Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
     

Dalam sejarah terungkap bahwa Islam bukan hanya sebagai


konsepsi ajaran semata akan tetapi Islam telah menjadi peradaban
besar. Dunia intelektual mengakui bahwa peradaban yang tinggi
tersebut ternyata banyak memberikan konstribusi yang begitu besar
terhadap lajunya perkembangan ilmu pengetahuan. Pada saat Eropa
atau peradaban barat tengah mengalami kegelapan atau ketumpulan
ilmu, di daerah Islam telah berada pada kemajuan ilmu pengetahuan
yang cukup pesat seperti pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah.
Terbentuknya Daulah Abbasiyah ini adalah kelanjutan dari
Daulah Bani Umaiyyah. Dinamakan Khilafah Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas, paman
Nabi Muhammad saw. Daulah Abbasiyah ini didirikan oleh Abdullah Al-
Saffah Ibnu Muhammad bin Ali Ibnu Abdullah Ibnu Al-Abbas, dan
berkuasa dalam rentang waktu yang cukup lama yakni dari tahun 132
H. / 750 M – 656 H. / 1258 M.

B. Tujuan
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. untuk mengetahui sejarah pada masa daulah abbasiyah
2. untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Daulah Abbasiyah


Pemerintahan  Daulah  Abbasiyah  merupakan  kelanjutan  dari
pemerintahan sebelumnya dari Bani Umayyah. Pendiri dari Daulah
Abbasiyah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh
Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu
yang cukup panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas
menjadi lima periode:
a.    Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh
Arab dan Persia pertama.
b.    Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh
Turki pertama.
c.    Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti
Bani Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini
disebut
d.    juga masa pengaruh Persia kedua.
e.    Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan
daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali)
Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).
f.     Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar
kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Berikut ini adalah silsilah Bani Abbasiyah sampai khalifah ke-15 dari
37 khalifah secara keseluruhan.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani


Abbasiyah
Pada masa Daulah Abbasiyah merupakan masa keemasan (The
Golden Age) bagi umat Islam. Pada masa itu Umat Islam telah
mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban,
dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang
ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan
buku-buku dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Fenomena ini
kemudian yang melahirkan cendekiawan- cendekiawan besar yang
menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Adapun cendekiawan-cendekiawan Islam pada masa
Daulah Abasiyah adalah:
a.    Bidang ilmu Filsafat
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu filsafat ini adalah Abu Nasyar
Muhammad bin Muhammad bin Tarhan yang dikenal dengan al-
Farabi, Abu Yusuf bin Ishak yang dikenal dengan al-Kindi, Ibnu Sina,
al-Ghazali, Ibnu Rusd, Ibnu Bajah dan Ibnu Tufail.
b.    Bidang ilmu Kedokteran
Tokoh cendekiawan Islam di bidang kedokteran ini adalah Jabir bin
Hayyan yang dikenal sebagai bapak ilmu kimia, Hunaian bin Ishak
yang dikenal sebagai ahli penerjemah buku-buku asing, Ibnu Sahal,
ar-Razi (ahli penyakit campak dan cacar), dan Thabit Ibnu Qurra.
c.    Bidang ilmu Matematika
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu matematika ini adalah
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (penemu huruf nol) yang dengan
bukunya Algebra, Geometri Ilmu Matematika, Umar bin Farukhan
(bukunya Quadripartitum), Banu Musa (ilmu mengukur permukaan,
datar, dan bulat).
d.    Bidang ilmu Falak
Tokoh cendekiawan Islam dibidang ilmu Falak ini adalah Abu Masyar
al- Falaky (bukunya Isbatul Ulum dan Haiatul Falak), Jabir Batany
(membuat teropong bintang), Raihan Bairuny (bukunya al-Afarul
Bagiyah’ainil Khaliyah, Istikhrajul Autad dan lain-lain).
e.    Bidang ilmu Astronomi
Tokoh cendekiawan Islam di bidang Astronomi adalah al-Farazi
(pencipta Astro Lobe), al-Gattani/Albetagnius, al-Farghoni atau
Alfragenius.
f.     Bidang ilmu Tafsir
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tafsir ini adalah Ibnu Jarir
at-abary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, as-Suda, Mupatil bin Sulaiman,
Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
g.    Bidang ilmu Hadis
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Hadis ini adalah Imam
Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, at-Tarmidzi, dan lain-
lain
h.    Bidang ilmu Kalam (tauhid)
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Kalam ini adalah Wasil bin
Atha’, Abu Huzail al-Allaf, ad-Dhaam, Abu Hasan al-Asy’ary, Hujjatul
Islam Imam al-Gazali. Pembahasan ilmu tauhid semakin luas
dibandingkan dengan zaman sebelumnya.
i.      Bidang ilmu Tasawuf (ilmu mendekatkan diri pada Allah Swt.)
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tasawuf ini adalah al-
Qusyairy dengan karyanya ar-RiŚalatul Qusyairiyah, Syahabuddin
dengan karyanya Awariful Ma’arif, Imam al-Gazali dengan karyanya
al-Bashut, al-Wajiz, dan lain-lain.
j.     Para imam Fuqaha (ahli fiqh)
Tokoh cendekiawan Islam para iman Fuqaha ini adalah Imam Abu
Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambali, dan
para Imam Syi’ah.
Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya sampai Masa Abbasiyah
          Dari umat Islam munculah beberapa tokoh yang ahli di beberapa bidanga ilmu
pengetahuan, seperti di bidang kedokteran, matematika, biologi, dan sejarah.
a. Kedokteran
(1) Ibnu Sina
          Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu Ali Al-Husaini bin Abdullah bin Sina.
Beliau dibesarkan di lembah Sungai Dajlat dan Furat, di tepi selatan Laut Kaspia. Ketika
masih kecil beliau telah hafal Al-Qur’an, menguasai bahasa Arab, serta mendalami ilmu
fikih. Ia belajar ilmu Mantik pada seorang guru filsafat, bahkan gurunya terkejut karena
kecerdasannya. Pada usia 17 tahun ia telah memahami ilmu kedokteran melebihi siapa
pun. Oleh karena itu, beliau diangkat manjadi penasihat para dokter pada masa itu.
(2) Ibnu Rusyd
          Nama asli Ibnu Rusyd adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd.
Beliau lahir diujung barat negeri Islam, yaitu Kordoba, Spanyol. Beliau dibesarkan
dalam keluarga yang teguh menegakkan agama dan berpengetahuan luas. Ketika
beliau muda, beliau belajar matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran. Di Barat
beliau dikenal sebagai ahli dan tokoh dibnidang kedokteran dengan karyanya Al-
Kulliyyat yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Atas kepandaiannya inilah
maka pada tahun1182 ia diangkat sebagai dokter pribadi khalifah di Maroko.
(3) Ar-Razi
          Ar-Razi bernama lengkap abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Didunia
Barat dikenal dengan nama Rhazes. Beliau Lahir di Ray, dekat Teheran pada tahun 251
H dan wafat apada tahun 320 H. Beliau terkenal sebagai dokter pertama dalam
pengobatan secara ilmu jiwa, yakni pengobatan yang dilakukan dengan memberi
sugesti bagi para penderita psikomatis.
b. Matematika/Geometri
(1) Al-Khawarizmi
          Al-Khawarizmi hidup dari tahun 780 – 850 M. Beliau adalah peletak dasar ilmu
matematika dengan karyanya yang terkenal Al-Jabru wal Muqabbala. Dari buku itu kita
mengenal ilmu aljabar yang dikenalkan diseluruh dunia, yang kini diubah menjadi
matematika.
(2) Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi
          Jamsyid hidup pada abad ke-7 di kota Samarkand, salah satu provinsi di
Uzbekistan. Jamsyid adalah ulama yang sangat pandai dalam bidang agama dan ilmu
pengetahuan. Beliau seorang profesor dalam bidang matematika dan astronomi di
Universitas Samarkand. Beliaulah peletak dasar aritmatik yang dilakukan atas dasar
slide rule yang dianggap sebagai penemuan ilmiah paling penting dalam matematika.
(3) Sabit bin Qurrah Al-Hirany
Kitab karangannya yang terkenal adalah:
 Hisabul Ahillah
 Kitabul ‘Adad
(4) Ibnu Haitsam
Kitab karangannya yang terkenal adalah:
 Qaulun fi Halli Masalatil ‘Adadiah
 Muqaddimah Dalilul Musaba
 Ta’liqun fil Jabr
c. Biologi
(1) As-Simay adalah seoranmg ahli bologi. Salah satu buku hasil karya beliau yang
terkenal adalah Kitabun Nabati wasy Syujjar. Buku ini mengupas masalah biologi,
terutama bidang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
(2) Ibnul Awwan adalah seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang
pertanian. Bukunya yang terkenal adalah Al-Fallah.
(3) Al-Jahiz seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang ilmu hewan.
Karyanya yang terkenal adalah Al-Hayawan.
d. Sejarah/Sosiologi
(1) Abu Abdillah Al-Qazwaini dilahirkan pada abad ke-7 hijriah. Beliau terkenal sebagai
seorang ulama dan ahli dalam bidang sejarah. Kitab yang dikarangnya merupakan kitab
terbaik pada masanya dengan judul, Asarul Bilad wa Akhbarul Ibad. Beliau meniliti
sesuai dengan judul kitabnya, yaitu tabiat Negara atau daerah dan apa yang terkenal,
disamping menyelidiki keadaan penduduk dan kehidupannya. Al-Qazwaini juga telah
mendahului ilmu modern dalam rincian ilomiahnya dalam kitabnya itu.
(2) Abu Ar-Raihan Al-Bairuni. Al-Bairuni dilahirkan pada tahun 364 m dan hidup 75
tahun. Beliau telah menyusun kitab Al-Atsar Al-Baqiah yang merupakan kitab pertama
didunia yang meniliti tentang sejarah, perbedaan bulan, tahun, penanggalan, sebab,
dan cara mengistinbatkannya.
C. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah
Pusat peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah adalah:
a.    Kota Bagdad, merupakan ibu kota negara Kerajaan Abbasiyah yang
didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754 – 775 M) pada tahun
762 M. Kota ini terletak di tepian Sungai Tigris. Masa keemasan Kota
Bagdad terjadi pada pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid (786 –
809 M) dan anaknya al-Ma’mun (813 – 833M).
b.    Kota Samarra, letaknya di sebelah timur Sungai Tigris yang berjarak
kurang lebih 60 km dari Kota Bagdad. Di kota ini terdapat 17 istana
mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota lain.
Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial
saja, tetapi juga peradaban di semua aspek kehidupan, seperti:
administrasipemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi
militer, administrasi wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan,
dan industri, Islamisasi pemerintahan, kajian dalam bidang
kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat
Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam, sastra, seni, dan
penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi
pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi,
perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan
arsitek.
Ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah tumbuh dan
berkembang dengan suburnya disebabkan  oleh empat faktor :
1).   Terjadinya asimilasi budaya antara bangsa Arab dan bangsa-
bangsa lain seperti Persia, Yunani, India, yang sudah maju Iptek-nya.
Di masa ini banyak bangsa non Arab yang masuk Islam dan sangat
besar sahamnya dalam perkembangan Iptek. Bangsa Persia berjasa
dalam ilmu pemerintahan, filsafat dan sastra. Pengaruh bangsa India
terlihat pada ilmu kedokteran, matematika dan astronomi. Pengaruh
Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan berbagai bidang ilmu,
terutama filsafat.
2). Gerakan penterjemahan 
berjalan melalui 3 fase:
Fase pertama, pada masa Al-Manshur sampai Harun Al-
Rasyid, penterjemahan terfokus pada ilmu astronomi dan logika
(mantiq).
Fase kedua, pada masa Al-Makmun hingga tahun 300 H, terfokus
pada ilmu kedokteran dan filsafat. Dan
Fase ketiga, setelah tahun 300 H, bidang ilmu yang diterjemahkan
semakin luas.
3).  Perkembangan Bidang Ilmu Naqli :
1). Ilmu Hadis
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah:
a.    Imam Bukhari (810-870 M).  Nama : Abu Abdullah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardzibah al-Bukhari. Karyanya
: kitab “al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari”, “at-Tarikh as-Sagir”, “at-Tarikh
al-Ausat”, “Tafsir al-Musnad al-Kabir”, dll.
b.    Imam Muslim (817 – 875 M). Nama :  Abu al-Husain Muslim bin al-
Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi. Dalam rawi hadits, Imam Bukhari dan
Imam Muslim sering disebut Syaikhoni (Dua Syekh). Karyanya : kitab
“al-Jami’ al-shahih al-muslim”. Para ulama’ menempatkan kitab Sahih
Muslim pada peringkat kedua sesudah Sahih Bukhari.
c.    Ibnu Majah (823-887 M). Nama : Abu Abdillah Muhammad bin Yazid
ar-Raba’I al-Qazwani. Karyanya: kitab “Sunan Ibnu Majah”.
d.    Abu Daud (817-888 M). Nama : Abu Dawud Sulaiman bin al-asy’as
bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Amran al-Azdi as-Sijistani.
Karyanya: kitab “Sunan Abu Dawud”.
e.    At-Tirmidzi (209-279 H). Nama : Abu Isa Muhammad bin Isa bin
Saurah bin Musa bin Da Dahlat as-Sulami al-Bugi. Dalam bidang
hadits, at_Tirmizi adalah murid Imam Bukhari. Pendapat Imam
Bukhari tentang nilai hadits sering ditampilkan dalam karyanya,
“Sunan at-Tirmizi”.
f.     An-Nasa’i (830-915 M). Nama : Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Bahr bin
sinan. An-Nasa’i menulis beberapa kitab : as-Sunan al-Kubra, as-
Sunan al-Mujtaba’, Kitab Tamyiz, Kitab ad-Du’afa’, Khasa’is Amirul
Mu’minin Ali bin Abi thalib, Musnad Ali, dan Musnad Malik.
2).  Ilmu Tafsir
Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode
penafsiran: Pertama, tafsir bil-ma’tsur yaitu, interpretasi tradisional
dengan mengambil interpretasi dari hadis Nabi SAW dan para
sahabatnya. Mufassir masyhur golongan ini antara lain
a.    Ibn Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz
b.    Ibn Athiyah al-Andalusy (Abu Muhammad bin Athiyah)
c.    al-Sud’a Muqatil bin Sulaiman yang mendasarkan penafsirannya pada
Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, dan para sahabat lainnya.
Kedua, tafsir bil-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak
bertumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadis dan pendapat
sahabat. Mufassir golongan ini antara lain :
a.    Abu Bakar Asma (mu’tazilah),
b.    Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany (mu’tazilah) dengan
kitab tafsirnya 14 jilid.
3).  Ilmu Fiqih
Dalam bidang fiqih, para fuqaha’ yang ada pada masa Bani
Abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini.
Ada 4 fuqoha’ yang terkenal dengan sebutan “Imam mazhab empat”
a.     Imam Abu Hanifah (700-767 M). Nama : Nukman bin Tsabit, dikenal
sebagai pembangun madzhab Hanafi. Pendapat-pendapat hukumnya
dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kuffah, karena itu
mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional dari pada
hadits. Karyanya: kitab “Musnad al-Imam al-A’dzam” atau fiqih al-
akbar. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qodhi
Al-Qudhal di zaman Harun Al-Rasyid.
b.    Imam Malik (713-795 M). Nama: Anas bin Malik, terkenal sebagai ahli
hadis dan pembangun Madzhab Maliki. Dia lebih cenderung
menggunakan dalil naqli (nash Qur'an dan hadis) dan tradisi
masyarakat Madinah daripada dalil aqli (rasional). Karyanya : yang
terbesar berjudul Al-Muwattha', yang berisi kumpulan Hadits Nabi.
c.     Perkembangan madzhabnya tersebar di negara Tunisia, Libiya, Mesir,
Spanyol dan daerah Afrika lainnya.
d.     Imam Syafi’i (767-820 M). Nama : Muhammad bin Idris Asy-
Syafi'iy, terkenal sebagai pembangun Madzhab Syafi'iy.
Corak pemikiran Madzhabnya : berusaha memadukan antara madzhab
Hanafi yang rasionalis dan Maliki yang ortodoks (salafi).  
e.     Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M). Nama : Ahmad bin Hanbal.
Lahir di Baghdad. Ia terbilang murid Imam Syafi'iy, dan pembangun
Madzhab Hanbali. Karya tulis terbesarnya berjudul : ”Al-
Musnad”  yang berisi kumpulan hadis Nabi, dan kitab ”An-Nasikh wal
Mansukh”.
4).  Ilmu Akhlak dan Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak
pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir
muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Ilmu
tasawuf adalah ilmu hakekat yang pada intinya mengajarkan
penyerahan diri kepada Allah, meninggalkan kesenangan dunia dan
hidup menyendiri untuk beribadah kepada Allah.
Para Ulama’ ahli ilmu akhlak :
a.    Imam Mawardi (975-1058 M). Karya tulisnya antara lain berjudul : Al-
Ahkamus Sulthaniyyah (berisi politik / tatanegara). Di bidang Akhlak,
ia menulis buku yang terkenal sampai saat ini berjudul:  Adabud-
Dunya wad-Din. 
b.    Imam Ghazali (1058-1111 M). Ia lahir di Thus (Iran) dengan nama
lengkap Abu Hamid Muhamad bin Muhammad at-Tusi asy-Syafi'iy al-
Ghazali. Ia seorang multidisipliner, dan seorang penulis yang sangat
produktif dan berkualitas. Jumlah karangannya lebih dari 100 judul.
Buku yang sangat terkenal di seluruh dunia dan menjadi puncak karya
intelektualnya berjudul : Ihya' 'Ulumuddin (Menghidup-hidupkan ilmu
agama), yang berisi pandangannya tentang ilmu tauhid, syariat,
akhlak dan tasawwuf.  Di Indonesia, buku ini menjadi kajian para
kiyai, sarjana, dan santri senior di setiap pondok pesantren.
c.    Imam Ibnu Miskawaih  (932-1030 M). Ia seorang filsuf muslim yang
ahli di bidang etika. Bukunya berjudul : Tadzhibul Akhlaq wa Tat-hirul
A'raq (Pendidikan akhlak dan pencucian jiwa). 
Dia juga ahli filsafat Aristoteles. Karena keahliannya di bidang filsafat,
ia mendapat julukan "Al-Mu'allimus Tsalits" (guru ketiga). Guru
pertamanya adalah Aristoteles, sedang Guru keduanya adalah Al-
Farabi.Para ulama Tasawuf (sufi) antara lain :
a.    Al Qusyairi. Nama : Abu Qasim Abdul Karim bin Hawazin al Qusyairi.
Kitab tasawuf yang terkenal ”Ar Risalatul Qusyairi”.
b.    Syahabuddin Suhrawardy (wafat 632 M). Kitab tasawufnya ”Awaritul
Ma’arif”.
c.    Imam Ghazali. Bukunya yang sangat terkenal di bidang ilmu akhlak
tasawuf: Ihya’ Ulumddin.
d.    Dzun-Nun Al-Mishri (190-245 M). Lahir dan wafat di Mesir.  Dzunnun
al-Mishri dikenal sebagai orang pertama yang mengenalkan
maqamat dalam dunia sufi.
e.    Sirri al-Saqathi (wafat 253 H). Dia mengenalkan uzlah-uzlah yang
sebelumnya hanya dikenal sebagai tindakan menyendiri secara
personal, dikembangkan oleh al-Saqathi menjadi “uzlah kolektif”,
uzlah yang ditujukan untuk menghindari kehidupan duniawi yang
melenakan.
f.     Abu Yazid al-Bustami (wafat di Bistam Iran tahun 873
M). Nama: Abu Yazid (Bayazid)
g.    Al-Junaid al-Baghdadi (909 M). Dia mencoba mengkompromikan
tasawuf dengan syariat, hal ini ia lakukan setelah melihat banyaknya
pro-kontra antara sufi dan ahlu al-hadis di masanya Lagi pula al-
Junaid juga mempunyai basic sebagai seorang ahli hadis dan fiqh.
h.    Al-Hallaj, (858-922 M). Nama : Husein bin Mansur al-Hallaj.Dia murid
Al-Junaid al-Baghdadi yang lebih berani dan radikal dengan
konsep Hulul yaitu konsep wahdatul wujud dalam versi lain, yang
berangkat dari dua sifat yang dipunyai manusia yaitu nasut dan lahut]
5).  Ilmu Kalam (Teologi Islam)
a.    Abu Hasan Al-Asy'ari (872-913
M). Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah di bidang ilmu
kalam. Ia terkenal dengan rumusannya bahwa sifat wajib bagi Alloh
ada 13 sifat, mulai dari wujud, qidam baqo', sampai kalam.
a.    Karya-karya tulisnya yang dijadikan rujukan para ulama ilmu
kalam sampai sekarang, diantaranya berjudul : a). Maqolatul
Islamiyyin (pendapat golongan Islam);  b) Al-Ibanah 'an
Ushuliddiniyyah (penjelasan tentang dasar-dasar agama);  c) Al-
Luma' (sorotan) yang berisi penjelasan tentang ketuhanan, dosa
besar dan persoalan ’aqidah.
b.    Abu Manshur Al-Maturidi (875-944 M). Seperti halnya Al-Asy'ari, Ia
pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah bidang ilmu kalam.
Dalam membahas sifat-sifat Allah, ia merumuskan bahwa sifat Allah
berjumlah 20 sifat yang dikelompokkan menjadi 4 sifat, yaitu sifat
nafsiyyah, salbiyah, ma'aniy dan ma'nawiyah.
BAB III
KESIMPULAN

Kemajuan Islam pada Masa Bani Abbasiyah Daulah Abbasiyah


didirikan oleh Abdullah Al-Saffah pada tahun132 H / 750 M. Daulah
Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah
yang telah hancur di Damaskus. Kemajuan dan perkembangan pada
periode Bani Abbasiyah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal (dari ajaran agama Islam) dan faktor eksternal (proses
sejarah umat Islam dalam kehidupannya).
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan bagi umat Islam
atau yang sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’.
Pusat peradapan Islam pada masa Daulah Abasiyah adalah: di
Kota Bagdad dan Kota Samarra. Kemajuan yang dicapai tidak hanya
mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga aspek peradaban
dalam semua aspek kehidupan, seperti: administrasi pemerintahan
dengan biro-bironya, sistem organisasi militer, administrasi wilayah
pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industry, Islamisasi
pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi,
matematika, geografi, historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum
(fiqh), dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta
pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab),
menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media
tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.
Hikmah mempelajari sejarah pertumbuhan Ilmu pada masa
Daulah Abbasiyah: meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.,
dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya, menumbuhkan semangat menuntut ilmu baik ilmu agama
maupun ilmu dunia seperti yang telah dicontohkan oleh para
cendekiawan Islam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang
sesuai dengan ajaran Islam, membina rasa kesatuan dan persatuan
umat Islam dan kerukunan beragama di seluruh dunia yang tidak
membeda-bedakan suku, bangsa, negara, warna kulit, dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai