Anda di halaman 1dari 9

Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid Arthritis
Ahmad Fauzi1
1
Bagian Orthopaedi dan Traumatologi, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung

Abstrak
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi tersering yang mengenai 1-3% populasi dewasa.
Keterlibatan sendi multipel, penyakit sistemik komorbid, polifarmasi dengan obat-obatan imunomodulator,
memberikan tantangan baru pada ahli bedah. Terapi operatif pada RA memerlukan pendekatan multidisiplin.
Managemen preoperatif meliputi evaluasi seluruh sendi, rencana terapi operatif yang akan dilakukan, serta
evaluasi kondisi medis untuk operasi dan anestesi. Obat-obatan harus dilanjutkan perioperatif dengan adekuat
replacement therapy pada pasien dengan kortikosteroid. Perioperatif juga meliputi obat profilaksis untuk infeksi
dan komplikasi gastrointestinal. Penanganan yang hati-hati terhadap jaringan lunak dan tulang amat diperlukan
saat operasi. Bagian dengan kulit yang tipis dan tertekan memerlukan bantuan dan alas. Keberhasilan
rehabilitasi pasca operasi meliputi mobilisasi segera, masukan dari terapis okupasi dan fisioterapi, serta
pemantauan dari orang-orang terdekat.

Kata Kunci : Penatalaksanaan, rheumatoid arthritis,terapi operatif

Rheumatoid Arthritis
Abstract
Rheumatoid arthritis (RA) is the most common inflammatory disease, affecting 1–3% of the adult population.
Multiple joint involvement, systemic co-morbidity, and polypharmacy including immuno-modulatory drugs,
present the surgeon with significant challenges. Surgical management of RA patients requires a multi-
disciplinary approach. Pre-operative management includes assessment of all joints involved, identification of
the correct surgical sequence, and evaluation of medical fitness for anaesthesia and surgery. Disease modifying
agents should be continued peri-operatively together with adequate replacement therapy in patients taking
corticosteroids. Peri-operative care also includes prophylaxis for infective and gastrointestinal complications.
Gentle handling of delicate soft tissue and bone is required intraoperatively. Thin skin and pressure areas need
support and padding. Successful post-operative rehabilitation involves early mobilisation, input from
occupational and physiotherapists, and adequate provision of domestic aftercare.

Key words : Rheumatoid arthritis,surgery, treatment

Korespondensi : dr. Ahmad Fauzi, M.Epid, Sp.OT. Jl. Soemantri Brodjonegoro No.1. Hp. 081369219341. e-mail :
ahmadfauzi_dr@yahoo.co.id

Pendahuluan yang paling sering ditemui adalah


Rheumatoid arthritis (RA) polyarthritis simetris dan tenosinovitis,
merupakan penyebab tersering inflamasi morning stiffness, peningkatan LED, serta
sendi kronik. RA adalah penyakit gambaran autoantibodi yang mentarget
inflamasi autoimun - sistemik, progresif immunoglobulin (faktor rheumatoid)
dan kronik yang mempengaruhi banyak dalam serum.1,2,3
jaringan dan organ, namun pada
prinsipnya merusak sendi-sendi sinovial. Isi
Proses inflamasi ini memproduksi respon Insidensi dan Prevalensi
inflamasi dari sinovium (sinovitis) Prevalensi RA yang dilaporkan
sehingga menyebabkan hiperplasia sel-sel pada sebagian besar populasi adalah 1 –
sinovium, produksi berlebih cairan 3 %, dengan insiden puncak pada dekade
sinovial, dan terbentuknya pannus pada keempat atau kelima. Wanita 3 – 4 kali
sinovium. Proses inflamasi ini seringkali lebih sering terkena dibandingkan pria.
berujung pada kerusakan tulang rawan Prevalensi dan gejala klinis yang tampak
sendi dan ankilosing sendi. Karakteristik dapat bervariasi pada populasi yang

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 167


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

berbeda; penyakit ini lebih sering (dan timbul secara simultan, dan bahkan pada
secara umum lebih berat) pada ras sendi yang telah rusak berat, proses
kaukasia yang tinggal di daerah urban inflamasi dapat terus berlanjut dan
Eropa dan Amerika Utara dibandingkan secara serius memberi gangguan
dengan yang tinggal di pedalaman Afrika. kesehatan sistemik dengan
Suatu studi oleh St. Clair dkk menyatakan mengakselerasi proses penyakit lainnya
bahwa 75% penderita Rheumatoid seperti penyakit jantung iskemik.1,2,3
Arthritis adalah wanita. Sendi-sendi Tahap 1 – Pre-klinis
perifer merupakan lokasi pertama atau Sebelum RA tampak jelas secara
awal dari RA, dan distribusi antara kedua klinis, proses patologi pada sistem imun
sisi cenderung simetris.3,4 sudah dimulai. Peningkatan LED, CRP dan
Darmawan dkk. pernah meneliti RF dapat dideteksi bertahun-tahun
prevalensi Rheumatoid arthritis (RA) di sebelum diagnosis pertama
1,2,3
Indonesia. Dari total populasi di Jawa ditegakkan.
Tengah (4683 di pedesaan dan 1071 di Tahap 2 – Sinovitis
kota), prevalensi RA sebesar 0,2% pada Perubahan awal adalah kongesti
pedesaan dan 0,3% di kota. Studi ini vaskular dengan formasi pembuluh darah
dibandingkan dengan studi dari RS. John baru, proliferasi sinoviosit dan infiltrasi
Hopkins, Amerika Serikat bahwa lapisan subsinovial oleh polimorf, limfosit
prevalensi RA di dunia mencapai 1% dan sel-sel plasma. Terdapat penebalan
hingga 2%. Dan jumlah wanita dengan RA dari struktur kapsular, formasi vili pada
lebih banyak dibandingkan pada pria. sinovium dan efusi yang kaya akan sel ke
Prevalensi meningkat dengan dalam sendi dan selubung tendon.
bertambahnya usia, hampir 5% pada Walaupun terdapat nyeri,
wanita dengan usia diatas 55 tahun.3,4,5 pembengkakan, nyeri tekan, struktur-
struktur tersebut tetap masih intak dan
Etiologi mobil, dan kelainan tersebut masih
Penyebab RA sampai saat ini reversibel.1,2,3
belum diketahui secara pasti. Beberapa Tahap 3 – Destruksi
faktor yang diduga menjadi penyebab RA Inflamasi menetap menyebabkan
antara lain : (1) Faktor genetik; (2) Reaksi destruksi sendi dan tendon. Terdapat
inflamasi pada sendi dan selubung erosi kartilago artikular, sebagian
tendon; (3) Faktor rheumatoid; (4) disebabkan oleh enzim proteolitik,
Sinovitis kronik dan destruksi sendi; (5) sebagian lagi oleh jaringan vaskular di
Gender; (6) Infeksi.1,3 dalam lapisan sinovium, sebagian sisanya
oleh invasi langsung kartilago oleh
Patologi jaringan granulasi yang tumbuh di
RA adalah penyakit sistemik, permukaan artikular. Invasi jaringan
namun karakteristik lesi terlihat pada granulasi dan resorpsi tulang
sinovium atau dalam nodul rheumatoid. menyebabkan erosi tulang pada tepi
Sinovium dipenuhi pembuluh-pembuluh sendi. Perubahan serupa terjadi pada
darah baru dan sel-sel inflamasi.1,2,3,4 selubung tendon, menyebabkan
tenosynovitis, invasi ikatan kolagen, dan
Sendi dan Tendon pada akhirnya, ruptur tendon parsial atau
Perubahan patologis, dapat total. Efusi synovial, umumnya
berlanjut dalam 4 tahap. Sebelumnya mengandung materi fibrinoid dalam
dianggap bahwa jika sudah melewati jumlah banyak, menyebabkan
beberapa tahap maka aktivitas penyakit pembengkakan sendi, tendon dan
sudah selesai, namun ternyata tidak bursa.1,2,3
demikian. Pada sendi manapun, Tahap 4 – Deformitas
gambaran tahap yang berbeda dapat

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 168


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

Kombinasi dari destruksi motorik lokal dapat timbul akibat


artikular, peregangan kapsul dan ruptur kompresi saraf oleh sinovium yang
tendon mengarah pada instabilitas menebal (misalnya pada sindroma carpal
progresif dan deformitas pada sendi. tunnel)1
Proses inflamasi umumnya terus
berlanjut namun efek mekanis dan Penyakit visera
fungsional dari disrupsi sendi dan tendon Paru, jantung, ginjal, traktus
akan menjadi fatal.1,2,3 gastrointestinal dan otak kadang ikut
terlibat. Penyakit jantung iskemik dan
Jaringan extra artikular osteoporosis dalah komplikasi yang
Nodul rheumatoid umum.1
Nodul rheumatoid merupakan
suatu lesi granulomatosa kecil Gambaran Klinis Rheumatoid Arthritis
mengandung zona nekrotik sentral yang Dalam menegakkan diagnosis RA,
dikelilingi oleh jejeran histiosit lokal yang diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
cenderung berbentuk radial, dan pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan
dibelakangnya, oleh jaringan granulasi. laboratorium. Kurang lebih 75% pasien
Nodul berada di bawah kulit (terutama di RA adalah wanita. Keluhan biasanya
atas penonjolan tulang), di dalam berupa nyeri pada sendi-sendi tangan
sinovium, pada tendon, di dalam sklera dan kaki, selain itu sendi bahu, panggul,
dan visera lainnya.1 dan tulang belakang terutama servikal.
Sebaliknya, pada pria, lebih sering
Limfadenopati bermanifestasi pada sendi-sendi besar.
Selain sendi yang terinflamasi, 73% RA pada pria akan bersifat erosif
nodul juga mempengaruhi struktur yang (55% pada wanita). Namun wanita lebih
letaknya jauh seperti nodul mediastinal. sering menjalani operasi orthopaedi (pria
Hal ini, beserta dengan splenomegali : wanita = 1 : 2).3,4
ringan, merupakan akibat dari Pada fase awal, karakteristik RA
hiperaktivitas sistem retikuloendotelial. umumnya adalah keterlibatan sendi-
Splenomegali yang lebih berat dapat sendi tangan dan kaki (sendi
dihubungkan dengan neutropenia, metacarpophalangeal, proximal
sebagai bagian dari sindroma Felty.1 interphalangeal, dan sendi
metatarsophalangeal). Manifestasi klinis
Vaskulitis sistemik seperti kelemahan, mudah lelah,
Hal ini dapat merupakan dan penurunan berat badan sering
komplikasi RA yang serius dan terjadi. Pasien RA biasanya mengeluh
mengancam jiwa. Umumnya terdapat nyeri pada sendi baik pada saat istirahat
keterlibatan dari kulit, termasuk infark maupun saat beraktivitas, disertai dengan
lipatan kuku, namun kadang juga sendi yang bengkak dan kaku.
terdapat infark organ.1 Pembengkakan sendi ini disebabkan oleh
penebalan sinovium dan efusi sinovial.
Kelemahan otot Pembengkakan ini semakin tampak jelas
Kelemahan otot sering tejadi, oleh karena disertai dengan adanya atrofi
dapat sebagai akibat dari miopati atau dari otot-otot sekitarnya. Kekakuan sendi,
neuropati menyeluruh, namun penting yang disebut dengan Morning Stiffness
untuk menyingkirkan kemungkinan oleh karena RA berlangsung ± 45 menit
penyakit medula spinalis atau kompresi bila tidak diintervensi dengan terapi, dan
spinal akibat pergeseran korpus vertebra pasien sering mengeluh bahwa pagi
(subluxasi atlanto-axial). Perubahan adalah saat-saat paling menyakitkan.
sensorik dapat terjadi sebagai bagian dari Stiffness seringkali sulit diinterpretasikan,
neuropati, namun gejala sensorik dan namun dapat dideskripsikan sebagai

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 169


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

kelambatan atau kesulitan menggerakkan aktif, dan adanya keterbatasan/limitasi


sendi saat beranjak berdiri dari tempat fungsi sendi. Khusus untuk pemeriksaan
tidur atau bergerak setelah berdiam diri gerak sendi pada lutut, yaitu dinilai
beberapa lama.1,2,3 dengan menginstruksikan pasien
American Rheumatism melakukan fleksi maksimal dan ekstensi
Association, membuat suatu kriteria maksimal dari sendi lutut. RA yang
klasifikasi untuk membedakan RA dengan melibatkan kedua sendi lutut (bilateral)
penyakit arthritis lainnya (tabel 1). 6 merupakan hal yang sering terjadi pada
Pemeriksaan fisik semua pasien RA. Adanya akumulasi cairan (efusi) pada
dengan kecurigaan arthritis meliputi lutut dapat dikonfirmasi dengan adanya
penilaian edema/swelling, nyeri tekan, ballotement pada patella, atau
dan keterbatasan gerak sendi, disertai merangsang bulge sign. Adanya efusi
dengan pemeriksaan umum yang sendi lutut atau sinovitis menghambat
sistematik. Nyeri tekan sendi dinilai fleksi sendi lutut dan bahkan dapat
dengan melakukan palpasi dan kompresi. membatasi ekstensi lutut. Aktivasi dari
Secara klinis, kerusakan sendi dan nosiseptor di sekitar sendi lutut oleh
deformitas dapat ditandai dengan adanya karena efusi dan sinovitis menyebabkan
keterbatasan gerak sendi, malalignment, keterbatasan aktivitas otot-otot
subluksasi, krepitasi, dan instabilitas kuadriseps dan atrofi otot. Seringkali
ligamen kolateral. Sendi dapat dikatakan didapatkan kista popliteal, pada saat
mengalami keterbatasan aktivitas bila pasien posisi berdiri dari belakang.
oedema, nyeri saat ditekan (pada Deformitas berkembang dengan cepat
pemeriksaan palpasi), atau adanya nyeri pada RA oleh karena adanya spasme otot,
pada gerak pasif.1,2,3,4 atrofi otot, subluksasi dan dislokasi yang
Pemeriksaan sendi dimulai disebabkan oleh kapsul sendi dan ligamen
dengan inspeksi untuk melihat adanya yang teregang, kontraktur ligamen dan
tanda oedema, erithema, dan deformitas. kapsul sendi oleh karena proses fibrosis,
Pasien juga diminta untuk melakukan dan kadangkala ruptur dari tendon
gerak aktif, untuk mengetahui apakah (tangan). 1,2,3,4
terdapat nyeri saat melakukan gerak

Tabel 1. Kriteria klasifikasi pada Rheumatoid arthritis

Revised American Rheumatism Association Criteria for


The Classification of Rheumatoid Arthritis
Kriteria Definisi
1. Mornung Stiffness Kekakuan sendi di dalam dan di sekitar sendi,
berlangsung minimal selama 1 jam
2. Arthritis pada 3 atau lebih sendi Dari pemeriksaan, 3 atau lebih sendi secara
simultan mengalami pembengkakan atau
akumulasi cairan (bukan hanya pertumbuhan
tulang). Area yang sering : PIP kanan/kiri, MCP,
pergelangan tangan, siku, lutut, ankle, dan MTP
3. Arthritis sendi-sendi tangan Minimal 1 sendi tangan mengalami
pembengkakan (pergelangan tangan, MCP atau
PIP)
4. Arthritis Simetrik Keterlibatan sendi-sendi dalam satu area (seperti
disebutkan pada kriteria 2) pada kedua sisi tubuh
/ bilateral.
5. Nodul-nodul Rheumatoid Nodul-nodul subkutan diatas penonjolan tulang

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 170


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

atau permukaan ekstensor atau regio


jukstaarikuler
6. Rheumatoid Factors Jumlah abnormal dari faktor rheumatoid dengan
metode apapun dimana hasilnya <5% dari
subyek kontrol yang normal
7. Radiologis Adanya erosi dan dekalsifikasi inekuivokal pada
sendi yang terkena (postero anterior dari
radiologi tangan dan pergelangan tangan).
MCP = Metacarpophalangeal ; MTP = Metatarsophalangeal ; PIP = Proximal Interphalangeal
Pasien dapat dikatakan menderita Rheumatoid Arthritis bila memenuhi paling tidak 4 kriteria dari 7
kriteria ini. Kriteria 1 hingga 4 harus muncul setidaknya dalam 6 minggu.
Arnett FC, Edworthy SM, Bloch DA, et al. The American Rheumatism Association 1987 revised criteria
for the classification of rheumatoid arthritis. Arthritis Rheum 1988;31(3):315-324

Dari pemeriksaan radiologis (X- merupakan tindakan rutin untuk


ray) dapat ditemukan tanda-tanda sesuai menegakkan diagnosis RA, kecuali bila
karakteristik dari RA. Pada fase awal dicurigai adanya proses spesifik kronik
ditemukan pembengkakan periartikuler yang terjadi (seperti tuberkulosis).1,2,3
dan efusi sendi, diikuti dengan proses Anemia normositik hipokrom
osteoporosis regional, dan selanjutnya umum ditemukan dan merupakan refleksi
muncul area-area osteolitik daerah tulang dari abnormalitas eritropoiesis yang
subkondral dan penyempitan celah sendi. terjadi akibat aktivitas penyakit. Hal ini
Pada fase lanjut dapat ditemukan tanda dapat dipicu oleh kehilangan darah
subluksasi atau dislokasi (seringkali pada gastrointestinal akibat obat-obatan anti-
sendi tangan dan kaki), atau adanya bony inflamasi non-steroid. Pada fase aktif,
ankylosis.1,2,7 konsentrasi LED dan CRP umumnya
Penggunaan USG dan MRI untuk meningkat. Tes serologis untuk faktor
melihat perubahan jaringan lunak dan rheumatoid memberi hasil positif pada
erosi awal pada sendi sering digunakan. 80% pasien. Tes tersebut tidak spesifik
Ultrasound dapat berguna dalam melihat dan tidak dibutuhkan untuk mendiagnosa
adanya sinovitis dan erosi tahap awal. RA. Tes yang lebih baru seperti tes untuk
Informasi tambahan mengenai antibodi anti-CCP lebih spesifik namun
vaskularisasi dapat didapatkan dengan lebih mahal.1
teknik Doppler. 1,3,7 Beberapa diagnosis diferensial
Analisis cairan sinovial juga dapat dari poliartritis adalah :1,2,3
dilakukan pada penderita RA, terutama  Poliartritis inflamasi
pada RA lutut. Pada dasarnya tidak seronegatif
didapatkan tanda-tanda patognomonik  Ankylosing spondylitis
dari analisis cairan sendi RA, namun  Reiter’s disease
analisis ini berguna untuk menyingkirkan  Polyarticular gout
kemungkinan peran infeksi dari proses  Calcium pyrophosphate
patologis yang dialami pasien pada deposition disease
lututnya, atau adanya proses  Sarcoidosis
kristalinisasi. Pasien dengan RA memiliki  Lyme disease
risiko komplikasi menjadi arthritis septik  Viral arthritis
(seringkali infeksi stafilokokus atau  Polymyalgia rheumatica
streptokokus). Biopsi sinovial bukan
 Osteoartritis

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 171


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

osteofit) merujuk pada artritis


Beberapa kebingungan dapat inflamasi.1,2
terjadi karena pada tahap lanjut dari RA
berhubungan dengan hilangnya kartilago Terapi
artikular dan OA sekunder. Pertanyaan Tujuan terapi RA adalah
tentang awal dari riwayat penyakit mengurangi nyeri dan pembengkakan
biasanya dapat memastikan diagnosis. pada sendi, menghilangkan kekakuan
Terkadang, RA dapat hanya sendi, dan mencegah pengrusakan sendi
mempengaruhi beberapa sendi besar dan lebih lanjut. Sejak tahun 1990, dikenal
sulit dibedakan dengan OA. Karakteristik suatu standar reumatologi dalam
xray seperti hilangnya kartilago articular menangani RA, dinamakan Piramida
pada keseluruhan sendi tanpa adanya Terapi RA (Gambar 1).3,4
perubahan tulang hipertrofi (sklerosis dan

Algoritma Terapi RA

Gambar 1. Diagram Terapi Rheumatoid Arthritis


Pemilihan terapi RA dengan lini pertama pada RA. Terapi
menggunakan NSAIDs (Non-steroidal Anti Medikamentosa pada RA dengan
Inflammatory Drugs) atau COX-2 inhibitor DMARDs dapat dilihat pada tabel 2.
sebagai NSAID spesifik merupakan terapi

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 172


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

Tabel 2. Terapi Medikamentosa pada RA dengan DMARDs

Bila RA menjadi agresif meskipun organ ginjal. Pengobatan baru dengan


telah menjalani terapi menggunakan inhibitor TNF-α menunjukkan hasil yang
NSAID, maka dapat digunakan terapi cukup baik dengan perbaikan akan
pengobatan lini kedua dalam 3 hingga 6 manifestasi klinis RA.1,3,4
bulan. Methotrexate dapat digunakan Indikasi pembedahan pada RA
sebagai terapi pada pasien RA dengan adalah pada pasien dengan : gagal
manifestasi klinis yang jelas (erosi, dengan terapi medikamentosa, nyeri dan
keterlibatan banyak sendi, manifestasi kaku sendi yang berat baik dengan
ekstraartikuler) dengan dikombinasikan aktivitas ataupun istirahat, atau adanya
dengan hydroxychloroquine atau penurunan fungsi yang mengganggu
sulfalazine. Penggunaan prednison aktivitas sehari-hari pasien. 1,3,4
(kortikosteroid) diduga mencegah
progresi pengrusakan sendi, dengan Komplikasi
penurunan dosis secara berkala. Selama 5 Fixed deformities
tahun terakhir ini dikenal penggunaan Komplikasi ini sering disebabkan
terapi dengan kombinasi beberapa obat oleh kekurang hati-hatian dan
lini kedua. Penggunaan methotrexate, kecerobohan. Pemeriksaan awal dan
sulfalazine, dan hydroxychloroquine perencanaan dapat mencegah deformitas
secara bersamaan dinilai lebih baik postural yang dapat menyebabkan
dibandingkan pemberian methotrexate kontraktur sendi.1,2
atau sulfalazine atau hydroxychloroquine
tersendiri. Namun pemberian obat RA lini Kelemahan otot
kedua ini harus dipertimbangkan akan Derajat ringan dari miopati atau
toksisitas terhadap hati dan insufisiensi neuropati jika dikombinasikan dengan

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 173


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

inaktivitas yang lama dapat menyababkan mengurangi komplikasi ini secara


kelemahan otot. Keadaan ini harus signifikan.1,2
dicegah dengan mengontrol inflamasi, Beberapa risiko pembedahan
fisioterapi, dan kontrol sakit. Jika tidak dapat terjadi, meskipun sangat kecil (<
dapat dicegah maka ahli bedah harus 1%) dan tingkat kesuksesan yang tinggi (>
diberitahu tentang kesulitan rehabilitasi 97%). Risiko – risiko tersebut antara lain :
pasca operasi.1,2
a. Infeksi : pada pelaksanaan
Ruptur sendi operasi sebaiknya menggunakan gaun
Terkadang, permukaan sendi dan alat-alat yang steril untuk
dapat mengalami ruptur sehingga isi dari meminimalisir terjadinya infeksi.
synovial dapat bocor ke jaringan lunak. Pemberian antibiotik intravena dan
Terapi diarahkan untuk synovitis, seperti ; antibiotik pada implan juga membantu
memasang spint, injeksi pada sendi, dan untuk mencegah terjadinya infeksi. Bila
synovectomy sebagai pengobatan garis infeksi yang sangat berat terjadi, maka
kedua.1,2 tidak menutup kemungkinan untuk
melakukan operasi berikutnya dimana
Infeksi termasuk mengangkat kembali implan
Pasien dengan RA terutama untuk mengatasi masalah infeksi
1,2,3,8
mereka yang mengunakan terapi steroid, tersebut.
rentan terhadap infeksi. Perburukan klinis
b. Thromboemboli : Setiap
yang tiba-tiba, peningkatan sakit pada
manipulasi pada ekstremitas
satu sendi harus dipikirkan adanya artritis
(pembedahan) dan keterbatasan aktifitas
septik dan diperlukannya aspirasi sendi.1,2
paska operasi dapat meningkatkan resiko
terjadinya thromboemboli. Sebelumnya,
Kompresi spinal cord
formasi clot dapat menimbulkan nyeri
Komplikasi dari instabilitas sendi
yang berkepanjangan dan
vertebra cervical (atlanto-axial) jarang
pembengkakan, dan dapat lepas menuju
terjadi. Awalnya terdapat kelemahan dan
sirkulasi sistemik dengan resiko terjadi
tanda-tanda cedera upper motor neuron
emboli paru.1,2,3,8
pada extremitas bawah. Jika terdapat hal
ini maka imobilisasi dari leher dan fusi c. Komplikasi neurologis : operasi
spinal harus dilakukan secepatnya.1,2 dapat mencederai nervus terutama pada
deformitas yang berat. Cedera neurologis
Systemic vasculitis juga dapat terjadi oleh karena
Komplikasi vaskulitis jarang tetapi pemasangan tourniquet intraoperatif
dapat menjadi serius. Steroid dan obat yang terlalu lama.3,8
imunosupresif seperti IV
1,2
cyclophosphamide mungkin diperlukan. d. Dislokasi; dapat terjadi oleh
karena penyeimbangan jaringan sekitar
Amyloidosis yang tidak baik, seperti insersi yang
Kompikasi ini jarang tetapi kurang adekuat, reseksi tulang yang
berpotensi letal pada RA yang lama. berlebihan, dan atau adanya malrotasi
Pasien mengalami proteinuria dan dari prostesis. 3,8
kegagalan ginjal yang progresif.
Ditemukannya amyloid pada biopsi ginjal Ringkasan
atau rektal merujuk pada diagnosis. RA adalah penyakit inflamasi
Kontrol terhadap proses inflamasi dapat autoimun - sistemik, progresif dan kronik

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 174


Ahmad Fauzi l Rheumatoid Arthritis

yang mempengaruhi banyak jaringan dan 4. St.Clair E W, Pisetsky D S. Rheumatoid


organ, namun pada prinsipnya merusak Arthritis, 1st ed. Durham North
sendi-sendi sinovial. RA adalah penyakit Carolina : Lippincott-Williams-Wilkins,
sistemik, namun karakteristik lesi terlihat 2004
pada sinovium atau dalam nodul 5. Darmawan J; Muirden K D;
rheumatoid. Pemilihan terapi RA dengan Valkenburg H A; Wigley R D. The
menggunakan NSAIDs (Non-steroidal Anti Epidemiology of Rheumatoid Arthritis
Inflammatory Drugs) atau COX-2 inhibitor in Indonesia. Semarang, Indonesia.
sebagai NSAID spesifik merupakan terapi Oxford Journals – Rheumatology.
lini pertama pada RA. Vol.32, Issue 7, p 537-40. 1993.
6. Arnett FC, Edworthy SM, Bloch DA, et
Simpulan al. The American Rheumatism
Rheumatoid arthritis (RA) Association 1987 revised criteria for
merupakan penyebab tersering inflamasi the classification of rheumatoid
sendi kronik. Tujuan terapi RA adalah arthritis. Arthritis Rheum
mengurangi nyeri dan pembengkakan 1988;31(3):315-24
pada sendi, menghilangkan kekakuan 7. Bohndorf K; Schalm J. Diagnostic
sendi, dan mencegah pengrusakan sendi Radiography in Rheumatoid Arthritis :
lebih lanjut. Benefits and Limitations. Elsevier.
Bailliere’s Clinical Rheumatology,
Daftar Pustaka vol.10, p399-407. 2006
1. Solomon. L. Apley’s System of 8. Scott W N. Insall and Scott Surgery of
Orthopaedics and Fractures. 8th The Knee. 4th ed. Volume 2. New
edition. Arnold. Great Britain. 2001. York, USA. Elsevier, 2006.
409-16. 9. Howe CR, Gardner GC, Kadel NJ.
2. Salter RB,.Diagnosis of Disorders and Perioperative Medication
Injuries of Musculoskeletal System. Management for the Patient With
3rd ed. Philadelphia: Lippincott- Rheumatoid Arthritis. J Am Acad
Williams-Wilkins, 1999. Orthop Surg. 2006;14: 544-51
3. Klippel JH; Stone JH; Crofford LJ; 10. Wilkinson JM, Stanley D, Getty CJ.
White PH. Primer on the Rheumatic Surgical management of the
Disease. 13th ed. New York : Arthritis rheumatoid patient. Current
Foundation, Springer, USA.. 2008. Orthopaedics (2004) 18, 357–370.

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 175

Anda mungkin juga menyukai