Anda di halaman 1dari 12

1. Jelaskan secara lengkap konsep diagram tegangan tanah...

Jawab :

 Konsep Tegangan Total dan Efektif

Secara umum elemen tanah mempunyai tiga fase, yaitu butiran padat, air dan

udara. Pemahaman mengenai komposisi tanah diperlukan untuk mengambil

keputusan dalam memperoleh parameter tanah. Berdasarkan ketiga fase tersebut,

diperoleh hubungan volume-berat seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Hubungan Antar Fase Tanah

Hubungan volume yang umum digunakan untuk suatu elemen tanah adalah angka

pori (void ratio), porositas (porosity), derajat kejenuhan (degree of saturation),

sedangkan untuk hubungan berat digunakan istilah kadar air (water content), dan

berat volume (unit weight). Hubungan-hubungan tersebut dapat dikembangkan

sehingga dapat diketahui parameter yang digunakan dalam perhitungan desain. (Tabel

1.1)
Tabel 1.1. Korelasi antar berbagai jenis parameter tanah

Given Moist unit weight ()

w,Gs,e

S,Gs,w

w,Gs,n

w,Gs,n Gsw (1 - n)(1 + w)

S,Gs,n Gsw (1 - n) + nSw

Given Dry unit weight (d)

,w

Gs,e

Gs,n Gsw (1 – n)

Gs,w,S

e,w,s

sat,e sat -

sat,n sat - nw

sat,Gs

Given Saturated unit weight (sat)

Gs,e

Gs,n [(1 –n)Gs + n]w


Gs,wsat

e,wsat

n,wsat n

d,e d +

d,n d + n
d +
d,S
d (1 +
w sat)
d,wsat

 Konsep Tegangan Total ()

Pada suatu massa tanah, tegangan total pada suatu titik dihitung dari berat volume

keseluruhan dari elemen tanah yang berada di atasnya. Jika suatu massa tanah tersebut

diketahui terdapat air tanah, maka tegangan total dihitung dengan memasukkan

pengaruh berat volume tanah jenuh air dan berat volume air.
Gambar 1.2. Potongan Melintang Tanah

(Mekanika Tanah, Braja M. Das, Jilid 1, 1985)

Gambar 1.2. menunjukkan titik A pada suatu massa tanah dalam potongan

melintang. H adalah besarnya kedalaman muka air tanah dihitung dari partikel tanah

sedangkan Ha merupakan kedalaman titik A dihitung dari muka air tanah. Secara

matematis, besarnya tegangan total () adalah:

 = H w + (Ha – H) sat (1)

Dengan w = berat volume air dan sat = berat volume tanah jenuh air.

Analisis tegangan total digunakan untuk menganalisis stabilitas jangka pendek

(short term) atau akhir konstruksi, dalam penggunaan praktis disebut juga kondisi

undrained. Kondisi ini terjadi pada saat penambahan beban luar melebihi kecepatan

terdisipasinya air pori. Pada tanah lempung proses terdisipasinya tekanan air pori
relatif lebih lambat dibandingkan dengan tanah pasir, oleh karena itu analisis kondisi

undrained umumnya digunakan untuk tanah lempung.

Faktor keamanan dalam kondisi kritis (minimal) terletak di akhir konstruksi pada

saat nilai u maksimal. Seiring berjalannya waktu, tekanan air pori akan tereduksi

sehingga menyebabkan kuat geser tanah dan faktor keamanan meningkat.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka analisis tegangan total digunakan pada saat

lereng dalam kodisi kritis (faktor keamanan minimal).

Parameter yang digunakan pada analisis tegangan total adalah cu dan u.

Parameter-parameter tersebut disebut dengan parameter total. Kekuatan tanah

lempung jenuh dinyatakan dengan

Su = cu dan u = 0

Dengan Su = undrained shear strength, cu = undrained cohesion, u = undrained

friction angle.

Undrained strength (cu) untuk lempung normally consolidated dapat ditentukan

melalui persamaan berikut:

= 0,11 + 0,0037 Ip (2)

Dengan ’0 = tegangan efektif overburden dan Ip = indeks plastisitas.

Untuk lempung overconsolidated, undrained strength (cu) ditentukan melalui

persamaan:
= OCR0,8

(2.3)

Dengan OCR = overconsolidation ratio.

UU Undrained
Triaxial strength, Su
test

Test
CU
Short term Ccu dan cu
stability
test
(end of
construction)
Unconfined
Unconfined
Compression
strength, qu
Test

Gambar 1.3. Tes yang dilakukan untuk stabilitas jangka pendek

(Slope Stability and Stabilization Method, Thomas S Lee, 1996)

Berdasarkan Gambar 1.3., parameter-parameter tanah selain diperoleh melalui tes

triaxial UU dapat juga melalui tes triaxial CU dan tes unconfined compression dan

umumnya digunakan untuk analisis stabilitas timbunan maupun pondasi.

2.1.1. Konsep Tegangan efektif (’)

Titik A pada Gambar 1.2. terletak dalam sebuah tanah jenuh air, berdasarkan

kondisi tersebut di titik A terdapat gaya hidrostatis akibat pengaruh muka air tanah.

Tekanan hidrostatis tersebut disebut tekanan air pori (u). Tegangan efektif

menunjukkan hubungan tegangan total pada suatu massa tenuh jenuh air yang
dipengaruhi tekanan air pori. Secara matematis tegangan efektif (’) dapat dinyatakan:

’ =  - u (4)

Dengan memasukkan pengaruh kedalaman dan berat volume air dan tanah maka

persamaan tersebut dapat dikembangkan menjadi:

’ = [H w + (Ha – H) sat] – HA w (5)

’ = (HA – H) (sat – w) (6)

(HA – H) merupakan tinggi tanah , sedangkan (sat – w) merupakan berat volume

tanah efektif (’).

Analisis tegangan efektif digunakan untuk menganalisis stabilitas jangka panjang

(long term) atau disebut juga dengan kondisi drained. Pada tanah pasir, proses

terdisipasinya air pori terjadi lebih cepat, oleh karena itu analisis kondisi drained

umumnya digunakan untuk analisis stabilitas pada tanah pasir.

Parameter yang digunakan pada analisis tegangan efektif adalah c’ dan ’.

Parameter-parameter tersebut disebut dengan parameter efektif. Analisis pada kondisi

long term menggunakan metode tegangan efektif, parameternya ditentukan dengan test

triaxial drained atau tes direct shear, bisa juga menggunakan CU test dengan

memperhitungkan tegangan air pori atau menggunakan ring shear test.


Direct shear
test c' dan '

CD
test
Long term
stability
Triaxial test c' dan
' CU
test
dengan
pengukura
n tekanan
air pori

Ring shear test c'r dan


'r
residual

Gambar 1.4. Tes yang dilakukan untuk stabilitas jangka panjang


(Slope Stability and Stabilization Method, Thomas S Lee, 1996)

Selain menggunakan tes berdasarkan Gambar 1.4., tekanan air pori juga dapat

ditentukan melaui flow nets maupun analisis seepage lainnya. Umumnya analisis

drained dengan mengguanakan parameter efektif digunakan pada stabilitas galian dan

lereng alami.

Namun tidak semua kondisi stabilitas harus dianalisis dengan menggunakan

parameter-parameter yang sudah ditentukan seperti yang telah dibahas sebelumnya,

karena kondisi tanah dan lapangan menentukan juga analisis yang akan digunakan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2.


Tabel 1.2. Analisis stabilitas berdasarkan kondisi tanah dan lapangan

(Slope Stability and Stabilization Method, Thomas S Lee, 1996)

Soil Type
Stiff (Highly
Soft (NC) Clay
OC) clay
Foundation Loading
Probably UU case but
Unconsolidated Undrained
Critical check
consolidated drained (CD)
conditions (UU) case (no drainage) case
(drainage with equilibrium
pore
pressures)

Use =0, c= ıff with Stability usually not


Remarks a appropriate major problem
corrections
Excavation or Natural Slope
Could be either UU or CD CD case (complete
Critical case drainage)
conditions
If soil is very sensitive, it Use effective stress
Remarks may analysis with
change from drained to equilibrium pore
undrained pressure; if clay
is fissured, c' and perhaps
conditions ' may
decrease with
time

2.2. Studi Parameter Tanah

Dalam mendesain bangunan geoteknik, diperlukan data-data tanah yang

mempresentasikan keadaan lapangan. Pengujian laboratorium dan pengambilan sampel

tanah tidak dilakukan pada seluruh lokasi melainkan di tempat-tempat lokasi kritis

yang memungkinkan dan dianggap mewakili lokasi sebenarnya.

Kelengkapan data dalam penyelidikan lapangan menentukan akurasi dalam


perencanaan, tetapi tidak semua data dapat diperoleh dengan

lengkap. Hal tersebut terkait dengan masalah biaya pengambilan

sampel atau kendala nonteknis yang terjadi di lapangan. Oleh karena

itu perencana harus dapat mengambil asumsi yang

dipertanggungjawabkan dengan nilai kesalahan yang minimal.

Asumsi tersebut diperoleh dari korelasi empiris yang telah dilakukan

oleh ahli-ahli geoteknik dan mengacu pada pemahaman mekanika

tanah yang baik.


2. Perbedaan Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall) dengan Tipe
Kantilever (cantilever retaining wall)…
Jawab:

 Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall)

Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu, terkadang
pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan dinding untuk mencegah
retakan permukaan akibat perubahan temperature (Tanjung, 2016).

Gambar 2.1. Dinding penahan tanah tipe gravitasi (gravity wall).


(Sumber: Hardiyatmo, 2014)

 Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)

Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang yang
berbentuk huruf T. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yang
berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak dan
ujung kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7 meter
(Tanjung, 2016).
Gambar 2.2. Dinding penahan tanah tipe kantilever (cantilever retaining wall).
(Sumber: Hardiyatmo, 2014)

Anda mungkin juga menyukai