Anda di halaman 1dari 20

Laporan Family Folder di Puskesmas Grogol 2 dengan masalah Hipertensi

Kelompok FF14

Reinanda Desiana Toyo

102015104

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta


Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731

Pendahuluan
Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular yang mengalami peningkatan terus menerus
tiap tahun. Pada kebanyakan kasus hipertensi dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik,
prevalensi penyakit hipertensi sendiri hampir tersebar secara merata, baik di negara maju
maupun negara berkembang.1
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat mencetuskan penyakit jantung, ginjal, dan
stroke. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka, dimana angka yang lebih tinggi
adalah sistolik dan yang lebih rendah diastolic, pada tekanan darah yang menderita hipertensi
biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas dan diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka waktu beberapa minggu.1
Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit Hipertensi,
yang umumnya terjadi pada usia dewasa. Belakangan penderita Hipertensi di dalam masyarakat
meningkat karena faktor pola hidup yang makin memburuk, misalnya saja kurangnya
berolahraga, makan makanan atau minum minuman yang tidak sehat (asin dan berlemak) dan
sebagainya.

Tujuan
Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas, diharapkan
dapat menambah wawasan mengenai Hipertensi yang ada pada kasus di lapangan. Kasus di
lapangan dapat saja memiliki variasi dan sedikit berbeda dengan teori yang ada, namun dengan
sedikit dasar, pencegahan dan penanganan terhadap Hipertensi ini tidak lagi asing. Dengan
mengetahui kejadian Hipertensi di lapangan, diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik
mengenai Hipertensi ditinjau dari sisi kemasyarakatannya.

Metode
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah metode observasi dengan
melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien dengan mendapat alamat dan data dasar dari
Puskesmas Grogol 2.

BAB II
LAPORAN KASUS

Puskesmas : Grogol 2.
Tgl kunjungan rumah : 19 Juli 2018, Pukul 08:00 WIB
Data riwayat keluarga :
I. Identitas Pasien
a. Nama : Anah
b. Umur : 75 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Tukang cuci keliling. (sudah berhenti).
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : Jl. Banjir Kanal RT 005/ RW 002, Grogol.
g. Keluhan Utama : sering nyeri dan tegang belakang leher.
h. Keluahan Tambahan : badan sering pegal-pegal dan pusing.
i. Riwayat Penyakit sekarang : Os mengaku mempunyai tekanan darah tinggi sejak 2
tahun yang lalu. Selain itu Os mengaku kadang terasa sakit kepala
dan tegang pada daerah belakang leher.
j. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada.
k. Riwayat Penyakit dalam Keluarga : Tidak ada.

1
l. Riwayat Kebiasaan Sosial : keluarga Os mengaku bahwa Os sering mengikuti
kegiatan sosial baik dibidang keagamaan seperti pengajian maupun
dibidang kesehatan seperti posyandu lansia.
m. Hubungan Psikologis dengan Keluarga : Baik.
n. Aktifitas Sosial : Baik.
o. Kegiatan Kerohanian : Baik.

II. Riwayat Biologis Keluarga


a. Anggota keluarga yang meninggal : suami ( usia 80 tahun).
b. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
c. Kebersihan perorangan : Baik
d. Penyakit yang sering diderita : Hipertesi
e. Penyakit keturunan : Tidak ada
f. Penyakit kronis/menular : Tidak ada
g. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
h. Pola makan : Baik
i. Pola istirahat : Baik
j. Jumlah anggota keluarga : 5 orang.

III. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Tidak ada
b. Pengambilan keputusan : Keluarga
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Grogol 2.
e. Pola rekreasi : Sedang.

IV. Keadaan Rumah/ Lingkungan


a. Jenis bangunan : semi permanen
b. Lantai rumah : semen ( hanya ditutupi karpet).
c. Luas rumah : 2x 10 m2
d. Penerangan : Kurang

2
e. Kebersihan : Kurang
f. Ventilasi : Kurang
g. Dapur : tidak ada
h. Jamban keluarga : Ada. Jarak ke sumber air minum dekat.
i. Sumber air minum : Ledeng.
j. Sumber pencemaran air : ada
k. Pemanfaatan pekarangan : tidak ada.
l. Sistem pembuangan air limbah : ada.
m. Tempat pembuangan sampah : Ada.
n. Sanitasi lingkungan : kurang.

V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
VI. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat pendidikan : Rendah.
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Baik.
e. Keadaan ekonomi : kurang.
VII. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada
b. Lain-lain : Tidak ada
VIII. Daftar Anggota Keluarga

K
Status Domisili
Jenis ke
Nama Usia Pekerjaan Pendidikan Hub. Keluarga Perkawi serumah/
Kelamin pe
nan tidak
b
Anah P 75 thn - SD Nenek Menikah Serumah
Hidup, Tidak
Jaani P 60 thn Karyawan SD Anak S
menikah Serumah

3
Hidup, Tidak
Oleh L 57 thn Karyawan SLTP Anak S
menikah Serumah
Hidup Tidak
Nani L 52 thn Karyawan SLTP Anak S
menikah Serumah
Hidup Tidak
Nunu L 48 thn Karyawan SLTP Anak S
menikah Serumah

2
IX. Keluhan Utama
Sering nyeri dan tegang di belakang leher.
X. Keluhan Tambahan
Sering pegal-pegal dan pusing.
XI. Riwayat Penyakit Sekarang
Hipertensi. Os mengaku mempunyai tekanan darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu. Selain
itu Os mengaku kadang terasa sakit kepala dan tegang pada daerah belakang leher.
XII. Riwayat Penyakit Dahulu
Os memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit lainnya disangkal.
XIII. Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis :
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan gizi : Cukup
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 80 kali / menit
- Pernapasan : 17 kali / menit
- Suhu : 36,40C

XIV. Diagnosis Penyakit


Hipertensi

XV. Diagnosis Keluarga

4
Tidak ada

XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :


 Health Promotion
Tidak banyak edukasi yang saya berikan untuk merubah kepribadian pasien, karena
berdasarkan data yang didapat dari cucunya, pasien mempunyai kebiasaan hidup yang
cukup baik. Edukasi yang bisa saya berikan lebih fokus ke arah pola makan pasien yaitu
dengan menghimbau agar makanan pasien dapat lebih terkontrol terutama untuk
gorengannya sendiri agar tidak memperburuk kondisi hipertensinya dan juga
menghimbau pasien untuk mengurangi makanan-makanan asin, tidak hanya dengan
mengurangi garam yang dipakai untuk memasak, tetapi juga mengurangi makanan yang
mengandung pengawet. Selain itu, melihat kondisi rumah pasien yang tidak terawat saya
juga menghimbau keluarga pasien untuk lebih memperhatikan kondisi rumah pasien,
mengingat usia pasien yang sudah lansia dan rentan terhadap berbagai penyakit infeksi.
 Spesific Protection
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Berdasarkan kondisi lingkungan sekitar rumah pasien yang di dominasi oleh penderita
TBC, maka usaha yang saya himbau adalah pemakaian masker bila keluar rumah.
 Early Diagnostic and Prompt Treatment
Dilihat dari faktor resiko yang dimiliki oleh pasien yaitu rutin mengkonsumsi gorengan,
maka perlu dilakukannya skrining dini dari kolesterol darah agar tidak memperburuk
keadaan hipertensinya.
 Disability Limitation
Pasien disarankan untuk mengkonsumsi obat-obat dengan teratur sampai dokter yang
menangani menyatakan untuk berhenti agar terhindar dari komplikasi yang lebih parah.
 Rehabilitation
Pasien disarankan untuk rajin kontrol ke puskesmas agar penyakit pasien selalu dalam
kontrol dokter yang menanganinya dan dipastikan keadaan pasien sehat, serta memberi
dukungan terhadap pasien untuk menjaga pola hidup yang sehat.

XVI. Prognosis

5
- Penyakit : Prognosis penyakit hipertensi pasien ini dapat dikatakan ad bonam,
karena adanya rasa kesadaran untuk sembuh dan mau menjaga pola
makannya, dan juga terus mengkonsumsi obat yang diberikan dokter
puskesmas.

- Keluarga : kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dalam keadaan baik.

- Masyarakat : Ad bonam, bukan penyakit menular.

XVII. Resume
Dari hasil allo-anamnesis dari cucu pasien saat kunjungan rumah pada tanggal 19
Juli 2018, didapatkan bahwa pasien menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
Diagnosis ini ditegakkan oleh dokter puskesmas dengan keluhan tegang pada leher,
pusing serta pegal-pegal pada badan. Pasien berusia 75 tahun dan bekerja sebagai tukang
cuci keliling. Suami pasien telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena faktor
usia, sehingga pasien hanya hidup sendiri dan terkadang dijenguk oleh putra bungsunya
atau oleh cucunya.

Ditinjau dari kepribadiannya, meskipun dengan tingkat pendidikan yang rendah,


pasien mempunyai kebiasaan hidup yang sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pola
makan dan pola tidur yang teratur, serta kebersihan diri yang cukup. Selain itu, pasien
juga rutin datang ke puskesmas untuk mengontrol tekanan darahnya. Walau demikian,
ada satu kebiasaan buruk yang dimiliki oleh pasien yaitu hobi memakan makanan asin
serta gorengan sebagai cemilannya. Selain itu, dari anamnesis diketahui juga bahwa
pasien masih aktif dalam berbagai kegiatan sosial baik di bidang keagamaan maupun
kesehatan. Begitu pula pada riwayat pribadi pasien, dimana pasien tidak pernah merokok,
meminum alkohol, memakai obat-obatan terlarang serta membatasi konsumsi kopi dan
teh.

Sementara itu, untuk data keluarga diketahui bahwa pasien merupakan anak
pertama dari 4 bersaudara, dimana ketiga saudara lainnya telah meninggal karena faktor
usia. Tidak ada penyakit keturunan serta kecacatan pada keluarga pasien. Setelah
menikah, pasien dikaruniai 4 orang anak yang kini keempat anaknya telah menikah dan
hidup dengan keluarga masing-masing, kecuali anak bungsu yang masih sering mampir

6
ke rumah pasien. Hubungan antar keluarga pasien juga baik, dimana pengambilan
keputusan selalu dibicarakan secara kekeluargaan. Untuk kegiatan kerohanian keluarga
pun sudah baik, dimana masing-masing anggota keluarga menjalankan rukun Islam dan
tidak adanya kepercayaan akan adat-adat atau mitos-mitos tertentu.

Ditinjau dari keadaan rumah, rumah pasien tergolong tidak sehat. Hal ini dapat
dinilai saat pertama kali saya masuk, dimana ukuran rumah yang sangat kecil (sekitar 2x5
m2) serta penerangan yang sangat minim, yaitu hanya bersumber dari satu bola lampu di
tengah-tengah ruangan sementara cahaya matahari sama sekali tidak dapat masuk ke
dalam rumah karena lingkungan yang sangat padat menghalangi cahaya yang masuk.
Selain penerangan yang kurang, ventilasi udara pun tidak ada, sehingga tidak terjadinya
pertukaran udara dengan baik. Rumah pasien hanya mempunyai satu jendela di depan
rumah dan tidak pernah dibuka, sehingga pertukaran udara hanya terjadi ketika pintu
terbuka. Permasalahan rumah lainnya yaitu terletak pada jarak antara jamban dengan
sumber air minum yang sangat berdekatan. Hal ini tentu saja dapat mencemari sumber
air. Letak jamban juga berada didalam rumah tanpa adanya pintu yang membatasi, hanya
dibangun tembok dengan tujuan agar jamban tidak langsung terlihat dari posisi tempat
tidur pasien. Ditambah, kondisi rumah yang sangat lembab yang membuat dinding rumah
ditumbuhi oleh jamur dan menjadi sarang berbagai jenis serangga, kecoak misalnya.
Selain itu, penggunaan atap rumah yang menggunakan asbes juga merupakan salah satu
sumber penyakit di rumah ini.

Saat ini kondisi pasien cukup baik. Hal ini dikarenakan kepribadian pasien yang
sudah cukup baik. Namun, masih banyak pula faktor resiko yang harus ditangani agar
tidak memperburuk keadaan pasien.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Hipertensi

7
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan
atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit
dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg.1

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti
obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh.2

Klasifikasi Hipertensi

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan derajat II.
2

Klasifikasi Klasifikasi
Tekanan Darah
Tekanan TDS
Darah (mmHg) JNC 7
Menurut TDD (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

Etiologi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer)
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%).2

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor

8
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur
yang tinggi, merokok dan minum alkohol.2

Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok.2

Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi

Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara
lain:

Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usiadewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah menopause.3

Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih
tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.. Hal
ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang
diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada
usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.3

Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal iniberhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler

9
danrendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.3

Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung


diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan
darah tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup
anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit
ini akan meningkat menjadi 60%.3

Faktor resiko yang dapat dikontrol:

Merokok

Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok (CO) memiliki
kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga
dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya.3

Status Gizi

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting
karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau
normal.3

Konsumsi Na (Natrium)

Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan volume


plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan yaitu sistem renin
angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam proses konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang

10
mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada timbulnya
hipertensi.3

Stres

Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikkan tekanan darah secaraintermiten (tidak menentu). Stres yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.3

Patofisiologi

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem
kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.4

Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah1,4

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi
pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah
seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen
pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada
organ atau bagian tubuh tertentu. Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu
molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
hipertensi primer.

Sistem renin-angiotensin1,4

11
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

 Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan


meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah.

 Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

Sistem saraf simpatis1,4

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.

Manifestasi Klinis

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan
seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah

12
marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).1,3

Pemeriksaan Fisik5
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan.
mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau tidak
bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.5

Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat
sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah
<160/100mmHg.2

Pemeriksaan Penunjang5
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :

 Hematologi lengkap
 Gula darah
 Profil lemak
 Fungsi ginjal : Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif
 Gangguan elektrolit : Natrium, kalium
 hsCRP
 EKG

Penatalaksanaan1,4,5
Medikamentosa

Penggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan pola hidup
tekanan darah belum mencapai target (<140/90mmHg) atau < 130/80 mmHg pada
diabetes atau penyakit ginjal kronik pemilihan obat berdasarkan ada/tidaknya indikasi
khusus. Bila tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga tergantung dari derajat hipertensi
(grade 1 atau 2).

13
Alogaritma penanggulangan hipertensi:

Anti
Indikasi khusus Diuretic B blocker ACEI ARB CCB
aldosteron
Gagal jantung + + + + +
Pasca infark miokard + + +
Resiko tinggi PJK + + + +
DM + + + + +
Penyakit Ginjal Kronik + +
Cegah stroke berulang + +
Pencegahan
 Pencegahan primer
Pencegahan primer berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko
hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer dilaksanakan melalui berbagai
upaya, seperti promosi kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni diet yang
sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan
aktivitas dan tidak merokok.2
 Pencegahan sekunder

14
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan
penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini.2
 Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang
lebih lanjut, serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.
Dalam pencegahan tertier, kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi
yang tepat, serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan
komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan respons cepat juga
menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat
terkendali dengan baik.2 

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

1. KESIMPULAN
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien nenek Anah 75 tahun, grogol petamburan Jakarta,
Pasien menderita penyakit Hipertensi dan dengan melakukan pendekatan kedokteran
keluarga diketahui tidak ada riwayat keturunan dalam keluarga. Dalam menegakkan
diagnosis, pasien ini menjelaskan beberapa gejala yang membantu dalam penegakkan
diagnosis, seperti sering sakit kepala, badan pegal-pegal serta adanya nyeri pada leher bagian
belakang. Namun karena tingginya kesadaran pasien tentang kesehatan diri, maka pasien
sering mengontrol kesehatannya ke puskesmas dan teratur mengkonsumsi obat-obat yang
diberikan puskesmas.

2. SARAN
a) Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat.

15
b) Pasien
 Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,
sehingga mengurangi beban pikirannya.
 Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya dan tetap menjaga
kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.
 Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi Dengan Modifikasi


Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
2. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V
Jilid III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.
3. Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2008
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan Penyakit
Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.
5. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksklusif Penaggulangan Hipertensi. Jakarta :
InaSH, 2007.

16
LAMPIRAN

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai