Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Nanopartikel merupakan bagian dari nanoteknologi yang sangat popular dan semakin

pesat perkembangannya sejak awal tahun 2000. Hal ini disebabkan oleh manfaat dan

dampaknya yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Manfaat dan aplikasi

nanopartikel saat ini telah berkembang pada berbagai bidang, diantaranya yaitu bidang

lingkungan, biomedis, perawatan kesehatan, pertanian dan pangan, tekstil, industri,

elektronika, serta energi (Tsuzuki, 2009).

Nanopartikel Ag merupakan salah satu jenis dari nanopartikel logam.

Nanopartikel logam, seperti emas, perak, besi, seng, dan logam oksida memiliki

peluang besar dalam aplikasi biomedis karena luas permukaan yang besar dan rasio

volumenya. Nanopartikel perak banyak digunakan pada perawatan luka, kateter, dan

berbagai produk rumah tangga karena memiliki sifat antibakteri. Sifat antibakteri perak

telah digunakan pada awal 1000 SM untuk menjaga air tetap aman. Akhir-akhir ini

telah diketahui aktivitas antibakteri dari perak dengan melepaskan ion Ag+. Perak

terhubung dengan struktur protein dan mencegah ikatan

dengan DNA untuk menghambat replikasi. Selanjutnya terjadi efek antibakteri dari

perak dengan menginaktifasi enzim fosfomannoseisomerase (Prasad, et. al., 2013).

Nanopartikel perak dapat disintesis dengan metode fisika, kimia dan biologi.

Meskipun metode fisika dan kimia menghasilkan partikel yang murni, namun metode

tersebut mahal dan tidak ramah lingkungan. Sehingga metode biologi dipilih dengan

menggunakan reduktor ekstrak tanaman (Renugadevi dan Aswini, 2012).

1
2

Prinsip biosintesis Ag nanopartikel ialah memanfaatkan tumbuhan ataupun

mikroorganisme sebagai agen pereduksi. Biosintesis nanopartikel menggunakan

tumbuhan memberikan beberapa keuntungan, seperti ramah lingkungan, kompatibel

untuk aplikasi farmasi dan biomedis, ekonomis, tidak menggunakan bahan kimia

beracun, serta tidak memerlukan tekanan energi dan temperatur yang tinggi.

Pada biosintesis nanopartikel perak menggunakan tumbuhan, Ag terbentuk

melalui reaksi reduksi oksidasi dari ion Ag+ yang terdapat pada larutan dengan senyawa

tertentu, seperti enzim dan reduktan yang berasal dari bagian tumbuhan. Gugus fungsi

dalam senyawa metabolit sekunder bekerja dengan cara mendonorkan elektron ke ion

Ag+ untuk menghasilkan Ag nanopartikel. Proses reduksi hingga terbentuk

nanopartikel perak tidak lepas dari peran senyawa tertentu yang terdapat pada jenis

tumbuhan yang digunakan.

Yasin, dkk. (2013), menggunakan ekstrak daun bambu untuk mereduksi ion

perak dari senyawa AgNO3 menjadi partikel-nano perak pada suhu 65°C. Hasil analisis

menggunakan UV-Vis dan TEM mengkonfirmasi terbentuknya partikel nanoperak

dengan ukuran kurang dari 100 nm. Srinivas, dkk. (2013), juga berhasil mensintesis

partikel-nano perak dengan menggunakan ekstrak daun stroberi. Partikel-nano yang

dihasilkan memiliki ukuran 9-15 nm dengan morfologi berbentuk bola. Selain itu

Ahmad dan Seema., (2012) juga berhasil mensintesis partikel-nano perak dari AgNO3

dengan menggunakan ekstrak buah nanas.


3

Tumbuhan Kawista (Limonia acidissima Groff) diduga mengandung senyawa

metabolit sekunder, salah satunya adalah flavonoid pada bagian kulit batang, dimana

flavonoid dapat digunakan sebagai senyawa pereduksi yang dapat membantu

pembentukan Ag nanopartikel. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai kandungan

senyawa flavonoid pada kulit batang kawista sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang keberadaan senyawa metabolit sekunder tersebut dengan

metode ekstraksi dan memanfaatkannya sebagai bioreduktor nanopartikel perak serta

melakukan analisis terhadap aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Bacillus subtilis

dan Pseudomonas aureginosa.

Tujuan dari penelitian ini adalah mensintesis nanopartikel perak menggunakan

bioreduktor ekstrak kulit batang kawista serta mengetahui karakteristik nanopartikel

perak yang terbentuk dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Bacillus

subtilis dan Pseudomonas aureginosa.

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah dapat memberikan

informasi mengenai nanopartikel perak yang dapat disintesis menggunakan

bioreduktor ekstrak kulit batang kawista serta memberikan informasi tentang

karakteristik nanopartikel perak yang terbentuk dan dapat memberikan referensi

mengenai potensi antibakteri nanopartikel perak yang terbentuk terhadap aktivitas

bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas aureginosa.

Anda mungkin juga menyukai