Anda di halaman 1dari 9

PACTUM

Scene : 1 /ket./
Lokasi : Di dalam kelas
Properti : Pakai seragam sekolah
Adegan : Perkenalan Barhan si anak baru

(Cinematik)
Take 1 : Pengambilan shoot, papan nama kelas
Guru : “Anak-anak, kita kedatangan murid baru…”
Take 2 : Pengambilan shoot dari bahu Arya ke arah Barhan
Barhan : “Nama Saya Nurangga Barhan, biasa dipanggil Barhan saya pindahan dari SMA Hijau
Bakti.”
Take 3 : kamera Shoot ke Arya, blur.
Take 4 : kamera Shoot ke Rion dan gengnya, blur.
Take 5 : kamera Shoot ke Nehemia dan Wiro, layar menghitam.

Scene 2 : /ket./
Lokasi : Depan kelas
Properti : Pakai seragam sekolah
Adegan : Kabur dari Barhan
Seorang pemuda beranama Arya tampak berjalan di lorong sekolah sambil memegang
buku LKS Bahasa Inggris. Ia berjalan melewati dua siswa sekelas dengannya yang sedang
nongkrong di lorong pagi itu. Tak jauh jaraknya dari gerombolan anak-anak itu, Arya bertemu
dengan Barhan. Namun karena tak melihat jalan, tak sengaja ia menyenggol Barhan yang lewat.
Barhan adalah siswa baru yang datang ke sekolah seminggu yang lalu. Tak berapa lama
setelah kedatangannya, Barhan menjadi pusat perhatian banyak orang terutama kaum wanita.
Karena tubuh tingginya, wajah tampannya dan sifatnya yang dingin. Walau begitu Barhan
merupakan orang yang keras dan terkadang kasar, beberapa siswa berpikir Barhan salah satu
geng dari Rion.
Barhan : “Kalo jalan lihat-lihat dong!”
Arya : “Ma.. maaf-maaf.” Ucap Arya sambil sedikit membungkuk dan merapatkan tangannya
layaknya memohon.
Arya mundur beberapa langkah, masih dengan tubuh membungkuk. Saat sudah cukup
jauh dengan Barhan, ia berlari menuju kelasnya. Barhan masih berdiri di sana sambil melihat
Arya yang berlari ketakutan.

Scene 3 : /ket./
Lokasi : Di depan WC putra
Properti : Pakai seragam sekolah
Adegan : Arya dipalak
Setelah bel istirahat pertama berbuyi, Arya segera menuju WC untuk buang air. Saat
keluar dari WC Arya dihadang 5 orang yang terkenal sebagai preman di sekolahnya.
Arya : (Keluar dari WC)
Rion : “Oh, ada Arya rupanya di sini..” (Dengan nada lembut namun menyeramkan. Rion
kemudian merangkul Arya) “Hei, kamu tahukan ini jam berapa?”
Arya : (Diam)
Rion : “Biasanya sih, ini jam makan kami.”
Arya : (Tetap diam)
Rion : “Heh.. Aku tanya ini jam berapa?” (Suaranya meninggi)
Arya : “J.. jam 9.” (Sambil melihat jamnya)
Rion : (Tersenyum melihat jam Arya) “Wah jam kamu bagus ya.”
Arya : (Tersentak, membatu ketakutan) “Ku.. kumohon jangan ambil jamku.”
Rion : “Hehe enggak kok.” (tertawa kecil) “Asal kamu, kasih uang sakumu ke kami. Setelah itu,
kamu boleh pergi dengan tenang.”
Arya : (Mengeorek kantong celananya) “I.. ini, aku cuma punya segini.”
Reno : “Haduh kurang nih!” (merampas uang dari tangan Arya, sambil berteriak) “Kamu
kira uang segini, cukup buat makan kami. Kalau kamu gk mau kena tinjuku, sebaiknya
kasih yang lebih banyak deh. Atau, sini in jammu!!” (Memegang kerah baju Arya)
Rion : “Eitsss! Tenang dulu dong.” (Menahan temannya)
Reno (Melepaskan kerah Arya, lalu membetulkan jaketnya.)
Rion : “Arya.. Arya.. Arya.. Aku gk mau kamu kena tampar sama temanku yang gk sabaran ini.
(memegang bahu temannya) “Aku mau berdamai denganmu.” (melepaskan tangannya
dari bahu Reno) “Aku beri kamu kesempatan untuk ngumpulin uang. Berikan uangnya ke
kami sore ini, di sini.”
Arya : “U..uang? Tapi, dari mana?”
Rion : “Ya mana kutahu, carilah. Pinjam kek ke siapa, aku gk peduli. Yang penting nanti sore
harus ada!”
Arya : (Meneguk liur)
Rion : “Kalau kabur, kamu tahu sendiri akibatnya.” (ucap Rion sambil berbisik ditelinga Arya.)
Rion kemudian melepaskan rangkulannya, lalu menepuk-nepuk pundak Arya dengan
keras. Rion dan teman-temannya pun meninggalkan Arya yang masih membatu.
Arya : “Selamat Arya, setelah berhasil kabur dari Barhan kamu malah dapat masalah dengan
Rion. Parah deh.” (ujar Arya dalam hati, sambil berjalan menggaruk kepalanya)
Arya berjalan meninggalkna WC putra, tanpa ia sadari seseorang menguping
pembicarannya dengan Rion sejak awal.

Scene 4 : /ket/
Lokasi : lorong depan kelas
Properti : Pakai seragam sekolah
Adegan : Tawaran kerja sama
Arya berjalan dengan lesu menuju kelasnya. Saat berada di depan pintu, lagi-lagi ia
dihadang. Kali ini bukan Rion dan gengnya, tapi ini Barhan dan teman-temannya.
Barhan : (Langsung muncul dari dalam kelas, berdiri di depan pintu dengan tubuhnya yang
terlihat jelas lebih tinggi dan besar dari Arya)
Arya : (Segera mundur) “Barhan, a.. aku tidak ingin mencari masalah, aku tidak bermaksud
menabrakmu, aku tidak sengaja. Maafkan aku, tolong jangan sakiti aku.” (Arya lagi-lagi
membungkuk dengan tangannya yang memohon)
Barhan : “Ngomong apa sih kamu?”
Arya : (terkejut keheranan.)
Nehemia : “Arya kamu tadi kenapa?”
Arya : (Arya menoleh pada Nehemia) “Hah.. ehh..?”
Wiro : “Kamu tadi dipalak Rion, ya?.”
Arya : “Soal itu… Iya, aku dipalak.”
Nehemia : “Kenapa gk di lawan?”
Wiro : “Iya, harusnya lawan saja dong. Nanti kalau di biakan malah menjadi-jadi.”
Arya : “Aku… gk punya keberanian.”
Barhan : “Payah banget sih.”
Nehemia “Jangan gitu.” (sambil memukul kepalanya Barhan.)
Barhan : (Terlihat kesal) “Gak usah mukul juga dong!” (membuang muka)
Nehemia : “Kami bisa bantu kamu untuk terhindar dari si Rion itu.” (Merangkul Barhan)
Wiro : “Yups.”
Barhan : “Aku gk setuju.” (melepaskan tangan Nehemia yang merangkulnya lalu berjalan
melewati Arya, keluar dari kelas)
Wiro : “Lah kok gitu?”
Barhan : “Apa untungnya buatku? Toh yang punya masalah bukan aku.”
Arya merasa tidak ada pilihan lain, ia tidak ingin terus-terusan dipalak Rion dan gengnya.
Ia pun terpaksa memohon pada Barhan untuk menolongnya. Walau ia tahu Barhan tidak akan
mau.
Wiro : “Eh.. tung..” (tiba-tiba Arya memotong perkataan Wiro)
Arya : “Barhan, tolong…! Bantu aku agar tidak di ganggu Rion lagi. Aku akan turuti apa yang
kamu mau, asal aku bisa lepas dari Rion.” (Teriak Arya, seraya memohon)
Barhan : (Mendekati Arya lalu mendorongnya ke tembok dan menarik kerahnya.) “Jaga
bicaramu ya, aku ini bukan budakmu!”
Arya : (Mulai panik dan takut.) “Bu.. bukan begitu maksudku.”
Nehemia : “Astaga Barhan, tenang dulu, tenang.”
Wiro : “Barhan kalau kamu kaya gini, mana bisa dia bantu kamu untuk tes minggu depan.”
Barhan : (Berekspresi tajam, lalu melepaskan cengkraman tangannya dari kerah Arya)
Arya : (Perlahan bernapas namun agak terbatuk-batuk) “Be.. belajar?”
Wiro : “Kalau mau minta tolong itu, minta yang benar dong!.” (menyenggol Barhan
dengan sikut) “Jadi begini sebenarnya tadi…”
Barhan : “Aku ingin kamu mengajariku Bahasa Inggris.” (tukis Barhan dengan cepat, lalu
Mengambil dari kantong celananya selembar kertas soal dengan nilai 100 tertulis dikertas
itu) “Aku akan bantu kamu lepas dari si Rion.”
Arya : (mengambil kertas itu) “Da.. dari mana?”
Nehemia : “Kamu menjatuhkannya. Kalau bukan karena Barhan, mungkin kertas berharga ini
sudah hilang.”
Wiro : “Karena itu, kami mau melakukan kerja sama denganmu. Kami membantumu, kau
membantu kami. Bagaimana?”
Arya : (Terdiam sejenak, mengangguk)

Scene 5 : /ket./
Lokasi : Depan WC putra
Properti : Pakai seragam sekolah
Adegan : Pembalasan
Arya datang membawa uang di saku celananya. Dari kejauhan terlihat Rion dan keempat
temannya menunggu di depan WC putra. Seorang teman Rion tampak berjaga paling pojok kiri
dari pintu masuk WC putra, bersandar pada tembok. Sedangkan Rion, berada di sampingnya juga
sedang bersender. 2 teman Rion tampak berjongkok. Satu diantara mereka membelakangi arah
datangnya Arya. Arya datang dengan kepala yang tertunduk sejak tadinya.
Teman R.2 : (Menoleh, melihat ke arah Arya.) “Mangsa kita datang.” (tersenyum)
Rion : (Berdiri dari posisinya yang semula bersender pada tembok) “Well.. well.. well..
Akhirnya.” (Rion membuka tangannya seakan menyambut kedatangan Arya) “Arya,
kawan baikku. Akhirnya kamu datang.” (Mendatangi Arya lalu merangkulnya) “Baik
sekali kamu mau menepati janjimu.”
Arya : “Aku tidak pernah berjanji akan menemuimu lagi di sini.” (menatap waspada pasa Rion)
Rion : “Hmm.. Iya juga ya, hehe. Yaa setidaknya kamu sudah di sini, kan.” (Rion menjulurkan
tanggannya, tanda ia kembali menagih uang pada Arya)
Arya : “Kalau tidak aku berikan, bagaimana?”
Rion : (Tertawa jahat) “Kamu pintar sekali ngelawaknya.” (Berpindah posisi ke sebelah kiri
Arya) “Coba lihat temanku itu.” (menunjuk pada teman Reno)
Arya : (Melihat ke ujung jari telunjuk Rion, yang menunjuk Reno)
Reno : (Mengepalkan kedua tangannya, kedua kepalan tangannya saling di adukan dengan
keras, sambil juga memasang wajah tersenyum yang menyeramkan.)
Rion : “Dia sangat ingin memukul seseorang sore ini. Kau tahu, kan?”
Teman R.2 : “Sudahlah jangan bayak basa-basi lagi! Berikan saja uangnya!” Tegas teman Rion
yang lain)
Rion : “Nah, sekarang kau membuat temanku yang lain jadi tidak sabaran, kan. Jadi tunggu apa
lagi?” (kembali menyodorkan tangannya ke arah Rion)
Arya : (Arya mengorek kantong celananya dan memberikan uang yang dimilikinya.)
Rion : (Tersenyum, melirik pada uang yang diberikan Arya) “Makasih ya.”
Arya : “Setelah ini, kalian tidak akan menggangguku lagi, kan?”
Rion : “Tentu saja tidak.” (memberikan uang pada Reno)
Reno : “Kami cuma akan minta ini darimu.” (Mengibaskan uang ke wajah Arya) “Tenang saja.
Sebagai balasannya kami akan jadi temanmu. BTW, makasih ya.” (menepuk-nepuk
kepala Arya. Rion dan gengnya tertawa)
Arya : (Menetap ciut pada Rion dan gengnya yang tertawa.)

Scene 6 : /ket./
Lokasi : Depan WC putra
Properti : Pakai seragam sekolah
Adegan : Sang pahlawan muncul
Barhan dan Nehemia, datang dari arah Arya datang sebelumnya. Mendatangi Rion dan
gengnya dengan berani, dan mulai melancarakn aksi heroic mereka. Namun aneh, dimana Wiro?
Barhan : (Menepuk pundak Rion)
Nehemia : “Sudah cukup ya dramanya.” (berjalan kearah teman Reno lalu memegang bahunya)
Reno : “Eh.. eh.. eh.. ngapain kalian!”
Nehemia : “Kami mau bawa pulang teman kami.” (menepuk nenunjuk pada Arya) “Ayo!”
Rion : “Tunggu dulu dong, pembicaraan kami belum selesai!” (Rion menatap tajam pada
Nehemia dan Barhan sambil menahan mereka untuk tidak pergi.)
Barhan : “Kami tidak ingin ada keributan di sini. Jadi sebaikinya hentikan aksi kalian.
Sekarang!”
Rion : “Kamu siapa!! Anak baru kaya kamu gk usah ikut campur deh!.”
Barhan : “Apa yang kalian laukukan ini salah, kalian akan menyesal nanti.”
Reno : “BERISIK! Emang kamu siapa, berani mengatur-atur. HAH!?”
Reno mendekati Barhan, menarik kerah bajunya dan bermaksdu meninju wajahnya.
Barhan tidak melakukan apapun. Ia hanya diam dengan tenang, seperti tidak terlalu menanggapi
kepalan tangan yang hampir saja mendarat di wajahnya. Aksi kekerasan yang dilakukan Reno,
berhasil digagalkan oleh teriakan seorang guru yang datang dengan beberapa siswa OSIS.
Wiro : “ITU PAK, MEREKA DI SITU!” (teriak Wiro seambil sedikit berlari, menggiring
seorang guru BP)
Guru : “HEII RENO!! BERHENTI DI SITU!!!”
Reno : (menghentikan aksinya, menoleh ke belakang) “Gawat!”
Teman R.2 : “Ada guru BP, kabur kabur kabur!!!”
Rion dan gengnya pun memutuskan untuk lari meninggalkan Arya, Barhan dan Nehemia.
Namun mereka tidak dapat kabur karena dihadang dua anak OSIS di depan mereka. Sementara
itu guru BP mendatangi Arya, Barhan dan Nehemia di depan WC putra.
Guru : “Kalian gk apa-apa?”
Nehemia : “Tidak apa-apa, Pak.”
Guru : “Maaf ya, bapak datang terlambat.”
Nehemia “ Tidak masalah, Pak. Rencana kami berjalan lancer kok.”
Kedua anggota OSIS yang berhasil menangkap Rion dan gengnya membawa mereka ke
depan pak guru.
OSIS 1 : “Ini pak.”
Guru : “Jadi kalian yang suka malakin orang, kalian preman di sekolah ini ya!”
Rion dan gengnya : (Diam)
Guru : “Apa yang sudah kalian ambil dari mereka? Kembalikan!”
Rion : (Menenyenggol Reno dengan sikut)
Reno : (Mengambil uang dari kantongnya dan memberikannya pada Arya dengan kasar)
Guru : “Bawa mereka ke ruang guru!”
OSIS 1 : “Baik, Pak.”
OSIS 2 : “Baik, Pak.”
Pak Guru, dua anggota OSIS dan geng Rion berjalan menjauh dari WC putra.
Meningglakan Arya, Nehemia dan Wiro ditempat itu.
Wiro : “Untung saja Bapak BP datang tepat waktu. Dan lagi membawa anggota OSIS juga.”
Nehemia : “Yups, timeingnya tepat sekali. Kerja bagus Wiro” (Nehemia dan Wiro melakukan
kompak)
Tina : “Kalian semua, terima kasih sudah mau membantuku.” (Tersenyum)
Siska : “Tidak masalah.”
Wiro : “Sebenarnya ini semua ide Barhan. Dia yang tahu masalahmu dengan Rion, kami sih
hanya ikut-ikutan saja.”
Tina : (Menatap ke arah Barhan, agak takut-takut.) “Ee.. Barhan, terima kasih banyak.”
Barhan : “Kamu pikir terima kasih saja cukup, sesuai kesepakatan kamu harus membantuku
dalam tes minggu depan.”
Tina : “Emm.. jujur saja, aku tidak bisa membantumu untuk membuat contekan, tapi..”
Barhan : “Siapa bilang aku akan menyontek darimu.”
Tina : “Hah, maaf kupikir kau.. ingin minta contekan.”
Siska : “Makanya wajahmu jangan galak gitu, orang-orang jadi mengira kau itu oang jahat ,
tahu!”
Barhan : (Menatap sini pada Siska)
Wiro : “Yaaaa, intinya. Kami minta tolong ajari Barhan ya. Soalnya dia agak idiot.”
(Mereka tertawa)
Guru : “Anak-anak, ibu akan mengumunkan nilai tertinggi untuk tes bahasa Inggris kali ini.”
Guru : “Nilai tertinggi untuk tes bahasa Inggris kali ini adalah, Nurangga Barhan. Berikan
applause.” (terdengar suara tepuk tangan memenuhi ruang kelas.)
Terlihat Tina berjalan di lorong sekolah, lagi-lagi ia tak memperhatikan jalan. Ia berjalan
sambil membaca buku. Kali ini pun ia menyenggol Barhan.
Tina : “Ma.. maaf-maaf.” (Merapatkan tangannya, memohon)
Barhan : “Kau lagi, kau lagi. Berapa kali kubilang, Kalau jalan lihat-lihat dong!” (memasang
ekspresi marah)
Tina : “A.. ampun, Bar..”
Barhan : (Mendekati Tina)
Arya : (Mundur satu langkah kecil)
Barhan : (Menepuk pundak Tina) “Aku harusnya berterima kasih.”
Tina : “Hah?!”
Barhan : (Barhan menunjukan kertas nilainya.)
Tina : (Menegakkan tubuhnya yang semula memohon smabil membungkuk)
Tina : “Wah, selamat, Bar.”

The End:)

Anda mungkin juga menyukai