Anda di halaman 1dari 16

SKENARIO 4

BLOK KEPERAWATAN ANAK

1. DEFINISI IMUNISASI, VAKSINASI, DAN VAKSIN


 Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011).
 Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal
atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap
penyakit yang lain. (Buku Ajar Imunisasi KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA, 2014)
 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
(Buku Ajar Imunisasi KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
2014)
 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).
 Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh et.al, 2011).
 Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada
dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau
virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga
dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes,
2016)
 Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodI) system imun di dalam tubuh.Vaksinasi
sebagai upaya pencegahan primer yang sangat handal, untuk mencegah
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi. (IDAI, 2018)
 Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi
penyebab penyakit, namun telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil
sebagian, mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara
sengaja dimasukkan kedalam tubuh seseorang atau kelompok orang dengan
tujuan merangsang timbulnya zat antipenyakit tertentu pada orang-orang
tersebut. (Achmadi, 2006)
 Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya,
yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu. (Kemkes,2017)
 Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang
apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu. (Buku Ajar Imunisasi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2014)

2. Indikasi dan KontraIndikasi Imunisasi


3. Efek samping Imunisasi
Disamping yang diperoleh dari pemberian imunisasi, maka imunisasi juga
dapat menyebabkan reaksi atau efek samping, ini membuktikan bahwa vaksin betul
bekerja secara efek samping yang biasanya terjadii adalah sebagai berikut :
a) BCG, setelah dua minggu kemudian pembengkakan akan menjadi abses kecil
dan mejadi luka. Luka tersebut tetap terbuka dan jangan diberi obat apapun,
bila akan ditutup gunakan kain kasa kering, luka akan sembuh sendiri dan
akan meninggalkan perut yang kecil.
b) Hepatitis B, setelah mendapatkan vaksin HB biasanya anak akan demam,
merasa nyeri, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya
c) DPT kebanyakan bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan vaksin
DPT tetapi panas ini akan sembuh dalam waktu 1-2 hari. Sebagian bayi
merasa nyeri, merah atau bengkak ditempat suntukan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu pengobatan karena akan sembuh sendiri.
d) Polio, biasanya muncul bercak-bercak ringan setelah pemberian vaksin
poliomytis.
e) Campak, anak mungkin panas kadang-kadang disertai kemerahan 4-10 hari
sesudah penyuntikan ini adalah penyakit campak yang ringan dan
mencerminkan tubuhnya kekebalan.

4. Jenis-jenis Imunisasi dan Klasifikasi Imunisasi


Menurut Supartini (2014) Imunisasi pada sifatnya dikenal ada dua macam,
yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi Aktif.
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang diperoleh dimana tubuh orang
tersebut aktif membuat zat anti sendiri. Imunisasi Aktif juga vaksinasi bila yang
diberikan (suntikan) adalah vaksin. Menurut Suhosin (1998) bahwa “vaksin adalah
antigen yang oleh sistemnya imonologik dikenal sebagai bahan asing, oleh
karenanya system kekebalan tubuh akan menghasilkan antibody”. Dengan demikian
orang yang bersangkutan untuk sementara kenal terhadap penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman atau virus yang digunakan sebagai antigen.
Imunisasi aktif ada dua macam, yaitu :
a. Imunisasi Aktif Alami : kekebalan orang terhadap penyakit setelah menderita
suatu penyakit. Misalnya seorang yang telah pernah mengidap penyakit cacar dan
dia kebal terhadap penyakit cacar.
b. Imunisasi Aktif buatan : kekebalan yang diperoleh setelah orang tersebut
mendapat vaksinasi. Misalnya seseorang akan kebal terhadap penyakit cacar
setelah mendapatkan vaksinasi cacar.
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif yaitu kekebalan yang diperoleh karena orang tersebut
mendapatkan zat anti dari luar. Dengan demikian dikatakan imunisasi pasif bila yang
disuntikan adalah serum imun. Serum imun mengandung antibodi yang telah dibuat
aktif oleh makhluk hidup.
Bila serum imun disuntikkan pada individu lain. Maka aseptor akan menerima
sejumlah antibodi yang dipakai. Jadi sistem imunologi tubuh aseptor tidak
terangsang untuk mengadakan respon imunologi berupa pembentukan antibodi.
Imunisasi pasif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kekebalan yang diturunkan, yaitu berupa kekebalan pada bayi karena
mengandung zat anti yang diturunkan dari ibu ketika bayi masih dalam
kandungan.
b. Kekebalan pasif yang disengaja, yaitu kekebalan yang diperoleh seseorang
karena pada orang itu diberikan zat anti dari luar. Pemberian zat anti dapat
berupa pengobatan maupun sebagai usaha pencegahan.
Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
1) Pengertian
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis
yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen
tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas
terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis milier
(Ranuh,2008,p.132).
2) Cara pemberian dan dosis:
a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan
dengan mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct Scheering (ADS) 5 ml.
b) Dosisi pemberian: 0,05 ml.
c) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus). Dengan menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
3) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
4) Kontra indikasi:
a) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis dan
sebagainya.
b) Mereka yang sedang menderita TBC.
5) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti deman. Setelah
1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan
sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi
pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan
akan menghilang dengan sendirinya (Departemen Kesehatan RI,2006,p.21-22).

b. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)


1) Pengertian
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi (Departemen
Kesehatan RI,2006,p.23 ) Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang
terutama saluran nafas bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung
dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena
adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri. Penderita akan mengalami
beberapa gejala seperti demam lebih kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu
menelan dan terdapat pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring,
atau tonsil. Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang
rangsang batuk yang hebat dan lama. Serangan batuk lebih sering pada malam hari,
batuk terjadi beruntun dan akhir batuk menarik nafas panjang, biasanya disertai
muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertusis disebut juga dengan
“batuk seratus hari”. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
kuman Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada
lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi,
anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena
pemotongan tali pusat tanpa alat yang steril atau dengan cara tradisional dimana
alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora kuman
tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor
atau luka terkontaminasi spora tetanus. Kuman ini paling banyak terdapat di usus
kuda berbentuk spora yang tersebar luas di tanah (Atikah,2010,pp.42-48).
Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program Eliminasi Tetanus
Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan
perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut:
a) Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun.
Dengan 3 dosis toksoid tetanus pada bayi dihitung setara dengan 2 dosis pada anak
yang lebih besar atau dewasa.
b) Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5
tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toksoid tetanus pada
bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa (Sudarti,2010,pp.150-
151).
2) Cara pemberian dan dosis:
a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
b) Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
interval paling cepat 4 minggu (1 bulan) (Departemen Kesehatan RI,2006, p.23).
c) Cara memberikan vaksin ini, sebagai barikut:
(1) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh kaki
terlentang
(2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
(3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
(4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
(5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk kedalam
otot (Atikah.2010,p.48)
3) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
4) Kontra indikasi
Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus
dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan
DT.
5) Efek samping
Gejal-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam tinggi, iritabilitas, dan
meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Departemen Kesehatan
RI,2006,p.23 )
c. Vaksin Hepatitis B
1) Pengertian
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorph) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
2) Cara pemberian dan dosis:
a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
b) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara intramuskuler
sebaiknya pada anterolateral paha.
c) Pemberian sebanyak 3 dosis.
d) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan).
3) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus hepatitis B.
4) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin- vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai kejang.
5) Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
(Departemen Kesehatan RI,2006,p.28)

d. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)


1) Pengertian
Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe
1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa.
2) Cara pemberian dan dosis:
a) Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali
(disis) pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
b) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
3) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
4) Kontra indikasi
Pada individu yang mnderita “immune deficiency” tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan
setelah sembuh.
5) Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi. (Departemen Kesehatan RI,2006,p.26)

e. Vaksin Campak
1) Pengertian
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml)
mengandung tidak kurang dari 1000 inektive unit virus strain dan tidak lebih dari 100
mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erithromycin.
2) Cara pemberian dan dosis:
a) Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutlan dengan
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
b) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9-11 bulan. Dan ulangn (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah
catchup campaign campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
3) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
4) Kontra indikasi
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
5) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Departemen Kesehatan RI,2006,p. 27).
5. Jenis-jenis vaksin
WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin

(Buku Ajar Imunisasi KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2014)


Klasifikasi Vaksin

Live Attenuated Inactivated

• Derivat dari virus • Dari organisme


atau bakteri yang diambil,
liar (wild) yang dihasilkan dari
dilemahkan. menumbuhkan
• Tidak boleh bakteri atau virus
diberikan kepada pada media
orang yang kultur, kemudian
defisiensi imun. diinaktifkan.
• Sangat labil dan Biasanya, hanya
dapat rusak sebagian
oleh suhu tinggi (fraksional).
dan cahaya. • Selalu
memerlukan dosis
ulang.

Virus Campak, mumps, • Virus inaktif


rubella, polio, utuh: influenza,
yellow fever, dan polio,
cacar air rabies, hepatitis A.
• Virus inaktif
fraksional: sub-unit
(hepatitis B,
influenza, acellular
pertussis, typhoid
injeksi), toxoid
(DT botulinum),
polisakarida murni
(pneumococcal,
meningococcal,
Hib), dan
polisakarida
konjungasi
(Hib dan
pneumococcal).

Bakteri BCG dan tifoid oral • Bakteri inaktif


utuh (pertussis,
typhoid, cholera,
pes)

Ada 2 jenis vaksin berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu, yaitu vaksin yang
sensitif terhadap beku dan sensitif terhadap panas.

Vaksin yang sensitif terhadap Vaksin DT, TT, Td, Hepatitis B,


beku (Freeze Sensive/FS) dan DPT/HB/Hib

Vaksin yang sensitif terhadap Vaksin Campak, Polio, dan


panas (Heat Sensitive/HS) BCG

6. Manfaat Imunisasi dan Vaksinasi


1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
(Atikah,2010,pp.5-6).

Menurut Unicef (2008), manfaat utama pemberian imunisasi pada anak


bayi antara lain:
1. Imunisasi BCG, dapat melindungi anak dari serangan kuman.
2. Imunisasi DPT, dapat mencegah penyakit dipteri, pertusis dan tetanus.
3. Imunisasi Polio, dapat mencegah kelumpuhan pada anak atau penyakit
poliomilitis.
4. Imunisasi Campak, dapat mencegah penyakit cacar pada bayi dan balita.
5. Imunisasi Hepatitis B, untuk mencegah penyakit Hepatitis.

7. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi


Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan (2014), dijelaskan bahwa terdapat beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi yaitu sebagai berikut :

a. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa
disebut juga batuk darah yang ditularkan melalui pernafasan dan melalui bersin atau
batuk. Gejala awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat badan,
demam, dan keluar keringat pada malam hari, gejala selanjutnya yaitu batuk terus
menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah, sedangkan gejala lain timbul
tergantung pada organ yang diserang. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari
penyakit TBC adalah kelemahan dan kematian.

b. Difteri
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae yang ditularkan melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala yang timbul
berupa radang tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari
timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi yang
dapat diakibatkan dari penyakit difteri adalah gangguan pernafasan yang berakibat
kematian.

c. Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertusis yang ditularkan melalui percikan ludah (droplet infection) dari
batuk atau bersin. Gejala yang timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam,
batuk ringan yang lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat
dan keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit pertusis adalah
Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.

d. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran yang masuk ke dalam luka
yang dalam. Gejala awal yang timbul berupa kaku otot pada rahang, disertai kaku
pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi
terdapat gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir dan gejala
berikutnya berupa kejang yang hebat dan tumbuh menjadi kaku. Komplikasi yang
dapat diakibatkan dari penyakit tetanus adalah patah tulang akibat kejang,
Pneumonia, infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

e. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak
hati (penyakit kuning). Ditularkan secara horizontal dari produknya, suntikan yang
tidak aman, transfusi darah, melalui hubungan seksual dan secara vertikal dari ibu ke
bayi selama proses persalinan. Gejala yang ditimbul berupa merasa lemah, gangguan
perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, dan warna kuning bisa
terlihat pada mata ataupun kulit. Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit hepatitis
B adalah penyakit bisa menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan hati (Cirhosis
Hepatitis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian.

f. Campak
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae measles
dan ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk penderita.
Gejala awal yang timbul berupa demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjungtivitis (mata merah) dan koplik spots, selanjutnya timbul ruam pada muka
dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi yang
diakibatkan dari penyakit campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga,
infeksi saluran nafas (Pneumonia).

g. Rubella
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki RNA genom untai tunggal.
Virus ini ditularkan melalui jalur pernafasan dan bereplikasi dalam nasofaring dan
kelenjar getah bening serta ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah infeksi dan
menyebar ke seluruh tubuh. Rubella ditularkan melalui oral droplet, dari nasofaring
atau rute pernafasan. Gejala rubella pada anak biasanya berlangsung dua hari yang
ditandai dengan ruam awal pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh, demam
ren posterior limfadenopati servikal. Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua dan
orang dewasa gejala tambahan berupa pembengkakan kelenjar, dingin seperti
gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita muda. Masalah serius dapat terjadi
berupa infeksi otak dan perdarahan (Ankas, 2015).

h. Poliomielitis
Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis menyerang anak di bawah usia 15 tahun
dan menderita lumpuh layu akut dengan ditularkan melalui kotoran manusia (tinja)
yang terkontaminasi. Gejala yang timbul berupa demam, nyeri otot dan kelumpuhan
terjadi pada minggu pertama. Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit poliomielitis
adalah bisa menyebabkan kematian jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera
ditangani.

i. Radang Selaput Otak


Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus
dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal
dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan
otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat. Penularan
kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet (tetesan)
infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin, dan cairan
tenggorokan penderita (Ariya, 2012).
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi,
muntah, dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) melalui fungsi lumbal. Pada stadium I selama 2-3 minggu
ditandai dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa, stadium II
berlangsung selama 1-3 minggu ditandai dengan gejala penyakit lebih berat dimana
penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan sangat gelisah, sedangkan
stadium III ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma.
Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila
tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya (Ariya, 2012).

j. Radang Paru-Paru
Radang paru-paru (pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana
(alveoli) yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan
terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab,
termasuk infeksi oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Radang paru-paru dapat
juga disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu
berlebihan minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru
termasuk batuk, demam. Radang paru-paru terjadi di seluruh kelompok umur dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orangtua dan orang yang
sakit menahun (Sahroni, 2012).

8. Jadwal Imunisasi/Vaksinasi
Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1,
maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT
dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T
sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku
Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.

9. EBN
10. IRK Tinjauan ISLAM
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 04 Tahun 2016 Tentang IMUNISASI
Menimbang :
a. bahwa ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga
kesehatan, yang dalam prakteknya dapat dilakukan melalui upaya preventif agar
tidak terkena penyakit dan berobat manakala sakit agar diperoleh kesehatan
kembali, yaitu dengan imunisasi;
b. bahwa imunisasi, sebagai salah satu tindakan medis untuk mencegah
terjangkitnya penyakit tertentu, bermanfaat untuk mencegah penyakit berat,
kecacatan dan kematian;

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah [2]:173)

“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW: Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu
penyakit kecuali menurunkan (pula) obatnya”. (HR. al-Bukhari)
“Berobatlah, karena Allah tidak menjadikan penyakit kecuali menjadikan pula
obatnya, kecuali satu penyakit yaitu pikun (tua)”. HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I
dan Ibnu Majah

Anda mungkin juga menyukai