Abstrak
Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
pancasila merupalan pedoman kehidupan bangsa indonesia.Menurut I.R SOEKARNO
pancasila adalah isi jiwa bangsa indonesia yang turun temurun yang skian abad lamanya
terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi pedoman warga negara Indonesia dalam menjalankan segala kegiatan duniawi.
Pengimplementasian nilai nilai Pancasila yang akan dibahas adalah pada bidang
arsitektur, karena penerapan nilai -nilai Pancasila pada bidang arsitektur memiliki
keunikannya tersendiri. Banyak cara untuk menerapkan nilai- nilai Pancasila pada desain
arsitektural, secara fisik maupun non-fisik, sebagai contoh pada fasad bangunan yaitu
penerapan secara fisik dan filosofi desain bangunan sebagai bentuk penerapan non-fisik
dalam bidang arsitektur.
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan pengamatan yang terjadi dikalangan mahasiswa/mahasiswi di prodi
arsitektur masih banyak yang belum menerapkan nilai -nilai yang terkandung dalam Pancasila
pada desain maupun perilaku keseharian di dalam area kampus universitas Pancasila. Banyak
mahasiswa/mahasiswi yang menganggap penerapan Pancasila dalam desain menghambat ide
dan estetika pada konsep desain, mereka cenderung menganggap konsep filosofi dan nilai-
nilai Pancasila sebagai hal yang kuno, menyebabkan pola pikir mereka dalam mendesain
menggunakan pola pemikiran pribadi mereka yang cenderung kurang memperhatikan nilai-
nilai sejarah. Pembahasan tentang bagaimana cara mengimplementasikan nilai -nilai Pancasila
pada desain dengan baik dan contoh penerapan nilai-nilai Pancasila yang sudah ada dalam
desain arsitek pada bangunannya merupakan pokok pembahasan makalah ini.
II. PEMBAHASAN
Konsep Pancasila
Merupakan pedoman kehidupan bagi masyarakat Indonesia dalam kegiatan sehari-hari
di Indonesia. Pancasila terdiri dari 5 sila yang memiliki nilai dan konsep yang berbeda pada
setiap silanya yaitu: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3.
Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Makna yang
terkandung pada setiap sila merupakan konsep dasar manusia dalam menjalani kehidupan
berwarga negara yang baik.
Makna dan nilai-nilai Pancasila
Sila pertama dalam pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, berlambang bintang
emas dengan lima sudut serta berlatar belakang hitam. Bintang emas bisa diartikan bahwa
Tuhan yang Maha Esa sebagai cahaya bagi kehidupan manusia.
Sila kedua adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang dilambangkan dengan tali rantai
bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah. Rantai tersebut
terdiri dari mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkaitan
membentuk lingkaran. Gelang persegi menggambarkan pria, sedangkan bentuk lingkarannya
menggambarkan wanita. Ini menandakan hubungan antara sesama manusia, baik laki laki dan
perempuan yang saling membantu, bahu-membahu dan bersatu.
Sila ketiga adalah Persatuan Indonesia, dilambangkan dengan pohon beringin di
bagian kiri atas perisai berlatar putih. Pohon beringin merupakan sebuah pohon besar, hal ini
mencerminkan Bangsa Indonesia yang menjadi tempat berteduh bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pohon beringin juga berakar tunjang – sebuah akar tunggal panjang yang tumbuh
sangat dalam dbawah tanah, hal ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.
Pohon beringin juga memiliki banyak sekali akar yang bergelantungan dari rantingnya, hal ini
mencerminkan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan namun mempunyai berbagai macam
latar belakang suku, agama dan budaya yang berbeda beda dari sabang sampe merauke.
Sila keempat adalah Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan yang dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas
perisai berlatar merah. Makna lambang ini Banteng merupakan hewan sosial yang kuat dan
sering berkelompok atau berkumpul, ini menggambarkan bahwa masyarakat harus
bermusyawarah dengan berkumpul atau mendiskusikan sesuatu dalam mengambil keputusan.
Sila kelima adalah Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang dilambangkan
dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih. Padi dan kapas adalah
kebutuhan utama semua masyarakat Indonesia tanpa melihat status dan kedudukannya, padi
melambangkan makanan pokok, sedangkan kapas melambangkan sandang / pakaian. Ini
mencerminkan persamaan sosial, dimana tidak ada perbedaan dan kesenjangan
sosial/ekonomi antara satu dengan yang lainnya.
Metode Berfikir
Pola pikir dalam mendesain sebuah perancangan tidak hanya sebatas memasukan nilai-niai
Pancasila kedalam sebuah desain namun bisa juga desain yang memberikan dampak terhapap
Pancasila dengan desain yang mendukung peranan Pancasila sebagai pedoman manjadi warga
negara yang baik.
A. Penerapan nilai-nilai Pancasila terhadap desain arsitektur yang baik
1. Penerapan pada konsep dari sebuah perancangan sebagai contoh yaitu tidak adanya
tiang di dalam ruangan. Berdasarkan nilai filosofis, hal ini melambangkan kedudukan
manusia yang sama dimata Tuhan yang Maha Esa. Tidak adanya tiang dalam ruangan
ini mencerminkan sila kelima, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
2. Penerapan pada fasad dari sebuah bangunan sebagai contoh bentuk bangunan masjid
yang berbentuk kubus tanpa menggunakan atap memberikan kesan seperti ka’bah
yang membantu jama’ah beribadah lebih kusyu’ dan syahdu. Yaitu implementasi sila
pertama “Ketuhanan yang Maha Esa.”
3. Penerapan pada tata ruang dari sebuah perancangan sebagai contoh pemberian ruang
diskusi diarea perpustakaan pada saat merancang, hal ini membantu
pengimplementasian nilai yang terkandung pada sila keempat yaitu “Kerakyatan yang
dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” dari sila
tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara yang terbaik untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan adalah dengan musyawarah.
4. Penerapan pada bentuk bangunan dari sebuah perancangan sebagai contoh yaitu
bentuk siteplan dari sebuah tapak yang berbentuk seperti lambang pada Pancasila yaitu
burung garuda.
5. Penerapan pada berbagai segmen perancangan sebagai contoh menjadikan konsep dan
tema dari sebuah bangunan yang memiliki fungsi untuk pengenalan terhadap Pancasila
layaknya seperti musium Pancasila.
B. Contoh arsitek yang berhasil menerapkan nilai-nilai Pancasila
Masjid Al-Irsyad
Masjid Al-Irsyad dibangun oleh seorang Arsitek terkenal Indonesia yang saat
makalah ini dibuat menjabat sebagai walikota kota Bandung, yaitu Ridwan Kamil. Secara
Arsitektural, bangunan ini merupakan bangunan yang sangat baik. Mulai dari segi
strukturnya, sampai dengan estetikanya.
Dari segi struktur, apabila kita masuk kedalamnya, akan terlihat pemandangan
yang membedakannya dari masjid-masjid lain pada umumnya. Yaitu tidak adanya tiang di
dalam ruangan. Berdasarkan nilai filosofis, hal ini melambangkan kedudukan manusia
yang sama dimata Tuhan yang Maha Esa. Tidak adanya tiang dalam ruangan ini
mencerminkan sila kelima, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dalam
ruangan ini, tidak ada manusia yang saat beribadah menghadap tiang. Semua Jemaah yang
beribadah akan menghadap kearah yang sama, yaitu kiblat tanpa adanya penghalang
dalam ruangan tersebut. Saat Jemaah menyadari adanya persamaan tersebut, diharapkan
Jemaah dapat mengingat bahwa keadilan sosial merupakan salah satu nilai yang
terkandung dalam Pancasila, dan nilai tersebut benar adanya dalam kehidupan
bermasyarakat.
Apabila dilihat dari luar, bangunan ini terlihat seperti sebuah kubus. Dengan kata
lain, atapnya terlihat datar seperti ka’bah. Interior juga dirancang sedemikian rupa agar
menimbulkan kesan syahdu. Hal ini membantu Jemaah dalam merasakan kedekatan
dengan Tuhan. Membantu implementasi sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa.”
Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada
Hal yang menjadi perhatian utama penulis dalam menjadikan Masjid Kampus
UGM (selanjutnya disingkat Maskam UGM) sebagai contoh bangunan yang membantu
meningkatkan pengimplementasian nilai Pancasila adalah adanya semacam tempat khusus
yang terlihat sengaja dibangun sebagai tempat pedagang kaki lima. Pembangunan tempat
berdagang ini meningkatkan interaksi antara penjual yang rata-rata kalangan menengah
kebawah dengan pembeli yang berasal dari berbagai kalangan. Dengan adanya hubungan
yang harmonis antara penjual-pembeli ini, impementasi sila ketiga menjadi semakin
mudah.
Adanya selasar tersebut juga menjadikan Maskam UGM sebagai tempat berbagai
kegiatan yang dilaksanakan kampus baik tingkat Universitas, Fakultas, maupun Jurusan.
Maskam UGM biasa dijadikan salah satu destinasi tempat beristirahat. Dimana yang
memanfaatkan sarana ini bukan hanya dari kalangan agama tertentu, mengingat status
bahwa walau bagaimanapun juga, Maskam UGM merupakana tempat peribadatan. Tidak
adanya singgungan antara umat beragama ini mendukung implementasi sila pertama yang
mencakup keharmonisan antara umat beragama.
Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada
Bagian yang akan menjadi sorot utama Perpustakaan Pusat UGM sebagai sarana
implementasi nilai Pancasila adalah adanya ruang diskusi. Sebagaimana yang telah kita
ketahui, pada sila keempat Pancasila tertulis “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” Dari sila tersebut, dapat disimpulkan
bahwa cara yang terbaik untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan adalah dengan
musyawarah mufakat. Dirancangnya ruang diskusi ini tentunya memudahkan pengguna
perpustakaan untuk bermusyawarah.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Arsitektur turut berperan dalam membantu pengimplementasian nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari melalui perancangan lingkungan buatan yang mendukung nilai-
nilai Pancasila. Yaitu dengan mempertimbang-kan nilai-nilai Pancasila dalam merancang
bangunan. Dapat berupa menciptakan ruang interaksi sosial antar golongan, menyinggung sisi
psikologis, dan menciptakan bangunan yang mencerminkan persamaan derajat manusia.
Selain dengan membantu implementasi nilai Pancasila, ada juga bangunan yang
bersifat monumental untuk menjaga keberadaan Pancasila secara fisik berupa bangunan atau
tugu yang memiliki nilai Pancasila sebagai dasar filosofis perancangan bangunan.
Daftar pustaka