PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu
aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian
para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Pemerolehan bahasa
oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan.
Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa
telah ditelaah secara intensif sejak lama. Kita telah mempelajari banyak hal
mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa,
tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan
bahasa. Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam
bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi, baik secara verbal maupun nonverbal
yaitu dengan tulisan, bacaan, dan tanda atau simbol.
Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara.
Meskipun cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum
yang terjadi pada hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan
bahasa anak, perkembangan bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan
perbedaan individual dalam pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan
pembelajaran bahasa anak, khususnya pada waktu mereka belajar membaca dan
menulis permulaan. Sehingga Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak
merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya
tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada
khususnya. Itulah sebabnya calon guru sekolah dasar perlu menguasai berbagai
konsep yang terkait dengan perkembangan dan pemerolehan bahasa anak.
Penggunaan bahasa memerlukan proses sesuai dengan tahap-tahap
usianya. Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai cara
berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga
memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa
dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara
langsung, yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya,
1
sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli masyarakat di
sekitarnya; sedangkan perkembangan bahasa seseorang merupakan sebuah proses
yang dimulai dari kehidupan awal manusia, ketika seseorang atau bayi mulai
untuk memperoleh bahasa dengan cara belajar bicara dengan beberapa kata dan
juga secara mimikri. Perkembangan bahasa anak berawal dari bahasa yang
sederhana menuju bahasa yang kompleks. Bayi mulai tanpa bahasa, baru setelah
umur 4 bulan mulai bisa membaca bibir sang ibu dan mencoba membedakan suara
bahasa. Seorang bayi menggunakan alat tubuhnya, tangisannya dan suara
preverbal lainnya untuk menyampaikan yang dia inginkan, perlukan, dan
butuhkan. Mereka mempelajari bahasa pertama tanpa perhatian dari orang tua
ataupun pengasuh mereka.
Menurut Kennison (2013), ada 4 komponen utama dalam pengembangan
bahasa (Language Development) yaitu:
1. Phonology, meliputi aturan urutan struktur kata atau kalimat.
3. Grammar, meliputi dua bagian, yang pertama, syntax, aturan kata yang
menyusun dalam kalimat, yang kedua, morphology, digunakan sebagai penanda
gramatikal (meliputi tense, active dan passive voice).
2
2. Babbling. Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak
nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya,
tangisan yang dikeluarkan ini telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau
perasaan si bayi.
3. Lulling. Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun
belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia
mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti:
“ba….ba…, ma..ma….”
4. Echolalia. Pada tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan, ia mulai
meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan
menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
5. True speech. Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar
18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna
seperti orang dewasa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui perolehan bahasa anak?
2. Apa sajakah teori perkembangan bahasa anak?
3. Bagaimana periode perkembangan bahasa anak?
4. Bagaimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa
pada anak?
5. Bagaimana gangguan pada bahasa anak?
6. Bagaimana tahap – tahap perkembangan bahasa anak?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana perolehan bahasa anak.
2. Mengetahui teori perkembangan bahasa anak.
3. Mengetahui periode perkembangan bahasa anak.
4. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
bahasa pada anak.
5. Mengetahui gangguan pada bahasa anak.
6. Memahami tahap – tahap perkembangan bahasa anak.
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya tiga pandangan atau teori dalam
perkembangan bahasa anak. Teori tersebuat adalah sebagai berikut:
6
tata bahasa bawaan untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu seperti fonologi,
sintaksis dan sematik.
Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit,
sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti
peniruan atau imitation. Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah
di programkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa.
LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses
bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya. Dan juga
bahasa pertama itu penuh dengan kesalahan dan penyimpangan kaidah ketika
pengucapan atau pelaksanaan bahasa (performance). Manusia tidak mungkin
belajar bahasa pertama dari orang lain seperti klaim skinner menurut chomsky
bahasa hanya dapat diuasai oleh manusia, karena:
2. Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat , tidak bergantung pada lamanya
latihan seperti pendapat kaum behaviorisme.
Lenneberg (1967) memiliki pendapat yang senada dengan ahli lain bahwa
belajar bahasa adalah berdasarkan pengetahuan awal yang diperoleh secara
biologis. Para ahli nativis menjelaskan bahwa anak dilahirkan dengan mekanisme
atau kapasitas internal sehingga dapat mengorganisasi lingkingannya dan mampu
mempelajari bahasa.
7
1.2. Teori Behavioristik
Pandangan ini diwakili oleh B.F Skinner, yang menekankan bahwa proses
pemerolahan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh
rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum
behavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratlan suatu
wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan sesuatu yang di lakukan.
Padahal bahasa itu merupakan salah satu perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh
karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal
behavior), agar tampak lebih mirip dengan perilaku kain yang harus dipelajari.
8
Pandangan behavioristik dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa anak
pada suatu saat dapat membuat suara-suara baru dalam awal perkembangan
bahasannya, dan dapat membentuk kalimat-kalimat baru yang berbeda dari yang
pernah diajarkan padanya.
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah
yang terpisah, melainkah salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal
dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan
bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di
dalam kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa. Para ahli kognitif berpendapat bahwa belajar sangat
dipengaruhi oleh beberapa fator seperti peran aktif anak terhadap lingkungan, cara
anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa.
9
tugas yang sulit untuk dipahami sendiri oleh anak. ZPD juga memiliki batas yang
lebih rendah merupakan tingkat masalah yang dipecahkan anak dan batas yang
lebih tinggi merupakan tingkat tanggung jawab ekstra yang dapatditerima anak
dengan bantuan orang dewasa.
10
2.1. Periode Prelingual (usia 0 - 1 tahun)
11
Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu tolong saya!
Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member komentar
terhadap obyek atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapa berupa perintah,
pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll. Bagaimana menginterpretasikan
kata pertama ini tergantung pada konteks waktubkata tersebut di ucapkan,
sehingga untuk dapat mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita
harus melohat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak pada
waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah
menginterpretasikan apakah si anak bertana, member tahu, atau memerintah.
12
2.3. Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam
mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat.
Secara garis besar ciri umum perkembangan bahasa pada periode ini adalah
sebagai berikut:
- Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai bahasa ibunya,
artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari orang dewasa telah
dikuasai.
- Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir. Mungkin masih ada
kesukaran pengucapan konsonan yang majemuk dan sedikit kompleks.
- Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai berkembang.Kata benda dan
karta kerja mulai lebih terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai
dengan penggunaan kata depan, kata gati dank at kerja bantu.
- Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar mulai berfungsi. Persepsi anak
dan pengalamannya tentang dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang
lain, dengan cara memberikan kritik, bertanya, menyuruh, membri tahu dan
lain-lain.
- Mulai terjadi perkembangan di bidang morfologi, ditandai dengan
munculnya kata jamak, perubahan akhiran, perubahan kata karja, dan lain-
lain.
2.4. Perkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun
Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur sintaksis
dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap. Jadi
sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut Piaget, pada periode ini
perkembangan anak di bidang kognisi masih berkembang terus sampai usia
14 tahun, sedangkan peranan kognisi sanga t besar dalam penggunaan bahasa.
Dengan masih terus berkembangnya kognisi, dengan sendirinya
perkembangan bahasa juga masih berkembang.
Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan usia 5
tahun, antara lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff Smith yang
13
menyelidiki bahasa anak-anak sekolah (1979) yang menyatakan bahwa antara
usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang khas pada bahasa anak, yaitu
kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf yang lebih tinggi.
Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat yang betul-
betuk penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.
Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan yang tercermin pada
penambahan kosa kata, dan penggunaan kata sambung secara tepat. Tetapi
aturan sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat konteks baru dikuasai
secara bertahap antara usia 5 – 10 tahun. Selanjutnya pada usia 7 tahun baru
dapat menggunakan kalimat pasif, maksudnya mengerti aturan-aturan
tatabahasa mengenai prinsip-prinsip khusus, bertidak ekonomis dalam
mengungkapkan sesuatu serta menghindari hal-hal yang berlebihan. Sampai
SMP keterampilan bicara lebih meningkat, sintaksis lebih lengkap dengan
variasi-variasi struktur dan variasi-variasi kata, baik kekomplekan kalimat
tulis maupun lisan.
14
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa
dengan hal ini menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga
miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya
dibandingkan anak yang berasal dari keluargayang lebih baik. Kondisi ini
terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan atau kesempatan belajar
(keluarga miskin diduga kurang memperhatikan)perkembangan bahasa
anaknya atau kedua-duanya (Hetzer & Raindrorf dalam E. Hurlock,
1956).
4. Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi
antara laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak
pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan kurang
betul tatabahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan
pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.
5. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi
dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang
tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa dengan
anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi
perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat
menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam
perkembangan bahasanya.
Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang
keras/kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk memberikan
latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada anak, maka
perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau
kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam
mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat,
dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
6. Keinginan Berkomunikasi
15
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia
menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.
7. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara, dengan
mengajaknya bicara dan didorong menanggapainya, akan semakin awal
mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
8. Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara
lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena
orang tua dapat menyisahkan waktu yang lebih banyak untuk
mengajarkan anaknya berbicara.
9. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang
anak yang lahir kemudia. Hal ini karena orang dapat menyisihkan
waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir
pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir
kemudian.
10. Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa
”anak harus dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar.
Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis akan
mendorong anak untuk belajar.
11. Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembanga
bicaranya terutamakarena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara
kembarnya dan hanya memahamilogat khusus yang mereka miliki. Hal ini
melamahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain
dapat memahami mereka.
12. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya, dan
semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggauta
16
kelompok sebayanya akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar
berbicara.
13. Keperibadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
kemampuan berbicaranya lebih baik , baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif.
17
1) Tahap Pralinguistik(Masa Meraban)
Pada tahap ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah
bermakna. Bunyi – bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan
tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata
dan makna tertentu.
Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang
dialami oleh anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke
dalam dua tahapan, yaitu:
a) Tahap Meraba Pertama
Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian
kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.
· Usia 0 - 2 bulan sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah
dapat membedakan suku kata, mereka bisa merespon secara berbeda terhadap
kualitas emosional suara manusia misalnya, mereka akan tersenyum jika
mendengar suara yang ramah atau sebaliknya mereka akan menangis jika
mendengar suara dengan nada marah.
Anak hanya dapat mengeluarkan bunyi – bunyi refleksif untuk
menyatakan rasa lapar, sakit atau ketidaknyamanan yang menyebabkan anak
menangis dan rewel, serta bunyi vegetative yang berkaitan dengan aktivitas
tubuhseperti batuk, bersin, sendawa, telanan (makanan), dan tegukan(menyusu
atau minum). Umumnya, bunyi seperti bunyi vokal dengan suara yang agak serak.
Sekalipun bunyi – bunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi – bunyi
itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya.
· Usia 2 - 5 bulan. Pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan
suara laki – laki dan perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi –
bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi – bunyi mirip konsonan. Bunyi ini
biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang
lain.
· Pada usia 4 – 7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh
dengan durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip
vokalnya lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n sudah mulai muncul.
b) Tahap Meraba Kedua
18
Usia 6 – 12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam
ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya
berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba
ba/,ma ma ma/, dad a da/. Vokal yang muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan
hambat labial /p, b/ nasal /m, n, g/, dan alveolar /t, d/. selanjutnya celotehan
reduplikasi ini berubah lebuh bervariasi. Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/
dan /i/, dan konsonan frikatif pun, seperti /s/ sudah mulai muncul.
Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan samapi
satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakan – gerakan. Cara
berkomunikasi pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh,
tersenyum dan menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat atau
menunjuk.
2) Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun.
Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang
dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni:
a) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini
disebut holofrase, karena anak – anak menyatakan makna keseluruhan frase atau
kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu.
Contoh :
VERSI SATU KATA VERSI LENGKAP
Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya) Minta (mau) minum
19
Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat.
Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah
kata – kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.
Contoh :
VERSI 2 KATA VERSI LENGKAP
Mamah, makan! Mama, saya mau makan
Ajar, bobo! Fajar mau tidur!
Bapa, ana? Bapak mau pergi ke mana?
Mau ueh! Saya mau kueh!
20
6. Fungsi dari Bahasa Anak
Anak kecil selalu berusaha untuk berbicara menggunakan bahasa anak
agar orang lain dapat mengerti. Hal ini mendorong orang untuk belajar
berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi
yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lain yang
dipakai oleh anak sebelum pandai berbicara. Ada beberapa fungsi dari bahasa
yang digunakan anak yaitu :
a. Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
Anak akan mudah menjelaskan kebutuhan dan keinginannya melalui
berbicara tanpa menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh
atau ekspresi wajahnya. Kemampuan berbicara ini dapat mengurangi
frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungan yang
tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
b. Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
Setiap anak akan merasa senang saat menjadi pusat perhatian orang
lain. Anak yang berbicara akan mendapatkan perhatian orang lain
dengan mudah melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada
orang tua. Anak juga dapat berbicara menggunakan bahasa untuk
menyatakan suatu ide.
c. Sebagai alat untuk membina hubungan sosial
Anak yang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan bahasa
akan lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat
memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan peran
sebagai pemimpin dari suatu kelompok.
d. Sebagai alat untuk mengevaluasi diri
Anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang
terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Anak juga dapat
mendapatkan kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Anak
dapat mengevaluasi diri melalui orang lain
e. Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain
21
Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu
yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan
anak tersebut tidak popular atau tidak disenangi di lingkungannya.
Anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat
menerima simpati dari lingkungannya.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Bzoch, Kenneth. R Ph.D. 2004. How babies learn to talk. A book for new parents
24