Diajukan Kepada :
dr. Yunie Wulandarri Sp.THT-KL
Disusun oleh :
Primanda Khoiro Utami
20164011087
Diagnosis
Otitis media Akut Stadium Hiperemis Auris Dextra
Diagnosis Banding
Otitis media Efusi
Terapi
Amoxyclaf 3x1
Ryvel Plus 2x1
Lameson 2x1
Edukasi
Hindari air masuk ke telinga ketika mandi
Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Nutrisi yang cukup dan seimbang untuk mencegah penyakit ISPA
Tidak mengorek telinga
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis
auditorius eksternus ( liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah
siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah
kanalis semisirkularis.
2. Kavum timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-
posterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm.
Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding
lateral, medial, anterior, dan posterior. Kavum timpani terdiri dari :
a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil),
inkus (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)
b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan
otot stapedius (muskulus stapedius).
c. Saraf korda timpani.
d. Saraf pleksus timpanikus.
Batas cavum timpani ;
Atas : tegmen timpani
Dasar : dinding vena jugularis dan promenensia styloid
Posterior : mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal
Anterior : dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani
Medial : dinding labirin
Lateral : membrana timpani
Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus,
dan stapes. Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui
artikulatio dan dilapisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut
menghubungkan membran timpani dengan foramen ovale, seingga suara
dapat ditransmisikan ke telinga dalam.
Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling
lateral. Malleus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di
epitimpanum, manubrium mallei yang melekat pada membran timpani dan
kollum mallei yang menghubungkan kapitullum mallei dengan manubrium
mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan krus longus. Sudut antara
krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial puncak krus
longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri
dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot
plate. Basis stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir
pada bidang horizontal.
Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :
M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2
cm, dan berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang
cavum timpani ke lateral dan menempel pada manubrium mallei
dekat kollum. Fungsinya untuk menarik manubrium mallei ke medial
sehingga membran timpani menjadi lebih tegang.
M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei
dipersarafi oleh cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai
proteksi terhadap foramen ovale dari getaran yang terlalu kuat.
3. Tuba eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.
bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang
menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa
panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari
telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba
terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).
Dalam skala vestibuli dan Skala Timpani terdapat cairan yang disebut
dengan cairan perilimfe. Cairan ini berasal dari cairan serebrospinal yang masuk
melalui sebuah saluran kecil, kemudian bermuara di vestibuli. Sedangkan dalam
skala media terdapat cairan yang disebut dengan endolimfe yang belum diketahui
darimana asalnya.
Pada Bagian atas membran basilaris terdapat suatu struktur khusus yang
dikenal dengan nama organ korti. Organ Korti berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Organ Korti adalah struktur yang disusun oleh sel-sel rambut dan
sel penyokong, sel rambut pada organ korti ini dihubungkan dengan bagian
auditori (pendengaran) dari saraf otak VIII.
2. Vestibuli
B. Definisi
Otitis media akut (OMA) adalah suatu peradangan akut pada telinga tengah
yang umunya terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Keadaan ini terjadi
akibat adanya gangguan pada sistem pertahanan (silia mukosa tuba Eustachius,
enzim dan antibodi) yang menghalangi masuknya mikroorganisme ke dalam
telinga tengah.
OMA lebih sering terjadi pada anak-anak yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti posisi dari tuba Eustachius yang cenderung lebih horizontal, pendek
dan lebar.Berbeda dengan tuba Eustachius pada orang dewasa, dimana posisinya
lebih tinggi dibanding anak-anak dan lebih panjang.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kecenderungan anak-anak terhadap
penyakit infeksi saluran napas bagian atas (ISPA), dimana semakin sering anak
menderita ISPA maka kemungkinannya untuk terkena OMA semakin besar.
C. Etiologi
Bakteri piogenik seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus dan
Pnemokokus merupakan penyebab utama terjadinya OMA. Mikroorganisme lain
yang juga dapat menyebabkan OMA antara lain Hemofilus influenza, Escherichia
colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas
aurugenosa. Pada anak balita penyebab utama terjadinya OMA adalah Hemofilus
influenza. Hal ini berhubungan dengan infeksi pada saluran pernapasan atas
(ISPA) pada anak.
D. Patofsiologi
Patofisiologi dari OMA dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari
mukosa telinga tengah yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi
yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi,
kekebalan tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab
terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba
pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum
berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih
mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga
kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba eustachius
sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusanya adalah infeksi
saluran nafas atas. Infeksi saluran nafas bagian atas menyebabkan penyumbatan
pada tuba eustachius sehingga terjadi gangguan ventilasi tuba yang menyebabkan
terjadinya tekanan negative pada telinga tengah akibat absorpsi udara oleh
mukosa telinga tengah, yang menyebabkan retraksi dari membran timpani lalu
terjadi pula respon inflamasi yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di
membrane timpani, protein plasma keluar dan terkumpulnya cairan yang
menyebabkan efusi serta edema dan selanjutnya bila fungsi tuba tetap terganggu
dan adanya infiltrasi kuman pathogen dari nasofaring dan rongga hidung akan
menimbulkan supurasi. Akumulasi cairan yang terus menerus menyebabkan
membrane timpani menonjol lama kelamaan membrane timpani bisa perforasi.
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya sekret eksudat yang purulen di cavum
timpani menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) ke arah liang
telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di
cavum timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia akibat tekanan pada
kapiler-kapiler, kemudian timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil serta
nekrosis pada mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane
timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan
atau yellow spot. Di tempat ini akan terjadi rupture.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani
dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar, secret yang
keluar terlihat seperti berdenyut. Anak-anak yang tadinya gelisah sekarang
menjadi tenang, suhu badan turun dan anak-anak dapat tidur nyenyak.
5. Stadium Resolusi
Stadium terakhir dari OMA. Bila membrane timpani tetap utuh maka
keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali bila
sudah terjadi perforasi, kemudian secret akan berkurang dan akhirnya
kering. Pendengaran kembali normal. Bila daya tahan tubuh baik atau
virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. Otitis media akut dapat menimbulkan gejala sisa (sequele)
berupa otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa
terjadinya perforasi. Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan
berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini
berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar
secara terus-menerus atau hilang timbul.
F. Diagnosis
Kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu:
1 Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2 Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda
berikut, seperti menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas
atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di
belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3 Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan
dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau
erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang
mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang cermat. Gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung pada stadium
dan usia pasien. Pada umunya anak-anak dengan OMA mengeluhkan rasa nyeri
pada telinga dan disertai adanya demam. Biasanya terdapat riwayat infeksi saluran
napas atas sebelumnya. Keluhan yang dirasakan oleh orang dewasa dapat berupa
nyeri telinga, gangguan pendengaran dan terasa penuh pada telinga. Gejala sulit
tidur, diare, demam tinggi, gelisah, dan sering memegang telinga adalah gejala
khas yang dapat ditemukan pada bayi dengan OMA.
Otitis media akut dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik. Beberapa teknik
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan otoskop, otoskop
pneumatik, timpanometri, dan timpanosintesis. Dengan menggunakan otoskop
dapat dilihat adanya perubahan warna pada membran timpani, penonjolan
(bulging) membran timpani dan sekret yang berada di liang telinga. Apabila
diperlukan konfirmasi dari hasil pemeriksaan otoskop, maka dilakukan
pemeriksaan dengan otoskop pneumatik. Otoskop pneumatik dapat digunakan
untuk menilai gerakan membran timpani. Selain dengan menggunakan otoskop
pneumatik, timpanometri juga dapat digunakan untuk menilai secara objektif
pergerakan membran timpani.
G. Diagnosis Banding
1. Otitis eksterna
2. Otitis media efusi
3. Eksaserbasi akut otitis media kronik
4. Infeksi saluran napas atas
OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat
menyerupai OMA. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan
tanda yang ada pada OMA dan otitis media dengan efusi. Efusi telinga
tengah dapat menimbulkan gangguan pendengaran dengan 0-50 decibels
hearing loss.
H. Penatalaksanaan
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya :
1. Stadium oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan
negative di telinga tengah hilang dengan diberikan : Obat tetes hidung HCL
efedrin 0.5% dalam larutan fisiologis (anak<12 tahun) atau HCL efedrin 1 %
dalam larutan fisiologis untuk anak di atas 12 tahun atau dewasa. Mengobati
sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila penyebabnya kuman.
2. Stadium hiperemis (presupurasi)
Antibiotic (golongan penisilin atau ampisilin) selama 7 hari
Obat tetes hidung (decongestan)
Analgesic / antipiretic
3. Stadium supurasi
Diberikan dekongestan, antibiotika, analgetik/antipiretik.
Pasien harus dilakukan mirongotomi bila membrane timpani masih utuh
sehingga gejala-gejala klinis cepat hilang dan rupture (perforasi) dapat
dihindari.
Dapat dilakukan parasentesis. Parasintesis merupakan punksi pada
membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan
mikrobiologik (dengan semprit dan jarum khusus).
4. Stadium perforasi
Diberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O3 3% selama 3-5 hari
Antibiotika yang adekuat sampai 3 minggu.
Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-
10 hari.
5. Stadium resolusi
Antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila tidak ada perbaikan
membrane timpani, secret dan perforasi
Dari hasi anamesis didapatkan nyeri yang dapat disebabkan reaksi radang
pada telinga tengah. Infeksi pada telinga tengah dengan tanda dan gejala lokal
maupun sistemik yang disebabkan oleh ganguan pertahanan tubuh pada silia
mukosa tuba eustachius (sumber utama) dan antibodi. Mikroba dari nasofaring
dan faring dapat masuk ke telinga tengah menimbulkang radang. Infeksi saluran
nafas atas dapat juga menjadi faktor pencetus.
Pasien diberikan amoxyclaf 3x1, Ryvel plus 2x1, dan lameson 2x1.
Amoxyclav adalah antibakteri kombinasi oral yang terdiri antibiotika, semisintetik
amoksisilina dan penghambat beta-laktamase, kalium klavulanat (garam kalium
dari asam klavulanat). Amoksisilina adalah antibiotik semisintetik dengan
spektrum aktivitas antibakteri luas yang mempunyai efek bakterisidal terhadap
berbagai macam bakteri gram-positif dan gram negatif. Asam klavulanat adalah
suatu beta-laktam, yang struktur kimianya mirip dengan golongan pinisilin,
mempunyai kemampuan menghambat aktivitas berbagai enzim beta-laktamase
yang sering ditemukan pada berbagai mikroorganisme yang resisten terhadap
golongan pinisilin dan sefalosporin.. Ryvel plus adalah obat yang digunakan
untuk pengobatan simtomatik hidung tersumbat, bersin-bersin, rhinorrhea, gatal
pada mata atau hidung, rhinitis alergi musiman dan rhinitis alergi perennial. Ryvel
Plus mengandung Cetirizine, obat antihistamin generasi kedua yang merupakan
antagonis kuat dan sangat selektif terhadap histamin perifer H1-reseptor,
dikombinasikan dengan pseudoephedrine, obat yang digunakan sebagai nasal
dekongestan. Sedangkan lameson merupakan obat yang digunakan sebagai anti
alergi, imunosupresan, anti syok dan anti inflamasi. Lameson mengandung
Methylprednisolone, obat yang termasuk jenis obat steroid jenis glukokortikoid
sintetis.
Kesimpulan
OMA merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius,antrum mastoid, dan sel-sel mastoid kurang dari 3
minggu. Penyebab utama terjadinya OMA ini adalah karena masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah yang seharusnya steril, dikarenakan oleh mekanisme
pertahanan tubuh (seperti silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody)
terganggu. Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti
Streptokokus hemolitikus, stafilokokus aeureus, pneumokokus. Kadang – kadang
ditemukan juga Haemofilus influenza, E.coli, Streptococus anhemolitikus, proteus
vulgaris, dan pseudomonas aeruginosa. Gejala klinik otitis media akut tergantung
pada stadium penyakit dan umur pasien. Keluhan yang biasanya timbul adalah
otalgia, otorea, pendengaran berkurang, rasa penuh di telinga, demam. OMA
terdiri dari 5 satdium yaitu : stadium oklusi tuba, stadium hiperemis atau pre
supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi, stadium resolusi. Terapi yang
dilaksanakan pun sesuai dengan stadium penyakitnya. Sebelum adanya
antibiotika, otitis media akut dapat menimbulkan komplikasi mulai dari
mastoiditis, kolesteatom, abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, George L, Lawrence R.Boies, dan Peter A.Higler.
Embriologi Anatomi dan Fisiologi Telinga dan Penyakit Telinga
Tengah dan Mastoid.BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.1997
2. Broek P., F. Debruyne, L. Feenstra, H.A.M. Marres. Buku Saku Ilmu
Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga Edisi 12. Jakarta: Penerbit
Buku EGC. 2009.
3. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Media
Aesculapius FKUI. 2014.
4. Prof. dr. Soepardi E. A, dkk. 2010. Buku ajar ilmu kesehatan THT. Edisi
VI. Fakultas kedokteran UI. Jakarta
5. Sosialisman & Helmi. 2006 Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H.
Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT
(editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.