,
IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH 4+ seperti pada tabel
berikut:
Senyawa Kelarutan
Nitrat Semua larut
Nitrit Semua larut kecuali Ag+
Asetat Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
Klorida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
Bromida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
Iodida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
Sulfat Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+, (Ca2+ sedikit larut)
Sulfit Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Sulfida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
Fosfat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Karbonat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksalat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
Hidroksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit larut)
Tabel 1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat


terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
1. Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air
dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air
tidak bercampur (completely immiscible).

9
2. Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang
keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi
berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur
yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan
proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka
proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai
dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-
1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses
pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur
yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka
kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
3. Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau
padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl
sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan
tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-
1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu
(tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika
tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas
yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.

F. Kekristalan Zat Padat


Zat padat dapatKekeristalan Zat Pada dibedakan menjadi :
Kristal yaitubila atom atau molekul penyusun tersusun dalam
bentuk pengulangan kontinu untuk rentang yang panjang, terbentuk dari
larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya.

10
Kristal dapat terbentuk dalam :
1. Kristal tunggal
2. Polikristal
3. Mikro Kristal
4. Nano kristal
Amorf yaitu zat padat yang tidak memiliki bentuk pengulangan
keteraturan, jangkauan keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua.

G. Ikatan Atomik Dalam Kristal


Gaya–gaya Antar Atom struktur spasial terbangun oleh gaya-gaya
antar atom dalam Kristal dari jarak atom dalam kristal yang berkisar sekitar
1Å bersifat listrik-magnet;
1. Tarik-menarik (coulomb)
2. Tolak-menolak antar lawan elektron
Jarak stabil antara ion-ion tergantung dari kesetimbangan antara
dua macam gaya tadi. Macam dan kekuatan ikatan atomic ditentukan oleh
struktur electron dari atom-atom yang membentuk Kristal ikatan atomic
sangat ditentukan oleh kecenderungan atom-atom dalam Kristal untuk
memperoleh konfigurasi electron seperti yang dipunyai oleh atom-atom gas
mulia.

H. Macam-macam Ikatan Atom Dalam Kristal


Ikatan Ionik adalah ikatan yang dibentuk oleh-oleh ion, terjadi
karena gaya tarik elektrostatik (Coulomb) antara ion positif dan ion negatif.
Dan Ikatan ionic dapat terbentuk antar atom yang memiliki energy ionisasi
rendah, sehingga mudah terjadi pelepasan elektronnya. Dalam hal ini, atom
yang satu memberikan electronnya pada atom yang lain, sehingga terbentuk
ion positif dan ion negatif yang saling mengikat.
Contoh :kristalNaCl, ion Na+dikelilingioleh 6 ion Cl-.
1. Contoh soal : Dalam Kristal NaCl, jarak kesetimbangan antara ion adalah
2,81Å. Cari energy potensial totalnya.

11
Jawaban: Karenaα = 1,748 dann = 9, energy potensial ion dengan tanda
positif atau negatif. Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terjadi karena adanya
pemakaian bersama elektron-elektron dari atom-atom yang bersangkutan,
dan ikatan kovalen juga disebut juga ikatan homopolar.Contoh ikatan
kovalen : INTAN Karbon = 1s2 2s2 2p2 membutuhkan 4 elektron agar
kulitnya penuh (2p6). Ini diperoleh dari pemakaian 4 atom C Jadi 1 atom C
akan berikatan kovalen dengan 4 atom C lainnya , membentukintan.
2. Contoh Soal : Tunjukkan bahwa sudut diantara ikatan antara atom H-H pada
CH4 adalah 190,5˚ :
Jawaban : Pada CH4, (metana) karbon terletak pada golongan 4, karena itu
memiliki 4 elektronter luar. Karbon membentuk 4 ikatan dengan hidrogen,
penambahan 4 elektron yang lain - seluruhnya 8, dalam 4 pasang. Karena
membentuk 4 ikatan, semuanya harus menjadi pasangan ikatan.Empat
pasangan electron tertata dengan sendirinya pada jarak yang disebut susunan
tetrahedral. Tetrahedron adalah piramida dengan dasar segitiga.Atom
karbon terletak di tengah-tengah dan hydrogen pada empat sudutnya. Semua
sudut ikatan adalah 109.5°.
Ikatan Logam adalah disebut golongan I karena bervalensi I, Pada
Kristal logam atom-atomnya membentuk suatu ikatan yang dikenal dengan
nama ikatan logam, misalnnya padan Na, Fe, Cu, dan sebagainya. Setiap
logam mempunyai elektronvalensi (electron terluar) yang sangat mudah
bergerak. Elektron-elektron valensi dilukiskan sebagai lautanawan / gas
electron yamg membungkus ion-ion positif. ikatanantara gas electron ini
disebut ikatan logam
Sebagai contoh, perhatikan atom natrium (11Na) dengan
konfigurasi electron dalam orbital atom sebagaiberikut :
Ikatan Van Der Waals : Terjadinya interaksi antara momen dipole
listrikdari atom bertetangga.
Energi interaksinya memiliki bentuk : EVDW = - A/ r6
Energi tolak-menolak : Erep = B/ r12
Energi interaksi dalam ikatan Van der Waals: E(r) = - A/ r6 + B/r12
Energi potensial Lennard-Jones : E(r) = 4ε [(σ/ r12) – (σ/r6)]

12
3. Contoh Soal : Bagaimanakah pengaruhnya pada energi-kohesifkristalionik
dan kovalendari;
a. gaya van der waals, dan
b. Osilasititik-titikdari ion dan atom disekitar titik kesetimbangannya.
Jawaban :
a. Gaya van der waals akan menaikkan energy kohesif karena bersifat tarik
menarik.
b. Osilasititik-nol akan menurunkan energy kohesif Karena osilasi itu
menyatakan modus kepemilikan energi yang ada dalam zat padat, tetapi
tidak dalam atom individual atau ion individual.
Ikatan Hidrogen: Ikatan O-H : Terjadi karena keelektronegatifan unsur-unsur
dalam ikatan kovalen H < C < N < O < F
H2O padat Jarak H-O = 1,75 Å H2O cair Jarak H-O = 0,96 Å

Beberapa Kristal dan klasifikasi ikatannya :


EnergiIkatan
JarakAntar
Bahan Struktur Per atom
Atom (Å)
(eV)
Argon FCC 0,1 3,76
Khlor Tetragonal 0,3 4,34
Hidrogen HCP 0,01 3,75
Silikon Kubik (intan) 3,7 2,35
Kubik (ZnS) 3,4 2,80
Kubik (fluorit) 1,0 2,92
KCl Kubik (NaCl) 7,3 3,14
AgBr Kubik (NaCl) 5,4 2,88
BaF2 Kubik (fluorit) 17,3 2,69
Na BCC 1,1 3,70
Ag FCC 3,0 2,88
Ni FCC 4,4 2,48

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sifat dasar larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena
susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian
yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

14
Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan
elektrolit dan larutan non-elektrolit. Dan larutan elektrolit dibagi lagi menjadi
dua yaitu larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau
tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu larutan jenuh, larutan tak
jenuh, dan larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer.
Banyaknya zat terlarut (solute) yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan (solubility)  zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat
terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang
tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka
zat itu dikatakan tak larut (insoluble). Dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
Ikatan Ionika dalah Ikatan yang dibentuk oleh-oleh ion, Terjadi karena
gaya tarik elektrostatik (Coulomb) antara ion positif dan ion negatif. Dan
Ikatan ionic dapat terbentuk antar atom yang memiliki energy ionisasi rendah,
sehingga mudah terjadi pelepasan elektronnya. Dalam hal ini, atom yang satu
memberikan electronnya pada atom yang lain, sehingga terbentuk ion positif
dan ion negatif yang saling mengikat.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena adanya pemakaian
bersama elektron-elektron dari atom-atom yang bersangkutan, dan ikatan
kovalen juga disebut juga ikatan homop olar.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis memberikan
bebera pasaran :
1. Agar mahasiswa lebih aktif mempelajari materi yang dibahas.
2. Agar mahasiswa mampu menggali lebih dalam lagi tentang ilmu-ilmu
fisika dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya fisika zat padat.
3. Agar mahasiswa dapat mengambil manfaat dari materi yang telah dibahas.

15
DAFTAR PUSTAKA
Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta. Erlangga
DIS Yusraini, Nurhasni. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jakarta.
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
 Oxtobi, Gillis, Nachtrieb.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi ke Empat
Jilid 1. Jakarta ; Erlangga
Petrucci Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 2. Jakarta. Erlangga

16

Anda mungkin juga menyukai