Anda di halaman 1dari 41

PANDUAN

SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KANJURUHAN


KABUPATEN MALANG

i
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN
Jalan Panji No.100 Telp (0341) 395041 Fax (0341) 395024
E-mail: rsud-kanjuruhan@malangkab.go.id Website: http://rsud-kanjuruhan.malangkab.go.id
KEPANJEN 65163

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN


KABUPATEN MALANG
NOMOR : 188.4/243/KEP/35.07.208/2018
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN
KABUPATEN MALANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN


KABUPATEN MALANG
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan,
diperlukan suatu proses pelayanan yang professional, cepat
dan tepat serta sesuai ketentuan dan standar yang berlaku
b. Bahwa untuk kepentingan tersebut diatas, perlu diterbitkan
Keputusan Direktur Tentang Panduan Pelayanan Skrining
Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan
Kabupaten Malang.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
983/ MENKES/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum Daerah;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
129/MENKES /SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
8. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
811/MENKES/SK/X/ 2006 Tanggal 03 Oktober 2006
tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Malang Milik Pemerintah Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur (Diktum ke 2 perihal peningkatan kelas
Rumah Sakit dari kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan).
9. Peraturan Bupati Malang Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pola
Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
ii
Umum Daerah “Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang.
10. Peraturan Bupati Malang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan.
11. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
”Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang Nomor: 56 tahun
2017 tentang Pembentukan Instalasi di Rumah Sakit Umum
Daerah ”Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan:
Kesatu : Panduan Pelayanan Skrining Pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang
Kedua : Panduan Pelayanan Skrining Pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagaimana tercantum
dalam lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Panduan Pelayanan Skrining Pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang ini harus dibahas
sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan apabila
diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kabupaten Malang.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kepanjen
Pada Tanggal : 7 Desember 2018

DIREKTUR RSUD KANJURUHAN


KABUPATEN MALANG

drg. MARHENDRAJAYA, MM, Sp.KG


Pembina Tk.I
NIP. 196612041992031004

iii
DAFTAR ISI

BAB I. DEFINISI 1
BAB II. RUANG LINGKUP 5

BAB III. TATA LAKSANA 16

BAB IV. DOKUMENTASI 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit seyogyanya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah
sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang berintegrasi dengan
para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang
akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah
meenyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan
pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan,
kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya
adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber
daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi yang diperlukan untuk membuat
keputusan yang benar tentang: kebutuhan pasien yang mana yang dapat
dilayani rumah sakit, pemberian pelayananyang efisien kepada pasien serta
tranfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau pelayanan lain.
Menurut CCI Conference Conference on Preventive Aspects of Chronik
Disease tahun 1951, definisi skrining secara umum adalah suatu stategi yang
diigunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu
tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif
untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentuyang tampak gejala
atau tidak tampak, dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui
suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dilakukan secara
singkat dan sederhana yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan.
Skrining bukan mendiagnosa penyakit bagi yang dianggap positif hasil
skrining akan dilakukan pemeriksaan lebih intensif untuk menentukan apakah
benar-benar sakit atau tidak dan bagi yang terdiagnosa positif diobati secara
intensif agar tidak membahayakan diri ataupun lingkungannya.
Salah satu skrining pada populasi tertentu adalah Skrining yang dapat
dilakukan rumah sakit dimana meliputi 3 aspek yaitu (1) pasien rumah sakit
secara umum baik poliklinik atau rawat inap terutama pasien yang mempunyai
1
resiko tinggi, (2) pasien datang dengan kebutuhan yang tidak jelas yang
biasanya memerlukan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lain, (3)
pasien yang direncanakan utuk rawat inap.

B. Tujuan
1. Mengetahui apakah masalah kesehatan penderita yang datang dapat
diselesaikan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.
2. Mampu menganalisa penderita secara visual/pengamatan, dan pemeriksaan,
didukung pemeeriksaan penunjang
3. Menentukan kebutuhan masalah kesehatan pasien yang dapat dilayani di
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.
4. Menentukan apakah pasien dapat dilayani rawat jalan, diputuskan untuk
rawat inap atau dilakukan rujukan.

C. Pengertian
Skrining adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk
mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu,
atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita
penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu
masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang
secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat tehadap
mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui
diagnosa dan pengobatan.
Skrining dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat
untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat,
tetapi kemungkinan berisiko terkena penyakit, dari mereka yang diduga
mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan
medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.
a. Proses Skrining terdiri dari dua tahap :
1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok atau individu yang dianggap
mempunyai resiko tinggi penyakit dan bila hasil test negatif maka
dianggap pasien tersebut tidak menderita penyakit.
2
2. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostik, dan bila
hasilnya positif akan dilakukan pengobatan.
b. Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk skrining dapat berupa pengamatan
atau visual, pemeriksaan laboratorium atau radiologi. Pemeriksaan tersebut
harus dapat dilakukan:
1. Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih cepat
2. Tidak mahal
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa.
c. Prinsip deteksi dini adalah :
1. Suatu kondisi yang menjadi problem kesehatan yang penting
2. Bila terdeteksi dapat dilanjutkan dengan pengobatan yang dapat
dilakukan
3. Fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan harus tersedia
4. Didasari pengetahuan untuk dapat mengideteksi dini
5. Harus ada pemeriksaan dan tes yang cocok
6. Tes yang dilakukan harus dapat diterima masyarakat
7. Riwayat penyakit harus secara rinci diketahui
8. Harus ada kebijakan yang disetujui terhadap siapa yang akan merapat
pasien
9. Biaya yang diperlukan baik untuk diagnosa dan pengobatan diharapkan
terjangkau
10. Penemuan kasus harus merupakan proses yang berkelanjutan

3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Di Dalam Rumah Sakit
1. Intalasi Gawat Darurat (IGD)
a. Di luar instalasi gawat darurat Skrining dilakukan terhadap pasien pada
saat sebelum pasien masuk ke rumah sakit oleh petugas keamanan
untuk menunjukan ke IGD atau ke Instalasi Rawat Jalan, skrining pada
pasien yang datang langsung ke rumah sakit dilakukan oleh petugas
rumah sakit yang pertama kali kontak dengan pasien.

a. Di dalam Instalasi Gawat Darurat skrining dilakukan di pintu masuk


dengan cara visual triage, selanjutnya dipilah sesuai kegawatan melalui
kriteria triase, dokter memeriksa pasien untuk memastikan dilakukan
pemeriksaan penunjang atau tidak. Bila pemeriksaan penunjang
(laboratorium dan diagnostik imaging) sebelumnya yang dilakukan oleh
tenaga yang kompeten yaitu dokter atau perawat untuk menentukan
pasien dirawat atau dirujuk

2. Instalasi Rawat Jalan


 Skrining dilakukan di tempat pendaftaran Pelayanan Administrasi Terpadu
(PAT)
1. skrining atau pemilahan kasus dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari kesalahan pasien masuk ke poliklinik yang tidak sesuai
dengan penyakitnya.
2. Skrining atau pemilahan berdasarkan kegawatan, pasien kasus poliklinis
atau Instalasi Gawat darurat
 Skrining dilakukan di dalam poliklinis Rawat Jalan oleh dokter spesialis
melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan, untuk
menentukan apakah pasien harus rawat inap atau rawat jalan
 Skrining di dalam poliklinik rawat jalan yang dilakukan oleh dokter umum,
melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan,

4
kemudian melakukan konsultasi ke spesialis untuk menentukan pasien bisa
rawat jalan atau rawat inap
B. Di Luar Rumah Sakit
1. Skrining di lakukan saat petugas menerima telepon untuk penjemputan
dari luar RS
2. Skrining dilakukan saat menerima telepon dari luar yang akan mengirim
pasien.

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. Secara Umum
1. Tatalaksana Skrining dilakukan di:
a. Tempat Penerimaan Pasien di PAT
b. Instalasi Gawat Darurat
c. Instalasi Rawat Jalan

2. Pelaksana atau tenaga Skrining:


a. Dokter Jaga atau dokter spesialis
b. Tenaga Keperawatan yang sudah terlatih atau telah mengikuti pelatihan
skrining pasien.
c. Petugas Kesehatan lain yang sudah terlatih atau telah mengikuti pelatihan
skrining pasien

3. Tatalaksana Skrining di Tempat Penerimaan Pasien di PAT


a) Pasien datang dengan rujukan atau surat pengantar
1. Dilakukan proses penerimaan pasien
2. Petugas membaca diagnose dan poliklinik tujuan pasien dalam surat
pengantar
3. Dilakukan pemeriksaan secara visual/pengamatan dan pemeriksaan
fisik keadaan pasien
4. Bila pasien tidak bisa berjalan/ dengan alat bantu jalan, beri gelang
resiko jatuh
5. Tenaga yang melakukan skrining telah mendapatkan pelatihan tentang
skrining pasien
6. Bila didapatkan penderita dalam keadaan gawat, penderita dialihkan ke
IGD untuk proses triage oleh tenaga kesehatan di IGD
7. Apabila tidak didapatkan proses kegawatan setelah proses penerimaan
penderita dapat diarahkan ke klinik yang dituju

6
8. Skrining selanjutnya dilakukan di tiap-tiap klinik, sesuai prioritas
untuk kebutuhan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif. Seperti
dibawah ini :
i. Preventif
Kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
Contoh pelayanan preventif a.l: Pemberian Serum Anti
Tetanus/ATS, Pemberian Vaksin
ii. Paliatif
Kegiatan pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah tidak
bereaksi pada pengobatan kuratif atau tidak dapat disembuhkan
secara medis (stadium akhir).
Contoh : pasien dengan keganasan diberikan terapi anti nyeri
iii. Kuratif
Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Contoh pelayanan a.l: Layanan di Instalasi Rawat Inap
iv. Rehabilitatif
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Contoh pelayanan a.l:
Stroke: pasif movement, therapy wicara,

b) Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat


1. Dilakukan sistem Triage Priority (P) : P1, P2, P3,
2. Pemeriksaan oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darut (IGD)
3. Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan penderita
4. Diputuskan suatu diagnosa

7
5. Melakukan konsultasi apabila diperlukan dengan Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP)
6. Ditetapkan penderita untuk rawat jalan, diterima sebagai rawat inap
atau dilakukan rujukan
c) Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
1. Dilakukan pendaftaran sesuai kebutuhan penderita
2. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter umum atau dr spesialis
3. Asuhan keperawatan dilakukan oleh tenaga keperawatan yang
memenuhi kriteria lulus D3 keperawatan
4. Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan atau masalah
penderita
5. Diputuskan suatu diagnosa
6. Ditetapkan penderita untuk rawat jalan diterima sebagai rawat inap
atau dilakukan rujukan
d) Pasien permintaan untuk dijemput ambulan
1. Menanyakan nama jelas dan alamat lengkap
2. Menanyakan kondisi pasien
3. Konfirmasi pasien
4. Mempersiapkan sarana transportasi, mengirim tenaga keperawatan
dengan kriteria :
a. D3 Keperawatan
b. Minimal bekerja pada Instalasi Gawat Darurat selama 1 tahun
5. Melakukan Skrining dengan pemeriksaan secara visual tentang
keadaan pasien
6. Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda vital (tekanan darah, laju
pernapasan, laju nadi saturasi O2, GDS
7. Bila pasien dapat diterima segera mengirim penderita ke rumah sakit
8. Apabila masalah penderita tidak dapat diterima di RS Kanjuruhan
Kepanjen maka dilakukan rujukan ke tingkat rujukan yang lebih tinggi.

8
B. Secara Khusus
1. Kriteria pemeriksaan penunjang secara khusus berdasarkan kasus:
1) Dalam
CHRONIC KIDNEY DISEASE
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium DL, UL, RFT, ELEKTROLIT, BGA, HbsAG Eliza
2. Radiologi foto thorax, USG Abdomen, BNO/ IVP
2) Anak
a. DHF
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium rutin didapat leukopeni, trombositopeni dan
peningkatan PCV ≥ 20%
2. Photo thorax untuk mendeteksi adanya effusi pleura, terutama
pada kasus yang dugaan plasma leakage tidak seberapa banyak,
dan deteksi ascites tidak jelas didapat.
3. Etiologis, serologis hanya diperlukan pada penderita yang tampilan
klinisnya meragukan. Sedangkan virologis hanya dilakukan saat
riset.
b. Diare akut
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali
apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
2. Analisa gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai ada
ganggian keseimbangan asam basa dan elektrolit
c. TBC anak
Pemeriksaan penunjang
1. Tes Tuberkulin / Mantous Test
2. Uji tuberkulin cara mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1
ml PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU intrakutan di bagian volar
lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah
penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul
bukan eritemanya. Hasil uji tuberkulin dengan diameter ≥ 10 mm
9
dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Diameter 0-4
mm, dinyatakan uji tuberkulin negatif, diameter 5-9 mm dinyatakan
posif meragukan, dan bila mendapatkan hasil yang meragukan uji
tuberkulin bisa di ulang minimal 2 minggu kemudian untuk
menghindari efek boster tuberkulin, di tempat yang berbeda. Pada
keadaan tertentu, cut off- point tes tuberkulin dinyatakan ≥ 5 mm,
keadaan imunokompromais seperti gizi buruk, keganasan, infeksi
HIV, morbili, pertusis, varisela, atau pada pasien yang mendapat
imunosupresan yang lama (≥ 2 minggu)
3. Radiologi, Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB
adalah sebagai berikut : Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan / tanpa infiltrat, konsolidasi segmental / lobar, milier,
kalsifikasi dengan infiltrat, atelektasis, kavitas, efusi pleura,
tuberkuloma
4. Mikrobiologi, Pemeriksaan bilas lambung 3 hari berturut-turut,
minimal 2 hari
5. Patologi anatomi, Pemeriksaan PA dapat menunjukkan gambaran
granuloma yang ukurannya kecil, terbentuk dari agregasi sel
epitelial yang dikelilingi oleh limfosit. Diagnosis histopatologik dapat
ditegakkan dengan menemukan perkijuan (kaseosa), sel epiteloid,
limfosit dan sel datia Langhans
d. Asma
Pemeriksaan penunjang
1. Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis
asma dapat ditegakkan bila didapatkan :
 Variasi pada PFR (peak flow meter = arus puncak ekspirasi) atau
FEV1 (forced expiratory volume 1 second = volume ekspirasi paksa
pada detik pertama) ≥ 15%
 Kenaikan ≥ 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi
bronkodilator
 Penurunan ≥ 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi
bronkus.
10
2. Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari
nilai normal akan menunjang diagnosis
3. Foto toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau
adanya komplikasi pada saat serangan. Foto sinus para nasal perlu
dipertimbangkan pada anak > 5 tahun dengan asma persisten atau
sulit diatasi.
3) Bedah
a. Appendisitis Akut
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Pemeriksaan Urine Lengkap (wanita ditambahkan plano test)
3. USG perut bawah (tidak rutin)
b. Flail Chest
Pemeriksaan penunjang
1. X-ray foto thorax 2 arah (AP/PA dan lateral)
2. Darah lengkap
3. Analisa gas darah
c. Fracture of rib
Pemeriksaan penunjang
1. Foto Thorak AP/ Lateral
d. Hernia Inguinal Lateralis
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk faktor penentu terjadinya
hernia
2. RO –thorax : COPD - USG : adalah BPH.
4) Paru
a. Pneumonia
Pemeriksaan penunjang
1. Umum
- Foto thoraks PA dan lateral
- Laboratorium rutin darah
- Pemeriksaan bakteriologis dahak
11
2. Khusus ( bila perlu )
Pemeriksaan mikroorganisme dan uji resistensi dari:
- Sputum
- Aspirat transtrakea
- Bilasan bronkus
b. Asma bronkiale
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium, darah rutin, hapusan darah (eosinophil)
- Radiologi , foto thoraks
5) Mata
a. Katarak juvenile
Pemeriksaan penunjang
1. USG
2. Keratometri
3. Retinometri
4. Biometri
5. Laboratorium sesuai kebutuhan
b. Gloukoma
Pemeriksaan penunjang
1. USG
2. Keratometri
3. Retinometri
4. Biometri
5. Laboratorium sesuai kebutuhan

2. Indikasi rawat inap didasarkan pada keadaan:


1) Kriteria Umum
a. Laboratorium Darah
1. Serum sodium kurang dari 130mEq/L atau lebih dari 150 mEq/L
2. Serum potassium :
 Dewasa :Kurang dari 3mEq/L lebih dari 6mEq/L
 Anak : Kurang dari 2,5 mEq/L atau lebih dari 5.5 mEq/L
12
3. Serum calsium :
 Dewasa: Kurang dari 7,5mEq/L atau lebih dari 12 mEq/L
 Anak: Kurang dari 7,0 mg/dl
4. Serum bilirubin :
 Dewasa: Lebih dari 2,5 mEq/L
 Anak: Lebih dari 15 mEq/L (indirek/bilirubin total)
5. Hb 10 g/dl atau kurang dengan pendarahan aktif,atau Hb turun3/dl
dari Hb awal
6. Lekosit kurang dari 3.000 atau lebih 16.000
7. Hb kurang dari 9 g/dl atau lebih 2 g/dl dengan tanda-tanda
kekurangan cairan
8. Hematokrit kurang dari 24 persen atau lebih dari 55 persen
b. Gangguan fungsi ( ditegakkan dalam 72 jam )
1. Tidak sadar
2. Disorientasi
3. Delirium
4. Kehilangan fungsi motorik dari bagian tubuh manapun
5. Kehilangan sensasi dari bagian tubuh manapun
6. Restriksi sendi berat dan disfungsi somatik
7. Perubahan mental status dari kondisi mental awal atau deteriorasi
mendadak tingkat fungsional sebelumnya
c. Penemuan fisik
1. Kejang tak terkontrol dengan obat
2. Kelainan congenital yang akan dilakukan tindakan bedah dan
memerlukan rawat inap
3. Keganasan pro dilakukan terapi yang memerlukan rawat inap
4. Oedema seluruh tubuh
5. Tanda-tanda klinis dehidrasi yang meliputi dua atau lebih dari
berikut:
a. Perubahan status mental, lethargy, kepala rasa ringan, sinkop,
turgor kulit turun, membran mukosa kering, takikardia, hipotensi
ortostatik.
13
b. Anak : simptom lain dehidrasi meliputi Sunkeneyes atau
fontanela-fontanela, BB turun lebih dari 5 persen atau urin output
turun ( kurang 1m/kg/jam).
d. Penderita anak
1. Terdapat atau potensial depresi respirasi
2. Observasi trauma kepala
3. Vomiting dan atau diare dengan dehidrasi
4. Syok atau potensial syok.
2) Tanda-tanda vital
1. Suhu
a. Dewasa
1. Lebih dari 38,3 C (suhu oral) dengan Lekosit lebih dari 12.000
2. Hipotermia dengan suhu kurang 35 C
b. Anak
1. Kurang dari 8 minggu : Lebih dari 38 C
2. 8 minggu sampai 1 tahun : Lebih dari 38,3 C
3. Lebih dari 1 tahun sampai 3 tahun: Lebih 38,9 C dengan Lekosit
Lebih dari 15.000
4. Lebih dari 3 tahun sampai 17 tahun: Lebih 40 C dengan Lekosit
Lebih dari 16.000
Nilai suhu diatas untuk anak adalah suhu rektal atau suhu timpani.
Untuk anak, dikurangi 0,5 derajat.
2. Nadi
a. Dewasa : Kurang dari 50 kali permenit atau lebih dari 12 kali permenit
b. Geriatrik : Kurang dari 50 kali permenit dan simptomasik atau lebih
dari 100 kali permenit
c. Anak:
1. Kurang dari 6 minggu : Kurang dari 80 kali per menit atau lebih
dari 200 kali permenit
2. 6 minggu sampai 1 tahun : Kurang dari 70 atau lebih dari 180 kali
per menit

14
3. Lebih dari 1 tahun sampai 3 tahun: Kurang dari 70 atau lebih dari
180 kali per menit
4. Lebih dari 3 tahun sampai 12 tahun : Kurang dari 60 atau lebih
dari 160 kali permenit.
5. 12 tahun sampai 17 tahun: Kurang dari 50 atau lebih dari 140 kali
permenit.
3. Respirasi
a. Dewasa atau geriatrik : Kurang dari 10 atau lebih dari 30 kali permenit
b. Anak :
1. 0 hari – 12 hari : Bertahan lama lebih dari 60 kali permenit atau
PaO2 kurang dari 50 mmHg pada udara
2. 12 hari – 1 tahun : Kurang dari 25 atau lebih dari 60 kali permenit
3. 1 tahun – 3 tahun : Kurang dari 15 atau lebih dari 40 kali permenit
4. 3 tahun – 12 tahun : Kurang dari 15 atau lebih dari 40 kali permenit
5. 12 tahun – 17 tahun : Kurang dari 12 atau lebih dari 30 kali
permenit
4. Tekanan darah
Tingkat Usia Sistolik Diastolik
Dewasa Kurang dari 80 mmhg Kurang dari 80 mmhg atau
atau lebih lebih
Dari 200mhg Dari 200mhg
Geriatrik Kurang dari 100 atau Kurang dari 120 simptom
lebih dari
180 mmhg
Anak - anak
1. Lahir sampai Kurang dari 65 mmhg Kurang dari 30 mmhg atau
1 tahun atau lebih dari 100 mmhg lebih dari 65 mmhg
2. Lebih dari 1 Kurang dari 75 mmhg kurang dari 45 mmhg atau
tahun atau lebih 110 mmhg lebih dari 75 mmhg
sampai 3
tahun
3. Lebih dari 3 Kurang dari 80 mmhg Kurang dari 50 mmhg atau
tahun atau lebih dari 115 mmhg lebih dari 80 mmhg
sampai 6
tahun
4. Lebih dari 6 Kurang dari 80 mmhg Kurang dari 50 mmhg atau
15
tahun atau lebih dari 130 mmhg lebih dari 80 mmhg
sampai 12
tahun
5. Lebih dari Kurang dari 80 mmhg Kurang dari 50 mmhg atau
12 tahun atau lebih dari 170 mmhg lebih dari 100 mmhg
sampai 17
tahun

5. Lain-lain
a. Curiga atau diketahui menelan substansi tonic dengan potensial efek
samping yang serius
b. Rawat inap untuk prosedur operasi yang memerlukan rawat inap
c. Rawat inap untuk prosedur operasi One Day Care (ODC) dan pasien
memiliki gagal jantung grade III atau grade IV, status fisik tidak stabil.
d. Pediatrik : curiga kekerasan pada anak atau penolakan
1. Curiga atau diketahui menelan benda asing
2. Curiga apnea lebih dari 20 detik ( umur nol sampai 1 tahun)
3) Darah
a. Laboratorium ( ditegakkan pada akhir 72 jam)
1. Hb kurang dari 9 g/dl atau lebih dari 20 g/dl, jika pasien
simptomatik
2. Hmt kurang dari 24 % atau lebih dari 55 % jika simptomatik
3. Lekosit lebih dari 3.000 atau lebih dari 16.000
4. Trombosit kurang dari 40.000 atau lebih dari 1 juta, jika pasien
simptomatik ( petechie atau echimosis pada anak-anak)
4) INR lebih dari 10 dengan pendarahan aktif
5) PPT lebih dari 18 detik dengan pendarahan pada pasien tanpa
antioagulan
6) Kultur darah positif
7) Suhu lebih dari 37,8 C dengan neutrofil absolut kurang dari 500
b. Temuan fisik
1. Oklusi akut pembuluh darah
2. Pendarahan aktif tidak terkontrol

16
3. Nyeri sendiri atau nyeri abdominal yang sangat
4. Pendarahan dalam sendi, viskus, otak, atau retroperitoneum
c. Lain-lain
Pasien dengan antikoagulan oral yang memerlukan prosedur invasive
dan harus diganti dari agen oral ke hepatin sebelum operasi, jika hal ini
tidak dapat dilakukan dalam setiap pasien rawat jalan.

4) Kardiovaskuler
a. Laboratorium
1. CPK > batas normal dengan EKG abnormal
2. LDH > batas normal dengan EKG abnormal
3. PaO2 < 60
4. Peningkatan kadar Troponim I atau Troponim T
5. Peningkatan CK - MB
6. Peningkatan CPK dan LDH dengan perubahan EKG yang lebih spesifik
b. Elektrokardiografi
1. EKG menegakkan atau kemungkinan Infark Miokard Akut atau
Iskemic Miokard Akut
2. Temuan EKG tidak spesifik dengan peningkatan enzim cedera otot
jantung ( mis: Troponim I dan atau CK-MB)
3. Fibriasi kurang dari 24 jam atau kontrol frekuensi jantung buruk
4. Flutter kurang dari 24 jam atau kontrol fsekuensi buruk
5. Bradikardia ( kurang dari 50 kali permenit atau kurang dari 45 kali
permenit pada pasien dengan beta bloker)
6. Takikardi (lebih dari 120 permenit)
7. Dysarythmia ( lebih dari 120 peermenit)
8. Omset baru irama jungsional, berapapun frukuensinya
9. Fungsi abnormal pacemaker, tidak dapat dikoreksi dengan program
ulang
10. EKG dengan AV Blok derajat 3
c. Radiologi
17
1. Aneurisma pembuluh darah besar, jika simptomatik dan atau lebih
dari 5 cm
2. Gambaran radiolohi pmbesaran jantung masif atau aneurisma
perikardial
3. Gambaran radiologi oedema pulmo atau redistribusi vaskular pulmo
d. Temuan fisik
1. Nyeri akut yang berkaintan dengan jantung
2. Dispneu akut atau respiratory rate lebih dari 30 kali permenit
3. Tidak terabanya denyut nadi axilla, radius, cubiti, femoralis, poplitea,
atau ankle
4. Curiga emboli pulmonalis, dengan riwayat ( didokumentasi oleh
dokter)
5. Oklusi pembuluh darah akut
6. Oedema pretibial
7. Malfungsi pacemaker atau cardioverter atau defibrilator implan
8. Stenosis arteri karotis, penyempitan atau penyakit karotis ( mis :
gangguan bicara sementara, disarthria, ganggunan berjalan,
amaurosis fugax, hemiparese sementara)
9. Oedema seluruh tubuh
10.Syncope
11.Orthopnea
e. Lain-lain
Gagal jantung kongestif akut atau eksaserbasi gagal jantung kronik,
yang digambarkan dengan salah satu dari :S3 gallop, oedema pulmo
atau efusi pleura, Peregangan vena jugularis, penggunaan otot bantu,
simptom persisten dispneu atau lemah, oedema yang tidak respon
dengan penanganan rawat jalan.
5) Sistem Saraf Pusat/ Kepala
a. Radiologi
1. Patah tulang kepala yang masih baru
2. Proses desak ruang
3. Blok atau sumbatan sistem ventrikel
18
4. Infark dan pendarahan otak yang ditegakkan dengan Ct Scan atau
MRI atau Stenosis
5. Herniasi discus intervertebralis akut dengan nyeri hebat dan gejala
neurologis
6. Konfirmasi kompresi corda spinalis dengan temuan klinis
b. Temuan fisik
Mencurigakan peningkatan tekanan intracrania, pendarahan, atau
deformitas stuktural yang ditunjukanm oleh:
1. Discharge cairan spinal dari hitung dan telinga
2. Unequal atau fixed pupil
3. Papiloedema
4. Onset kejang yang baru atau peningkatan aktivitas keejang yang
mengakibatkan kondisi tidak stabil
5. Vomiting
6. Peningkatan tekanan darah
7. Perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kebiasaan yang akut
8. Syncope
9. Aritmia jantung
10. Disfungsional bahasa
11. Gangguan penglihatan (penglihatan kabur atau diplopia)
12. Defisit sensoris, motoris, personalitas, dan mentalitas
13. Ataxia akut ( dengan atau tanpa vertigo, nausea, atau vomiting)
14. Nyeri keepala hebat yang akut dengan peubahan mental
15. Episode kehilangan kesadaran mendadak
16. Peningkatan atau penurunan tonus ototoo atau kelemahan fokal
17. Bulging fontanela (Fonanela cembung)
18. Akut atau semi akut kelemahan otot akut atau semi akut, dengan
atot dan parestesia (myastenia Grafis, Gullain Barre Syndrome,
kelainan kongenital).
19. Retensi urin akut
20. Onset akut confusion dan lethargi, serta progresis.
c. Penderita Anak
19
Seperti dari yang tersebut diatas dengan atau:
1. Peningkatan ukuran kepala yang cepat
2. Terdapat temuan neurologis fokal di manapun ( mis : defisit gerakan
ektra okular)
3. Penutupan sutura tulang kepala prematur
4. Pelebaran sutura tulang kepala.
6) Telinga Hidung dan Tenggorokkan
a. Temuan fisik
Trauma akut yang memerlukan bedah rekontruksi
1. Telinga :
a. Vertigo berat
b. Drainase purulen dan atau post pembengkakan telinga dengan
bukti gagal penanganan rawat jalan
c. Pembengkapan ekstrim dan akut saluran telinga luar dan daun
telinga yang tidak membaik dengan terapi rawat jalan
d. Kehilangan pendengaran sensorineural akut dan mendadak
2. Hidung
Epistasis dengan pendarahan terus menerus, yang tidak membaik
dengan rawat jalan.
3. Tenggorokan
Trauma akut leher dan tenggorokan ( meliputi luka bakar wajah),
membutuhkan observasi untuk kemungkinan gangguan saluran
nafas. Obtruktif akut laryax dan pharynx (misal: peritonsiler abses)
4. Lain-lain
Pembengkakan jaringan lunak dengan ancaman terhadap airway
(mis : selulitis wajah dan leher, abses dalam, Parotiditis akut).
Orbital oedema atau ophthalmoplegia akut
b. Radiologi
Gambaran radiologis mastoiditis akut
7) Endokrin/ Metabolik
a. Laboratorium Darah
1. Dewasa
20
2. Serum aston (+) dan pH < 7,35
3. Serum kortisol > 3 kali laboratorium normal atau kurang dari
normal
4. Gula darah sesaat < 50 mg/dL dengan perubahan status mental
atau > 300 mg/dL dengan osmolaritas serum > 295
5. Dewasa:
Gula darah > 500 mg/dL dengan paling sedikit satu dari berikut
ini:
a. BUN > 45 mg/dL dan atau kreatinin > 3.0 mg
b. Perubahan status mental
Atau
Gula darah >250 mh/dL berkaitan dengan:
a. pH darah arteri < 7,35 dan HCO3< 18 mEq/L dan
b. Ketonuria
Atau
Gula darah < 50 mg/dL dengan:
a. Perubahan status mental
b. Tidak respon terhadap glukosa 50% bolus dan dalam
pengobatan Insulin, atau
c. Dalam pengobatan dengan agen oral, tidak tergantung respon
terhadap bolus glukosa.
6. Pediatrik:
Gula darah > 250 mg/dL dengan paling sedikit satu dari berikut
ini:
a.Ketonuria
b. pH arterial < 7,3
c. HCO3< 15 mEq/L
 HbA2C > 12% dengan bukti kegagalan terapi rawat jalan
 Peningkatan bermakna kadar ACTH, dibuktikan oleh dokter
bedasarkan evaluasi laboratorium
 Penurunan bermakna kadar ACTH, dibuktikan oleh dokter
berdasarkan evaluasi laboratorium
21
 T-4 < 2 or > 16 mcg/dL dengan simtom yang serius dan
bermakna
 Penurunan ADH dengan poliuria
 PaO2< 60 mmHg
 Hiper atau hipo asmolaritas ( serum sodium < 130 mEq/L
atau > 150 mEq/L
b. Laboratorium urin
Vamillylmandeelic acid (VMA) > 9 mg (urine 24 jam) diagnostik
untuk tumor kelenjar adrenal penyebab hipertensi
1. Pediatrik
Adanya aseton dalam urin
2. Temuan fisik
 Pendesakan trakea oleh massa tiroid
 Krisis tiroid
 Tetani
 Baru terdiagnosa massa adrenal, pankreas, atau pituitary, atau
pasien dirawat untuk terapi definitis terhadap massa adrenal,
pankreatik, atau pituitasi yang sudah diketahui
 Exophthalmos maligna
 Obesitas dengan sianosis, odema, lethargy, dan atau sleep
apnea
 Hipertensi

Usia Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Dewasa Lebih dari 200 Lebih dari 120
Pediatrik
Lahir – 1 tahun Kurang dari 65 atau Kurang dari 30 atau
lebih dari 100 lebih dari 65
Lebih dari 1 tahun - 3 Kurang dari 75 atau Kurang dari 45 atau
tahun lebih dari 110 lebih dari 75
Lebih dari 3 tahun – 6 Kurang dari 80 atau Kurang dari 50 atau

22
tahun lebih dari 115 lebih dari 80
Lebih dari 6 tahun - Kurang dari 80 atau Kurang dari 50 atau
12 tahun lebih dari 130 lebih dari 90
>12 tahun – 17 tahun Kurang dari 80 atau Kurang 50 atau lebih
lebih dari 170 dari 100

8) Mata
a.Temuan Fisik
1.Kehilangan akut lapangan pandang
2. Pendaftaran bilik mata anterior
3.Glaukoma sudut sempit akut dengan catatan riwayat kegagalan terapi
rawat jalan.
4. Penetrasi or Lacerasi bola mata
5. Ulkus kornea berat dengan catatan riwayat kegagalan terapi rawat
jalan.
6. Endophthalmis
7. Nyeri okular berat
8. Ablasio retinal atau ancaman ablasio
9. Adanya benda asing intracular atau intraorbita
10. Gonorrheal Conjunctivitis
11. Fracture Orbita
12. Pembengkakan akut bola mata
13. Luka bakar kimia akut
14. Cellulitis orbita atau periorbita
b. Anak
Conjunctivitis purulent berat pada anak umur nol sampai 3 bulan.
c. Lain-Lain
Rawat inap untuk ekstrasi katarak , operasi glaukoma, atau bedah
iridectomy , salah satu dibawah ini terdokumentasi :
1. Legally Blind ( kurang dari 20 / 200 atau lebih dari 20 visual field )
pada pasien tidak dioperasi
2. Riwayat komplikasi
23
d. Anak :
1. Evaluasi tumor intraocular atau extraocular
2. Tindakan berkaitan retinopathy pada prematuritas
9) Reproduksi Wanita
a. Diagnosa pregnancy / kehamilan dengan salah satu dari berikut ini :
1. Kontraksi uterus setiap 15 menit atau lebih sering.
2. Vaginal Bleeding atau pendarahan vaginal
3. peningkatan tekanan darah diastolik sampai lebih dari 15 mmHg dari
catatan normal atau lebih dari 140/90 mmHg.
4. Protein urine positive
5. Ketegangan dan kekakuan addomen
6. Cairan amnion kurang
7. Protusion atau keluarnya bagian janin dari cervix
8. Fetal distress
9. Post-maturity ( lebih dari 1 minggu dari tanggal perkiraan)
10. Rawat inap untuk sectio cesarea
11. Vomiting tidak terkontrol dengan catatan riwayat kegagalan terapi rawat
jalan
12. Kematian intrauterine
13. Kelahiran prematur
14. Gula darah puasa lebih dari 120 mg/dL
15. Gula darah lebih dari 200 mg/dL 2 jam dalam 3 jam tes toleransi glukosa
16. Gula darah lebih dari 200 mg/dL satu janm setelah mendapat 50 gr
glukosa
17. Diketahui diabetes atau gestational diabetes dengan insulin yang mana
tidak ditemukan catatan riwayat teerapi rawat jalan gagal
18. Rawat inap untuk tranfusi tukar intrauterine karena inkompatibiliti
(rhesus)
19. Rawat inap untuk induksi kelahiran karena induksi medis
20. Dehidrasi maternal
b. Temuan fisik
1. Pendarahan vagina
24
2. Post partum hemoragi
3. Febris postpartum atau endometritis membutuhkan antibiotik
4. Rectovaginal fistula, rawat inap untuk repair
c. Nyeri pelvis berkaitan dengan satu dari elemen berikut (27-37 0 C)
1. Massa di pelvis
2. Muntah
3. Temperatur > 1010 F (38,30C)
4. Taraba massa ekstrauterine
5. Gangguan berkemih
6. Obtruktif saluran kencing
d. lain-lain
1. Persalinan dalam perjalanan ke rumah sakit
2. Peritonitis
3. Mastitis post partum yang tidak respon dengan terapi rawat jalan
10) Gastrointestinal
a. Laboratorium darah
1. Serum bilirubin lebih dari 2,5 mg/dL ( kecuali abnormal dalam waktu
kronis
2. Serum amylase diatas nilai normal
3. Serum calsium kurang 7,5 mg/dL
b. Radiologi
1. Studi inaging curiga massa, obtruktif, perforasi, abscess
2. Kegagalan passage bahan kontras
c. Temuan fisik
1. Darah dalam muntahan atau aspirat lambung
2. Darah dalam pritoneal lavage atau aspiration
3. Teraba massa abdoment yang tidak dapat dijelaskan
4. Kekakuan dinding abdoment
5. Ascites
6. Nyeri abdomen akut yang tak tertahankan
d. Riwayat 48 jam vomiting dan salah satu dari elemen dibawah ini (21-26):
1. Serum sodium diatas 150 mEq/L
25
2. Hematocrit (Hct) diatas 55%
3. Hemoglobin (Hb) diatas 20 g/dL
4. Urine specific gravity diatas 1.0026
5. BUN diatas 30 mg/dL, kecuali pasien-pasien dengan chronic renal
6. Creatinine diatas 1,5 mg/dL, kecuali pasien-pasien dengan chronic renal
e. Anak
1. Malformasi kongenital traktus intestinal atau dinding abdoment
2. Curiga atresia biliar
3. Dehidrasi dengan salah satu simptom dibawah ini: sunken eyes, penurunan
turgor kulit atau keringnya membran mukosa diikuti kehilangan berat
badan > 5 %, urine output < 1 ml/kg/jam
4. Rawat inap untuk biopsi liver
11) Reproduksi Pria
TemuanFisik
1. Omsetakutnyeri testis berat
2. Massa testicular yang takdapatdijelaskan
12) Muskuloskeletal
a. TemuanRadiologi
1. Fraktur, muskulo skeletal ataudiskontinuitassusunantulang
2. Fraktur femur atau pelvis
3. Fraktur Sternum
4. Frakturtulangkepala
5. Dislokasisendilututatausendipanggul
6. Filling defect bermaknapadamyelogramataudefekbermaknapada CAT
7. Frakturataudislokasi yang memerlukan open reduction
8. Frakturberkaitandenganinjurijaringanlunakbermakna
9. Fraktur yang memerlukanobat-obatnyeri parenteral post-reductio
10. Close reduction
terhadapfrakturapapunataudislokasidengancatatancuriga neurologic
atau vascular compromise
11. Fraktur pelvis memerlukan enforced bed rest danobat-obatnyeri
b. Temuan Fisik
26
1.Tercatat adanya temuan curiga protrusi discus ( misalnya : laser dengan
pengangkatan tungkai lurus ; nyeri pinggang bawah dengan dan motoris
atau nyeri punggung hebat menjalar turun ke tungkai abdomen dan dada)
2. Proses infeksi atau invasif akut pada tulang atau sendi (miosteomyelitis)
3. Cedera akut dengan adanya benda asing
4. Nyeri otot / spasme / edema yang berat
5. Pembengkakan atau nyeri sendi berat dan akut yang tak tertahankan –
obat parenteral ( misal : analgesia , steroids )
6. Riwayat inap untuk angkat prostesis internal
7.Trauma , injuri jaringan lemak , lacerasi , crush injury , apapun yang
membutuhkan observasi.
13) Neonatus / Prematur
1. Lahir di rumahsakit
2. Lahir di luarrumahsakit
a. Pemeriksaan Fisik
1. Berat lahir < 2500 gram
2. Sepsis dengan satu atau lebih simptom berikut ini : bradikardi, acidosis
metabolik, temuan laboratorium
3. Kejang / hiperaktifitas , hiptonia , lethargy , coma.
4. Distress pernafasan atau depresi nafas pada neonatal
5. Sianosis sentral persisten
6. refleks menghisap dan minum yang buruk
7. Abnormalitas kongenital menyebabkan gangguan funsi
8. Perfusi jaringan buruk yang ditunjukkan oleh capillary refil
9. Tidak mampu minum
10. Sindroma aspirasi mekonium
11. Adanya dehidrasi dengan simptom – simptom berikut :
Fontanels , turgor kulit turun atau membran mukosa kering dan atau
penurunan berat badan lebih dari 5% dari 1ml/kg/jam
12. Pneumothorax
13. Abnormalitas kongential mayor
14. Perdarahan spontan
27
15. Anuria / oliguria (< 1 ml/kg/jam) ssetelah 24 jam
16. Bruit pada liver / skull
14) Pembuluh darah perifer
a. Temuan fisik
1. Block / filling defect pada pembuluh darah mayor
2. Adanya aneurysma aorta dengan tanda-tanda empending punggung /
nyeri abdomen
3. Tidak ditemukannya denyut nadi secara akut pada aril / antle
4. Ulservasi pada varices vena atau area decubitus
15) Phsyciatri
1. Baru saja ( dalam 72 jam ) mencoba bunuh diri
2. Tercatat ada ide bunuh diri yang mana memerlukan perngatan bunuh diri
3. Perubahan kebiasaan sebagai akibat gangguan phsychiatri
4. Tercatat riwayat mutilasi diri sendiri / kebiasaan yang berbahaya ( mis :
ketergantungan obat , kebiasaan seksual , kebut-kebutan saat implusif dan
berat ) sebagai akibat gangguan pshycatri
5. Delirium akibat withdrawal obat / zat
a. Ancaman withdrawal obat / zat , delirium yang menyertakan zat yang
mendadak pada pasien dengan riwayat ketergantungan
b. Munculnya withdrawal obat atau zat , delirium(misal : halusnya pyramidal ,
kejang ) Catatan : dapat muncul dengan segera setelah penghentian obat
atau zat
6. Psikosis akut atau eksaserbasi akut halusianasi, delusi, kebiasaan, yang
mana tingkat dan beratnya mengancam kesehatan.
7. Ketidakmampuan untuk menghikuti regimen tetapi pshycatri obat
psikotropik , kontrol untuk mendapatkan resep dan atau pada pasien yang
mempunyai riwayat kronis dekompensasi dokumentasi kemungkinan
harapan peningkatan rumah sakit dalam periode waktu singkat .
8. Ancaman potensial terhadap kesehatan pasien yang karena kesakitan
pemikirannya tidak dapat mengikuti regimen pengobatan ( misalnya ,
diabetes , dll. )

28
9. Onset akut ketidakmampuan merawat diri sendiri atau melakukan kegiatan
hidup sehari hari , dan dokumentasi harapan yang dapat diterima
kembalinya tanggung jawab teradap diri sendiri akan timbul setelah
pengobatan yang sesuai .
10. Bukti gejala dan atau perilaku atau verbalisasi merefleksikan resiko yang
signifikasi atau bahaya potensial ( atau bahaya aktual 0 terhadap diri sendiri
, orang lain , atau properti . ( harus terdokumentasi minimal tiap 7 hari ) .
Hal ini meliputi :
a. Gangguan pikiran dengan ideas of reference , paranoid , disorganized
thing yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam
kehidupan sehari harinya
b. Gejala atau perilaku obsesif kompulsif yang tidak kompatibel dan
kemampuan seseorang untuk berfungsi pada kehidupan sehari harinya.
Resipien pasien dibawah umur 21 tahun atau Freestanding Psychiatric dan
dalam di rumah sakit untuk indikasi rawat inap , tiga kondisi dibawah ini
harus dan sedikitnya atau dari kriteria angka dibawa ini ditemukan :
a. Klien harus diperiksa ( dilihat ) dan dievaluasi oleh dokter.
b. Klien harus memiliki diagnosisi AXIS , I < DSM-III-R , atau DSM-IV
sebagai diagnosis utama.
c. Terapi rawat jalan / rawat inap sementara telah dicoba dan alasan
mengapa tempat layanan yang lebih ketat telah didokumentasi oleh
dokter.
11. Mencoba bunuh diri baru baru ini / ancaman bunuh diri aktif dan
mematikan dan tidak adanya pengawasan yang memadai atau mencegah
bunuh diri.
12. Perilaku mutilasi pada diri sendiri / ancaman aktif yang kemungkinan
bertindak atas ancaman , dan tidak adanya pengawasan untuk mencegah
melukai diri sendiri.
13. Halusinasi / delusi aktif mengarahkan / cenderung mengaruh ke
pembahayaan serius terhadap diri sendiri , atau agitasi psikomotor atau
retardasi mengakibatkan ketidakmampuan signifikan untuk merawat diri .

29
14. Ketidakmampuan signifikan untuk mematuhi rejimen atau obat yang
diresepkan karena penyakit jiwa , dan kegagalan tersebut berpotensi
membahayakan kehidupan klien . Diagnosis medis ini ( AXIS III ) harus
diobati
15. Baru baru ini melakukan tindakan yang mengancam nyawa atau ancaman
dengan rencana mematikan dan denan kemungkinan bertindak atas
ancaman
16. Perilaku menyerang / perilaku sadis atau ancaman aktif yang sama dan
kemungkinan bertindak atas ancaman , dan tidak adanya pengawasan untuk
mencegah perilaku menyerang
17. Halusinasi / delusi aktif yang cenderung atau mungkin menyebabkan serius
kepada orang lain.
18. Klien menunjukkan onset akut psikotis / disorganisasi pikiran yang parah
atau penurunan klinis yang signifikan dalam kondisi seseorang dengan
psikosis klien yang tidak dapat dikendalikan dan tidak mampu bekerja sama
dalam dan klien membutuhkan penilaian dan pengobatan dalam pengaturan
terap aman
19. Klien makan banyak sekali atau gangguan ketergantungan obat / zat yang
memerlukan observasi , supervisi , dan intervisi medis 24 jam sehari .
20. Diajukan penanganan atau terapi membutuhkan observasi , supervisi , dan
intervisi medis 24 jam sehari.
21. Klien menunjukkan disorientasi berat terhadap orang , tempat , waktu ,.
22. Klien yang evaluasi dan pengobatan tidak dapat dilakukan secara aman
karena perilaku yang sangat mengganggu dan perilaku lain yang mungkin
mencakup kekerasan fisik , pelecehan seksual , atau psikologis.
23. Klien melakukan terapi obat atau evaluasi diagnostik yang kompleks dan
menghalangi kerjasama dalam pengobatan.
16) Onkologi
a. Laboratorium Darah
1. Hitung grandlocyte absolut kurang dari 1000µ/L atau lebih dari 50.000
n/L
2. Kultur darah positif
30
b. Temuan fisik
1. Kehilangan berat badan bermakna dengan serum albumin kurang dari
2,6 g/L
2. Tercatat riwayat penanganan rawat jalan tidak berhasil dengan efek
samping (nausca dan atau vomiting hebat , diare , pendarahan saluran
cerna , ileus , megacolon atau stomatis ) berkaitan dengan pemberian obat
obat sebelumnya
c. Lain- Lain
1. Tercatat riwayat keganasan dengan gejala-gejala yang memerlukan yang
hanya dapat disediakan dalam kondisi perawatan akut ( mis : cava superior
, penekanan serabut saraf spinal , hiperklasma , peningkatan intrakranial )
2. Extravasition of vascular acces
3. Sumbatan vaskular
4. Tercatat riwayat malignansi dan dirawat inap untuk pengobatan rawat inap
dirumah sakit
17) Respirasi / Dada
a. Radiologi
1. Pneumothovax
2. Hemothorax
3. Udara dalam mediastinum
4. Benda asing dalam saluran respirasi
5. Oedema paru
Temuan radiologis – untuk kriteria elemen 6-11 harus setidaknya temuan
fisik , lihat elemen 15-25
Scanning
1. Embolus
2. Acute Infarct
3. Filling Defect
b. Temuan fisik ( dalam minimal 24 jam )
1. Dyspnea dengan stridor yang bermakna
2. Penggunaan otot – otot bantu untuk bernafas
3. Nyeri dada , tipe Pleuritic
31
4. RR ( frek nafas ) > 30 per menit atau < 10 per menit
5. Hemopthysis
6. Restriksi gerakan costovertebal dan costochondral menurunkan
ekshalasi
7. Perubahan tingkat kesadaran pada pasien dengan COPD
8. Cyanosis
9. Wheezing berat
10. Batuk berat
11. Orthopnea
Pediatrik :
1. Curiga apnea ( lebih dari 20 detik pada bayi 0-1 tahun )
2. Cyanosis sentral
3. Hypoventilation
c. Laboratory findings
1. PaO2 < 55 mmHg
2. PaO2 < 70 mmHg on supplemental oxygen
3. Oxygen saturation < 88%
4. Oxygen saturation < 85% in patient with oxygen
5. PaCO2 > 50 mmHg ( associated with a pH of < 30 mmHg )
6. pH aduti < 7.30 / > 7.55
Pediatrik < 7.300 / >7.50

d. Lain – Lain
1. Catatan dokter terdapat “ bertambah buruknya hypotermis “ dengan tanda
tanda ( dyapesca , penurunan aktivitas ) dan tercatat riwayat kegagalan
pengobatan rawat jalan.
2. Penutupan pada drainage saluran pleura
3. Luka bakar inhalasi dengan saturasi O2 kurang dari 93 persen
18) Kulit / Jaringan ikat
a. Temuan fisik
1. Proses infeksi akut infasive , seperti : cellulitis/lymphadenitis

32
2. Kehilangan/kerusakan kulit lebih dari 10% dari permukaan tubuh
(diagnotis baru dalam 24 jam yang lalu)
3. Nekrosis kulit/jaringan sukbutan ( identifikasi dalam akhir 24 jam )
4. Masa pada payudara yang tidak dapat dijelaskan / deformitas puting
payudara yang membutuhkan terapi pembedahan
5. Uclus decubitus
a. Kronis – ada catatan terapi rawat jalan tidak berhasil
b. Uclus necrotic mencakup otot bagian dalam tulang ( derajat 3 / atau 4 )
atau ulkus terinfeksi
6. Lesi Lesi hemorrhagic ( perdarahan )
b. Onset komplikasi:
Onset komplikasi penyakit autoimmune ( lihat elemen 1-4 )
1. Petechie / echimosis dengan penyebab yang tidak diketahui yang progesif
dengan panas >100 derajat farenhite.
2. Sepsis
3. Trombosit <40,000/ mm3
4. Hemoglobinuria
5. Hemoglobin <9 g/dL
6. Gigitan ular meliputi envenomization
7. Kontraktur , keterbatasan fungsi dan dirawat inap untuk pelepasan sel
bedah
8. Luka bakar derajat 1 :
 Anak : Luka bakar derajat 1 mengenai 25 persen luas tubuh
Luka bakar derajat 2 :
 Anak : luka bakar derajat 2 mengenai 15 persen dari tubuh, atau
mengenai Jalan napas misal hidung, kepala, leher, atau mulut
Luka bakar derajat 3 :
o Dewasa: Luka bakar derajat 3 dimanapun , mengenai lebih dari 10%
Luas permukaan tubuh / luka bakar derajat 3 dari perineum ,
manus , hidung , mulut , facial , atau pedis
o Anak : Luka bakar derajat 3 dimanapun mengenai 5% / lebih
permukaan tubuh , atau mengenai airway
33
19) Urinary / Renal System
a. Laboratorium darah
Peningkatan akut urea nitrogen darah ( BUN ) lebih dari 40 mg/dL dan
kreatinin lebih dari 1.8 mg/dL
b.Temuan fisik
1. Urinary output
Dewasa : <20 ml/jam / <400ml/24 jam
Anak : Anuria atau oliguria kurang dari1 ml/kg/jam atau polyuria
lebih dari 8 ml/kg/jam
2. Hematuria persisten , tak dapat dijelaskan , atau gross hematuria.
3. Dicurigai / terbukti ada batu obstruksi dengan satu dari gejala berikut ini
a. Nyeri yang nyata
b. Nausea dan atau vomiting
c. Pendarahan
4. Onset akut obstruksi dengan hidronefrosis
5. Ketidakmampuan akut untuk menahan kencing / obstruksi saluran
kencing
6. Urine bocor ke vagina , rectum , atau colon
7. Extravasasi ke dalam cavitas peritoncal , pelvis , atau retro peritoneum
8. luka tembus atau trauma lain
9. Infeksi saluran kncing dengan gejala-gejala vomiting, panas, nyeri
10. Post tranplatasi ginjal dengan penurunan urin output
11. komplikasi- komplikasi dialysis
12. Komplikasi transplatasi ginjal berupa krisis penolakan, hipertensi,
infeksi
c. Anak :
Defek dinding abdomen pada saluran genitouritnaria
d. Radiologi
1. Bendungan ureter atau pelvis renalis
2. Baru terdiagnosa tumor / dirawat inap untuk terapi definitif tumor yang
terdiagnosa sebelumnya
3. Massa Ginjal ( kecuali kista yang asimtomatik )
34
4. Obstruksi / ginal tidak tampak
e. Lain Lain
1. Penyakit ginjal terminal , pasien dirawat inap untuk pemasangan kateter
2. Chronic renal failure dengan pendarahan (misal : nasal , grastointestinal)
3. Donor tranplatansi ginjal
4. Persiapan pre-op tranplantasi ginjal (hanya dilakukan jika persiapan dan
dikerjakan dalam waktu rawat inap yang sama)
5. Penyakit ginjal terminal , patient dirawat inap untuk rangkaian awal
Talaksana khusus :
1. Setelah proses skrining dapat dilakukan suatu pemindahan/transfer pasien dari
unit ke RS lain
2. Pemindahan/rujuk dapat dilakukan sebelum hasil pemeriksaan tersedia
3. Proses ini berdasarkan permintaan pasien karena keterbatasan jaminan
asuransi, dan keterbatasan fasilitas rumah sakit.

35
BAB III
DOKUMENTASI

Dokumen dari hasil Skrining berupa laporan atau catatan medik dokter
penanggungjawab, serta didapatkan bukti dengan hasil pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang.
Diagnosa tercatat dalam catatan rekam medik pasien status rawat inap,
darurat, yaitu :
1. Pasien rawat inap
a. Catatan tentang diagnose pasien
b. Catatan tentang anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien
c. Catatan pelayanan yang diisi oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya
d. Salinan pemeriksaan penunjang (hasillaboratorium, Radiologidan lain-lain)
2. Pasien rawat jalan
Status rawat jalan pasien
3. Pasien Instalasi Gawat Darurat
Status pasien Gawat Darurat

36
BAB IV
PENUTUP

Panduan ini disusun menjadi acuan pelaksanaan Skrining Pasien sesuai


Prosedur di RSUD “Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang. Tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan referensi.
Tim Penyusun berharap para pihak dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya. Semoga
panduan berguna bagi Tim Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan RSUD
“Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang pada khususnya juga para pembaca
pada umumnya

37

Anda mungkin juga menyukai