Anda di halaman 1dari 6

Modernisasi akan melahirkan dampak positif perubahan tata nilai dan sikap, mengganti cara berpikir

masyarakat yang irasional menjadi rasional, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat
kehidupan yang lebih baik dengan indutrialisasi maju.

Dibalik semua kemajuan modernisme tersebut, menyimpan segudang permasalahan yang


membahayakan. Paling tidak, pertama: rasionalisme dengan beberapa aspek negativnya dan positivnya.
Yang dimaksud rasionalisme merupakan kepercayaan pada kekuatan rasio, dengan kata lain menuntut
agar semua claim dan wewenang dipertanggungjawabkan secara argumentative. Dengan demikian
maka konsekwensi logisnya secara berangsur akan menolak tradisi, dan dogma agama sekalipun, hingga
pada akhirnya memunculkan sekulerisme dan menurunkan peran wahyu tuhan dari singgasananya.[9]

Kedua: memunculkan pola hidup konsumtif. Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan
semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu
masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan
kebutuhan masing–masing. Bahkan sampai dalam kondisi terparah, ekspoitasi alam besar-besaran.

Ketiga: gaya hidup kebarat-baratan. Padahal tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia misalkan. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat
kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.

Keempat: kesenjangan sosial. Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu
yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan
jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses
modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan
lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.

Kelima: sikap individualistik. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial. Terlihat jelas imbas revolusi industry dengan merubah bantuan tangan manusia
digantikan dengan kinerja mesin, maka mengakibatkan pola intraksi sosial kian manyempit.

Keenam: kriminalitas. Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa
kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang
konsumtif.
Dari berbagai permasalahan era modern yang telah dipaparkan di atas, sudah seyogyanya Islam dengan
al-Qurannya harus mampu memberikan solusi, yang bisa menetralisir resiko negative yang
membersamai modernisasi, namun juga sekaligus harus meningkatkan dan memelihara aspek positive
yang dimiliki modernisasi.

Modernitas muncul satu diantaranya adalah karena tingkat daya berfikir dan produk kreativitas akal
manusia mencapai kemajuan yang pesat, sehingga menumbuhkan penemuan tehnologi maju. Rumusan
tersebut sudah ada dalam Al-Quran sebagaimana berikut:

a.Rasionalitas dalam Al-Quran

Akal dalam Al-Qur’an berasal dari kata ‘aqala, yang secara bahasa berarti menahan dan menawan. Al
‘Aqil yaituseorang yang melaksanakan aktivistas akalnya, secara etis dimaksudkan dengan orang
menahan dan mengekang atau mengikat hawa nafsunya.[26] Musa Asy’arie mengatakan “secata
terminology al-‘aql diartikan sebagai suatu potensi rohaniah untuk membedakan mana yang hak dan
mana yang bathil”.[27] Maka al-‘aql juga bisa diartikan intelectus atau nous dan dengan demikian di
dalamnya termasuk rasio dan pemikiran.[28]

Kata ‘aql dalam bentuk fi’il (kata kerja) disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 49 kali. ‘aqala
disebutkansekali, ya’qilu sekali, na’qiluun disebutkan hanya sekali, ya’qiluun disebutkan sebanyak 22
kali, ta’qiluu disebutkan sebanyak 24 kali (Q.S. 22:46, 50:37).

Al Ghazali mendefinisikan akal sebagai berikut:

1.Akal adalah sifat yang membedakan manusia dengan hewan.

2.Hakekat akal adalah ilmu pengetahuan yang dapat membedakan baik buruk.

3.Akal adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dan percobaan observasi.

4.Akal adalah kekuatan gharizah atau tabiat untuk mengetahui akibat dari segala sesuatu dan mencegah
nafsu serta menundukkannya.[29]

Dengan ini maka jelaslah sudah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an menempatkan akal pada posisi sangat
penting yang dimiliki manusia. Ia adalah sumber daya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.[30] Maka
Al-Qur’an begitu mendukung terhadap kemajuan dan perkembangan modernitas jaman. Bahkan tidak
jarang Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan modern. Al-Qur’an memerintahkan
kepada manusia untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan bumi dengan kemampuan daya
pikirnya, akal (Q.S. 3: 190-191).

Adanya kesatuan antara pikiran tentang alam sekitar yang berpusat di kepala dan menghayati serta
mengingat kekuasaan Tuhan yang berpusat pada qalbu yang ada di dada, dapatlah kiranyadisebut
sebagai aktivitas kesatuan akal.[31] Kesatuan otak dan hati inilah rasionalitas Islam yang tertuang di
dalam Al-Qur’an. Hati yang mengingat (Q.S. 22:46) dan pikiran yang berfikir (Q.S. 3: 190-191).

b.Al-Qur’an dan Sains Teknologi

Manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya mampun untuk memanfaatkan lingkungan sekitarnya
untuk sarana bantu dalam mewujudkan tugas dan tagung jawabnya di muka bumi (Q.S. 2:22). Untuk
semua, Allah telah merumuskan bagaimana cara memanfaatkan alam dengan menurunkan Al-Quran ke
muka bumi.

Al-Quran mengarahkan manusia agar mengembangkan Sains untuk mengetahui sifat dan tingkah laku
alam sekitarnya pada kondisi tertentu, dan dengan penguasaan Sains ini manusia dapat membuat
kondisi yang sedemikian rupa hingga alam bereaksi, yang mengarahkan pada hasil menguntungkannya,
manusia menciptakan teknologi.

Dengan Sains dan Teknologilah manusia memanfaatkan serta melestarikan alam sekelilingnya, mencari
ketetapan hukum alam yang dibuat oleh Allah, dengan ini manusia bisa berkomuniskasi dengan
Tuhannya melalui pamahaman terhadap sunah-sunah alam semesta (Q.S. 6:165, 10:101, 77:17-20).
Maka sudah seharusnyalah kaum muslimin mendekatkan diri dengan Al-Quran kalau hendak menguasai
bumi ini.

Bagaimanapun jangan sampai lupa bahwa al Quran bukan Kitab Suci Sains Eksperimental[32] dan jika ia
menerangkan beberapa fenomena alam ini, itu dikarenakan beberapa alasan,[33] pertama, studi akan
fenomena alam dan keajaibannya akan memperkuat keimanan kepada sang Pencipta. Kedua, studi akan
fenomena alam dan keajaibannya akan menciptakan daya syukur dan pemanfaatan alam lebih optimal.

VII.AL-QUR’AN SOLUSI DAMPAK NEGATIVE MODERNITAS

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dibalik semua kemajuan modernisasi,
menyimpan segudang permasalahan yang membahayakan, baik berbau ideology maupun yang
berbentuk material. Empat belas abad yang lalu Al-Qur’an sudah memprediksi dan sekaligus memberi
solusi cerdas formula ampuh yang mampu menyelesaikan permasalahan realistis yang terjadi di era
modern sekarang ini. Beberapa permasalahan modern yang mencuat adalah sebagai berikut.

a.Gersang dari Spiritualitas

Al-Qur’an tidak menyuruh manusia untuk memusuhi dunia, tidak pula menghabiskan waktu semata-
mata hanya untuk ritus ibadah saja kepada Allah. Al-Qur’an juga tidak ambisius pada pencapaian dunia
secara total dan penumpukan material harta sebanyak-banyaknya dan lupa pada Tuhannya. Namun,
keunikan Al-Qur’an adalah terletak pada keseimbangan dan keadilan dalam segala hal, antara akal dan
hati, antara dunia dan akhirat, serta antara menerima dan memberi.

Sederhananya Al-Qur’an berpesan kepada manusia untuk hidup proporsional, perhatikanlah kebutuhan
rohani dan materi. Sebagaimana dalam Q.S. 57:27, 22:46, 91:7-10, 89:27, 2:138, 30:17-18, 32:35, 3:190-
191, 50:6-11 dan masih banyak ayat Al-Qur’an yang memberikan pengingatan kepada manusia modern
akan hal ini.

Motodologi ilmu pengetahuan empirisme yang telah menggeser sedikit demi sedikit terhadap
pemahaman metafisik, bahkan menurunkan agama dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga dengan ini
manusia meninggalkan aturan dan kepercayaan terhadap Tuhan, padahal di sisi lain sebagaimana yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa manusia bukanlah makhluk material semata, namun juga makhluk
ruh dan jasad.

b.Pola Hidup Konsumtif

Qarun yang diceritakan dalam Al-Qur’an mengingatkan manusia akan sosok makhluk penuh gelimang
harta, namun sayangnya memiliki paradigma yang salah dalam kehidupan dunia, ia mengira dunia tidak
lain penumpukan harta dan tidak ada kaitannya dengan kekuasaan Tuhan (Q.S. 88: 81).

Al-Qur’an memperbolehkan manusia untuk bersenang-senang, namun harus sesuai dengan


kebutuhannya, baik makan-minum, berpakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya, dengan catatan
tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir (Q.S. 7: 31-32 dan ayat 157, 23:51, 2: 172).

Disamping lain Al-Qur’an juga menuntut manusia untuk bekerja keras dalam hidup dan memberi
peringatan kepada orang-orang pemalas (Q.S. 67: 15). Termasuk banyak ibadah dalam Al-Qur’an yang
memerlukan harta benda (Q.S. 22:27-28). Dari sini jelaslah sudah bahwa Al-Qur’an memberikan para
digma yang bertolak belakang dengan pengaruh modernism berupa ekspoloitasi dan mengurah alam
besar basaran, tampa mengindahkan penghematan dan asas standat kebutuhan. Al-Qur’an melarang
membelanjakan harta yang semata-mata untuk kesenangan sehingga manusia benar-benar tergiur dan
keranjingan untuk menguasai dan menumpuk harta karena adanya anggapan harta bisa mewujudkan
segalanya (Q.S. 3:14, 57:20).

c.Weternisasi

Al-Qur’an merupakan kebutuhan pokok dalam mengatur komunikasi manusia, yaitu komunikasi dengan
Tuhannya, diri sendiri dan masyarakat. Sebuah masyarakat bahkan individu memiliki budaya dan tradisi
masing-masing, setiap satu sama lain terdapat persamaan dan perbedaannya. Fungsi keberadaan Al-
Qur’an salah satu diantaranya adalah menyusun konsep tentang keneragaran, pedoman berperilaku
yang luhur, dan aturan moral mayarakat, yang kesemuanya itu dalam rangka merealisasikan kebenaran.

Oleh karena itu maka Al-Qur’an mengharapkan kepada setiap mukmin memiliki kepribadian yang
menomor satukan kepentingan ketaatan kepada Tuhan dan mengutamakan kepentingan umum (Q.S.
50:13-14). Semua bentuk pengaruh budaya luar yang bisa memberikan kerusakan dan tidak sejalan
terhadap nilai kebanaran Tuhan hendaklah dijauhkan, hanya dengan cara demikianlah dunia ini mampu
mempertahankan nilai kebenaran dan tidak tercabik dengan arus moderniasi global yang terkadang
memiliki pengaruh membahayakan (Q.S. 28:77).

d.Kesenjangan Sosial dan Sikap Individualistic

Keberadaan Al-Qur’an di muka bumi ini bukan hanya untuk kaum muslimin semata, namun nilai
pengaruhnya untuk segenap alam semesta (Q.S. 27:76-77, 21:107, 17:9). Kesemua manusia dihadapan
Al-Qur’an dalah sama-sama berhak untuk mendapatkan pelayanan perbuatan kebaikan. Kebaikan yang
menyeluruh dalam konsep Al-Qur’an akan bisa diterapkan dengan menghilangkan sifat “keakuan”
(egoistis) hingga selalu mencapai kebahagiaan bagi segenap umat manusia (Q.S. 49:13). Dengan
mendekatkan diri pada prinsip-prinsip Al-Qur’an manusia akan berada pada jalur rel yang aman,
nyaman, saling tolong–menolong dan mencapai kesejahteraan antar sesama.

e.Kriminalitas

Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah merupakan sumber hukum yang mampu membentuk stabilitas
kemanan (Q.S 26:192), bahkan menginspirasi untuk terbentuknya undang-undang beberapa Negara di
belahan dunia. Dalam hukum perundang-undangan yang ada di dalam Al-Qur’an meletakkan asas
hukum pada prinsip keadilan, dan tidak mentolerir segala bentuk tindak kriminalitas (Q.S. 16:90, 3:159,
42:38, 49:13).

Al-Qur’an juga menjelaskan hubungan antar sesama manusia muslim dan non muslim agar selalu
menekankan terwujudnya perdamaian (Q.S. 2:109, 8:61,60:8-9 dan 16:91). Bagaimana guna
mewujudkan kedamaian tersebut sudah terangkum dalam syariat Islam amplikatif.[34] Tidak heran
kalau dalam ibadah haruslah memiliki pengaruh dalam membentuk kesolehan social, sebagaimana solat
mencegah dari perbuatan keji dan munkar, puasa dalam menciptakan kepedulian membantu orang
miskin, dan lain sebagainya. Yang pada puncaknya kesempurnaan manusia tertinggi adalah yang paling
banyak memberikan manfaat bagi orang lain, dan dalam itulah Rasulullah diutus untuk
menyempurnakan akhlak, hingga bentuk kriminalitas yang ada di muka bumi ini sirna dengan adanya
kebaikan antar sesama manusia, itu bisa di wujudkan hanya dengan membumikan Al-Qur’an.

Berdasarkan dari Al-Qur’an sendiri yang berbicara, ia mendukung terhadap kemajuan modernitas dan
sekaligus memberikan solusi dari perluang kerusakan yang mamungkinkan muncul akibat modernitas
tersebut. Al-Quran mengingatkan dan menekanan bahwasannya pada tingkat tertentu manusia
senantiasa terancam oleh resiko dari setiap apapun yang ia lakukan tidak terkecuali modernisasi. Al-
Quran hadir sebagai ide modernisasi dan solusi modernitas, hingga pada akhirnya inilah Al-Qur’an untuk
manusia abad 21.

Anda mungkin juga menyukai