Anda di halaman 1dari 10

Jika dilihat dari segi bahasa pengertian Manajemen Dakwah memiliki dua pengertian.

Pertama pengertian Manajemen dan kedua pengertian Dakwah.


Pertama pengertian manajemen, secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa
inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya
manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oeh individu atau kelompok dalam
upaya-upaya koordinasi dalam mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzim, yang
merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada
tempatnya.
Pengertian tersebut dalam sekala aktivitas juga dapat diartikan sebagai aktivitas
menertibkan, mengatur dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang, sehingga ia mampu
mengemukakan, menata, dan merapikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, mengetahui
prinsip-prinsipnya serta menjadikan hi Pengertian yang kedua yaitu pengertian dakwah, secara
etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da'a, yad'u' da'wan, du'a,4 yang diartikan
sebagai upaya mengajak, menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini
sering diberi arti yang sama dengan istilah tabligh, amr ma'ruf nahyi munkar, mau'idzah hasanah,
tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta'lim, dan khatbah.
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan makna dakwah islam yaitu sebagai
kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti
jalan Allah dan Istiqomah dijaln-Nya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah.
Dari definisi manajemen dan dakwah tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengertian
Manajemen dakwah yaitu sebagai pproses perencanaan tugas, mengelompokan tugas,
menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan
kemudian menggerakan ke arah tujuan dakwahdup selaras dan serasi dengan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN
Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup,
sikap bathin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan
tuntutan syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia. Kegiatan dakwah bukan hanya
mencakup sisi ajakan (materi dakwah) saja, tetapi juga seluruh unsur yang terkait dengan
dakwah yang dapat menjalankan secara efektif tujuan dari apa yang dikehendaki oleh maksud
dan tujuan dakwah itu sendiri. Aktivitas dakwah dapat berjalan secara efektif bila mana apa yang
menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-
pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan dakwah yang dilakasanakan
mengandung unsur-unsur manajemen dakwah, maka pelaksanaan dakwah dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan agar tujuan tercapai.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Unsur – unsur dakwah
2. prinsip – prinsip manajemen dakwah
III. PEMBAHASAN
A. Unsur – Unsur Dakwah
1. Da’i / Komunikator (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang
dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi atau lembaga .
Masalah yang menonjol dalam bidang ini adalah tentang kualitas, yaitu kurangnya pendidikan,
terbatasnya wawasan ke – Islaman, politik, sosial, ekonomi, kemasyarakatan dan Iptek,
disamping kurangnya latihan dan pengalaman sehingga sering ditemui kekeliruan yang
seharusnya tidak perlu terjadi. Untuk itu pelatihan untuk pelaku dan pengelola dakwah guna
meningkatkan kemampuan penalaran dalam rangka aktualisasi ajaran islam dan integritas diri
perlu diadakan secara reguler dan harus mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yang
terkait.
Di sisi lain untuk mendukung keberhasilan dan legitimasi pelaku dakwah selaku komunikator,
pelaku dakwah harus berupaya memiliki dan membina sifat – sifat sebagai berikut ;
1. Harus benar – benar istiqamah dalam keimanannya dan percaya seyakin – yakinnya akan
kebenaran agama islam yang dianutny untuk kemudian diteruskannya kepada umat.
2. Harus menyampaikan dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Dia tidak boleh menyembunyikan
kebenaran, apalagi menukar kebenaran tersebut dengan nilai yang rendah.
3. Menyampaikan kesaksiannya tentang kebenaran itu, tidak saja dengan lidahnya, tetapi sejalan
dengan perbuatannya.
4. Berdakwah secara jujur dan adil terhadap semua golongan dan kelompok umat dan tidak
terpengaruh dengan penyakit hati, seperti hasad, sombong, serakah, dan sebagainya.
5. Berdakwah dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah dan mengharap ridho – Nya.
6. Menjadikan Rasulullah saw., sebagai contoh teladan, utama, dalam segenap kehidupan baik
pribadi maupun rumah tangga dan keluarga.
7. Mempunyai keberanian moral dalam berdakwah, namun memahami batas – batas keimanan
yang jelas.
8. Mengutamakan persaudaraan dan persamaan umat, sebagai wujud ukhuwah islamiyah.
9. Bersifat terbuka, penuh toleransi, lapang dada dan tidak memaksa.
10. Tetap berjihad dalam kondisi bagaimanapun dengan keyakinan bahwa Allah akan berpihak
kepada yang benar dan memberikan petunjuk untuk itu.
2. Mad’u / Komunikan / Masyarakat (Penerima Dakwah)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun non
Islam. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka
untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang orang yang telah beragama Islam,
dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, islam dan ihsan .

Masalah yang dihadapi dalam bidang ini sangat kompleks, meliputi hal – hal berikut :
1. Masalah keimanan dan ketauhidan, yang semakin lemah dan banyak dicemari oleh perbuatan
syirik, khurafat dan takhayul, terutama di lapisan maasyarakat yang kurang pendidikan
agamanya.
2. Masalah ekonomi, yang di pacu oleh krisis moneter dan kondisi kehidupan di bawah garis
kemiskinan, banyaknya pengangguran, sulitnya lapangan pekerjaan, lemahnya etos kerja, dan
keterampilan yang terbatas.
3. Masalah sosial yang semakin menonjol seperti menurunya kepedulian antarsesama, tenggang
rasa yang semakin berkuarang, keluaraga yang tidak harmonis, kenakalan remaja, prostitusi dan
penyalahgunaan obat – obat terlarang dan sebagainya.
4. Masalah budaya yang sekularistik dan hedonistik. Media komunikasi dan informasi dengan
teknologi yang semakin canggih telah membuat tanggul kekuasan moral dan akhlak tak berdaya.
Pergaulan bebas tanpa mengharapkan norma – norma agama semakin merata terutama di
kalangan remaja tindak kriminalitas, perkosaan, dan pembunuhan telah menjadi berita harian,
budaya sogok, korupsi, dan komisi seperti telah menjadi kebutuhan yang dilegalkan.
Oleh karenanya, objek dakwah sebaiknya diklasifikasikan agar memudahkan pelaksaanaan
dakwah. Apabila objek dakwah sudah jelas maka pelaku dakwah lebih mudah untuk mengenal
dan dapat mensinkronkan dengan kegiatan dakwah yang akan diproyeksikan. Kegiatan dakwah
yang punya korelasi dengan permasalahan kehidupan yang dihadapi masyarakat akan
menjadikan dakwah lebih berkesan dan menarik untuk diikuti.
3. Maddah / Pesan (Materi Dakwah)
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini
sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.
Pada dasarnya materi dakwah meliputi bidang pengajaran dan akhlak. Bidang pengajaran harus
menekankan 2 hal. Pertama, pada hal keimanan ketauhidan sesuai dengan kemampuan daya pikir
objek dakwah. Kedua, mengenai hukum – hukum syara’ seperti wajib, haram, sunnah, makruh,
dan mubah. Hkum – hukum tersebut tidak saja diterangkan klasifikasinya, melainkan juga
hikmah – hikmah yang terkandung di dalamnya. Mengenai bidang akhlak harus menerangkan
batasan – batasan tentang mana akhlak yang baik, mulia, dan terpuji serta mana pula yang buruk,
hina, dan tercela.
Apabila sasaran dakwah sudah dikenal, pesan akan lebih mudah disiapkan. Materi dakwah dapat
dibedakan menurut jenis atau kelompok objek dakwah.materi itu dikelompokan dalam kemasan
yang baik sehingga mempunyai bobot yang dalam dan luas, lebih lagi yang menyangkut hukum-
hukum islam dan kemasyarakatan, kadar rasionalitas, aktual dan faktual serta argumen tatif perlu
diperhitungkan, karena tidak mustahil objek dakwah lebih menguasai dari pada pelaku
dakwah.semua materi dakwah itu tentu harus merujuk pada sumber pokok, yaitu alquran dan
sunnah rasulullah.bertolak dari materi yang disampaikan itu kegiatan dakwah dalam bentuk
implementatif mudah dilaksanakan sebagai relisasi pengamalannya.
4. Wasilah (Media Dakwah)
Kelengkapan sarana dan prasarana dakwah sangat mempengaruhi keberhasilan dakwah, tidak
saja perangkat lunak dan keras seperti tempat, alat transportasi, dana, tenaga ahli, dan alat bantu
lainnya. Semua kelengkapan tersebut harus dalam keadaan siap pakai dan dapat difungsikan
sewaktu diperlukan, sehingga gerak dakwah tidak hanya berputar pada lingkaran konsep dan
progam dalam bentuk teori melainkan betul-betul dapat diwujudkan secara aplikatif yang
menyentuh kebutuhan umat.
Setelah memperhatikan dan mencermati komponen manajemen dakwah diatas, dapat dipahami
bahwa komponen-komponen tersebut erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dasar organisasi dan
manajemen dakwah yang telah diuraikan pada bab terdahulu baik prinsip maupun komponen
manajemen dakwah merupakan elemen-elemen pokok dalam pelaksanaan kegiatan dakwah yang
pada akhirnya lebih obtimal dan profesional.
Insya Allah bila kita berusaha untuk memperbaiki metode dan strategi dakwah dalam manajemen
yang baik dan berkualitas, gerakan dakwah akan menjadi kekuatan moral yang dapat diandalkan
dalam membentengi umat dari pengaruh budaya-budaya asing yang sekuler atheis. Gerakan
kaum muda islam akan ramai menjadi mujahid – mujahid dakwah bila pelaksanaan dakwah
dapat diwarnai dengan iklim yang kondusif, artinya berdakwah tidak hanya semat lisan, tetapi
berkembang dan maju memasuki wilayah peradaban yang menyeluruh. Begitu pula lokasi
kegiatan dakwah tidak hanya dimasjid, tetapi harus diperluas an diratakan hingga menjangkau
lapisan masyarakat yang untuk sementara hantinya belum dekat kemasjid, terutama dikalangan
oara remaja dan para intelektual. Keberhasilan manajemen dakwah dalam memperluas
jangkauannya insya allah dapat mempersempit ruang gerak pengaruh budaya hidup modern yang
materealistik dan hedonistik, karena memang lahan dakwah yang subur merupakan tempat yang
sulit bagi budaya maksiat dan mungkarat untuk tumbuh dan berkembang, karena habitatnya
bukan disana.untuk itu kita perlu berjuang,dengan jihad yang sungguh-sungguh untuk
menemukan jalan menuju keberhasilan.
5. Thariqoh (Metode Dakwah)
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran
materi dakwah islam. Salah satu faktor yang menyebabkan belum efektifnya pelaksanaan
dakwah adalah karena metode yang dipakai masih bersifat tradisional atau konvensional. Kita
belum banyak mengembangkan metode dalam bentuk dialok interaktif yang komunikatif,
sehingga pengelolaan bentuk dakwah hanya menyentuh aspek kognitif saja tanpa memperhatikan
aspek – aspek afektif dan psikomotoriknya. Dakwah yang masih dilakukan dalam bentuk
penyajian yang konvensional tanpa tajuk dan alat bantu akan mencapai sasaran yang sangat
minim dan sulit untuk dievalusai keberhasilannya. Makanya tidaklah berlebihan bila dikatakan
bahwa metode seperti ini didasari hanya akan memperpanjang masa tertidur dalam kejenuhan
dan kebodohan umat yang pada waktunya dapat mendorong umat menjalin taklid, dan
kehilangan daya kritis.
Sebenarnya tema dakwah harus lebih ditekankan pada tema-tema yang mengacu pada
pemeliharaan dan pengembangan kualitas manusia sebagai mahluk yang mulia dan
terhormat.secara khusus tema-tema tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi objek
atau sasaran dakwah.
Teknik pendekatan yang dapat dikembangkan dalam aplikasinya antara lain sebagai berikut.
a. Pendekatan persuasif dan motivatif
Pendekatan ini mengajak objek dakwah dengan rasa sejuk dan mendorong dengan semangat
tinggi. Dalam hal ini dedikasi pelaku dakwah dengan dinamika iman dan takwa yang mantap
sangatlah menentukan, karena dalam praktiknya pelaku dakwah harus mampu menempatkan diri
sebagai motivator yang baik, inisiator yang cerdas, dan dinamisator yang terampil.
b. pendekatan konsultatif
Dalam hal ini antara pelaku dakwah dan onjek dakwah terjalin interaksi positif, dinamis dan
kreatif. Masing – masing mereka memerlukan sehingga pemecahan masalah yang dihadapi objek
dakwah mudah dilakukan karena ada hubunagn batin yang bertolak dari jiwa dan semangat
ukhuwah islamiyah.konsultatif juga berarti bahwa pendekatan dilaksanakan melalui media
konsultasi dalam prinsip ”bergaul bersama berperan setara”.
c. pendekatan partisipatif
Maksudnya saling pengertian antara pelaku dakwah dengan objek dakwah tidak hanya terbatas
sampai pada tingkat pertemuan tatap muka saja, melainkan diwujudkan dakam bentuk saling
bekerja sama dan membantu dilapangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, seperti
yang dicontohkan oleh K.H.ahmad dahlan pendiri muhammadiyah. Beliau dalam mengatasi
masalah kemiskinan dan anak yatim tidak hanya mengajarkan ayat – ayat mengenai penyantunan
fakir miskin dan anak yatim (QS. Al – Ma’uun), tetapi langsung mengajak objek dakwah
mendirikan pantiasuhan untuk anak yatim dan pengumpulan beras serta pakaian untuk dibagi-
bagikan kepada fakir miskin.
Pendekatan-pendekatan tersebut dalam pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk,
yaitu pendekatan yang bersifat reaktif dan yang bersifat proaktif. Pendekatan yang bersifat
reaktif, adalah pendekatan yang pasif, hanya melihat dan beranjak dari sudut permasalahan yang
tumbuh dan terjadi seketika. Dalam konteks ini pemecahan masalah sering tidak tuntas.
Sedangkan yang bersifat proaktif adalah pelaksanaan dakwah dalam nuansa lain,yaitu kegiatan
yang menantang dan menelusuri dengan selalu bertanya, mengapa permasalahan itu timbul dan
terjadi?, apa penyebab dan apa solusinya, pendekatan proaktif sifatnya akomodatif dan
kooperatif, karena melibatkan potensi dan sumberdari berbagai dimensi kekuatan, baik tenaga,
pikiran, maupun dana yang dimenej dengan manajemen modern. Sebenarnya pendekatan seperti
inilah yang harus diprioritaskan sebagai pilihan pertama dalam konteks dakwah masa kini.
Meskipun terlambat, namun lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Perlu diingat bahwa pola ini telah lama menjdi garapan agama lain seperti kaum nasrani dan
yahudi, mereka terjun tidak hanya dikota-kota metropolitan yang ramai dan banyak fasilitas,
tetapi dengan penuh dedikasi mereka terjun sampai dipelosok desa dan dusun dilereng gunung
dan lembah yang jauh dari pusat keramaian dengan fasilitas yang seadanya. Ternyata mereka
lebih unggul dan berhasil. Ini adalah sebuah tantangan.
Dan juga telah dijelaskan dalam QS. An Nahl : 125. Bahwa ada tiga metode dakwah, yaitu :
1) Bi al Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasara dakwah
dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka.
2) Mau’izatul Hasannah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat – nasihat atau
menyampaikan ajaran – ajran islam dengan rasa kasih sayang.
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah
dengan cara yang baik.
6. Atsar (Efek) Dakwah
Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah
dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan
timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah). Atsar (efek) sering disebut
dengan feed back (umpan balik. Atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah
dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi
yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan
menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera
diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Jalaluddin Rahmat
menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami
atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan,
kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap
serta nilai. Sedangkan efek behavioural merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang
meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
B. Unsur-unsur manajemen dakwah
1. Perencanaan dakwah: tahap ini meliputi membuat susunan materi dakwah yang akan
disampaikan kepada Mad’u. dan juga membuat susunan acara yang akan dilakukan mulai dari
awal hingga akhir acara tersebut.
2. Pengorganisasian dakwah: tahap ini merupakan, tahap yang dimana segala anggota
penyelenggara acara berkumpul bersama dan saling bekerja sama dengan harapan tujuan dakwah
tersebut bisa sukses.
3. Penggerakkan dakwah: tahap ini merupakan di mana segala anggota yang terlibat,
menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan perencanaan kegiatan dakwah yang telah
dibuat bersama.
4. Pengendalian dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya mengatur jalannya acara, agar acara
tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat bersama. Jadi situasi acaranya
bisa terkendali.
5. Evaluasi dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya melihat hasil / feedback yang diberikan
mad’u, setelah mad’u tersebut menerima pesan dakwah yang disampaikan oleh Da’i .
C. Prinsip – Prinsip Manajemen Dakwah
Prinsip – prinsip yang di miliki manajemen dakwah yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Konsolidasi
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan
mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhindar dari perpecahan, baik lahiriah maupun
batiniah.
2. Prinsip Koordinasi
Prinsip ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dalam satu
komando. Ketertiban dan keteraturan merupakn ciri khasnya, karena prinsip koordinasi
mengisyaratkan betapapun banyaknya pembagian kelmpok kerja dan jauhnya rentang kendali
dalam medan yang luas, namun denyut nadinya tetap satu.
3. Prinsip Tajdid
Prinsip ini memberi pesan bahwa organisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik,
penuh vitalitas dan inovatif. Personal – personalnya harus cerdas dan pintar membaca kemajuan
zaman.tapi semua itu tetap dalam konteks perpaduan iman, ilmu, dan amal.
4. Prinsip Ijtihad
Prinsip ini melahirkan ruh jihad dalam arti menyeluruh melalui penyalahgunaan nalar, rasio, dan
logika yang memadai dalam mencari interprestasi baru baik isi kandungan al – Quran dan as
sunnah. Ijtihad dalam pengertian sesungguhnya adalah mencari berbagai terobosan hukum
sebagai jalan keluar untuk mencapai tujuan, sehingga ijtihad mampu memberikan jawaban
terhadap bermacam – macam persoalan kehidupan umat dari berbagai dimensi, baik politik,
sosial, maupun ekonomi.
5. Prinsip Pendataan dan Kaderisasi
Prinsip ini mengingatkan bahwa setiap organisasi dakwah harus berusaha mendapatkan
dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari sumber – sumber yang halal
dan tidak mengikat. Disamping itu, organisasi dakwah dengan manajemen yang baik juga harus
kader yang andal dan propesional, sehingga tidak terjadi kevakuman gerak dari waktu ke waktu.
Kader yang diamkasud harus terdiri dari tenaga – tenaga yang beriman dan bertakwa, berilmu,
berakhlak dan bermental jihad.
6. Prinsip Komunikasi
Prinsip ini memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif
dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak. Meskipun esensi dakwah menyampaikan
kebenaran dan kebenaran itu kadang kala keras dan pahit, namun dalam penyampaiannya tetap
dituntut bijaksana dan dengan bahasa komunikasi yang mengena, sehingga betapapun pahitnya,
umat tidak antipat melainkan tetap dapat menerima dan memahami dengan akal yang sehat.
7. Prinsip Integral dan Komprehensif
Prinsip ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaa kegiatan dakwah tidak hanya terpusat di
masjid atau di lembaga – lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus integrasi dalam
kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruh dari segenap strata sosial
masyarakat.
8. Prinsip penelitian dan pengembangan
Kompleksitas permasalahn umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam. Karena dakwah
akan gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi.
9. Prinsip sabar dan Istiqomah

Nilai – nilai sabar dan istiqomah yang digerakkan denagn landasan iman dan takwa dapat
melahirkan semangat dan potensi rohanaih yag menjadikan dakwah sebagai kebutuhan umat.

Anda mungkin juga menyukai