Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB 1
A. Pengertian
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar
limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid),
tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil
tuba Eustachius (lateral band dinding faring atau Gerlach’s tonsil).
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin,
dan lain-lain. Jika dilihat dari struktur faring yang terletak berdekatan
dengan tonsil, maka faringitis dan tonsillitis sering ditemukan bersamaan.
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang
masih bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan
organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai
tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah,1997 )

A. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah
yang tersebut dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus
Virus merupakan penyebab tersering faringitis akut . Rinovirus
menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (
droplet infections )
B. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas
bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian
menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen
pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga
tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi
juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau
mulut serta otalgia. 
Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi Ke pusat Suhu tubuh


thermoregulasi meningkat

Tonsilofaringitis akut
Hipertermi

Edema faring & Tonsil & adenoid membesar


tonsil

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & Kurangnya Infeksi sekunder


kelemahan
minum pendengaran

Resiko Intoleransi Otitis media


perubahanstatus aktifitas
nutrisi < dari
kebutuhan tubuh

Gangguan persepsi
sensori : pendengaran
C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Tenggorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan
(leher)
2. Nyeri saat menelan (menelan ludah ataupun makanan dan minuman)
sehingga menjadi malas makan
3. Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga
4. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, dan nyeri otot
5. Dapat disertai batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang
nyeri perut, pembesaran kelenjar getah bening di sekitar leher

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tonsil dapat membesar bervariasi
b. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial
tonsil,
c. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau
material menyerupai keju,
d. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan
mukosa faring, merupakan tanda penting untuk menegakkan infeksi
kronis pada tonsil.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi :

T0 : Tonsil masuk di dalam fossa


T1  : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring
T4  : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat
diagnosa tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium
meliputi :
a. Swab tenggorok: standar diagnostic untuk faringitis bakteri. untuk
pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat. sensitivitasnya
90-95%. Walaupun begitu, terkadang dibutuhkan swab ulangan
pada hasil (-) untuk pasien yang tidak diobati.
b. Pemeriksaan Darah
Leukosit : terjadi peningkatan
Hemoglobin : terjadi penurunan

E. Penatalaksanaan
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medis
a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim,
penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol,
ibuprofen.
c. Analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kompres dengan air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d. Kumur dengan air hangat
e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
3. Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam
sebaiknya tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.
a. Sistemik
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik.
b. Pengobatan oral
obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.
c. Tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan
yang berat dan berulang-ulang yang mengganggu
kehidupannya. Tindakan ini harus dilakukan bila disertai abses
peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3 minggu setelah serangn
tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada epidemi
poliomielitis.

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani
dengan baik adalah :
1. Tonsilofaringitis kronis
2. Otitis media
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden,
perkembangan, efek terapi dll
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Riwayat kelahiran
b. Riwayat imunisasi
c. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis
media )
d. Riwayat hospitalisasi
4. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll

5. Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk

Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :

a. T0 : bila sudah dioperasi


b. T1 : ukuran yang normal ada
c. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
d. T3 : pembesaran mencapai garis tengah
e. T4 : pembesaran melewati garis tengah
6. Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan
dan minum, turgor kurang

7. Aktifitas / istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise

8. Keamanan / kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
tonsilofaringitis akut adalah :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan


tonsil
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya anoreksia
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan
adanya obstruksi pada tuba eustakii

C. Intervensi Keperawatan
1. DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan
tonsil
Intervensi :

a. Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan


menggigil atau tidak
b. Pantau suhu lingkungan
c. Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
d. Berikan kompres hangat
e. Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
2. DP : nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
Intervensi :
a. Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman,
frekuensi )
b. Kaji TTV
c. Berikan posisi yang nyaman
d. Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang
melalui hidung dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui
mulut
e. Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian
anak
f. Kolaborasi pemberian analgetik
3. DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya anoreksia
Intervensi :

a. Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit


b. Timbang BB tiap hari
c. Berikan makanan dalam keadaan hangat
d. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan
makanan dalam bentuk yang menarik
e. Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
f. Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
anak
4. DP : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :

a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas


b. Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
c. Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktifitas
d. Berikan lingkungan yang tenang
e. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
5. DP : gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan
adanya obstruksi pada tuba eustakii
Intervensi :

a. Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien


b. Lakukan irigasi telinga
c. Berbicaralah dengan jelas dan pelan
d. Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika
terdapat kesulitan dalam berkomunikasi
e. Kolaborasi pemeriksaan audiometri
f. Kolaborasi pemberian tetes telinga
DAFTAR PUSTAKA

Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997.
Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid
I. Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.
Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.
Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan.
Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.
Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200
June 21]; available from : URL: http://www.emedicine.com.

Anda mungkin juga menyukai