Anda di halaman 1dari 20

PEMANFAATAN DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus L.

)
TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH

MAKALAH SEMINAR BIOLOGI

Diajukan Kepada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangka Raya
Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah
Seminar Biologi

OLEH :
LIZHA SETIA RAHMA
ACD 117 032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Makalah ini telah setujui untuk diseminarkan pada:


Hari/Tanggal : Senin, 16 Desember 2019
Tempat : Laboratorium Zoologi
Judul : PEMANFAATAN DAUN TAPAK DARA (Catharanthus
roseus L.) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA
DARAH
Nama : Lizha Setia Rahma
NIM : ACD 117 032
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA

Palangka Raya, 16 Desember 2019


Mengetahui
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Dr. Yohanes Edy Gunawan, M.Si Lizha Setia Rahma


NIP: 19590620 198810 1 001 NIM: ACD 117 032

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah : PEMANFAATAN DAUN TAPAK DARA (Catharanthus


roseus L.) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA
DARAH
Nama : Lizha Setia Rahma
NIM : ACD 117 032
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA

Telah diseminarkan dan direvisi oleh TIM mata Kuliah Seminar Biologi pada :
Hari/Tanggal : Senin, 16 Desember 2019
Waktu : 09.00 - 10.40 WIB
Tempat : Laboratorium Zoologi

Palangka Raya, 16 Desember 2019


Dosen Pembimbing Dosen Penilai

Dr. Yohanes Edy Gunawan, M.Si Widya Krestina, S.Si, M,Si


NIP: 19590620 198810 1 001 NIP: 19880728 201504 2 002

PEMANFAATAN DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus L.)


TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH

iii
Oleh :
Lizha Setia Rahma
ACD 117 032

ABSTRAK

Perubahan gaya hidup dan pola makan yang terjadi pada masyarakat di kota-kota
besar Indonesia menjadi penyebab utama kematian. Salah satu yang harus diwaspadai
adalah diabetes melitus. Diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula
atau kencing manis diakibatkan oleh kekurangan hormon insulin hal ini disebabkan oleh
pankreas sebagai produsen insulin tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
besar daripada yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pembakaran dan penggunaan
karbohidrat tidak sempurna. Pengobatan dan pemeliharaan kesehatan diabetes melitus
melibatkan terapi yang lama. Akibat efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan
terapi, maka dimanfaatkanlah tanaman obat untuk pengobatan secara tradisional selain
murah dan mudah didapat, juga memiliki efek samping yang relatif lebih kecil
dibandingkan dengan obat sintetik. Dalam pengobatan tradisional daun tapak dara
dikenal mampu menurunkan glukosa darah. Zat kimia yang terkandung dalam Tapak
dara yaitu tanin, triterpenoid, alkaloid (seperti vinblastin, vinkristin, vinceine), dan
flavonoid. Alkaloid dan flavonoid merupakan senyawa aktif yang berkhasiat
menurunkan kadar gula dalam darah. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
mengetahui potensi tanaman tapak dara (Catharanthus roseus L.) dalam menurunkan
glukosa darah dan pengaruh penggunaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan daun Tapak Dara dapat menurunkan kadar gula darah dikarenakan
kandungan zat aktif yang terdapat pada daun Tapak Dara mampu mencegah naiknya
kadar glukosa darah pada tikus dalam keadaan hiperglikemia.

Kata kunci: Tapak dara, Penurunkan glukosa darah, Senyawa kimia

KATA PENGANTAR

iv
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya, sehingga makalah yang berjudul “PEMANFAATAN DAUN
TAPAK DARA (Catharanthus roseus L.) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA
DARAH” dapat penyusun selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Seminar Biologi di program
studi Pendidikan Biologi. Berhasilnya penulis menyelesaikan makalah ini tentu tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak, yang telah mendukung kelancaran penulisan ini.
Serta penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Sri Puryaningsih, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi
yang telah memberikan persetujuan untuk penyusun mengangkat judul makalah
ini.
2. Bapak Dr. Yohanes Edy Gunawan, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, saran, serta bimbingan kepada penyusun sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
3. Ibu Widya Krestina, S.Si, M.Si selaku dosen penilai yang telah memberikan
arahan dan saran kepada penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
4. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan saran dan arahan yang membangun demi perbaikan
selanjutnya dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 16 Desember 2019

Lizha Setia Rahma

DAFTAR ISI

v
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
ABSTRAK........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah................................................................... 3
1.4 Tujuan Penulisan.................................................................. 3
1.5 Manfaat Penulisan................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Potensi Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus L.)
Dalam Menurunkan Glukosa Darah..................................... 4
2.2 Pengaruh Tapak Dara (Catharanthus roseus L.) Terhadap
Penurunan Glukosa Darah ................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 10
3.2 Saran..................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 2.1 Grafik rata-rata kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar
pada masing-masing kelompok perlakuan ................................... 7

DAFTAR GAMBAR

vii
Gambar 2.1 Tapak Dara (Catharanthus roseus L.).........................................4
Gambar 2.2 Aktivitas antihiperglikemia pada ekstrak daun tapak dara
terenkapsulasi nanokitosan.........................................................8

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan gaya hidup dan pola makan yang kurang sehat terjadi pada
masyarakat di kota-kota besar Indonesia menjadi penyebab meningkatnya
prevalensi penyakit degeneratif dan disinyalir menjadi penyebab utama kematian
di Indonesia. Salah satu yang harus diwaspadai adalah diabetes melitus
(Prameswari, 2013). Diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit
gula atau kencing manis diakibatkan oleh kekurangan hormon insulin hal ini
disebabkan oleh pankreas sebagai produsen insulin tidak memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup besar daripada yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga
pembakaran dan penggunaan karbohidrat tidak sempurna (Studiawan, 2005).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, Angka
prevalensi diabetes secara umum mengalami peningkatan cukup signifikan
dimana pada tahun 2018 angka prevalensi diabetes melonjak menjadi 8,5 persen
dari tahun 2013 yang mencapai 6,9 persen. Berdasarkan pola pertumbuhan
penduduk Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 sejumlah 128 juta penduduk
Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi sebesar 4 % akan
diperoleh 7 juta penduduk menderita diabetes. Berdasarkan data tersebut
pengobatan terhadap penderita diabetes diharapkan menjadi prioritas utama
(Fauziah, 2014).
Pengobatan dan pemeliharaan kesehatan diabetes melitus telah menyedot
dana yang sangat besar tiap tahunnya. Dengan makin banyaknya obat paten
untuk penderita diabetes melitus, biaya pengobatan pun makin mahal dan tidak
terjangkau terutama bagi penderita di negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Terapi modern untuk diabetes tipe 2 melibatkan pengobatan yang
berjenjang. Dimulai dengan modifikasi diet sebelum berlanjut ke antidiabetik
oral dan kemudian insulin. Penggunaan terapi yang sudah ada seperti
Sulfonilurea dan Biguanid dibatasi oleh sifat farmakokinetiknya, tingkat
kegagalan sekunder dan efek samping yang mengiringinya (Rudi, 2010).

1
Akibat efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan terapi, mendorong
peneliti untuk menemukan obat alternatif yang digunakan sebagai pengobatan
penyakit diabetes dengan memanfaatkan tanaman obat secara tradisional.
Pemanfaatan tanaman obat untuk pengobatan secara tradisional selain murah
dan mudah didapat, juga memiliki efek samping yang relatif lebih kecil
dibandingkan dengan obat sintetik (Ariyanti, 2005).
Komisi diabetes World Health Organization (WHO) merekomendasikan
metode tradisional untuk pengobatan diabetes agar diteliti lebih lanjut. Tanaman
dengan efek hipoglikemik dapat memberikan sumber yang bermanfaat untuk
komponen baru antidiabetik oral. Saat ini lebih dari 400 tanaman obat
tradisional telah dilaporkan untuk pengobatan alternatif dan komplementer
diabetes, walaupun baru sedikit yang telah dikaji khasiatnya secara ilmiah
(Fauziah, 2014). Ada berbagai macam tanaman obat yang dapat digunakan
secara empiris untuk menurunkan kadar gula darah diantaranya Mengkudu,
Brotowali, Ciplukan, Lidah Buaya, Mahkota Dewa, Sambiloto, dan salah
satunya ialah Tapak Dara (Hersindy, 2014).
Tapak dara yang selama ini dianggap sebagai bunga liar dan murahan,
namun sekarang mulai ditanam sebagai tanaman hias pekarangan. Bahkan
banyak juga ditanam di taman-taman kota dan tumbuh liar di tepi jalan. Meski
tanaman ini mudah tumbuh dan mudah dijumpai dimana-mana, namun khasiat
dan penggunaannya untuk terapi herbal belum banyak tersosialisasi. Dalam
pengobatan tradisional tapak dara dikenal mampu menurunkan kadar gula darah.
Zat kimia yang terkandung dalam Tapak dara yaitu alkaloid merupakan zat yang
berkhasiat menurunkan kadar gula dalam darah (Permatasari, 2015).
Tanaman Tapak Dara pada mulanya berasal dari Madagaskar ini telah
tersebar luas di daerah tropis yang salah satunya negara Indonesia. Keberadaan
tapak dara yang sudah umum dalam masyarakat dan mudah didapatkan,
diharapkan akan mempermudah edukasi serta pengenalan tanaman tapak dara
kepada masyarakat sebagai salah satu bahan alternatif obat herbal untuk
kesehatan yang berkhasiat sebagai obat diabetes.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan tapak dara (Catharanthus roseus L.) dapat
dijadikan sebagai obat penurun glukosa darah?
2. Bagaimana pengaruh tapak dara (Catharanthus roseus L.) terhadap
penurunan glukosa darah?

1.3 Batasan Masalah


Batasan penulisan dalam makalah ini adalah hanya pada manfaat dan
pengaruh tanaman tapak dara (Catharanthus roseus L.) terhadap penurunan
glukosa darah.

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penyebab tapak dara (Catharanthus roseus L.) dapat
dijadikan sebagai obat penurun glukosa darah.
2. Untuk mengetahui pengaruh tapak dara (Catharanthus roseus L.)
terhadap penurunan glukosa darah.

1.5 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dalam mengetahui manfaat
tapak dara (Catharanthus roseus L.) sebagai antidiabetes.

3
BAB II
PEMBAHASAN

.1. Potensi Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus L.) Dalam Menurunkan
Glukosa Darah
Indonesia memiliki berbagai macam tanaman obat yang dapat digunakan
secara empiris untuk menurunkan kadar gula darah diantaranya Mengkudu,
Brotowali, Ciplukan, Lidah Buaya, Mahkota Dewa, Sambiloto, dan salah satunya
ialah Tapak Dara (Hersindy, 2014). Tapak Dara dikenal dalam pengobatan
tradisional untuk menurunkan kadar gula darah, dimana tapak dara ini memiliki
kandung zat kimia alkaloid yang berkhasiat menurunkan kadar gula dalam darah.
Tapak dara merupakan tumbuhan yang berasal dari Madagaskar dan
umumnya dipelihara sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan
baik di daratan rendah hingga daratan tinggi dengan ketinggian 800 meter diatas
permukaan air laut. Tumbuhan tapak dara dapat dikenali dari bunganya yang
muncul dari ketiak daun. Warna bunga tumbuhan ini ada yang berwarna putih dan
ada yang berwarna merah muda. Tumbuhan tapak dara dikenal dengan berbagai
nama yaitu: Indonesia (Tapak dara, rutu-rutu, kembang serdadu), Inggris
(Madagascar periwinkle, rose periwinkle), Melayu (Kemunting cina), Vietnam
(Hoa hai dang), Filipina (Tsitsirika), Cina (Chang chun hua) (Satyarsa, 2019).

Gambar 2.1 Tapak Dara (Catharanthus roseus L.)


Sumber : Satyarsa Agung, 2019

4
Tanaman tapak dara dari akar, batang, daun hingga bunganya mengandung
berbagai zat kimia yang bermanfaat untuk pengobatan. Hasil analisa fitokimia
pada ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus L.) berdasarkan penjelasan
Muharram (2019) adalah sebagai berikut.
a. Tanin
Tanin adalah senyawa fenol yang terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu.
Tanin mempunyai aktivitas hipoglikemik yaitu dengan meningkatkan
glikogenesis. Selain itu, tanin juga berfungsi sebagai astringent atau
pengkhelat yang dapat mengerutkan membran epitel usus halus sehingga
mengurangi penyerapan sari makanan dan sebagai akibatnya
menghambat asupan gula dan laju peningkatan gula darah tidak terlalu
tinggi.
b. Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam
hampir semua jenis tumbuhan. Alkaloid bekerja dengan menstimulasi
hipotalamus untuk meningkatkan sekresi Growth Hormone Releasing
Hormone (GHRH), sehingga sekresi Growth Hormone (GH) pada
hipofise meningkat. Kadar GH yang tinggi akan menstimulasi hati untuk
mensekresikan Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1). IGF-1 mempunyai
efek dalam menginduksi hipoglikemia dan menurunkan glukoneogenesis
sehingga kadar glukosa darah dan kebutuhan insulin menurun. IGF-1
melalui negative feed back system akan menormalkan kembali kadar
GH. Adapun jenis-jenis dari Alkaloid ini ialah:
a. Vinblasine, ternyata bisa dimanfaatkan dalam pengobatan
penyakit leukemia.
b. Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia,
juga kanker payudara, dan tumor ganas.
c. Vindesine, dipakai dalam pengobatan leukemia pada anak-anak,
dan penderita tumor pigmen.
d. Vinorelbine, seringkali digunakan sebagai bahan pengobatan
untuk mencegah pembelahan kelenjar.

5
c. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol yang terbesar
ditemukan di alam. Flavonoid juga memiliki efek penghambatan
terhadap enzim alfa gukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi
pada cincin β. Prinsip penghambatan ini serupa dengan acarbose yang
selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan diabetes mellitus,
yaitu dengan menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat dan
disakarida dan absorpsi glukosa serta menghambat metabolisme sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa.

2.2 Pengaruh Tapak Dara (Catharanthus roseus L.) Terhadap Penurunan


Glukosa Darah
Secara umum penyakit Diabetes Melitus (DM) terjadi akibat gaya hidup
yang tidak sehat menyebabkan akumulasi menumpuknya kadar gula dalam darah
dan berada di atas ambang batas normal yang bersifat kronis dan jangka panjang.
Kadar gula darah yang normal ialah sekitar 100-125 mg/dl. Dalam kondisi
normal, glukosa adalah sumber energi utama bagi sel-sel dalam tubuh yang
membentuk otot juga jaringan, termasuk juga untuk otak, namun jika berlebih bisa
berbahaya karena memicu penyakit gula darah/diabetes (Fauziah, 2014).
Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Kadar
gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh
pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes,
pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa
insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Berdasarkan penelitian Hersindy Soriton (2014), Hewan uji yang digunakan
ialah tikus putih jantan galur wistar yang memenuhi syarat untuk digunakan
dalam penelitian. Sebelum dilakukan pengujian, semua tikus dipuasakan selama 8
jam dengan tidak diberikan makanan. Setelah dipuasakan, semua tikus diinduksi
larutan sukrosa. Semua tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok setiap kelompok
diberi ekstrak etanol daun Tapak Dara yaitu 0,04 ; 0,08 ; 0,16 g/kgBB.
Untuk membandingkan penurunan kada gula darah pada setiap kelompok
perlakuan dapat dilihat pada rerata hasil pengukuran kadar gua darah pada

6
masing-masing kelompok hewan uji yang dibuat dalam bentuk grafik seperti pada
tabel 2.1 untuk mempermudah pengamatan penurunan kadar gula darah pada tikus
putih jantan galur wistar.

Tabel 2.1 Grafik rata-rata kadar gula darah tikus putih jantan
galur wistar pada masing-masing kelompok perlakuan
Sumber: Hersindy, 2014.

Berdasarkan grafik yang diperoleh maupun uji statistik yang telah dilakukan
maka dapat dikatakan bahwa pemberian ekstrak etanol daun Tapak Dara dapat
menurunkan kadar gula darah dikarenakan kandungan zat aktif yang terdapat pada
daun Tapak Dara yaitu senyawa turunan alkaloid seperti lain leurosin, katarantin,
lochnerine, tetrahydroalstonin, vindolin dan vindolinin yang mampu mencegah
naiknya kadar glukosa darah pada tikus dalam keadaan hiperglikemia dengan
menstimulasi sel beta pankreas untuk memproduksi hormon insulin sehingga
terjadi penurunan kadar gula darah.
Adapun penelitian dari Nia kurniawati (2014), perlakuan pendahuluan pada
tikus yaitu dipuasakan selama 18 jam yang selanjutnya diberikan larutan sukrosa
80%. Tikus dikelompokkan berdasarkan kelompok perlakuan. Pemberian ekstrak-
nanokitosan tapak dara pada tiap kelompok merupakan perlakuan terbaik dilihat
dari hasil yang paling efektif menurunkan kadar glukosa darah.

7
Adapun grafik penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian ekstrak-
nanokitosan disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Aktivitas antihiperglikemia pada ekstrak daun tapak dara


terenkapsulasi nanokitosan
Sumber: Nia, 2014

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air tapak dara dapat


mengurangi konsentrasi glukosa darah yang disebabkan jumlah sel beta pankreas
dan profil hormon insulin secara imunohistokimia, ekstrak daun tapak diduga
mampu merangsang sel beta untuk menghasilkan dan melepaskan hormon insulin
sehingga dapat digunakan sebagai antihiperglikemia. Penghambatan naiknya
kadar gula darah pada pemberian ekstrak tapak dara dapat disebabkan oleh
kandungan zat bioaktif pada ekstrak tapak dara.
Tapak dara (C. roseus) bertindak menurunkan glukosa darah dikaitkan
dengan kemampuannya untuk menstimulasi sel β pankreas dalam meningkatkan
sintesis dan pelepasan insulin serta meningkatkan respon jaringan terhadap
glukosa. Senyawa aktif dari tapak dara dapat meningkatkan sekresi insulin dari sel
β Langerhans pankreas melalui mekanisme extrapancreatic. Mekanisme kerja
bioaktif sebagai antihiperglikemia dengan menstimulasi pelepasan hormon insulin
pada pankreas atau melalui penghambatan kerja enzim α-glukosidase pemecah
karbohidrat di usus.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut dapat diketahui bahwa Tapak Dara
dapat menurunkan kadar gula darah dikarenakan kandungan senyawa alkaloid.
Salah satu senyawa turunan alkaloid ini ialah Alkaloid vindolicine. Vindolicine

8
adalah alkaloid tidak biasa yang diisolasi dari Catharanthus roseus dan
Catharanthus longifolius dimana strukturnya terdiri dari refleksi dua unit
vindoline yang terkondensasi dengan satu fragmen karbon.
Zat Alkaloid vindolicine memiliki peranan yakni dalam proses aktivasi
reseptor G-protein dalam sel β-TC6 pada pankreas. Jika terdapat penurunan
insulin sel β-TC6 akan menginduksi G-protein dan membuka kanal sel β-TC6
untuk proses transportasi zat alkaloid vindolicine ke dalam sel kemudian terjadi
sintesis oleh sitosol dalam sel β-TC6 untuk mempengaruhi pengeluaran insulin
untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah. Alkaloid vindolicine menurunkan
gula darah lebih besar dari insulin maupun alkaloid-alkaloid lain yang terkandung
dalam Catharanthus roseus (Satyarsa, 2019).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tanaman Tapak Dara pada mulanya berasal dari Madagaskar ini memiliki
berbagai macam khasiat, salah satunya sebagai diabetes. Tapak dara mengandung
berbagai zat kimia aktif seperti tanin, triterpenoid, alkaloid, dan flavonoid.
Alkaloid dan flavonoid merupakan senyawa aktif yang telah diteliti memiliki
aktivasi hipoglikemik (diabetes). Flavonoid dapat menghambat kerja enzim α-
glukosidase dalam luteolin. Sementara tanin dapat berfungsi sebagai antimikroba
untuk bakteri dan virus.
Senyawa Alkaloid dan flavonoid pada Tapak Dara mampu mencegah
naiknya kadar glukosa darah pada tikus dalam keadaan hiperglikemia (diabetes)
dengan menstimulasi sel beta pankreas dalam meningkatkan sintesis hormon
insulin dan meningkatkan respon jaringan terhadap glukosa untuk memproduksi
sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.

3.2 SARAN
Pemanfaatan tapak dara (Catharanthus roseus L.) yang umumnya dikenal
dalam pengobatan tradisional dalam menurunkan kadar glukosa darah. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efek ekstrak etanol daun Tapak
Dara dengan meningkatkan dosis ekstrak untuk mengetahui dosis toksik ekstrak
etanol daun Tapak Dara serta perlu dilakukannya pengujian lanjutan untuk
mengetahui efek samping dari penggunaan obat herbal terenkapsulasi
nanokitosan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Shaqha, W. M., et al. 2015. Anti-diabetic potential of Catharanthus roseus


Linn. and its effect on the glucose transport gene (GLUT-2 and GLUT-4)
in streptozotocin induced diabetic wistar rats. BMC complementary and
alternative medicine, 15(1), 379.

Fauziah, F., et al. 2014, The Effect of Curry Leaves (Murayya Koenigii L.) on
Blood Glucose Levels In Alloxan Diabetic Mice (Mus Musculus). Jurnal
Natural, 14(1).

Kurniawati, Nia. 2014. Enkapsulasi Nanokitosan Pada Ekstrak Daun Tapak Dara
(Catharanthus Roseus) Sebagai Antihiperglikemia [Skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor

Muharram, M., Adnan, A., Faqih, A., & Jihadi, A. 2019. Uji Daya Konsepsi
Ekstrak Metanol Daun Tapak Dara (Catharantus roseus) Terhadap
Mencit (Mus musculus) ICR Jantan. Indonesian Journal of Fundamental
Sciences, 5(1), 8-14.

Permatasari, Y., Febrina, L., & Ibrahim, A. 2015. Aktivitas Infusa Daun Tapak
Dara (Catharanthus Roseus L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus). In Proceeding of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences (Vol. 2, pp. 62-66).

Prameswari, O. M., & Widjanarko, S. B. 2013. Uji Efek Ekstrak Air Daun
Pandan Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Dan
Histopatologi Tikus Diabetes Mellitus [In Press 2014]. Jurnal Pangan
dan agroindustri, 2(2), 16-27.

11
Satyarsa, A. B. 2019. Potential Effects of Alkaloid vindolicine Substances in
Tapak Dara Leafs (Catharanthus roseus (L.) G. Don) in Reducing Blood
Glucose Levels. Journal of Medicine and Health, 2(4).

Setiawan, Rudi. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela


(Hibiscus Sabdariffa L) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus
Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan [Skripsi]. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Soriton, Hersindy. 2014. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara
(Catharantus roseus (L.) G. Don) Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) yang
Diinduksi Sukrosa. PHARMACON, 3(3).

Studiawan, H., & Santosa, M. H. 2005. Uji Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa
Darah Ekstrak Daun Eugenia Polyantha Pada Mencit Yang Diinduksi
Aloksan. Media Kedokteran Hewan, 21(2), 62-65.

12

Anda mungkin juga menyukai