Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS TEKNIK DAN PROSEDUR ASESMEN AUTENTIK DAN ASESMEN

ALTERNATIF DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Asesmen & Evaluasi Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

Disusun oleh:
1. Eriska Novita Sari (18725251007)
2. Lely Nurhidayah (19725251010)
3. Siti Ainun Jariah (19725251016)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Pengertian Asesmen Autentik dan Asesmen Alternatif...........................4
B. Karakteristik Asesmen Autentik dan Asesmen Alternatif.......................11
C. Teknik dan Prosedur Asesmen Autentik...................................................13
D. Jenis Asesmen Autentik...............................................................................26

BAB III PENUTUP..................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu pilar penting dalam pendidikan
dan pembelajaran yang akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran siswa.
Pada kurikulum 2013 tidak hanya menuntut perubahan dalam proses pembelajaran
tetapi juga dalam proses penilaian. Hal ini menjadi pertanyaan bagi sebagian pendidik
yang merasa kebingungan dalam proses pembelajaran dan penilaian. Penilaian seperti
apa yang dapat mencakup beberapa aspek yang dapat memberikan gambaran utuh
mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan bagaimana para siswa menjalani
kehidupan sehari-hari serta mengaitkan dengan apa yang mereka pelajari di sekolah
juga bagaimana format untuk mencakup semua aspek tersebut.
Suatu lembaga dalam melakukan proses pembelajaran menggunakan standar
suatu kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pihak
lembaga. Kurikulum bertujuan sebagai salah satu aktivitas pembelajaran untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Serangkaian proses yang terjadi tersebut
memiliki hubungan yang saling berkaitan antara kurikulum dalam suatu pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa, pengukuran dalam kegiatan pembelajaran, penilaian yang
dilakukan menggunakan instrumen tertentu serta evaluasi yang seperti apa untuk
menyatakan bahwa suatu pembelajaran tersebut telah berhasil dicapai, terutamadalam
mata pelajaran biologi yang pada hakikatnya merupakan salah satu kajian ilmu sains
yang selalu dikaji oleh para peneliti baik dibidang keilmuan biologi maupun
dibidang pendidikan.
Penilaian atau asesmen dalam pendidikan didasarkan pada pengetahuan
tentang belajar dan bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran yang
sudah diajarkan. Penilaian juga harus bersifat menyeluruh dari berbagai aspek.
Asesmen digolongkan menjadi 2 yaitu berdasarkan ragam jenisnya dan bentuk alat
ukur (Subali, 2019). Asesmen berdasarkan ragam jenisnya digolongkan kembali
menjadi 4 yaitu asesmen penempatan, formatif, sumatif dan konfirmatori. Sedangkan
asesmen berdasarkan bentuk alat ukur digolongkan menjadi 2 yaitu asesmen
tradisional/konvensional dan asesmen alternatif/autentik.
Menurut Doran, dkk. (2002) arti atau maksud dari kata ”alternatif” dalam
konteks atau kaitannya dengan asesmen alternatif adalah beberapa alat yang
1
merupakan format asesmen yang bersifat non tradisional, biasanya menuntut
konstruksi dari siswa, demonstrasi, atau unjuk kerja (performance). Lebih lanjut
dikatakan format asesman alternatif lebih difokuskan dan dipusatkan kepada siswa
dan bersifat autentik. Asesmen alternatif lebih memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menghasilkan berbagai solusi dari suatu masalah, selain itu juga
mengoreksi dan menjawab yang benar. Asesmen alternatif merupakan asasemen yang
tidak hanya tergantung pada tes tertulis seperti halnya asesmen tradisional. Pada
dasarnya asasemen alternatif merupakan alternatif dari asasemen tradisional (paper
and pencil test). Sehingga secara sederhana dapat disimpulkan bentuk asesmen seperti
performance assessment, portofolio assessment, achievement assessment dan
authentic assessment merupakan kelompok asesmen alternatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Zamroni (2004) mengemukakan bahwa
evaluasi dapat meningkatkan kualitas pendidikan apabila memenuhi kriteria berikut:
memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa, mendorong aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran mereka sendiri, umpan balik bagi guru untuk melakukan
penyesuaian dalam melaksanakan pembelajaran, memahami pengaruh evaluasi
terhadap motivasi siswa dan kepercayaan diri mereka dan alat bagi siswa untuk
melakukan monitoring dan koreksi diri mereka sendiri. Dengan demikian apabila
siswa dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan dirinya, siswa dapat mengatur
belajarnya dengan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar berikutnya serta
dengan konsep keilmuan yang dimiliki, mereka akan mampu menerapkan teori atau
konsep materi tersebut untuk memecahkan permasalahan dalam hal ini gejala-gejala
biologi di kehidupan sehari-hari.
Penilaian autentik adalah salah satu bentuk penilaian yang meminta siswa
menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan sebenarnya,
yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa. Dalam pembelajaran
disekolah, salah satu bentuk penilaian autentik adalah siswa diberi kegiatan untuk
menerapkan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari atau dunia
nyata (Subagia, 2016). Asesmen autentik mencatat semua hasil selama proses
pembelajaran, sehingga asesmen dilakukan dengan mengoleksi hasil pencapaian yang
diperoleh setiap siswa pada setiap tahapan sintak. Selanjutnya dalam makalah ini akan
menganalisis tentang bagaimana teknik dan prosedur asesmen autentik yang
merupakan bagian dari asesmen alternatif.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen autentik dan asesmen alternatif?
2. Bagaimana karakteristik asesmen autentik?
3. Bagaimana teknik dan prosedur asesmen autentik dalam pembelajaran biologi?
4. Apa saja jenis asesmen autentik?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian asesmen autentik dan asesmen alternatif.
2. Mengetahui karakteristik asesmen autentik dan asesmen alternatif.
3. Mengetahui teknik dan prosedur asesmen autentik dan asesmen alternatif dalam
pembelajaran biologi.
4. Mengetahui jenis asesmen autentik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asesmen Autentik dan Asesmen Alternatif


Menurut Subali (2019) asesmen berdasarkan bentuk alat ukur digolongkan
menjadi 2 yaitu asesmen tradisional/konvensional dan asesmen alternatif/autentik.
Asesmen alternatif dibutuhkan dalam pembelajaran modern karena penilaian tidak
dapat dilihat hanya dari hasil akhir atau mengukur dari satu aspek saja. Asesmen
alternatif merupakan asasemen yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis. Pada
dasarnya asasemen alternatif merupakan alternatif dari asasemen tradisional (paper
and pencil test). Bentuk asesmen altenatif antara lain: asesmen kinerja, observasi,
kegiatan bertanya, presentasi dan diskusi, proyek dan investigasi, portofolio dan
jurnal, wawancara dan konferensi, dan asesmen diri sendiri (Glencoe dalam
Corebima: 2009).
Asesmen tradisional sebagian besar mengacu pada tes tertulis. Asesmen
tradisional hanya mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan satu jenis alat
ukur berupa tes tulis. Padahal tes tulis mempunyai kelemahan yaitu hanya mampu
mengukur aspek kognitif dan keterampilan sederhana, sebagian kecil dari hasil belajar
siswa, dan tes sering kali menimbulkan kecemasan tersendiri. Selanjutnya perbedaan
asesmen alternatif dan asesmen tradisional dijelaskan dalam tabel.1 berikut;
Tabel 1. Perbandingan asesmen alternatif dengan konvensional/tradisional
Asesmen alternatif Asesmen konvensional (Tradisional)
Mementingkan kemampuan siswa dalam Lebih mengutamakan pemahaman
menerapkan pengetahuannya menjadi konsep siswa
unjuk kerja yang dapat diamati atau produk
yang dihasilkan
Membutuhkan waktu yang banyak untuk Waktu pelaksanaannya lebih cepat dan
membuat dan melaksanakan tetapi dapat digunakan untuk siswa dengan
menghasilkan format penilaian yang dapat jumlah banyak secara serentak, tetapi
digunakan berulang-ulang pada siswa yang digunakan hanya sekali untuk
sama atau siswa baru sekelompok siswa
Memungkinkan untuk mendiagnosis dan Memungkinkan untuk mendiagnosis
meremidiasi kinerja siswa dan memetakan dan meremidiasi kinerja siswa tetapi
kemajuan siswa sepanjang waktu hanya untuk soal uraian terbuka (open

4
ended)
Memfokuskan pembelajaran pada unjuk Memfokuskan pembelajaran pada
kerja siswa materi pelajaran

Mueller (2006) menjelaskan secara singkat perbedaan diantara asesmen


alternatif (autentik) dengan asesmen tradisional, yaitu:
1. Memilih respons untuk melakukan/mengerjakan tugas (Selecting a Response to
Performing a Task); pada penilaian tradisional, siswa biasanya diberikan beberapa
pilihan (mis., A, B, D atau D; benar atau salah; mencocokkan pilihan) dan diminta
untuk memilih jawaban yang benar. Sebaliknya, penilaian autentik meminta siswa
untuk menunjukkan pemahaman dengan melakukan tugas yang lebih kompleks
biasanya mewakili aplikasi yang lebih bermakna.
2. Dibuat untuk kehidupan nyata (Contrived to Real-life); sangat jarang dalam
kehidupan di luar sekolah siswa diminta memilih dari empat alternatif untuk
menunjukkan kemampuan dalam sesuatu. Tes menawarkan cara penilaian yang
dibuat-buat ini untuk meningkatkan berapa kali siswa dapat diminta untuk
menunjukkan kemahiran dalam waktu singkat. Lebih umum dalam kehidupan
seperti dalam penilaian autentik, siswa diminta untuk menunjukkan kemahiran
dengan melakukan sesuatu.
3. Mengingat kembali pengetahuan untuk kontruksi atau penerapan pengetahuan
(Recall/Recognition of Knowledge to Construction/Application of Knowledge);
Penilaian tradisional yang dirancang dengan baik (mis., Tes dan kuis) dapat secara
efektif menentukan apakah siswa telah memperoleh pengetahuan atau tidak.
Dengan demikian tes dapat berfungsi sebagai pelengkap yang bagus untuk
penilaian autentik dalam portofolio penilaian guru. Siswa sering diminta untuk
mengingat atau mengenali fakta dan ide serta proposisi dalam kehidupan, namun
demonstrasi daya ingat dan pengakuan pada tes biasanya kurang mengungkapkan
tentang apa yang benar-benar siswa ketahui dan dapat lakukan daripada ketika
siswa diminta untuk membangun produk atau kinerja berdasarkan fakta, ide, dan
proposisi. Penilaian autentik sering meminta siswa untuk menganalisis,
mensintesis, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari secara substansial,
dan siswa juga menciptakan makna baru dalam proses tersebut.
4. Guru-terstruktur untuk Siswa-terstruktur (Teacher-structured to Student-
structured); ketika menyelesaikan penilaian tradisional, apa yang siswa dapat atau

5
akan lakukan menunjukkan telah terstruktur dengan cermat oleh orang yang
mengembangkan tes. Perhatian seorang siswa akan terfokus dan terbatas pada apa
yang ada di ujian. Sebaliknya, penilaian autentik memungkinkan lebih banyak
pilihan dan konstruksi siswa dalam menentukan apa yang disajikan sebagai bukti
kemahiran.
5. Bukti tidak langsung ke bukti langsung (Indirect Evidence to Direct Evidence);
sekalipun pertanyaan pilihan ganda meminta seorang siswa untuk menganalisis
atau menerapkan fakta pada situasi baru alih-alih hanya mengingat fakta, dan
siswa memilih jawaban yang benar, apa yang sekarang guru ketahui tentang siswa
itu? Apakah siswa itu beruntung dan memilih jawaban yang benar? Pemikiran apa
yang membuat siswa memilih jawaban itu? Paling-paling guru dapat membuat
beberapa kesimpulan tentang apa yang mungkin diketahui siswa dan mungkin
dapat dilakukan dengan pengetahuan itu. Penilaian autentik menawarkan lebih
banyak bukti langsung dalam aplikasi dan konstruksi pengetahuan. Dapatkah
seorang siswa secara efektif mengkritik argumen yang diajukan orang lain
(keterampilan penting yang sering dibutuhkan di dunia nyata)? Meminta seorang
siswa untuk menulis kritik memberikan lebih banyak bukti langsung keterampilan
daripada meminta siswa mengerjakan serangkaian pilihan ganda, pertanyaan
analitik tentang sebuah bagian, meskipun kedua penilaian mungkin berguna.
Asesmen alternatif lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghasilkan berbagai solusi dari suatu masalah, selain itu juga mengoreksi dan
menjawab yang benar. Pada dasarnya asasemen alternatif merupakan alternatif dari
asasemen tradisional (paper and pencil test). Sehingga secara sederhana dapat
disimpulkan tindakan asesmen yang dilakukan seperti performance assessment,
portofolio assessment, achievement assessment dan authentic assessment merupakan
kelompok asesmen alternatif.
Asesmen pembelajaran biologi saat ini lebih ditekankan pada pengembangan
model-model asesmen yang autentik. Asesmen autentik dapat mengembangkan
kemampuan siswa secara lebih komprehensif. Asesmen pembelajaran biologi
mensyaratkan pelaksanaan penilaian dengan teknik penilaian yang bervariasi.
Asesmen yang autentik (authentic assessment) mensyaratkan penilaian guru terhadap
kemampuan siswa dalam situasi nyata (real life situations) sebagai bentuk literasi
sains. Karena ada perbedaan antara “dapat menyebutkan sesuatu” dengan “dapat
melakukan sesuatu” dalam hasil yang diperoleh siswa. Asesmen yang autentik
6
menuntut kemampuan untuk menerapkan sejumlah pengetahuan yang komprehensif
seperti kognitif, psikomotorik dan sikap dalam situasi yang sebenarnya (Marzano,
1994).
Beberapa bidang disiplin ilmu meminta siswa untuk mengembangkan produk
dan/atau melakukan tugas-tugas realistis untuk menunjukkan penguasaan
pembelajaran. Penilaian untuk penguasaan tidak harus disamakan dengan penilaian
pembelajaran dalam situasi pembelajaran autentik. Gulikers (2004) mendefinisikan
penilaian autentik sebagai: ‘Penilaian yang mengharuskan siswa untuk menggunakan
kompetensi yang sama, atau kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus mereka terapkan dalam situasi kriteria dalam kehidupan professional’. Penilaian
autentik lebih menekankan pada kinerja terpadu dari apa yang telah dipelajari, dalam
kondisi yang mengharuskan koheren menyatukan unsur-unsur yang dipelajari.
Khaira (2005) berpendapat bahwa ‘penilaian autentik harus menyerupai
pertunjukan yang bermakna dalam konteks dunia nyata’ dan harus ‘melibatkan tugas-
tugas kehidupan nyata dengan berbagai solusi untuk siswa’. Sedangkan Mueller
(2006) menunjukkan bahwa alasan untuk menggunakan penilaian autentik biasanya
muncul dari gagasan bahwa lulusan harus 'mahir dalam melakukan tugas-tugas yang
mereka temui ketika mereka lulus' karena itu penilaian mereka harus mengharuskan
mereka 'untuk melakukan tugas-tugas bermakna yang mereplikasi dunia nyata
tantangan '.
Pembelajaran biologi dunia nyata, diartikan dengan bagaimana seorang guru
memberikan contoh nyata kepada siswa tentang biologi berdasarkan keadaan yang
sebenarnya. Misalnya dalam tingkat Sekolah Dasar, guru ingin mengajarkan siswa
tentang perbedaan ayam jantan dan ayam betina. Perbedaan bisa dilihat dari bentuk
tubuh seperti jengger ayam, sayap, dll. Pembelajaran dunia nyata dapat diartikan
dengan memberikan pembelajaran dengan contoh yang dapat dilihat dan diamati atau
dirasakan secara langsung oleh siswa
Jadi penilaian autentik harus dilakukan dengan siswa yang menunjukkan
bahwa mereka mengetahui pengetahuan, telah mengembangkan seperangkat
keterampilan, dan dapat menerapkannya dalam situasi 'kehidupan nyata' dan dapat
memecahkan masalah kehidupan nyata. Penilaian autentik berbasis kinerja dan
mengharuskan siswa untuk menunjukkan sejauh mana pembelajaran mereka melalui
demonstrasi penguasaan.

7
Callison (1998) berpendapat bahwa penilaian adalah setiap pendekatan
sistematis untuk mengumpulkan informasi tentang pembelajaran dan kinerja siswa,
biasanya berdasarkan pada sumber bukti yang berbeda. Asesmen alternatif
melibatkan pendekatan untuk mencari tahu apa yang diketahui atau dapat dilakukan
siswa selain melalui penggunaan pengujian pilihan ganda. Oleh karena itu, asesmen
autentik adalah bagian dari proses evaluasi alternatif ini, dan didasarkan pada asumsi
bahwa ada spektrum yang jauh lebih luas dari kinerja siswa yang dapat ditampilkan
daripada yang dibatasi oleh jawaban singkat seperti tes standar. Spektrum yang lebih
luas ini harus mencakup situasi pembelajaran kehidupan nyata dan masalah bermakna
yang bersifat kompleks yang tidak diselesaikan dengan jawaban sederhana yang
dipilih dari menu pilihan.
Kegiatan yang dilakukan siswa di kelas adalah seperti membaca literatur yang
menarik, menulis makalah kreatif, mengintegrasikan informasi sumber daya dengan
sudut pandang pribadi, mengerjakan proyek dalam tim atau pengaturan kerja sama
lainnya, berbagi informasi sambil merangkum kesimpulan mereka, dan menggunakan
informasi dari satu area konten (seperti sains atau matematika) untuk memecahkan
masalah dan mengintegrasikan informasi dalam bidang konten lain (seperti sejarah
atau ekonomi). Kemampuan untuk memilih secara akurat salah satu dari sejumlah
pilihan untuk pertanyaan singkat tidak mencerminkan apa yang akan dilakukan siswa
dalam menyelesaikan masalah yang kompleks, mengkomunikasikan ide-ide
konstruktif, membujuk orang lain pada posisi penting, mengatur informasi dan
mengelola sumber daya manusia, dan bekerja sama dengan orang lain di dunia kerja
(Callison, 1998).
Dalam melaksanakan penilaian autentik, guru harus menerapkan beberapa
kriteria yang terkait dengan kegiatan membangun pengetahuan, mengamati, mencoba
konsep baru dan prestasi siswa di luar sekolah. Penilaian semacam ini sangat relevan
dengan penerapan kurikulum 2013 karena kemampuannya untuk menggambarkan
kemajuan kinerja siswa seperti dalam mengamati, bernalar, mencoba dan bekerja-
bersih. Kecenderungan penilaian autentik dalam penggunaan tugas kontekstual dan
kompleks memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi mereka yang lebih
autentik (Fitriani, 2017).
Menurut Gulikers,dkk (2004), penilaian autentik dikatakan sebagai penilaian
yang mengharuskan siswa untuk menggunakan kompetensi, atau kombinasi dari
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus diterapkan dalam situasi
8
kehidupan profesional mereka. Sifat autentik adalah subyektif, oleh karena itu penting
untuk persepsi penilaian autentik yang akan mempengaruhi pembelajaran. Definisi
sederhana penilaian autentik yang dijelaskan oleh Frey (2014) adalah penilaian yang
sejalan dengan tugas dan persyaratan dalam kehidupan nyata. Frey juga percaya
bahwa penilaian dikatakan autentik ketika tugas, konten, persyaratan dan metode
evaluasi untuk penilaian itu sama dengan kebutuhan dunia nyata. Menurut penelitian,
penilaian dikatakan lebih autentik ketika menjadi serupa dengan situasi kehidupan
nyata. Penilaian autentik melibatkan dimensi realistis, keterlibatan siswa dan
komponen penilaian keanekaragaman.
Penilaian autentik akan berlangsung apabila pembelajaran dilakukan sesuai
dengan hakikat pembelajaran biologi dalam prosesnya yang berdasarkan pada science
as inquiry yaitu melakukan penyelidikan. Penilaian autentik kegiatannya adalah
menemukan fakta, konsep, merumuskan prinsip-prinsip pengetahuan biologi.
Real activity yang dilakukan siswa adalah kegiatan pengamatan dengan
menerapkan sikap ilmiah (attitude as a scientist). Mencari tentang fakta-fakta berupa
pengetahuan biologi berbasis sikap ilmiah karena diperoleh melalui proses saintifik
atau scientific process. Sehingga dalam penilaiannya bukan mengukur hasil akhir saja
namun melihat proses yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Arti belajar
adalah berhasil jika telah menguasai kompetensi, buktinya diukur dengan tes seperti
dalam bentuk konvensional. Pada saat penilaian atau asesmen autentik, seluruh
kegiatan siswa (real activity) harus diperhatikan dan dinilai. Mencakup kognitif,
afektif, dan psikomotornya.
Asesmen autentik dilakukan dengan menyesuaikan pada tingkatan levelnya.
Terdapat empat level asesmen autentik yaitu level inquiry, level konsep, level
bimbingan dan level proses yang dikembangkan.
Level inquiry menunjukkan bahwa penilaian yang sama-sama autentik namun
level autentiknya berbeda. Siswa yang memiliki level inquiry paling tinggi akan
mampu membuat hipotesis terhadap suatu gejala biologis berdasarkan konsep dan
teori yang ada. Hipotesis tersebut disebut sebagai hipotetic inquiry. Misalnya
melakukan percobaan apakah tumbuhan darat dapat tumbuh di dalam air. Jika media
pertumbuhan telah dipenuhi. Melalui percobaan Ingenhouse dengan tumbuhan darat
yang mampu bertahan dalam kelembaban tinggi. Mencari kebenaran tentang suatu
hipotesis berguna untuk pembelajaran, agar anak dapat memiliki kecerdasan inquiry
yang tinggi dan kreativitas yang berguna bagi kehidupannya.
9
Level konsep (concept level) melakukan percobaan berdasarkan scientific
process yang disesuaikan dengan learning continuum. Misalnya ingin melakukan uji
statistik dengan level general (hasilnya), maka High concept berlaku dalam populasi.
Jika perlakuan dilakukan pada populasi maka sampel harus representatives dan agar
hasil lebih mewakili populasi sangat tergantung pada data yang dihimpun. Data harus
dihimpun berdasarkan scientific process agar berlaku pada tingkat populasi.
Level bimbingan digolongkan menjadi tiga yaitu full terbimbing (sepenuhnya),
semi terbimbing (sebagian) dan tanpa dibimbing (free guided). Melakukan percobaan
tetap dengan dasar scientific process kemudian disesuaikan dengan kebutuhan. Atas
pertimbangan level perkembangan siswa maka jika siswa dirasa belum mampu
melakukan percobaan mandiri maka seluruh kegiatan akan dilakukan dengan
terbimbing. Jika siswa kemudian telah mampu melakukan percobaan namun masih
tetap membutuhkan bimbingan maka disebut sebagai semi terbimbing. Sedangkan
free guided membebaskan siswa untuk berkreasi dan menemukan hasil berupa fakta,
dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan mengkonfirmasi hasil yang ditemukan
siswa.
Level proses kognitif yang dikembangkan, diambil dari proses yang dilakukan
guru bersama siswa, kemudian hasil akhirnya menjadi portofolio. Mekanisme
penilaiannay dilakukan dalam setiap proses hingga menjadi portofolio merupakan
prosesfolio.
Asesmen autentik menekankan pada kompetensi yang nyata, performance
selama proses, hasil akhir berupa produk (portofolio) berupa kumpulan pekerjaan
investigasi dengan dasar science as inquiry dan berjenjang seusai level kognotif,
mastery learning dengan memenuhi lebutuhan anak dan memenuhi kecepatan anak.
Dalam melakukan asesmen autentik, seorang guru harus bisa merancang atau
merumuskan bagimana suasana atau kondisi kelas, capaian apa yang menjadi target
atau tujuan, dan capaian tersebut diharapkan dapat berkelanjutan.
Penilaian yang dilakukan adalah sepanjang proses terjadi dalam pembelajaran,
setiap aktivitas yag dilakukan siswa dan menjadi target, informasi dari tiap siswa,
apakah berhasil sesuai target yang diinginkan, melakukan percobaan dengan
dibimbing atau tidak, melihat/menilai tiap topik demi topik sesuai capaian tiap
kompetensi sehingga tidak ada tes performance lagi, autentik dapt dilihat berdasarkan
laju pembelajarannya dan hasil akhir penilaian dari produk baik teoritikal maupun
empirik.
10
B. Karakteristik Asesmen Autentik dan Asesmen Alternatif
Asesmen autentik menjadi sesuatu yang penting karena berbagai tekanan dan
peluang telah menyebabkan minat kuat saat ini dalam merancang kurikulum,
pedagogi, pembelajaran dan penilaian autentik dalam pendidikan tinggi. Dengan
adanya asesmen autentik, diharapkan:
1. Meningkatnya kekhawatiran di kalangan pendidik dan siswa tentang kurangnya
keselarasan antara tujuan kurikulum yang dinyatakan menekankan pengembangan
kapasitas profesional dan tugas penilaian yang kurang relevan dengan hasil
pembelajaran yang diakui.
2. Teknologi pendidikan memungkinkan pembelajaran dan pengajaran berdasarkan
pengalaman dengan cara yang efektif dalam bidang studi profesional dan
kejuruan.
3. Tuntutan pemangku kepentingan eksternal (mis. Industri, profesi) agar universitas
menawarkan kursus yang lebih relevan dan peningkatan kemampuan kerja
lulusan, termasuk pengembangan apa yang disebut keterampilan praktis generik
atau yang dapat dialihkan.
4. Pendidik mencari cara untuk membuat kursus mereka lebih menarik untuk lebih
memenuhi kebutuhan, preferensi dan keadaan generasi baru pelajar dengan lebih
banyak pilihan pendidikan dan kehidupan, dan tuntutan yang lebih besar untuk
studi mereka agar diterapkan dan berguna.
5. Kebutuhan akan pengalaman belajar mengajar untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan di satu sisi, dan sikap dan nilai yang mendukung di
sisi lain untuk lulus pekerja dan warga negara yang berpengetahuan luas dan
produktif.
6. Pendidik perlu mengajarkan kursus mereka dengan biaya lebih efektif dengan
menggunakan strategi penilaian diri sendiri dan rekan sejawat untuk berbagi
penilaian tentang kualitas pekerjaan siswa di antara pihak-pihak penting dalam
proses pendidikan.
7. Semakin meningkat dan mendesak (maksud kami ini menuntut perhatian)
kumpulan pengetahuan (baik teori maupun praktik) tentang cara orang dewasa
belajar, dan cara-cara di mana pembelajaran mereka dapat diaktifkan dengan baik
dalam lingkungan pengajaran dan pembelajaran kontemporer yang dirancang
dengan baik di lingkungan pendidikan.
11
Ciri-ciri asesmen autentik menurut Kunandar (2013: 38), yaitu:
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data asesmen.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian
kehidupan siswa.
6. Asesmen harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan
keluasannya (kuantitas).
Sedangkan karakteristik asesmen autentik sebagai berikut; (1) bisa digunakan
untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur keterampilan dan performansi bukan
mengingat fakta, (3) berkesinambungan serta terintegrasi, dan (4) dapat digunakan
sebagai feedback.
Asesmen alternatif memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan tes
tradisional. Kelebihan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut (Zainul, 2001):
1. Siswa dapat mendemonstrasikan suatu proses dan proses yang didemonstrasikan
dapat diobservasi langsung.
2. Menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam
penalaran, kemampuan lisan, dan keterampilan-keterampilan fisik.
3. Adanya kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas-
tugas yang akan dikerjakan.
4. Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
5. Menilai hasil belajar yang kompleks seperti kognitif, psikomotor dan afektif serta
keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional.
6. Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung dan lengkap dengan
melakukan asesmen maka akan dapat menilai hasil belajar siswa secara lengkap,
tidak hanya hasil belajar dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan
psikomotor.
7. Meningkatkan motivasi siswa selama proses pembelajaran.
8. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata. Asesmen alternatif
menekankan kepada apa yang dapat ditunjukan atau dikerjakan oleh siswa bukan
apa yang diketahui siswa.
9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk self evaluation.

12
Kekurangan asesmen autentik menurut Gronlund (1998) dalam Zainul (2001)
sebagai berikut; (1) membutuhkan waktu lebih lama, (2) membutuhkan usaha yang
lebih besar, (3) pertimbangan (judgement) dan scoring sifatnya subyektif, (4)
mempunyai reliabilitas rendah, (5) mempunyai ketetapan penskoran rendah, dan (6)
tidak tepat untuk kelas besar.

C. Teknik dan Prosedur Asesmen Autentik


Mueller (2006) menjelaskan secara singkat tentang prosedur atau langkah-
langkah dalam membuat asesmen autentik, yaitu:
1. Mengidentifikasi standar pencapaian untuk siswa.
Untuk semua jenis penilaian, guru harus tahu kemana akhir dari pembelajaran
tersebut. Apa tujuan yang diharapkan guru untuk siswa? Suatu penilaian tidak
dapat menghasilkan kesimpulan yang valid kecuali jika mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur. Tidak dapat mengukur apa yang diinginkan sebelum
memiliki tujuan yang jelas. Standar atau tujuan adalah pernyataan tentang apa
yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa. Namun standar biasanya lebih
sempit cakupannya dan lebih bisa menerima penilaian daripada tujuan.
Standar biasanya adalah pernyataan satu kalimat tentang apa yang harus
diketahui siswa dan dapat dilakukan pada titik tertentu. Seringkali standar akan
dimulai dengan frasa seperti “Siswa dapat menjelaskan proses fotosintesis”.
2. Untuk standar atau serangkaian standar tertentu, kembangkan tugas yang dapat
dilakukan siswa yang akan menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi standar
ini.
Pada langkah kedua, guru ingin menemukan cara siswa agar dapat
menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya mampu memenuhi standar yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Untuk standar di atas, guru dapat meminta siswa untuk
menjelaskan bagaimana proses fotosintesis tersebut yang bisa diambil dari buku,
makalah, video, bahkan pertanyaan esai pada ujian. Hal ini termasuk asesmen
autentik masing-masing; a) meminta siswa untuk membangun atau membuat
tanggapan mereka sendiri, dan b) meniru tugas-tugas bermakna yang ditemukan di
dunia nyata.
3. Mengidentifikasi karakteristik kinerja yang baik pada tugas; kriteria bahwa jika
ada dalam pekerjaan siswa maka akan menunjukkan bahwa mereka telah
melakukan tugasnya dengan baik, misalnya mereka telah memenuhi standar.
13
Langkah 3, guru ingin bertanya "seperti apa kinerja yang baik pada tugas ini?"
atau "bagaimana saya tahu mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik pada
tugas ini?" Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu guru akan
mengidentifikasi kriteria untuk kinerja yang baik pada tugas tersebut. Guru akan
menggunakan kriteria tersebut untuk mengevaluasi seberapa baik siswa
menyelesaikan tugas dan seberapa baik mereka telah memenuhi standar.
4. Untuk setiap kriteria, identifikasi dua tingkat kinerja atau lebih di mana siswa
dapat melakukan sesuatu yang akan cukup membedakan kinerja siswa untuk
kriteria itu. Kombinasi kriteria dan tingkat kinerja untuk setiap kriteria akan
menjadi rubrik guru untuk tugas itu (penilaian).
Untuk membangun rubrik, guru akan mulai dengan serangkaian kriteria yang
telah diidentifikasi pada langkah 3. Setelah mengidentifikasi kriteria yang ingin
guru cari sebagai indikator kinerja yang baik, guru selanjutnya memutuskan
apakah akan mempertimbangkan kriteria secara analitis atau holistik. Dalam
rubrik analitik, kinerja dinilai secara terpisah untuk setiap kriteria. Guru menilai
seberapa baik siswa memenuhi kriteria pada suatu tugas, membedakan antara
pekerjaan yang memenuhi kriteria secara efektif dan pekerjaan yang tidak
memenuhi itu. Maka langkah selanjutnya dalam membuat rubrik adalah
memutuskan seberapa baik perbedaan seperti itu harus dibuat untuk setiap kriteria.
Dengan kata lain, ada beberapa trial and error yang harus dilanjutkan untuk
sampai pada jumlah level yang paling tepat untuk kriteria.
Ada beberapa tipe penilaian autentik yang digunakan di kelas. Guru dapat
memilih dari sejumlah opsi untuk memenuhi tujuan tertentu atau menyesuaikan
pendekatan memenuhi kebutuhan pengajaran dan siswa. Namun, Kurikulum 2013
menuntut guru untuk menerapkan tiga jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja
(performance assessment), penilaian portofolio (portofolio assessment), dan penilaian
proyek (project assessment) (Fitriani, 2017).
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah tugas penilaian yang mengharuskan siswa untuk
membangun respons, membuat produk, atau mendemonstrasikan aplikasi
pengetahuan. Penilaian kinerja (a) mengharuskan siswa untuk membuat produk
atau mendemonstrasikan suatu proses, atau keduanya dan (b) menggunakan
kriteria yang ditetapkan dengan jelas untuk mengevaluasi kualitas pekerjaan

14
siswa. Ini menuntut siswa untuk melakukan sesuatu dengan pengetahuan mereka,
seperti membuat sesuatu, menghasilkan laporan atau menunjukkan suatu proses.
Penilaian kinerja (performance) digunakan untuk menilai kemampuan siswa
melalui penugasan yang dinilai menggunakan atau melalui lembar pengamatan.
Cara-cara yang dapat digunakan untuk pengamatan untuk merekam hasil
penilaian berbasis kinerja yaitu dapat berupa daftar cek (checklist) catatan
anekdot/nasari (anecdotal/narrative records), skala penilaian (rating scale), dan
memori atau ingatan (memory approach).
Menurut Luneta, et.al dalam Tanwey (2006: 110), penilaian kinerja dapat
berbentuk (1) tes paper and pencil yang sasarannya adalah agar siswa dapat
menampilkan karyanya, seperti desain alat, desain grafis, dsb, (2) tes identifikasi,
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi suatu
hal, misalnya menemukan komponen yang rusak dari suatu benda, (3) tes
simulasi, yang dilakukan tanpa menggunakan alat sesungguhnya dengan tujuan
untuk menilai apakah seseorang telah menguasai keterampilan dengan bantuan
peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat, dan (4) tes
unjuk kerja, yang dilakukan dengan alat seungguhnya dengan tujuan untuk
mengetahui apakah siswa sudah menguasai atau terampil dalam menggunakan
alat tersebut.
Asesmen kinerja dikembangkan untuk menilai kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya pada berbagai situasi
nyata dan konteks tertentu. Penilaian kinerja dapat dipersingkat atau diperluas
dalam bentuk pertanyaan terbuka, membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan
masalah, tugas analisis, atau tugas lain yang memungkinkan siswa
mendemonstrasikan kemampuannya dalam memenuhi tujuan belajar tertentu.
Contoh beberapa lembar pengamatan dan rubrik lembar penilaian kinerja
siswa pada pembelajaran biologi
1. Lembar pengamatan kegiatan praktikum
Nama :
Kelas :
Judul Praktikum :
No Aspek kinerja yang diharapkan Penilaian
Keterangan
YA TIDAK
I Persiapan

15
1. Menggunakan jas laboratorium
2. Membawa alat dan bahan praktikum
3. Membersihkan alat-alat yang akan
digunakan
4. Mengecek kesiapan alat dan bahan
5. Membaca prosedur kerja
II SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM
A. Menggunakan Alat dan Bahan
1. Mengambil bahan tidak berceceran
2. Mengambil bahan sesuai kebutuhan
3. Mengoperasikan alat dengan benar
4. Menggunakan alat dan bahan sesuai
dengan prosedur
B. Sikap
1. Fokus kepada kegiatan praktikum
2. Aktif dalam melakukan praktikum
3. Bekerja sama dalam kelompok
III KEGIATAN AKHIR PRAKTIKUM
1. Membersihkan alat dengan baik
2. Membersihkan meja praktikum
3. Mengembalikan alat ke tempat
semula

2. Lembar kegiatan pengamatan penggunaan mikroskop


Berikan tanda centang dibawah kolom skor:
5, jika siswa melakukan aspek keterampilan sangat tepat.
4, jika siswa melakukan aspek keterampilan tepat.
3, jika siswa melakukan aspek keterampilan agak tepat.
2, jika siswa melakukan aspek keterampilan kurang tepat
1, jika siswa melakukan aspek keterampilan tidak tepat
Jawaban
No Aspek Keterampilan
5 4 3 2 1
Persiapan
1 Membawa mikroskop
2 Meletakkan mikroskop di meja
Pelaksanaan
3 Mengatur cahaya
4 Mengatur posisi/kemiringan meja kerja
5 Menggunakan lensa/memutar revolver
6 Mengatur tubus/jarak kerja
7 Mengamati preparat
8 Menggambar
Penyelesaian

16
9 Membersihkan mikroskop setelah
digunakan
10 Menyimpan mikroskop

2. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah koleksi karya siswa yang dimaksudkan untuk
menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu. Portofolio dapat mencakup sampel
karya siswa, biasanya dipilih oleh siswa, atau oleh siswa dan guru untuk mewakili
pembelajaran berdasarkan pada tujuan pengajaran. Penilaian portofolio juga dapat
didefinisikan sebagai proses penilaian berkelanjutan berdasarkan serangkaian
informasi yang menunjukkan pengembangan kompetensi siswa dalam periode
waktu tertentu. Pada dasarnya, penilaian portofolio menilai siswa bekerja secara
individu dalam waktu tertentu terhadap mata pelajaran tertentu. Pada akhir
periode, siswa menyerahkan karya yang akan dinilai oleh guru. Berdasarkan
informasi perkembangan siswa, guru dan siswa sendiri melakukan beberapa
perbaikan. Hasilnya, portofolio dapat menunjukkan kemajuan siswa melalui
pekerjaan mereka seperti menulis surat, menulis puisi atau merancang iklan.
Penilaian portofolio merupakan sistem pengumpulan karya- karya siswa yang
dianalisis untuk menunjukkan kemajuan siswa sesuai dengan tujuan instruksional
(Valencia, 1991). Dalam pembelajaran biologi, portofolio berbentuk karya tulis
ilmiah hasil pengamatan/observasi, investigasi baik hasil penelitian maupun
kajian dari penelitian-penelitian orang lain dan sumber yang relevan.
Cara menilai portofolio biasanya menggunakan rubrik, yaitu penilaian
dengan menggunakan skala bertingkat terhadap dokumen portofolio tersebut.
Biasanya rubrik menggunakan skala bertingkat dengan memberikan nilai (skor) 1
untuk ketegori sangat kurang (SK), nilai 2 untuk kategori kurang (K), nilai 3
untuk kategori cukup (C), nilai 4 untuk kategori baik (B), dan nilai 5 untuk
kategori sangat baik (SB). Bisa pula dengan skala bertingkat menurut wilayah,
misalkan untuk penilaian penghargaan yang diperoleh.
Penilaian portofolio jika dilihat dari jumlah siswa, maka dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu portofolio pereorangan dan kelompok. Menurut Cole,
Ryan, and Kick (1995) portofolio dibedakan menjadi 2 jenis yaitu portofolio
produk dan portofolio proses.

17
a. Portofolio proses, suatu yang menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan
catatan perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Proses kegiatan yang
ditunjukkan dalam pembelajaran guna mencapai standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan berbagai indicator yang dituntut oleh kurikulum, serta
dapat menunjukkan hasil dari awal hingga akhir dalam waktu tertentu.
b. Portofolio produk, merupakan penilaian yang hanya menekankan pada
penguasaan materi dari tugas yang harus dipenuhi yaitu standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan sekumpulan indicator pencapaian hasil belajar, serta
hanya menunjukkan bukti (evidence) yang paling baik, tanpa memperhatikan
bagaimana dan kapan bukti tersebut diperoleh. Contoh portofolio produk
adalah portofolio tampilan dan portofolio dokumentasi.
1) Portofolio tampilan
Aspek yang dinilai dalam bentuk tampilan adalah:
a) Signifikansi materi: apakah materi yang dipilih benar-benar materi
yang penting dan bermakna untuk diketahui atau dipecahkan? atau
tingkat kebermaknaan dari informasi dan berkaitan dengan topic
yang dibahas?
b) Pemahaman: tingkat pemahaman siswa terhadap hakikat dan
lingkup masalah, kebijakan, atau langkah-langkah yang
dirumuskan? Seberapa baik?
c) Argumentasi: kemampuan mempertahankan agumentasinya sudah
cukup baik atau tidak?
d) Kemampuan memberi respon: seberapa tepat antara tanggapan
dengan pertanyaan yang diberikan?
e) Kerjasama kelompok: anggota kelompok ikut serta dalam
penyajian? bukti yang menunjukkan tanggungjawab bersama?
Kekompakan kerja diantara anggota kelompok?
Contoh
Lembar Penilaian Penampilan
Judul Penampilan :…………..
Kelas/Kelompok :…………..
Petunjuk penilaian:
1. Setiap kriteria diberikan skor dalam skala 5 (1-5)
2. Skor 1= rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = baik; 5 = istimewa
18
No Kriteria Penilaian Nilai catatan
01 Sigrifikansi:
1. Seberapa besar tingkat kesesuaian
atau kebermaknaan informasi yang
diberikan dengan topic yang dibahas
02 Pemahaman:
2. Seberapa baik tingkat pemahaman
siswa terhadap hakikat dan ruang
lingkup masalah yang disajikan
03 Argumentasi:
3. Seberapa alasan yang diberikan siswa
terkait dengan permasalahan yang
dibicarakan
04 Responsifness:
4. Seberapa besar kesesuaian antara
jawaban yang diberikan siswa dengan
pertanyaan yang muncul
05 Kejasama kelompok:
5. Seberapa besar anggota yang
diberpartisipasi dengan penyajian
6. Bagaimana setiap anggota
bertanggung jawab atas permasalahan
kelompok
7. Bagaimana para penyaji menghargai
pendapat orang lain

2) Portofolio Dokumen
Portofolio dapat dinilai dari berbagai indicator dokumen
diantaranya: kelengkapan, kejelasan, akurasi informasi yang didapat,
kebermaknaan data grafis dan kualifikasi dokumen. Untuk menilai suatu
dokumen, guru dapat membuat model format portofolio dokumen seperti
berikut:
Contoh
Lembar Penilaian Dokumen
Judul Penampilan :…………..

19
Kelas/Kelompok :…………..
Petunjuk penilaian:
1. Setiap kriteria diberikan skor dalam skala 5 (1-5)
2. Skor 1= rendah; 2= cukup; 3= rata-rata; 4=baik; 5= istimewa
No Kriteria Penilaian Nilai Catatan
1 Kelengkapan:
1. Apakah dokumen lengkap untuk menjawab
suatu permasalah
2 Kejelasan:
2. Tersusun dengan baik
3. Tertulis dengan baik
4. Mudah dipahami
3 Informasi:
5. Akurat
6. Memadai
7. Penting
4 Dukungan:
8. Membuat contoh untuk hal-hal yang utama
9. Membuat alasan yang baik
5 Data Grafis:
10. Berkaitan dengan isi setiap bagian
11. Diberi judul yang tepat
12. Memberikan informasi
13. Meningkatkan pemahaman
6 Bagian Dokumentasi:
14. Cukup memadai
15. Dapat dipercaya
16. Berkaitan dengan hal yang dijelaskan
17. Terpilih (terseleksi)
Jumlah Skor
Kualifikasi Penilaian

3. Penilaian Proyek
Penilaian proyek adalah kegiatan menilai tugas siswa yang harus
diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas-tugas tersebut berupa
investigasi mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, analisis

20
data dan penyajian data. Project assessment dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa, kemampuan mereka dalam menerapkan, dan kemampuan
mereka dalam memberikan informasi terhadap mata pelajaran tertentu. Siswa
dapat menyelesaikan proyek pada topik tertentu dan atau memamerkan karya
mereka. Suatu proyek dapat mencakup tampilan atau model bangunan atau objek
yang sesuai dengan pengaturan pengajaran, permainan peran, simulasi, kreasi
artistik, segmen rekaman video, grafik, grafik, tabel, dll. Suatu proyek dapat
dilakukan secara individu atau dalam kelompok kecil dan seringkali disajikan
melalui laporan lisan atau tertulis. Proyek yang disajikan secara lisan dapat
ditinjau oleh panel juri yang menilai konten yang disajikan, organisasinya dan
bahasa yang digunakan. Guru sering meminta siswa untuk mengembangkan
presentasi pada periode bersejarah tertentu dan untuk menghasilkan gambar dan
produk tertulis yang sesuai dengan periode tersebut. Pendekatan ini mungkin
efektif ketika pelajar bahasa Inggris diajarkan untuk mengkomunikasikan
prosedur langkah demi langkah atau deskripsi proyek yang didukung oleh
diagram atau realia.
Penilaian Proyek
Tugas Untuk Penilaian Proyek
Kompetensi Dasar:
4.10 Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur
ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan.
Indikator:
 Membuat produk daur ulang limbah anorganik yang ada di
lingkungan.
 Membuat produk daur ulang limbah organic yang ada di lingkungan sekitar.
 Mampu mengurangi dampak pencemaran lingkungan serta dapat
meningkatkan nilai guna limbah organik

TUGAS:
Buatlah rancangan penelitian cara meminimalisir limbah organik yang ada di
TPA yang menghasilkan produk daur ulang untuk meningkatkan nilai guna serta
mengurangi limbah anorganik yang ada di lingkungan.

Instrumen dan Rubrik Penilaian Tugas Proyek


21
Mata Pelajaran :Biologi
Nama Proyek : Produk Daur Ulang Limbah Anorganik
Alokasi Waktu : 10 Minggu
Guru Pembimbing :
Nama Kelompok :
NIS :
Kelas :
Tabel. Rubrik Penilaian Proyek
No Aspek Penilaian Skor
1 2 3
1. Persiapan
a. Perencanaan 1. Pemilihan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
limbah 1 macam 2-3 macam 4 atau lebih
limbah limbah macam
limbah
b. Rancangan 1. Kejelasan Penelitian Tahap sedikit Tahap tidak
Penelitian Tahap membingungk membingungk membingungk
an ann an
2. Kelengka Memuat 3 Memuat 6 Memuat
pan aspek (judul, aspek (judul, semua aspek
rumusan rumusan (judul,
masalah, masalah, rumusan
tujuan, tujuan, masalah,
hipotesis, hipotesis, tujuan,
variabel, variabel, hipotesis,
definisi definisi variabel,
operasional operasional definisi
variabel, variabel, operasional,
pengulangan, pengulangan, variabel,
alat dan bahan alat dan bahan pengulangan,
prosedur) prosedur) alat dan
bahan,
prosedur)
2. Pelaksanaan
a. Keaktifan 1. Konsultas Tidak aktif Kurang aktif Aktif
i melakukan melakukan melakukan

22
konsultasi (1 konsultasi (2 konsultasi (5
atau tidak sampai 4 kali) atau >5 kali)
sama sekali)
2. Kerjasama Hanya 1 atau 2 Ada beberapa Semua
kelompok anggota yang anggota yang anggota
terlibat aktif terlibat aktif terlibat aktif
dalam proses (3-5 siswa) dalam proses
pembuatan proses
b. Proses 1. Dokumen Sebagian besar Ada beberapa Setiap tahapan
tasi tahapan tidak tahapan yang didokumentas
didokumentasi tidak ikan
kan didokumentasi
kan
2. Waktu Melaksanakan Melaksanakan Melaksanakan
setiap tahapan setiap tahapan setiap tahapan
tidak sesuai kurang sesuai ssesuai
dengan jadwal dengan jadwal dengan jadwal
3. Teknik Pembuatan Pembuatan Pembuatan
pengelola tidak memadukan 2 memadukan 3
an memadukan teknik atau lebih
beberapa sekaligus, dan teknik
teknik teknik sekaligus, dan
sekaligus, dan pembuatan teknik
teknik cocok atau pembuatan
pembuatan sesui dengan cocok atau
tidak cocok desain produk sesuai dengan
atau sesuai yang telah desain produk
dengan desain disusun yang telah
produk yang disusun
telah disusun
3. Laporan Proyek
1. Sistematik Laporan Laporan Laporan
a disusun secara disusun secara disusun secara
penulisan tidak urut kurang urut urut sesui
sesuai sesuai rancangan

23
rancangan rancangan penelitian,
penelitian, penelitian, menambahkan
tidak kurang pembahasan,
menambahkan menambahkan dan
pembahasan, pembahasan kesimpulan
dan dan (semua aspek
kesimpulan (2 kesimpulan (1 terpenuhi)
atau lebih aspek tidak
aspek tidak terpenuhi)
terpenuhi)
2. Isi Kelengkapan Kelengkapan Kelengkapan
Laporan dan ketepatan dan ketepatan dan ketetapan
isi tidak sesuai isi belum sesui isi sesuai
dengan tujuan, dengan tujuan, dengan tujuan
tidak mengaitkan isi mengaitkan isi
mengaitkan isi dengan dengan
dengan rumusan rumusan
rumusan masalah, masalah
masalah namun masih secara ringkas
ringkas dan kurang ringkas dan jelas.
jelas, sumber dan jelas. Sumber yang
yang Sumber yang digunakan Up
digunakan digunkana to date >
tidak Up to kurang Up to 2010)
date date (antara
(Sumber<2005 2006-2010)
)
4. Desain Produk
1. Bentuk Tidak kuat dan Kurang kuat Kuat dan
fisik mudah rusak dan agak tidak mudah
mudah rusak rusak
2. Inovasi Tidak Kurang Menambahka
menambahkan menambahkan n ide sendiri
ide sendiri ide sendiri
3. Kreasi Melakukan Kurang Melakukan

24
banyak melakukan banyak
modifikasi banyak modifikasi
pada produk modifikasi pada produk
daur ulang pada produk daur ulang
(0%-30%) daur ulang (70%-100%)
(30%-70%)
4. Nilai guna Tidak Kurang Dimanfaatkan
dimanfaatkan dimanfaatkan untuk
untuk untuk kebutuhan
kebutuhan kebutuhan sehari-hari
segari-hari sehari-hari

Skor yang didapat


Nilai X 100
Skor maksimal

D. Jenis Asesmen Autentik


Melakukan penilaian autentik dapat mempengaruhi pembelajaran siswa karena
secara tidak langsung, penilaian autentik adalah penilaian formatif dan penilaian
untuk pembelajaran. Selain itu, keterampilan yang tepat untuk penilaian autentik
melibatkan pengetahuan prosedural, pemecahan masalah, kolaborasi dan motivasi
(Mohamed R & Lebar: 2017). Penilaian autentik terjadi ketika siswa diminta untuk
melakukan tugas yang menunjukkan penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang
bermakna. Sehingga melalui penilaian autentik, pengetahuan, pemahaman,
keterampilan pemecahan masalah, keterampilan sosial dan perilaku digunakan atau
dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Selanjutnya menurut Subali (2019) asesmen
autentik digolongkan menjadi tiga, diantaranya:
1. Kinerja yang Melibatkan Murni Aspek Kognitif
Aspek kognitif merupakan aspek yang berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual mulai dari yang lebih sederhana
seperti mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah

25
tersebut. Dalam hal ini asesmen autentik yang melibatkan murni aspek kognitif
memiliki arti penilaian dari hasil kinerja yang dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan kognitif siswa selama proses berlangsung hingga akhir dengan
mendemonstrasikan hasil kinerjanya.
Asesmen ini dapat menilai kemampuan mengreasi siswa misalnya
mengreasi prosedur baru, aplikasi baru, rancangan, hipotesis dan laporan
merupakan bentuk kinerja. Semua kinerja seperti yang telah disebutkan tidak
dapat diukur hanya menggunakan tes berupa tes tulis yang merupakan bentuk
asesmen tradisional, namun harus diukur menggunakan tes tulis yang berupa tes
tulis keterampilan (performance paper and pencil test). Pertanyaan yang
diberikan tidak berupa pertanyaan apa, bagaimana atau mengapa saja, namun
berupa soal yang memuat perintah agar siswa menunjukkan/mendemonstrasikan
kinerjanya.
Asesmen seperti ini dapat dilakukan ketika ingin menilai hasil dari
pemahaman siswa tentang proses pengamatan/praktikum oleh siswa. Penilaian
dilakukan mulai dari kebenaran perintah menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan, apa saja yang diamati dalam praktikum, hasil pengamatan serta
pemecahan masalah yang dijawab sesuai konsep materi kemudian menilai
kemampuan siswa dalam menyampaikan atau mendemonstrasikan hasil. Sebagai
contoh siswa diminta membuat sebuah rancangan kegiatan
pengamatan/praktikum tentang sel tumbuhan untuk siswa SMA kelas X, dan
mendemonstrasikan hasil rancangan yang dibuat.
2. Kinerja yang Melibatkan Aspek Kognitif dan Psikomototrik/Sensorimotor
Kinerja atau performansi hasil belajar dapat berupa gabungan aspek
kognitif dan sensorimotor karena untuk mencapai aspek kompetensi yang
ditargetkan melibatkan kedua aspek tersebut. Apabila sebelumnya asesmen
dengan kinerja murni aspek kognitif hanya menilai kemampuan kinerja yang
berorientasi pada kemampuan berfikir, maka asesmen ini melibatkan kedua aspek
yaitu kemampuan berfikir dan kemampuan bertindak setelah memiliki
pengalaman belajar yang cenderung berhubungan dengan aktivitas fisik sebagai
bentuk orientasi dari aspek psikomotor/sensorimotor.
Penggabungan asesmen kinerja yang melibatkan aspek kognitif dan
sensorimotor dapat dilakukan ketika ingin melakukan penilaian terhadap
praktikum secara langsung. Misalnya cara mendemonstrasikan penggunaan
26
mikroskop sampai melaporkan hasil pengamatannya, mulai dari
menyiapkan/membuat preparatnya hingga melakukan hasil pengamatan dibawah
mikroskop yang berupa gambar. Penilaian bentuk aspek kognitif dan
sensorimotor dapat dilakukan dengan menilai sejak awal proses pembelajaran
mulai dari menyebutkan bagian - bagian mikroskop serta fungsinya dengan benar,
mendemonstrasikan cara menggunakan mikroskop, menyusun laporan
pengamatan dibawah miikroskop hingga menyampaikan hasil pengamatan yang
telah dilakukan diakhir pembelajaran.
Hasil dari penilaian terhadap siswa dalam hal ini akan beragam, seperti;
pertama jika siswa gagal membuat preparat maka siswa tidak akan dapat
melakukan pengamatan menggunakan mikroskop dan tidak dapat menyusun
laporannya. Kedua jika siswa sudah terampil menggunakan mikroskop maka
cukup dinilai atas dasar produk yang diserahkan yaitu gambar hasil pengamatan
mikroskopisnya. Langkah selanjutnya dapat dilakukan pengecekkan kembali
apakah digambar sesuai dengan apa yang terlihat dibawah mikroskop. Ketiga jika
siswa mampu membuat preparat hingga mampu mendefinisikan suatu produk
pengamatan mikroskopis maka dapat dilakukan uji identifikasi dengan
memintanya menyebutkan jenis atau nama preparat dengan cara diminta
mengamati kembali preparat yang tampak dibawah mikroskop. Hal tersebut
dilakukan untuk mengkonfirmasi kebenaran dari hasil yang diperoleh oleh siswa.
3. Kinerja yang Melibatkan Aspek Kognitif, Sensorimotor, Sikap dan Sosial
Kinerja atau performansi hasil belajar dapat berupa gabungan aspek
kognitif, sensorimotor, sosial dan sikap/afektif. Setelah kedua penilaian yang
telah disebutkan sebelumnya, ada aspek lain yang dapat ditambahkan pada bentuk
penilaiannya yaitu aspek sikap/afektif dan sosial. Aspek sikap mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar
yang diperoleh dari aspek sikap akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah
laku dan siswa yang berhasil mengaplikasikan hasil belajar dari aspek sikap dan
sosial biasanya memiliki tingkat kemampuan berpikir yang tinggi dan kemudian
ditunjukan oleh perilakunya.
Asesmen ini dapat dilakukan melalui group project assessment, dalam
proses penilaian akan dapat dinilai aspek kognitifnya mulai dari
kebenaran/ketepatan masalah yang dipecahkan, cara kerja, penyajian dan
penyimpulannya, penyajiannya secara lisan oleh grup. Namun harus dilakukan
27
triangulasi siapa yang menulis apa (sebagai bentuk aspek kognitif) dan siapa yang
melakukan apa (sebagai bentuk aspek sosial dan aspek sensorimotor bila ada)
dengan meminta anggota grup melporkan peran yang dilakukan di dalam grup.
Anggota grup juga dapat diminta menilai sikapnya atas dasar asesmen teman
dalam grupnya, usaha yang dilakukan, kesabarannya, sikap ketika menerima
teguran oleh teman.
Contoh asesmen ini adalah mengamati Keanekaragaman Lumut yang ada di
Taman Nasional Gunung Merapi bersama kelompok yang telah ditentukan.
Penilaian dapat dilakukan dengan menilai hasil yang ditemukan oleh siswa, mulai
dari mendata lumut apa saja yang ada, menggambar dan menggolongkan lumut
berdasarkan kelasnya berdasrkan ciri-ciri yang ditemukan. Kemudian membuat
laporan yang disampaikan kepada guru (aspek kognitif), selanjutnya guru dapat
bertanya apa peran dari setiap anggota kelompok, bagaimana tiap anggota bekerja
dan menerima saran dari anggota kelompoknya saat melakukan diskusi hasil
pengamatan (aspek sosial dan sensorimotor). Guru juga dapat memberi
pertanyaan tentang kelestarian keanekaragaman lumut dan apa yang dapat
dilakukan sebagai upaya menjaga kelestarian keanekaragaman lumut di Taman
Nasional Gunung Merapi.

28
BAB III
PENUTUP

Asesmen autentik dikenal juga dengan asesmen alternative. Asesmen autentik


merupakan penyempurna dari asesmen tradisional. Asesmen autentik lebih
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan berbagai solusi dari suatu
masalah, selain itu juga mengoreksi dan menjawab yang benar. Jadi penilaian autentik
harus dilakukan dengan siswa yang menunjukkan bahwa mereka mengetahui
pengetahuan, telah mengembangkan seperangkat keterampilan, dan dapat
menerapkannya dalam situasi 'kehidupan nyata' dan dapat memecahkan masalah
kehidupan nyata. Penilaian autentik berbasis kinerja dan mengharuskan siswa untuk
menunjukkan sejauh mana pembelajaran mereka melalui demonstrasi penguasaan.
Asesmen autentik memiliki karakteristik sebagai berikut; (1) bisa digunakan
untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur keterampilan dan performansi bukan
mengingat fakta, (3) berkesinambungan serta terintegrasi, dan (4) dapat digunakan
sebagai feedback. Asesmen autentik juga memiliki prosedur dalam pembuatannya
yaitu: (1) mengidentifikasi standar pencapaian untuk siswa, (2) untuk standar atau
serangkaian standar tertentu, kembangkan tugas yang dapat dilakukan siswa yang
akan menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi standar ini, (3) mengidentifikasi
karakteristik kinerja yang baik pada tugas itu, kriteria bahwa jika ada dalam pekerjaan
siswa, akan menunjukkan bahwa mereka telah melakukan tugasnya dengan baik, mis.,
mereka telah memenuhi standar, (4) untuk setiap kriteria, identifikasi dua tingkat
kinerja atau lebih di mana siswa dapat melakukan sesuatu yang akan cukup
membedakan kinerja siswa untuk kriteria itu. Kombinasi kriteria dan tingkat kinerja
untuk setiap kriteria akan menjadi rubric guru untuk tugas itu (penilaian). Sedangkan
untuk teknik penilaiannya terdapat tiga macam, yaitu penilaian kinerja, penilaian
portofolio, dan penilaian proyek.
Asesmen autentik juga dibagi atas tiga jenis, yaitu (1) kinerja yang melibatkan
murni aspek kognitif, (2) kinerja yang melibatkan aspek kognitif dan aspek
psikomotorik/sensorimotor, dan (3) kinerja yang melibatkan aspek kognitif,
sensorimotor, sikap, dan social.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2010). Penilaian Portofolio (Konsep, Prinsip, Prosedur), 1–21.


Astuti, Widi Puji. 2012. Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik Berbasis Literasi Sains
Pada Materi Sistem Ekskresi. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan UNNES:
Semarang
Birgin, O., & Baki, A. (2007). The Use of Portfolio to Assess Student ’ s Performance.
Journal of Turkish Science Education, 4(2), 75–90. Diambil dari
http://www.tused.org/internet/tufed/arsiv/v4/i2/metin/tusedv4i2s6.pdf
Callison, Daniel. 1998. Assesment Authentic. Associate Professor, School of Library and
Information Science, Indiana University, Bloomington.
Chiu, S. & Chang, M. 2005. The Development of Asuthentic Assessment To Investigate Ninth
Graders Scientific Literacy. International Journal Of Science And Mathematics
Education, volume 3: Taiwan.
Fitriani. 2017. Implementing Authentic Assesment of Curriculum 2013: Teacher’s Problems
and Solutions. Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4(2).
Gulikers, J., Bastiaens, T., & Kirschner, P. 2004. A five-dimensional framework for
authentic assessment. Educational Technology Research and Development. Vol 52(3).
Karmana, I Wayan. 2013. Pentingnya Asesmen Autentik Dan Alternatif Dalam Pembelajaran
Biologi. Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” FPMIPA IKIP Mataram: Mataram.
Khaira, H.G. & Yambo, D. 2005. The practicality of authentic assessment. Paper
presented at The First International Conference on Enhancing Teaching and
Learning Through Assessment. The Hong Kong Polytechnic University.
Mohamed, R. & Lebar O. 2017. Authentic Assessment in Assessing Higher Order Thinking
Skills. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences
ISSN: 2222-6990. Sultan Idris Education University: Malaysia.
Mueller, J. 2005. The Authentic Assessment Toolbox: Enchanging Student Learning Through
Online Faculty Development. North Central College, Volume 1: USA.
Mueller, J. 2006. Authentic assessment toolbox. Retrieved on 24 February from the
website: http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisit.htm#looklike
Pantiwati, Yuni. 2015. Hakekat Asesmen Autentik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
Biologi. Jurnal Edukasi Matematika dan Sains. Universitas Muhammadiyah Malang:
Malang

30
Pantiwati, Y. (2016). Hakekat Asesmen Autentik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
Biologi. Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 1(1), 18.
https://doi.org/10.25273/jems.v1i1.773
Subali, B. (2019). Prinsip Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran. UNY Press : Yogyakarta
Zahrok, S. (2009). Asesmen Autentik Dalam Pembelajaran Bahasa. Jurnal Sosial
Humaniora, 2(2), 166–180. https://doi.org/10.12962/j24433527.v2i2.660

31

Anda mungkin juga menyukai