Oleh :
• Muhammad Garin M. (20171022031040)
• Rohmin Hidayanti (20171022031119)
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG
BAB I
PENDAHULUAN
• Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut:
• Mengimplementasikan kompetensi dasar dalam bentuk keterlibatan langsung dalam kegiatan
diperusahaan.
• Memenuhi persyaratan dalam menempuh pendidikan Strata 1 di Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pangan Fakultas Pertanian Peternekan Universitas Muhammadiyah Malang.
• Membangun jiwa kerja mahasiswa dengan langsun merasakan kultur yang ada di
perusahaan.
• Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
• Mengetahui dan memahami metode produksi, pengawasan mutu, serta sanitasi pada bahan
pangan di PT. Sasa Inti Gending Probolinggo.
• Mengamati dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kandungan gizi yang memenuhi
standart produksi dalam bahan pangan di PT. Sasa Inti Gending Probolinggo.
•
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station Jerman oleh
Hennerberg dan Stokmann. Analisis ini sering juga dikenal dengan analisis WEENDE. Analisis
proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia
dan fungsinya yaitu : air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether
extract), dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract) (Suparjo, 2010). Analisis
proksimat memiliki beberapa keunggulan yakni merupakan metode umum yang digunakan untuk
mengetahui komposisi kimia suatu bahan pangan, tidak membutuhkan teknologi yang canggih
dalam pengujiannya, menghasilkan hasil analisis secara garis besar, dapat menghitung nilai total
digestible nutrient (TDN) dan dapat memberikan penilaian secara umum pemanfaatan dari suatu
bahan pangan (Suparjo, 2010).
Analisis proksimat juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya tidak dapat
menghasilkan kadar dari suatu komposisi kimia secara tepat, tidak dapat menjelaskan tentang
daya cerna serta testur dari suatu bahan pangan (Suparjo, 2010). Kontribusi energi dari lemak
sebaiknya sekitar 35% pada anak usia 1-3 tahun, 30% pada usia 4-18 tahun dan 25% pada orang
dewasa. Perbaikan menu dengan komposisi energi asam lemak ini sangat penting agar upaya
pencegahan penyakit kronik degeneratif sedini mungkin dapat tercapai (WHO, 2008).
2.2 Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi kondenset
polimer-polimernya yang terbentuk. Berbagai analisa dilakukan terhadap karbohidrat, dalam
ilmu dan teknologi pangan analisa karbohidrat yang biasanya dilakukan misalnya penentuan
jumlah secara kuantitatif dalam menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat
fisis atau kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas
larutan dan tekstur hasil olahannya (Budianto, 2009).
Karbohidrat merupakan sumber kalori atau makronutrien utama bagi organisme
heterotroph, jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 kal (kkal).
Karbohidrat juga memiliki peranan penting dalam menentukan karateristik bahan makanan,
misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh karbohidrat berguna untuk
mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat banyak terdapat dalam
bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat
molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Pada umumnya karbohidrat dapat
dikelompokan menjadi monosakarida, oligosakarida, serta polisakarida. Monosakarida
merupakan molekul yang dapat terdiri dari lima atau enam atom C, sedangkan oligosakarida
merupakan polimer dari 2-10 monosakarida, dan pada umumnya polisakarida 24 merupakan
polimer yang terdiri lebih dari monomer monosakarida (Winarno, 1992).
Metode yang digunakan dalam menentukan karbohidrat yaitu salah satunya metode Luff
Shrool. Pada penentuan gula cara Luff Schroll, yang ditentukan bukannya kuprooksida yang
mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan
gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel).
Penentuannya dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi
sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula
reduksi yang ada dalam bahan/larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini
mula-mula kuprioksida yang ada didalam reagen akan membebaskan iod dari garam K-iodida.
Banyak iod yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida. Banyaknya iod dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup
maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi putih
menandakan titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih berarti titrasi sudah
selesai. Selisih dari titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan table yang
menggabarkan hubungan antara banyaknya Na-tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi. Reaksi
yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
R-COH + CuO → CuO2 + R-COOH
H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4
2CuI2 → Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI
I2 + amilum : biru
(Sudarmadji, 2010).
2.3. Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti pertama atau utama. Protein
merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel. Protein
menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi antar sel serta
sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas
penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi, dan enzim (Fatchiyah dkk,
2011). Protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen yang diyakini sebagai faktor
penting untuk fungsi tubuh, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa protein (Muchtadi,
2010). Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino yang dihubungkan
oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan berbagai panjang dari dua asam amino
(dipeptida), 4-10 peptida (oligopeptida), dan lebih dari 10 asam amino (polipeptida) (Gandy dkk,
2014). Tiap jenis protein mempunyai perbedaan jumlah dan distribusi jenis asam amino
penyusunnya. Berdasarkan susunan atomnya, protein mengandung 50-55% atom karbon (C), 20-
23% atom oksigen (O), 12-19% atom nitrogen (N), 6-7% atom hidrogen (H), dan 0,2-0,3% atom
sulfur (S) (Estiasih, 2016).
Penentuan kadar protein dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu metode lowry,
metode biuret, dan salah satunya metode kjeldahl. Metode ini adalah metode yang paling sering
digunakan dalam analisis kadar protein dengan cara menentukan jumlah N (nitrogen) total untuk
mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara kjeldhal
disebut juga kadar protein kasar atau crude protein. Dasar perhitungan penentuan protein
menurut kjeldhal adalah hasil penelitian dan pengamatan yang menyatakan bahwa umumnya
protein alamiah mengandung unsur N rata-rata 16% (dalam protein murni), untuk senyawa-
senyawa protein tertentu yang telah diketahui kadar unsur N-nya, maka angka yang lebih tepat
dapat dipakai. Apabila jumlah unsur N dalam bahan diketahui maka jumlah protein dapat
diperhitungkan dengan:
atau
Untuk campuran senyawa-senyawa protein atau belum diketahui komposisi unsur-unsur
penyusunnya secara pasti, maka faktor perkalian 6,25 yang dipakai.
Metode kjeldahl memiliki tiga tahapan yaitu :
1. Tahap Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi
menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO 2 dan H2O.
Sedangkan nitrogen akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi
sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning
menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Protein yang kaya akan asam amino
histidin dan triptophan umumnya memerlukan waktu yang lama dan sukar dalam
destruksinya sehingga memerlukan katalisator yang relatif lebih banyak.
Ammonium sulfat yang terbentuk dapat mengadakan reaksi dengan mercuri oksida
membentuk senyawa kompleks. Apabila dalam destruksi menggunakan Hg sebagai
katalisator maka sebelum proses destilasi Hg harus diendapkan lebih dahulu dengan K 2S
atau dengan thiosulfat agar senyawa kompleks mercuri-amonia pecah menjadi amonium
sulfat. Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.
Selama destruksi akan terjadi reaksi sebagai berikut :
HgO + H2SO4 HgSO4 + H2O
2HgSO4 Hg2SO4 + SO2 + 2On
Hg2SO4 + 2H2SO2 2HgSO4 + 2H2O + SO2
[CHON] + On + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4
1. Tahap Destilasi
Pada tahap ini amonium sulfat dipecah menjadi amonia ( NH3) dengan penambahan
NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi tidak terjadi superheating maka
dapat ditambahkan logam zink. Amonia yang dibebaskan akan ditangkap oleh larutan asam
standar biasanya menggunakan HCl atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan.
Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya
BCG+MR atau PP.
1. Tahap Titrasi
Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah mudan dan
tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP. Selisih jumlah titrasi blanko
dan sampel merupakan jumlah equivalen nitrogen. Reaksi yang terjadi pada tahap ini
adalah :
Pada tahap titrasi dapat menggunakan rumus berikut ini:
%N = %
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Tabel 1. Rancangan Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang di PT. Sasa Inti Gending
Probolinggo
Hari Ke- Minggu ke-
Kegiatan
1 I II III IV
1 Perkenalan
2-3 Mengetahui tata letak dan fasilitas
perusahaan PT. Sasa Inti Gending
Probolinggo
4-6 Mengetahui sejarah berdiri dan struktur
organisasi PT. Sasa Inti Gending
Probolinggo
7-8 Mengetahui mesin dan peralatan yang
digunakan dalam proses produksi dan
sanitasi bahan pangan
9-16 Proses Produksi
17-24 Proses Sanitasi
25-29 Pengurusan Laporan
30-31 Menyelesaikan tugas akhir
3.4 Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilaksanakan dengan mengumpulkan teori-teori dari berbagai sumber-
sumber pustaka ilmiah baik pustaka primer (jurnal ilmiah maupun jurnal data) maupun pustaka
sekunder (text book) yang disesuaikan dengan proses produksi, sanitasi, pengawasan mutu dan
membandingkannya dengan kondisi permasalahan dari hasil pengamatan di lapang.
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT. Sasa Inti Gending Probolinggo. Semoga terjalin hubungan kerjasama
yang baik antara kami selaku mahasiswa sebagai civitas akademika dengan instansi terkait
sehingga kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan
diperoleh hasil yang maksimal baik bagi peserta PKL maupun instansi atau perusahaan yang
bersangkutan. Masih banyak kekurangan yang tidak dapat kami hindari untuk itu kami mohon
maaf dan mohon dapat dimaklumi.
Akhir kata, hanya dengan ridlo Allah SWT dan partisipasi dari semua pihaklah sehingga
Praktek Kerja Lapang ini dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Atas segala kesempatan,
bantuan, dan bimbingan yang diberikan Bapak/Ibu kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA