Anda di halaman 1dari 12

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN / POLUTAN

Nama Kontaminan / Polutan : Rhodamin B (9-(2-Carboxyphenyl)-3,6


bis(diethylamino) xanthylium chloride)
Alamat : Golongan : Amina, aromatis, hiroksil,
polynuclea

1 Karakter (Sifat-Sifat Fisik)


Keterangan umum unsur:
- Nama: 9-(2-Carboxyphenyl)-3,6 bis(diethylamino) xanthylium chloride)
- Golongan: Amina, aromatis, hiroksil, polynuclear
- Rumus Molekul : C28H31ClN2O3
- Penanda Produk :
• Nomor register: 81-88-9
• Nomor EC (EINECS) :201-383-9
• RTECS :BP3675000
• HS Code :32041300
- Stabilitas kimia: material stabil dalam kondisi penyimpanan dan
penanganan suhu dan tekanan ambien normal dan terantisipasi.

Ciri-ciri fisik:
- Fase: padat (bubuk, kristalin)
- Kristal atau serbuk berwarna hijau atau kemerahan-ungu
- Tidak berbau
- Larut dalam alcohol dan eter
- Titik leleh = 165oC
- Kelarutan air 15 g /l pada 20 °C
- pH (nilai) 3 – 4 (air: 10 g /l , 20 °C)

1
Daftar Pustaka

Wirasto . 2008. Analisa Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Minuman


Jajanan Anak SD di Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhamadiyah.

2. Sumber (Asal kontaminan / polutan)


- Limbah industri teksil.
- Limbah industri kosmetik.
- Limbah industri kertas.
- Limbah industri cat.
Daftar Pustaka
Dianggoni, Ilok. 2017. Pengolahan Zat Warna Tekstil (Rhodamine B) dengan
Teknologi AOP (Advance Oxidation Processes) menggunakan Katalis
Ce@Carbon Sphere dan Oksidan Peroxymonosulfate. Jurnal FTEKNIK. Vol.4
No.2

http://news.unair.ac.id/2019/11/16/dr-handoko-ungkap-fotodegradasi-rhodamin-
b/. Diakses pada tanggal 2 Februari 2020.

3. Reaksi – reaksi yang relevan (Karakter kimia)


Rhodamin B merupakan hasil reaksi antara satu molekul Phialat anhidrat
atau suksinat anhidrat dengan 2 molekul m-dietilaminofenol.

2
Atau

Daftar Pustaka

Purnawati, Komang Y. 2015. Penurunan Kadar Rhodamin B dalam Air Limbah


dengan Biofiltrasi Sistem Tanaman. Bali: Universitas Udayana.

4. Perubahan – perubahan Spesies (Karakter Kimia)


- Rhodamin B termasuk jenis pewarna sintetis yang juga menjadi limbah
tekstil yang bersifat sulit untuk diuraikan karena mempunyai struktur
kimia yang kompleks (Meitiniarti dan Krave, 2011).

(Akatsu et al., 2006)

- Zat warna rhodamin B banyak digunakan oleh industri tekstil, di


mana masuknya zat ini dalam perairan akan mempengaruhi pH air
lingkungan yang dapat menyebabkan terganggunya metabolisme
mikroorganisme dan hewan air (Laksono, 2009). Pembuangan air

3
limbah ini tidak hanya merusak estetika badan air tapi juga dapat
meracuni perairan. Adanya warna yang pekat akan menghalangi
tembusnya sinar matahari pada badan air, sehingga mempengaruhi
proses fotosintesis di dalam air. Akibatnya oksigen yang dihasilkan
pada proses fotosintesis yang dibutuhkan untuk kehidupan biota
perairan akan berkurang (Fransina dan Latupeirissa, 2016).

- Proses kimiawi pada rhodamin B yang mana memiliki struktur ikatan


dengan gugus –Cl, mampu menjadikannya radikal karena Cl sendiri
bersifat reaktif. Ketika gugus –Cl lepas, maka dapat berbahaya jika
masuk dalam tubuh manusia (Purnawati 2015). Hal ini sesuai
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.239/Menkes/Per/V/85 Rhodamin B termasuk dalam 30 zat kimia
yang berbahaya (Yuliarti, 2007).

Daftar Pustaka

Akatsu M, et al. 2006. A Novel Approach to the Hydrothermal Synthesis of


Anatase Titania Nanoparticles and Photocatalytic Degradation of
Rhodamine B. Turk. J. Chem., (30): 333-343.

Fransina, E. G. dan Latupeirissa, J. 2016. Kondisi Optimum Biosorpsi Sisik


Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Terhadap Zat Warna
Rhodamin B. Ind. J. Chem. Res., 3 (2): 295-301.

Laksono, E.W. 2009. Kajian Penggunaan Adsorben Sebagai Alternatif Pengolahan


Limbah Zat Pewarna Tekstil. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Meitiniarti, I. dan A.S. Krave. 2011. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi
Pewarna Tekstil. Makalah Semnas Keanekaragaman Hayati & Layanan
Ekosistem. Bandung: Universitas Padjajaran.

4
Purnawati, Komang Y. 2015. Penurunan Kadar Rhodamin B dalam Air Limbah
dengan Biofiltrasi Sistem Tanaman. Bali: Universitas Udayana.

Yuliarti. 2007. Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Jogjakarta: Penerbit Andi.

Perpindahan (Jejak di Sistem dan Lingkungan air, udara


5.
atau tanah)
Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna
merah pada industri tekstil dan plastik. Rhodamin B merupakan pewarna
sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk
serbuk kristal berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada
konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.
Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi
pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, gangguan hati dan
dapat menyebabkan kanker.
Rhodamin B dapat masuk ke dalam strata lingkungan, yaitu pada
perairan, tanah ataupun udara. Rhodamin B dapat ditemui di samping
pengolahan industri pakaian seperti halnya pewarnaan batik. Air dari
limbah industri batik tersebut dibuang dan pembuangan limbah akan
berkumpul di sungai. Limbah dengan pewarna tekstil sintetis akan
mencemari sumber-sumber air warga baik yang dibuang ke sungai, atau
yang dibuang ke tanah karena akan mudah masuk ke sumur. Kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi air yang telah tercemar
limbah tersebut. Selain mengkonsumsi langsung air yang telah tercemar oleh
Rhodamin B juga dapat melalui makhluk hidup yang tinggal di sekitar
pencemaran seperti ikan, dan tanaman air yang dapat dikonsi manusia.
Limbah Rhodamin B yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme
mikroorganisme bertambah dan bakteri patogen juga bertambah
berkurangnya jumlah oksigen terlarut dibutuhkan untuk pembusukan. Jika
oksigen sedikit ikan mati. Hal inilah yang dapat menyebabkan terganggunya
ekosistem.

5
Jika penggunaan Rhodamin B yang berlebihan pada tubuh
menyebabkan tumpukan racun dalam tubuh. Hal ini dikarenakan Rhodamin
B merupakan zat beracun dan tahan terhadap biodegradasi dan fotolisis
langsung. Karenanya, Rhodamin B memiliki efek merusak terhadap matriks
lingkungan. Rhodamin B secara alami mengalami degradasi reduktif anaerob
dan akan menghasilkan amina aromatik yang merupakan zat karsinogenik.
Berikut adalah skema dari pencemaran air

Daftar Pustaka
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213343719306050?dgcid=autho r

6. Efek Toksikologi
• Rhodamine B apabila masuk ke dlam tubuh dapat memberikan
dampak buruk. Karena rhodamine B memiliki unsur N+ (nitronium)
yang bersifat karsinogenik sehingga dapat memicu pertumbuhan sel
kanker
• Rhodamine B yang tertimbun di dalam tubuh tidak dapat
dimetabolisme oleh hati sehingga penumpukan rhodamin B dalam
hati kan menyebabkan gangguan fungsi hati, seperti tumor hati atau
kanker hati.
• Rhodamine B bersifat toksik sehingga mudah menyebabkan
kerusakan pada jaringan ginjal dalam bentuk perubahan struktur
dan fungsi ginjal
• Rhodamine B yang bercampur dengan makanan dapat

6
memberikan gejal mual, muntah, gangguan fungsi dan iritasi
kolon yang menyebabkan diare, kostipasi, kolon cathartic,dan
melalui pemeriksaan radiologi dan patologi tampak terjadi
penipisan dinding dan hilangnya mukosa normal saluran
pencernaan serta pendarahan pada gastrointestinal
Daftar Pustaka
Aryani, Novita. 2015. Efek Paparan Rhodamin B terhadap Perubahan
Makroskopis dan Histopatologi Mukosa Kolon Mencit Jantan (Mus
Musculus S.). Jurnal Pendidikan Kimia. Vol.7 (2) hal: 72-77.
Mayori, Riska, Netty Marusin, Djong Hon Tjong. 2013. Pengaruh Pemberian
Rhodamin B terhadap Struktur Histologi Ginjal Mencit Putih (Mus
Musculus S.). Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol.2 (1) hal: 43-49.
MSDS. 2009. Rhodamin B. Material Safety Data Sheet. Santa Cruz. Canada.
Mukaromah, A.H dan Maharani E.T. 2008. Identifikasi zat warna Rhodamine
B pada Lipstik Berwarna Merah. Jurnal Identifikasi Zat Warna Rhodamine B.
Vol.1 (1) hal: 34-40.

7. Identifikasi (Kualitatif) dan atau instrumennya


Identifikasi terhadap kandungan pewarna sintetis yang terdapat dalam sampel,
dilakukan dengan menggunakan benang wol. Sebelum melakukan analisis, benang
wol dipanaskan terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100˚C. Setelah itu benang
wol dikeringkan dan kemudian dimasukkan kedalam sampel yang sudah dilakukan
pengasaman dan dipanaskan selama 30 menit. Kemudian dilakukan analisis dengan
cara benang wol dicuci dengan aquades, kemudian dikeringkan dan ditetesi dengan
beberapa zat kimia sebagai parameter untuk melakukan analisis yaitu potongan
benang bagian 1 diteteskan dengan HCL pekat, bagian 2 dengan H2SO4 pekat, bagian
3 dengan NaOH 10% dan bagian 4 dengan NH4OH 12%.
Analisis warna dari sampel yang diujikan dilakukan dengan membandingkan
hasil pengamatan dengan tabel warna, jika hasil dari analisis menunjukkan hasil yang
linear/lurus maka sampel tersebut positif mengandung zat pewarna sintesis sesuai
dengan yang diketahuinya zat apa.
Daftar Pustaka
Purnawati, Komang Y. 2015. Penurunan Kadar Rhodamin B dalam Air Limbah
dengan Biofiltrasi Sistem Tanaman. Bali: Universitas Udayana.

7
Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan
8.
kerja instrumen / alat)
- Metode analisis untuk penentuan konsentrasi logam diantaranya ialah
menggunakan Spektrofotometri Uv Vis.
- Prinsip kerja Spektrofotometri Uv Vis pada dasarnya adalah interaksi yang
terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber
sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap
tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke
keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak
terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur
elektronik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur
elektronik dengan adanya ikatan π dan non bonding elektron. Prinsip
kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu bila
cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka
sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan
sebagian lagi dipancarkan (It).
- Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator
diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin
berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian
secara berulang-ulang, Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke
digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan dengan
komputer yang sudah terprogram.
- Penelitian yang berjudul Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Zat Pewarna
Berbahaya Rhodamin B Pada Saus Yang Berada Di Pasar Gamping Kabupaten
Sleman Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri Uv-Vis.
Cara untuk penentuan panjang gelombang maksimal Rhodamin B dilakukan
dengan mengukur dengan rentang panjang 450 -750 nm. Panjang gelombang
maksimal Rhodamin B bisa dilihat pada Gambar 1.

8
Gambar 1. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimal Rhodamin B
- Selanjutnya membuat kurva kalibrasi Kurva baku Rhodamin B dilakukan
dengan membuat larutan dengan 6 konsentrasi yaitu konsentrasi 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
ppm kemudian diukur serapanya pada panjang gelombang maksimal yang telah
diketahui sebelumnya yaitu 557 nm. Blanko yang digunakan adalah HCl 0,1 N.
Gambar kurva kalibrasi ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Rhodamin B


- Hasil analisis sampel : Larutan sampel yang telah disiapkan, dibaca serapannya
pada panjang gelombang 557, hal ini karena Rhodamin B memberikan serapan
yang maksimal pada panjang gelombang tersebut. Hasil pembacaan Rhodamin B
dapat dilihat pada tabel 1.

9
Berdasarkan tabel diatas nilai absorbansi yang didapat pada sampel A sebesar
0,0145 sampel B 0,0269 dan sampel C 0,0757. Absorbansi yang didapat tidak
menunjukan adanya Rhodamin B karena tidak terletak pada renggang 0,2 – 0,8,
bahkan setelah dilakukan proses pemekatan.
Daftar Pustaka
Abdillah, Nuryadin. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). www. google.com.
Diakses 19 Februari 2020.

Nahdi, Sarah Badar. 2018. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Zat Pewarna
Berbahaya Rhodamin B Pada Saus Yang Berada Di Pasar Gamping Kabupaten
Sleman Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri Uv-Vis.

Perundang-undangan yang terkait dan tuntutan yang


9.
diberlakukan
1. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Pasal 1 ayat (11)
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Adapun klasifikasi mutu air menurut PP Nomor 82 tahun 2001 Pasal 8
ayat (1) ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, yaitu a. Kelas satu, air

10
yang dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut b. Kelas dua, air yang dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. c. Kelas tiga, air yang dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut. d. Kelas empat, air yang
dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2. Peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan


dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI
Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan.
Daftar Pustaka
Purnamawati, Komang Y. 2015. Penurunan Kadar Rhodamin B dalam Air Limbah
dengan Biofiltrasi Sistem Tanaman. Bali : Universitas Udayana

10. Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)


Preventif:
- Membangun instalasi pengolahan limbah cair (IPLC) sehingga kualitas
limbah cair yang dibuang ke perairan umum tidak melampaui baku
mutu yang berlaku.
Kuratif:
• Menggunakan biofiltrasi sistem tanaman untuk menurunkan kadar
rhodamin B dalam air limbah. Teknik ini memanfaatkan
kemampuan aktifitas tanaman dan mikroba untuk mendegradasi
senyawa polutan. Untuk memberikan alternatif pengolahan limbah
tekstil untuk pengolahan filtrasi berlapis dari pasir dan bebatuan

11
dipadukan dengan penyerapan tanaman maupun perombakan
mikroba pada risosfirakar akan memberikan hasil efektif bagi
pemanfaatan kembali air limbah
• Menggunakan fotokatalis untuk mendegradasi zat warna
rhodamin B dengan komposit kaolin-TiO2. Aktivitas fotokalis TiO2
dapat ditingkatkan melalui pengembanan pada material
pendukung yang menyebabkan bertambahnya luas permukaan
dari fotokatalis. Material pengemban yang dapat digunakan adalah
zeolit alam. Material TiO2 yang teremban pada zeolit lam akan
memiliki fungsi ganda yaitu adsorben serta fotokatalisis.
• Menggunakan proses adsorpsi. Pada umumnya proses adsorpsi
menggunakan karbon aktif sebagai adsorbennya.
Daftar Pustaka

Purnamawati, K.Yogi dkk. 2015. Penurunan Kadar Rhodamin B dalam Air


Limbah dengan Biosfiltrasi Sistem Tanaman. Ecotrophic. Vol. 9 (2) hal:
46-51.
Setiyanto,dkk. 2015. Adsorpi Pewarna Tekstil Rhodamin B Menggunakan
Senyawa Xanthat Pulpa Kopi. Jurnal Momentum. Vol.11 (1). Hal: 24-28.
Sunardi,dkk. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Komposit Kaolin-TiO2 sebagai
Fotokatalis untuk Degradasi Zat Warna Rhodamin B. Sains dan
Terapan. Vol. 6 (2) . hal: 118-129.

12

Anda mungkin juga menyukai