Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia disebabkan gangguan sekresi insulin, dan

kerja insulin, atau kedua-duanya yang mengakibatkan gangguan

pada gangguan karbohidrat, lemak, dan protein (IDF dalam Fajriana,

H, Farmawati, A, Lestari, LA, 2017). Diabetes Melitus (DM) adalah

suatu penyakit dimana kadar di dalam darah tinggi karena tubuh

tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup

(Pambudi, NE, 2015).

Menurut International Diabetes Federation (IDF), sekitar 415

juta orang didunia dengan DM pada tahun 2015 dan jumlah itu

diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta pada 2040. Pada

tahun 2015, Indonesia adalah negara tertinggi ketujuh di dunia

dimana jumlah individu dengan diabetes sekitar 10 juta dan

diperkirakan akan terjadi negara tertinggi keenam di dunia (16,5 juta)

pada tahun 2040 (IDF dalam Fajriana, H, Farmawati Lestari AR,

Lestari, LA, 2017).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

menunjukkan bahwa proporsi penduduk > 15 tahun yang menderita

DM sekitar 6,9% dan prediabetes yang meliputi glukosa darah puasa

1
(GDP) terganggu dan toleransi glukosa tertanggu (TGT) secara

berurutan 36,6% dan 29,9%.

Prevalensi DM di dunia pada tahun 2014 sebanyak 9%,

sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil wawancara pada tahun

2007 prevalensi DM meningkat dari 1,1% (2007) menjadi 2,4% pada

tahun 2013. Berdasarkan diagnosis dokter atau gejala, prevalensi

diabetes pada umur ≥15 tahun di Sulawesi Barat sebesar 2,2 % dan

di Kabupaten Mamuju sebesar 0,8% (Riskesdas, 2013). Proporsi DM

di Indonesia sebesar 6,9 persen dengan proporsi DM pada

perempuan cenderung lebih tinggi, tetapi hampir sama antara

proporsi di perkotaan (6,8%) dan pedesaan (7,0%).

Seseorang dengan kadar glukosa darah di atas normal, tetapi

belum memenuhi kriteria diabetes dianggap mengalami keadaan

pre-diabetes yang berisiko berkembang menjadi DM tipe 2.

Beberapa faktor yang diduga berperan penting menyebabkan

keadaan prediabetes antara lain: faktor genetik, rokok, jenis kelamin

laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, diet yang tidak sehat, dan keadaan

abnormal terkait perawakan pendek pada orang dewasa. Keadaan

prediabetes tersebut meliputi glukosa darah puasa (GDP) terganggu

dan toleransi glukosa terganggu (TGT). Menurut ADA 2011, kriteria

GDP terganggu adalah bila kadar glukosa darah puasa seseorang

berada dalam rentang 100-125 mg/dl, sedangkan kriteria TGT

2
ditegakkan bila hasil glukosa darah 2 jam paska pembebanan

berada dalam kisaran 140-199 mg/dl.

Proporsi penduduk umur ≥15 tahun dengan glukosa darah

puasa (GDP) terganggu, yakni suatu keadaan yang berisiko tinggi

akan berkembang menjadi DM. Kriteria keadaan tersebut ditentukan

berdasarkan pemeriksaan glukosa darah puasa dengan nilai cut off

yang merujuk pada ADA 2011. Kriteria GDP terganggu ditentukan

bila kadar glukosa darah puasa dalam kisaran 100-125 mg/dl.

Secara keseluruhan, lebih dari sepertiga penduduk (36,6%)

mengalami keadaan GDP terganggu, dan laki-laki lebih banyak

mengalami keadaan tersebut dibandingkan perempuan dengan

perbedaan sekitar 6 persen. Jika dilihat berdasarkan karakteristik

tempat tinggal, proporsi GDP terganggu di perdesaan lebih tinggi

daripada di perkotaan, di Indonesia sendiri DM menduki peringkat

ke-7 penderita diabetes terbanyak didunia dengan jumlah penderita

mencapai 7,6 juta orang pada rentang usia 70-79 tahun (IDF, 2012).

Diabetes mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas

sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup

besar, maka semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah,

sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM,

khususnya dalam upaya pencegahan dengan melakukan

penatalaksanaan gizi pada pasien DM (Perkeni, 2011).

3
Terapi diet pada diabetes mellitus, bertujuan untuk

mengendalikan kadar glukosa darah dengan efektif. Pemberian

terapi diet dengan pendekatan tim asuhan gizi rumah sakit juga

dapat meningkatkan asupan zat gizi dan status gizi. Tahapan asuhan

gizi terstandar (PAGT) meliputi pengkajian gizi, diagnosis gizi,

intervensi, dan monitoring evaluasi (Yunita, 2013). Dalam

pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan

tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat

penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan dengan

memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit,

pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan sangat

membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha

memperbaiki hasil pengelolaan (Perkeni, 2011). Kepatuhan dalam

diit merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula

dalam darah menjadi normal dan mencegah komplikasi. Adapun

faktor yang mempengaruhi seseorang tidak patuh terhadap diit

diabetes melitus adalah kurangnya pengetahuan terhadap penyakit

diabetes melitus, keyakinan, dan kepercayaan terhadap penyakit

dibetes melitus (Febriana, R., 2014 dalam Purwanto, 2011).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin

mengetahui Asuhan Gizi pada Pasien DM Tipe II di RSUD

Kabupaten Mamuju.

4
B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan gizi penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD

Mamuju.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan gizi pada pasien penyakit Diabetes

Mellitus tipe 2 di RSUD Kabupten Mamuju.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian gizi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2

di RSUD Kabupten Mamuju.

b. Menetapkan diagnosis gizi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2

di RSUD Kabupaten Mamuju.

c. Melakukan intervensi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di

RSUD Kabupaten Mamuju.

d. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien Diabetes

Mellitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Mamuju.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan

penelitian terkait dengan asuhan gizi penyakit Diabetes Mellitus.

2. Manfaat Bagi Institusi

Sebagai pedoman agar dapat mengidentifikasi untuk mengurangi

atau melakukan pencegahan terhadap penyakit Diabetes Mellitus.

5
3. Manfaat Bagi Pasien DM

Dari hasil penelitian ini diharapkan pederita diabetes melitus patuh

terhadap diet yang sudah dianjurkan oleh dokter atau petugas

kesehatan dan menambah pengetahuan pasien terkait gizi dan

diet Diabetes Melitus.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu dalam memberikan asuhan gizi pada

pasien dan dapat berguna kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai