Laporan Kasus Mata
Laporan Kasus Mata
Disusun oleh :
30101407112
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Penyakit Mata periode 12
November – 9 Desember 2018.
NIM : 30101407112
Fakultas : Kedokteran
Mengetahui,
Pembimbing
2
1. LAPORAN KASUS
1.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 November 2018 di Poli
Mata RSI Sultan Agung
Pasien datang ke Poliklinik RS. Islam Sultan Agung pada hari Senin, 12 November 2018
dengan keluhan mata kanan terasa cekot-cekot sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan tiba-tiba jika terkena cahaya. Keluhan dirasakan terus menerus dan menganggu
aktivitas. Pasien juga mengeluh mata kanan merah dan nrocos dan pusing. Sebelum
merasa cekot-cekot, pasien mengeluh penglihatannya mata kanan mulai kabur seperti
melihat kabut, namun kurang diperhatikan. Keluhan dirasakan memberat jika pasien
terkena cahaya secara langsung, dan keluhan diperingan dengan istirahat. Satu hari
setelah keluhan dirasakan, pasien berobat ke mantri, namun keluhan tidak membaik.
Kemudian 9 hari kemudian pasien berobat ke dokter, hingga akhirnya 1 bulan setelah
keluhan dirasakan pasien dirujuk ke poliklinik RS Islam Sultan Agung. Keluhan lain
pada mata kanan disangkal. Pada mata kiri, pasien sudah tidak dapat melihat sejak >15
tahun yang lalu dikarenakan trauma benda tumpul dan sudah pernah dilakukan operasi
pada mata kirinya. Cekot-cekot, nyeri, gatal, serta keluhan lainnya disangkal.
3
Hipertensi : disangkal
DM : disangkal
Alergi : disangkal
Asma : disangkal
Trauma : riwayat trauma tumpul >15 tahun yang lalu pada mata kiri
Riwayat Keluarga
OD
OS
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 1/300 0
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Gerak bola mata (+) (+)
SUPRA SILIA Hitam, distribusi merata, Hitam, distribusi merata,
tidak rontok tidak rontok
3. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema (-) (-)
Tanda radang (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Massa (-) (-)
Dapat menutup mata (+) (+)
4. KONJUNGTIVA PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
5. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva (+) (-)
Injeksi siliar (+) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
Papil (-) (-)
Cobble stone (-) (-)
6. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik (-) (-)
7. KORNEA
5
Kejernihan Jernih Putih, terdapat lekoma
merata di permukaan kornea
dengan diameter ±11 mm
Corpus alienum (-) (-)
Ulkus (-) (-)
8. BILIK MATA DEPAN
Kejernihan Jernih Tidak dapat dinilai
Kedalaman Dangkal Tidak dapat dinilai
Hifema (-) Tidak dapat dinilai
Hipopion (-) Tidak dapat dinilai
9. IRIS
Warna Hitam Tidak dapat dinilai
Kripte (+) Tidak dapat dinilai
PUPIL
Letak Sentral Tidak dapat dinilai
Bentuk Bulat Tidak dapat dinilai
Ukuran ±3 mm Tidak dapat dinilai
Reflek cahaya (+) lambat (-)
LENSA
Kejernihan Keruh tidak merata Tidak dapat dinilai
RETINA
Fundus reflek Suram Tidak dapat dinilai
6
1.4. RESUME
Subyektif:
Pasien datang ke Poliklinik RS. Islam Sultan Agung pada hari Senin, 12 November 2018
dengan keluhan mata kanan terasa cekot-cekot sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan
tiba-tiba jika terkena cahaya. Pasien juga mengeluh mata kanan merah dan nrocos dan
pusing. Sebelum merasa cekot-cekot, pasien mengeluh penglihatannya mata kanan mulai
kabur, namun kurang diperhatikan. Pada mata kiri, pasien sudah tidak dapat melihat sejak
>15 tahun yang lalu dikarenakan trauma benda tumpul dan telah dilakukan operasi.
Obyektif:
Status Oftalmologi
OCULI DEXTRA PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA
1/300 VISUS 0
Keruh tidak merata LENSA Tidak dapat dinilai
(+) INJEKSI KONJUNGTIVA (-)
(+) INJEKSI SILIAR (-)
Dangkal BILIK MATA DEPAN Tidak dapat dinilai
(+) TIO DIGITAL (-)
49 mmHg TIO KUANTITATIF 6 mmHg
(+) IRIS SHADOW TEST Tidak dapat dinilai
1.6. TERAPI
OD:
7
Rujuk untuk dilakukan tindakan operatif yaitu fakoemulsifikasi + IOL
1.7. EDUKASI
Menjelaskan kepada pasien, bahwa kekeruhan pada lensa di mata kanan
menyebabkan pandangan menjadi kabur, dan dapat memburuk
Menganjurkan kepada pasien untuk dilakakan operasi katarak pada mata kanan.
1.8. PROGNOSA
Oculus Dextra
Quo Ad Vitam Bonam
Quo Ad Functionam Dubia
Quo Ad Kosmetikam Dubia
Quo Ad Sanationam Dubia
2. TINJAUAN PUSTAKA
8
Corpus ciliaris merupakan suatu struktur muskuloepitelial yang secara kasar
berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang dari ujung anterior
koroid sampai pangkal iris (6 mm), yang berperan dalam memproduksi aqueous
humor. Corpus ciliaris terdiri dari zona yang berombak-ombak di bagian anterior
(pars plicata), dan zona posterior yang permukaannya rata (pars plana). Procesus
ciliaris berasal dari pars plicata. Procesus ciliaris ini terutama terbentuk dari
kapiler dan vena yang kemudian bermuara ke vena vorticosa. Kemudian, corpus
ciliaris juga dilapisi oleh dua lapis epitel, yaitu satu lapisan tanpa pigmen di
sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan satu
lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan lapisan epitel
pigmen retina. Procesus ciliaris dan epitel siliaris inilah yang kemudian berperan
dalam menghasilkan aqueous humor.
Sedangkan pars plana, terdiri dari otot – otot siliaris yang berperan dalam
akomodasi. Sebagian besar corpus ciliaris terdiri dari tiga serabut otot – otot
siliaris, yaitu otot longitudinal, otot sirkular dan otot radial. Serat – serat sirkular
berfungsi untuk mengerutkan dan merelaksasi serat – serat zonula yang berorigo
di antara procesus ciliaris. Otot – otot inilah yang kemudian dapat mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat mempunyai berbagai fokus.
Sedangkan serat longitudinal menyisip ke dalam trabecular meshwork untuk
mempengaruhi besar porinya.
Sudut bilik mata depan terletak di antara kornea perifer dan pangkal iris dan
berfungsi dalam pengaliran keluar aqueous humor. Ciri anatomis utama sudut ini
adalah adanya garis Schwalbe, trabecular meshwork, dan taji sklera (scleral spur).
9
Garis Schwalbe merupakan suatu penonjolan yang menandai berakhirnya
membran descemet kornea. Trabecular meshwork berbentuk segitiga pada
potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke corpus ciliaris. Anyaman ini
tersusun dari lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik yang
membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil ketika mendekati
canalis Schlemm.
Secara fisiologis, aqueous humor terbentuk melalui mekanisme difusi,
ultrafiltrasi dan sekresi (transport aktif).
10
Aqueous humor akan difiltrasi ketika melewati bangunan ini. Kemudian akan
dialirkan melalui canalis Schlemm menuju sistem vena.
11
Struktur lensa dapat dibagi menjadi :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari
kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk
mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada
bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian
tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan
selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi
serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk
membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur
adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa.
Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke
tengah lensa.
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa,
sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada
lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium
merupakan panjangan dari corpus silliaris.
12
2.3. FISIOLOGI LENSA
1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai
penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi
anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada
ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan
membangun low resistance gap junction antar sel.
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan
bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akibat perubahan
lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat
zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan
mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole
saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan
berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian
anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi
dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor
aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk
13
menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan
kadar kalsium tetap dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk
aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim
sorbitol dehidrogenase.
2.5. KATARAK
1. Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
2. Klasifikasi Katarak
A. Klasifikasi etiologi
1. Katarak kongenital
2. Katarak akuisita
a. Katarak senilis
b. Katarak traumatik
c. Katarak komplikata
14
d. Katarak metabolik
e. Katarak oleh karena cedera listrik
f. Katarak oleh karena radiasi
g. Katarak oleh karena logam berat dan obat-obatan
h. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
i. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
j. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down
15
B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular, meliputi :
a. Katarak kaspular anterior
b. Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular :mengenai bagian superfisial dari korteks
(dibawah kapsul)
a. Katarak subkapsular anterior
b. Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal :meliputi sebagian besar dari korteks
4. Katarak supranuklear :meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)
5. Katarak nuklear :meliputi nukelus dari lensa
6. Katarak polaris :meliputi kapsul dan bagian superfisial dari
korteks pada daerah polar
a. Katarak polaris anterior
b. Katarak polaris posterior
3. KATARAK SENILIS
A. Definisi
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat
(akuisita) yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan,
biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90%
individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi
hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata lainnya. Secara
morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan
katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
B. Stadium maturasi katarak senilis :
16
visus. Visus pada stadium ini bisa normal atau 6/6 – 6/20. Dengan koreksi,
visus masih dapat 5/5 – 5/6.
b. Katarak senilis imatur:
Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada. Lensa
telah menjadi keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti
mutiara.Pada stadium ini, lensa akan berukuran normal kembali akibat
terjadi pengeluaran air. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif shadow test (-).
17
tenggelam ke dasar. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul
lensa, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi
kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
- Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks
terdisintegrasi dan lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA
menjadi dalam
Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga
menurunkan kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan
dimulai dari tengah, lalu secara perlahan menyebar ke perifer sampai hampir
meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat sedikit bagian dari korteks
yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat (cataracta
brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)
18
C. Gejala Klinis
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya
mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang
hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau
kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau tergantung dengan lokasi dan
besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak posterior
subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga
menyebabkan refraksi yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih
menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam
lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri.
Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat
sasaran. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan
penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada katarak kupuliform
(opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk
ketika malam hari.
6. Myopic shift
19
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri
kekuatan lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau
sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat kekuatan
refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan
tetapi, seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut
akhirnya hilang.
D. Penatalaksanaan
a. Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari,
karena apabila penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali
memberhentikan progresi dari penyakit tersebut, contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin
E dan aspirin dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang
terang. Pada opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit
redup.
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada
pasien dengan opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
20
karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50 tahun, digunakan enzim
alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
21
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus
dan korteks diangkat; kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga
lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan
nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan
kemudian dimasukan lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan
yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat
operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.
2.6. GLAUKOMA
1. Definisi
Pada kebanyakan kasus TIO yang tinggi dapat disebabkan oleh peningkatan
resistensi aliran humor aqueous sehingga terjadi gangguan pada outflow dari humor
aqueous. Beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu glaukoma
adalah riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras, genetik, variasi diurnal, olahraga,
dan obat-obatan.
22
3. Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan American Academy of Ophthalmology
(2011) adalah:
23
ganglion retina timbul terutama melalui apoptosis (program kematian sel)
daripada nekrosis.
Glaukoma sudut tertutup dapat terjadi karena aposisi iris perifer terhadap
trabekular meshwork dan kemudian akan menyebabkan penurunan aliran humor
aqueous melalui sudut bilik mata.
Adanya blok pupil yang terjadi akibat iris yang condong kearah depan
sering menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Aliran humor aqueous dari
posterior ke anterior akan terhalang. Dengan diproduksinya humor aqueous terus-
menerus sementara tekanan bola mata terus naik, maka akan sekaligus
menyebabkan terjadinya pendorongan iris menekan jaringan trabekulum
sehingga sudut bilik mata menjadi sempit.
Glaukoma dengan blok pupil relatif ini timbul bila terdapat hambatan
gerakan humor aquos melalui pupil karena iris kontak dengan lensa,
capsular remnants, anterior hyaloid atau vitreous-occupying substance
(udara, minyak silikon). Blok pupil relatif ini diperkirakan penyebab yang
mendasari lebih dari 90 % glaukoma primer sudut tertutup.
Glaukoma sudut tertutup akut yang berulang dengan gejala ringan dan
sering didahului dengan peningkatan TIO. Gejala yang timbul dapat hilang
secara spontan,terutama pada waktu tidur karena dapat menginduksi
miosis.
24
d. Glaukoma Sudut Tertutup Kronik
Pada glaukoma sudut tertutup, salah satu penyebabnya adalah blokade pupil.
Terapi paling baik adalah dengan membentuk saluran langsung antara bilik
perifer paling baik dilakukan dengan laser YAG. Jika tindakan bedah laser YAG
25
Pada beberapa kasus, penutupan sudut yang tekanan intraokularnya tidak
mungkin dikendalikan dengan obat dan iridotomi laser YAG, dapat dilakukan
iridoplasti perifer laser argon. Yaitu cincin laser yang membakar iris perifer,
sehingga menyebabkan kontraksi stroma iris dan secara mekanis, menarik sudut
2. Trabekulektomi
3. Tindakan Siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah pada glaukoma lanjut dapat menjadi
26
DAFTAR PUSTAKA
27