Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu
aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian
para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Pemerolehan bahasa
oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan.
Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa
telah ditelaah secara intensif sejak lama. Kita telah mempelajari banyak hal
mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa,
tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan
bahasa. Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam
bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi, baik secara verbal maupun nonverbal
yaitu dengan tulisan, bacaan, dan tanda atau simbol.
Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara.
Meskipun cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum
yang terjadi pada hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan
bahasa anak, perkembangan bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan
perbedaan individual dalam pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan
pembelajaran bahasa anak, khususnya pada waktu mereka belajar membaca dan
menulis permulaan. Sehingga Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak
merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya
tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada
khususnya. Itulah sebabnya calon guru sekolah dasar perlu menguasai berbagai
konsep yang terkait dengan perkembangan dan pemerolehan bahasa anak.
Penggunaan bahasa memerlukan proses sesuai dengan tahap-tahap
usianya. Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai cara
berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga
memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa
dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara
langsung, yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya,

1
sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli masyarakat di
sekitarnya; sedangkan perkembangan bahasa seseorang merupakan sebuah proses
yang dimulai dari kehidupan awal manusia, ketika seseorang atau bayi mulai
untuk memperoleh bahasa dengan cara belajar bicara dengan beberapa kata dan
juga secara mimikri. Perkembangan bahasa anak berawal dari bahasa yang
sederhana menuju bahasa yang kompleks. Bayi mulai tanpa bahasa, baru setelah
umur 4 bulan mulai bisa membaca bibir sang ibu dan mencoba membedakan suara
bahasa. Seorang bayi menggunakan alat tubuhnya, tangisannya dan suara
preverbal lainnya untuk menyampaikan yang dia inginkan, perlukan, dan
butuhkan. Mereka mempelajari bahasa pertama tanpa perhatian dari orang tua
ataupun pengasuh mereka.
Menurut Kennison (2013), ada 4 komponen utama dalam pengembangan
bahasa (Language Development) yaitu:
1. Phonology, meliputi aturan urutan struktur kata atau kalimat.

2. Semantics, terdiri atas kosakata dan konsep bagaimana mengekspresikan kata.

3. Grammar, meliputi dua bagian, yang pertama, syntax, aturan kata yang
menyusun dalam kalimat, yang kedua, morphology, digunakan sebagai penanda
gramatikal (meliputi tense, active dan passive voice).

4. Pragmatics, meliputi aturan yang sesuai dan komunikasi yang efektif.


Pragmatics meliputi 3 bagian, penggunaan bahasa untuk salam, permintaan, dll,
mengubah bahasa untuk berbicara yang berbeda tergantung pada siapa anda
berbicara, mengikuti alur seperti tetap berada pada topik dan mengambil
kesempatan dalam berbahasa yang benar.

Menurut Santoso (2009), tahapan-tahapan pemerolehan bahasa anak


secara umum ada 5, seperti dipaparkan berikut ini:
1. Reflexive vocalization. Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara
tangisan yang masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang
ingin menangis, tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.

2
2. Babbling. Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak
nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya,
tangisan yang dikeluarkan ini telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau
perasaan si bayi.
3. Lulling. Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun
belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia
mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti:
“ba….ba…, ma..ma….”
4. Echolalia. Pada tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan, ia mulai
meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan
menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
5. True speech. Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar
18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna
seperti orang dewasa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui perolehan bahasa anak?
2. Apa sajakah teori perkembangan bahasa anak?
3. Bagaimana periode perkembangan bahasa anak?
4. Bagaimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa
pada anak?
5. Bagaimana gangguan pada bahasa anak?
6. Bagaimana tahap – tahap perkembangan bahasa anak?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana perolehan bahasa anak.
2. Mengetahui teori perkembangan bahasa anak.
3. Mengetahui periode perkembangan bahasa anak.
4. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
bahasa pada anak.
5. Mengetahui gangguan pada bahasa anak.
6. Memahami tahap – tahap perkembangan bahasa anak.

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

Pemerolehan bahasa menjadi dua tahapan. Pertama, pemerolehan bahasa


mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa
memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi
motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik. Dalam konteks ini, yang dimaksud
dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik
berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan
pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan pemerolehan bahasa ini ditandai
oleh hal-hal berikut.
1.    Berlangsung dalam situasi informal,tanpa beban, dan di luar sekolah.
2.    Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-
lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3.    Dilakukan tanpa sadar.
4.    Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna.
Pemerolehan bahasaa anak itu tidaklah tiba – tiba atau sekaligus, tetapi
bertahap kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan
perkembangaan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Oleh karena itu,
perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu
rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi – bunyi atau ucapan yang sederhana
menuju tututran yang lebih kompleks. Tangisan, bunyi – bunyi atau ucapan yang
sederhana tak bermakna, dan celotehan bayi merupakan jembatan yang
memfasilitasi alur perkembangan bahasa anak menuju kemampuan berbahasa
yang lebih sempurna. Bagi anak,celoteh merupakan semacam latihan untuk
menguasai gerak artikulatoris (alat ucap) yang lama – kelamaan dikaitkan dengan
kebermaknaan bentuk bunyi yang diujarkannnya (Djago tarigan,2005).

1. Teori Perkembangan Bahasa Anak.


Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa aank tentunya
tidak terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut.

5
Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya tiga pandangan atau teori dalam
perkembangan bahasa anak. Teori tersebuat adalah sebagai berikut:

1.1. Teori Nativis

Pandangan ini diwakili oleh Noam Chomsky (1974). Ia berpendapat


bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat alamiah atau nature.
pandangan ini tidak berpendapat bahwa lingkungan punya pengaruh dalam
pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan
pemberian biologis, sejalan dengan terbukanya kemampuan lingual yang secara
genetis telah di programkan.

Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama,


anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis
telah diprogramkan. Jadi lingkungan sama sekali tidak punya pengaruh dalam
proses pemerolehan bahasa pertama (acquisition).

Para ahli nativis berpendapat bahwa bahasa merupakan pembawaan dan


bersifat alamiah dan meyakini bahwa kemampuan berbahasa sebagaimana halnya
kemampuan berjalan, merupakan bagian dari perkembangan manusia yang
dipengaruhi oleh kematangan otak, beberapa bagian neurologis tertentu dari otak
manusia memiliki hubungan dengan perkembangan bahasa, sehingga kerusakan
pada bagian tersebut dapat menyebabkan hambatan bahasa.

Menurut Chomsky , Howe, Maratsos (dalam miller, 1981) berpandangan


bahwa ada keterkaitan antara faktor biologis yang menekankan membentuk
individu menjadi makhluk linguistik dan perkembangan bahasa. Chomsky (dalam
dworetzky, 1984) mengembangkan toeri yang komplek tentang bahasa yang
disebut transformation grammer theory. Menurut Chomsky, arti dari kalimat atau
kandungan semantik dalam kalimat berkaitan dengan struktur yang lebih dalam
yang merupakan bagian alat penguasaan bahasa.

Chomsky (1974) mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat


penguasaan bahasa (Language Acquisition Device) LAD dan menemukan sendiri
cara kerja bahasa tersebut. Dalam belajar bahasa, individu memiliki kemampuan

6
tata bahasa bawaan untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu seperti fonologi,
sintaksis dan sematik.

Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit,
sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti
peniruan atau imitation. Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah
di programkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa.
LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses
bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya. Dan juga
bahasa pertama itu penuh dengan kesalahan dan penyimpangan kaidah ketika
pengucapan atau pelaksanaan bahasa (performance). Manusia tidak mungkin
belajar bahasa pertama dari orang lain seperti klaim skinner menurut chomsky
bahasa hanya dapat diuasai oleh manusia, karena:

1. Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola perkembangan


bahasa berlaku universal, dan lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam
proses pematangan bahasa.

2. Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat , tidak bergantung pada lamanya
latihan seperti pendapat kaum behaviorisme.

Lenneberg (1967) memiliki pendapat yang senada dengan ahli lain bahwa
belajar bahasa adalah berdasarkan pengetahuan awal yang diperoleh secara
biologis. Para ahli nativis menjelaskan bahwa anak dilahirkan dengan mekanisme
atau kapasitas internal sehingga dapat mengorganisasi lingkingannya dan mampu
mempelajari bahasa.

Para ahli nativis menjelaskan bahwa kemampuan berbahasa dipengaruhi


oleh kematangan seiring dengan pertumbuhan anak. Pandangan para ahli nativis
yang memisahkan antara belajar bahasa dengan perkembangan kognitif dikritik
berkenaan dengan kenyataan bahwa anak belajar bahasa dari ligkungan sekitarnya
dan memiliki kemampuan untuk mengubah bahasanya jika lingkungannya
berubah.

7
1.2. Teori Behavioristik

Pandangan ini diwakili oleh B.F Skinner, yang menekankan bahwa proses
pemerolahan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh
rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum
behavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratlan suatu
wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan sesuatu yang di lakukan.
Padahal bahasa itu merupakan salah satu perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh
karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal
behavior), agar tampak lebih mirip dengan perilaku kain yang harus dipelajari.

Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh


anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai
penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di
dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Kaum behavioris bukan hanya
tidak mengakui peran aktif si anak dalam proses penerolehan bahasa, malah juga
tidak mengakui kematangan anak. Proses perkembangan bahasa terutama
ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Dan
kemampuan yang sebenarnya dalam berkomunikasi adalah dengan prinsip
pertalian S-R (stimuls-respons) dan proses peniruan-peniruan.

Para ahli behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa membawa


kemampuan apapun. Dengan demikian anak harus belajar melalui pengondisian
daqri lingkungan, proses imitasi, dan diberikan reiforcement (penguat). Para ahli
perilaku menjelaskan beberapa faktor penting dalam mempelajari bahasa yaitu
imitasi, rewart, reinforcement dan frekuensi suatu perilaku. Skinner, (1957)
memandang perkembangan bahsa dari sudut stimulus-respon, yang memandang
berpikir sebagai proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam
lingkungan. Bandura, (1997) memandang perkembangan bahasa dari sudut teori
belajar sosial. Hergenhahn, (1982) Ia berpendapat bahwa anak belajar bahasa
dengan melakukan imitasi atau menirukan suatu model yang berarti tidak harus
menerima penguatan dari orang lain.

8
Pandangan behavioristik dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa anak
pada suatu saat dapat membuat suara-suara baru dalam awal perkembangan
bahasannya, dan dapat membentuk kalimat-kalimat baru yang berbeda dari yang
pernah diajarkan padanya.

1.3. Teori Kognitif

Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah
yang terpisah, melainkah salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal
dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan
bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di
dalam kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa. Para ahli kognitif berpendapat bahwa belajar sangat
dipengaruhi oleh beberapa fator seperti peran aktif anak terhadap lingkungan, cara
anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa.

Piaget menegaskan bahwa stuktur yang kompleks dari bahasa bukanlah


sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu yang dipelajari dari
lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat dari interaksi yang terus
menerus antara tingkat fungsi kognitif anak dengan lingkungan kenahsaannya
(juga lingkungan yang lain). Menurut Piaget (Hergenhahn, 1982), berpikir sebagai
prasyarat berbahasa, terus berkembang secara progresif dan terjadi pada setiap
tahap perkembangan sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan
anak secara umum dan perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan
berbagai kegiatan anak , objek, dan kejadian yang mereka alami dan menyentuh,
mendengar, melihat, merasa, dan membau. Menurut piaget struktur yang
kompleks itu bukan pemberian alam dan bukan sesuatu yang dipelajari dari
lingkungan melainkan struktur itu timbul secara tak terelakkan sebagai akibat dari
interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognisi anak dengan
lingkungan kebahasaannya.

Vygotsky (1986), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa


anak berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan.
Vygotsky menggunakan istilah zona perkembangan proximal (ZPD) untuk tugas-

9
tugas yang sulit untuk dipahami sendiri oleh anak. ZPD juga memiliki batas yang
lebih rendah merupakan tingkat masalah yang dipecahkan anak dan batas yang
lebih tinggi merupakan tingkat tanggung jawab ekstra yang dapatditerima anak
dengan bantuan orang dewasa.

Teori kognitif dikritik berkenaan dengan pandangan bahwa bahasa memiliki


pengaruh yang kecil terhadap perkembangan kognisi . pendapat ini bertentangan
dengan penelitian yang membuktikan bahwa pengetahuan baru dapat diperoleh
seseorang melalui berbicara dan menulis. Jika Chomsky berpendapat bahwa
lingkungan tidak besar pengaruhnya pada proses pematangan bahasa, maka Piaget
berpendapat bahwa lingkungan juga tidak besar pengaruhnya terhadap
perkembangan intelaktual anak. Perubahan atau perkembangan intelaktual anak
sangat tergantung pada keterlibatan anak secara aktif dengan lingkungannya.

2. Periode Perkembangan Bahasa Anak


Menurut study yang dilakuan sebelum tahun 1960, minat bahasa anak
mulai timbul pada dekade pertama abad ke-20 yang dipelori oleh ilmuan di
bidang psikologi ataupun pedagogi, antara lain W. Stern, W. Preyer, dan G.
Stumpf. Pada umumnya mereka mempelajari buku harian anak-anaknya
kemudian membandingkan hasilnya. Tombullah argumentasi-argumentasi
mengenai perolahan bahasa anak.
Pada periode sesudah tahun 1960 terjadi perubahan yang cukup berarti.
Disamping disebabkan karena munculnya banyak tokoh dengan teori yang di
bawanya, juga dikarenakan oleh kemajuan di bidang teknologi, seperti adanya
tape recorder, alat video, perhatian terhadap perkembangan bahasa anak
semakin meningkat. Dengan suatu alat, bahasa anakdapat diselidiki, dengan
merekam dan kemudian menganalisisnya. Tokoh-tokoh yang banyak
melakukan penyelidikan berkaitan dengan hal tersebut adalah W. Miller
(1964), P. Menyuk (1963), R. Brown (1964), dan Braine (1963).

M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa anak


dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasrkana pada ciri-ciri
tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun periode-periode tersebut
sebagai berikut:

10
2.1. Periode Prelingual (usia 0 - 1 tahun)

Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa ucapan’


seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan-aturan
bahasa yang berlaku. Pada periode ini anak mempunyai bahasa sendiri, misalnya
mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan orang lain. Contohnya baba,mama,
tata, ayng mungkin merupakan reaksi terhadap situasi tertentu atau orang tertentu
sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan proses mental pada usia 9-10
bulan.

Pada periode ini, perkembangan yang menyolok adalah perkembangan


comprehension, artinya penggunaan bahasa secara pasif. Misalnya anak mulai
bereaksi terhadap pembicaraan orang dengan melihat kepada pembicara dan
memberikan reaksi yang berbeda terhadap suara yang ramah, yang lembut, dan
yang kasar.

2.2. Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)

Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama,


meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut (ikut), atoh (jatuh).
Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar diucapkan, juga beberapa
huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s, k, j, dan t. pertambahan kemahiran
berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam tiga periode,
yaitu:

a. Periode kalimat satu kata ( holophrare)


Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu kalimat,
karena hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti perkembangan
bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata pertama yang diucapkan oleh anak
itu mempunyai arti lebih dari hanya sekedar suatu ‘kata’ karena kata itu
merupakan ekspresi dari ide-ide yang kompleks, yang pada orang deawasa
akan dinyatakan dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti:

11
Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu tolong saya!
Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member komentar
terhadap obyek atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapa berupa perintah,
pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll. Bagaimana menginterpretasikan
kata pertama ini tergantung pada konteks waktubkata tersebut di ucapkan,
sehingga untuk dapat mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita
harus melohat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak pada
waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah
menginterpretasikan apakah si anak bertana, member tahu, atau memerintah.

b. Periode kalimat dua kata


Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari
lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi lain
pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat yang terdiri dari dua
kata. Pada umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang anak
mulai mengerti suatu tema dan mencoba untuk mengekspresikannya. Hal ini
terjadi pada sekitar usia 18 bulan, dimana anak menentukan bahwa kombinasi
dua kata tersebut mempunyai hubungan tertentu yang mempunya makna
berbeda-beda, misalnya makna kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung
pesek), dan lain sebagainya.

c. Kalimat lebih dari dua kata


Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat
perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua kata
sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi. Keterampilan
membentuk kalimat bertambah, terlihat dari panjangnay kalimat, kalimat tiga
kata, kalaimat empat kata, dan seterusnya. Pada periode ini penggunaan
nahasa tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan
untuk komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu
hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa.

12
2.3. Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam
mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat.
Secara garis besar ciri umum perkembangan bahasa pada periode ini adalah
sebagai berikut:
- Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai bahasa ibunya,
artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari orang dewasa telah
dikuasai.
- Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir. Mungkin masih ada
kesukaran pengucapan konsonan yang majemuk dan sedikit kompleks.
- Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai berkembang.Kata benda dan
karta kerja mulai lebih terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai
dengan penggunaan kata depan, kata gati dank at kerja bantu.
- Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar mulai berfungsi. Persepsi anak
dan pengalamannya tentang dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang
lain, dengan cara memberikan kritik, bertanya, menyuruh, membri tahu dan
lain-lain.
- Mulai terjadi perkembangan di bidang morfologi, ditandai dengan
munculnya kata jamak, perubahan akhiran, perubahan kata karja, dan lain-
lain.
2.4. Perkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun
Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur sintaksis
dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap. Jadi
sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut Piaget, pada periode ini
perkembangan anak di bidang kognisi masih berkembang terus sampai usia
14 tahun, sedangkan peranan kognisi sanga t besar dalam penggunaan bahasa.
Dengan masih terus berkembangnya kognisi, dengan sendirinya
perkembangan bahasa juga masih berkembang.
Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan usia 5
tahun, antara lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff Smith yang

13
menyelidiki bahasa anak-anak sekolah (1979) yang menyatakan bahwa antara
usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang khas pada bahasa anak, yaitu
kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf yang lebih tinggi.
Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat yang betul-
betuk penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.
Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan yang tercermin pada
penambahan kosa kata, dan penggunaan kata sambung secara tepat. Tetapi
aturan sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat konteks baru dikuasai
secara bertahap antara usia 5 – 10 tahun. Selanjutnya pada usia 7 tahun baru
dapat menggunakan kalimat pasif, maksudnya mengerti aturan-aturan
tatabahasa mengenai prinsip-prinsip khusus, bertidak ekonomis dalam
mengungkapkan sesuatu serta menghindari hal-hal yang berlebihan. Sampai
SMP keterampilan bicara lebih meningkat, sintaksis lebih lengkap dengan
variasi-variasi struktur dan variasi-variasi kata, baik kekomplekan kalimat
tulis maupun lisan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak
antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang
tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta
kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggauta kelompok tersebut.
Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus
menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau
kesulitan dala perkembangan bahasannya.
2. Intelegensi
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat
dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang
anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3. Status Sosial Ekonomi Keluarga

14
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa
dengan hal ini menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga
miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya
dibandingkan anak yang berasal dari keluargayang lebih baik. Kondisi ini
terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan atau kesempatan belajar
(keluarga miskin diduga kurang memperhatikan)perkembangan bahasa
anaknya atau kedua-duanya (Hetzer & Raindrorf dalam E. Hurlock,
1956).
4. Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi
antara laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak
pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan kurang
betul tatabahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan
pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.
5. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi
dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang
tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa dengan
anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi
perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat
menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam
perkembangan bahasanya.
Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang
keras/kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk memberikan
latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada anak, maka
perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau
kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam
mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat,
dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
6. Keinginan Berkomunikasi

15
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia
menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.
7. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara, dengan
mengajaknya bicara dan didorong menanggapainya, akan semakin awal
mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
8. Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara
lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena
orang tua dapat menyisahkan waktu yang lebih banyak untuk
mengajarkan anaknya berbicara.
9. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang
anak yang lahir kemudia. Hal ini karena orang dapat menyisihkan
waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir
pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir
kemudian.
10. Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa
”anak harus dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar.
Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis akan
mendorong anak untuk belajar.
11. Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembanga
bicaranya terutamakarena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara
kembarnya dan hanya memahamilogat khusus yang mereka miliki. Hal ini
melamahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain
dapat memahami mereka.
12. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya, dan
semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggauta

16
kelompok sebayanya akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar
berbicara.
13. Keperibadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
kemampuan berbicaranya lebih baik , baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif.

4. Gangguan Dalam Perkembangan Berbicara


Disamping faktor tersebut terdapat beberapa gangguan yang harus diatasi
oleh anak dalam rangka belajar berbicara, antara lain:
1. Tangisan yang berlebihan
Tangisan yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik,
antara lain berupa kurangnya energi, sehingga secara otomatis dapat
menyebabkan kondisi anak tidak fit. Dan gangguan psikis anak yaitu
berupa perasaan ditolak atau tidak dicintai.
2. Anak sulit memahami pembicaraan orang lain
Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan. Hal ini
disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak dan orang tua yang
sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang
belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang menggunakan dua bahasa,
anak akan lebih banyak mengalami kesulitan untuk memahami
pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal dalam satu rumah.
Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari sebab kesulitan bahasa anak
dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau
membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengartikan
suatu pembicaraan.

5. Tahap Perkembangan Bahasa Anak


Menurut buku Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni,
24:2006 ) Tahap perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu
tahap pralinguistik dan tahap linguistik.

17
1)        Tahap Pralinguistik(Masa Meraban)
Pada tahap ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah
bermakna. Bunyi – bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan
tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata
dan makna tertentu.
Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang
dialami oleh anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke
dalam dua tahapan, yaitu:
a)   Tahap Meraba Pertama
Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian
kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.
·           Usia 0 - 2 bulan sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah
dapat membedakan suku kata, mereka bisa merespon secara berbeda terhadap
kualitas emosional suara manusia misalnya, mereka akan tersenyum jika
mendengar suara yang ramah atau sebaliknya mereka akan menangis jika
mendengar suara dengan nada marah.
Anak hanya dapat mengeluarkan bunyi – bunyi refleksif untuk
menyatakan rasa lapar, sakit atau ketidaknyamanan yang menyebabkan anak
menangis dan rewel, serta bunyi vegetative yang berkaitan dengan aktivitas
tubuhseperti batuk, bersin, sendawa, telanan (makanan), dan tegukan(menyusu
atau minum). Umumnya, bunyi seperti bunyi vokal dengan suara yang agak serak.
Sekalipun bunyi – bunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi – bunyi
itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya.
·            Usia 2 - 5 bulan. Pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan
suara laki – laki dan perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi –
bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi – bunyi mirip konsonan. Bunyi ini
biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang
lain.
·           Pada usia 4 – 7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh
dengan durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip
vokalnya lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n sudah mulai muncul.
b)   Tahap Meraba Kedua

18
Usia 6 – 12 bulan, anak  mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam
ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya
berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba
ba/,ma ma ma/, dad a da/. Vokal yang muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan
hambat labial /p, b/ nasal /m, n, g/, dan alveolar /t, d/. selanjutnya celotehan
reduplikasi ini berubah lebuh bervariasi. Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/
dan /i/, dan konsonan frikatif pun, seperti /s/ sudah mulai muncul.
Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan samapi
satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakan – gerakan. Cara
berkomunikasi pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh,
tersenyum dan menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat atau
menunjuk.
2)        Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun.
Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang
dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni:
a)        Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini
disebut holofrase, karena anak – anak menyatakan makna keseluruhan frase atau
kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu.
Contoh :
VERSI SATU KATA VERSI LENGKAP
Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya) Minta (mau) minum

Akut! (sambil menunjuk laba - laba) Saya takut laba - laba

Takit!(sambil mengacungkan jarinya) Jariku sakit

b)       Ucapan Dua Kata


Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini memasuki
tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat.
Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta.

19
Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat.
Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah
kata – kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.

Contoh :
VERSI 2 KATA VERSI LENGKAP
Mamah, makan! Mama, saya mau makan
Ajar, bobo! Fajar mau tidur!
Bapa, ana? Bapak mau pergi ke mana?
Mau ueh! Saya mau kueh!

c)        Pengembangan Tata Bahasa


Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini
ditandai dengan penggunaan kalimat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini
umumnya dialami oleh anak usia sekita 2 sampai 5 tahun.
d)       Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh
anak yang sudah berumur antara 5 – 10 tahun. Pada tahap ini anak – anak sudah
mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun
kalimat yang lebih rumit.
Tahap – tahap perkembangan di atas, berkembang pula penguasaan
mereka atas system bahasa yang dipelajarinya. System bahasa itu, terdiri atas
subsistem berikut:
a.         Fonologi yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan
bunyi – bunyi tersebut sebagai sesuatu yang bermakna.
b.        Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan tentang aturan
pembentukan unsure tuturan.
c.         Semantik leksikal(kosa kata) yaitu pengetahuan tentang kata untuk
mengacu kepada sesuatu hal.
d.        Pragmatik yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam
berbagai cara untuk berbagai keperluan.

20
6. Fungsi dari Bahasa Anak
Anak kecil selalu berusaha untuk berbicara menggunakan bahasa anak
agar orang lain dapat mengerti. Hal ini mendorong orang untuk belajar
berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi
yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lain yang
dipakai oleh anak sebelum pandai berbicara. Ada beberapa fungsi dari bahasa
yang digunakan anak yaitu :
a. Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
Anak akan mudah menjelaskan kebutuhan dan keinginannya melalui
berbicara tanpa menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh
atau ekspresi wajahnya. Kemampuan berbicara ini dapat mengurangi
frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungan yang
tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
b. Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
Setiap anak akan merasa senang saat menjadi pusat perhatian orang
lain. Anak yang berbicara akan mendapatkan perhatian orang lain
dengan mudah melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada
orang tua. Anak juga dapat berbicara menggunakan bahasa untuk
menyatakan suatu ide.
c. Sebagai alat untuk membina hubungan sosial
Anak yang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan bahasa
akan lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat
memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan peran
sebagai pemimpin dari suatu kelompok.
d. Sebagai alat untuk mengevaluasi diri
Anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang
terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Anak juga dapat
mendapatkan kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Anak
dapat mengevaluasi diri melalui orang lain
e. Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain

21
Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu
yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan
anak tersebut tidak popular atau tidak disenangi di lingkungannya.
Anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat
menerima simpati dari lingkungannya.

f. Untuk mempengaruhi perilaku orang lain


Kemampuan berbicara yang baik dan penuh rasa percaya diri anak
dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebayanya yang
berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun.

22
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan antara


lain:

1. Setiap manusia mengawali komunikasi dengan dunia sekitarnya melalui


bahasa tangis. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan
jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut
makin meningkat dan meluas. Dilhat dari fungsinya, bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa aank tentunya tidak
terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut. Mengenai
hal ini terdapat beberapa toeri tantang perkembangan Bahasa, diantaranya
toeri natavisme, kognitivisme, dan behaviorisme.
3. Perkembangan bahasa terbagi atas tiga periode, yaitu periode prelingual,
periode lingual dini dan periode diferensiasi. Mulai periode linguistik dini
inilah anak mulai mengucaokan kata-kata yang pertama yang merupakan saat
paling menakjubkan bagi orang tua.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa antara lain
kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan
berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode
pelatihan anak, kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya, dan
kepribadian.
5. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak dalam belajar
berbicara, antara lain disebabkan karena tangisan yang berlebihan dan
kesulitan dalam memahami isi pembicaraan orang lain bagi anak.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bzoch, Kenneth. R Ph.D. 2004. How babies learn to talk. A book for new parents

and grand parents. United States: Author House. Harley.

Chaer, Abdul. Psikolingustik Kajian Teoretik. 2003. Jakarta : Rineka Cipta.

Hurlock, B. E. Perkembangan Anak. 1978. Jakarta: Erlangga.

Kennison, Shelia M. 2013. Introduction to language development. Los Angeles:


SAGE Publications.
Mar’at, Samsunuwiyati. Psikolinguistik . 2005. Bandung: Refika Aditama.
Trevor.A. 2010. Talking The Talk. Language, Psychology and Science. Hove and
New York: Psychology Press.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan. 2000. Bandung: Remaja Rosda Karya.

24

Anda mungkin juga menyukai