Anda di halaman 1dari 5

RESUME

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
“PEMROSESAN INFORMASI DALAM BELAJAR”
Dosen Pengampu : Zadrian Ardi, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :
Riski Zulfa Fatinsa (19016045)
Seksi/Kode :
Selasa, 13:20-15:00, UNP14310

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
PEMROSESAN INFORMASI
DALAM BELAJAR

A. Konsep Sensasi, Atensi, Persepsi dan Memori


1. Konsep Sensasi
Sensasi merupakan tahap pertama stimulus mengenai indera. Sensasi
merupakan pengalaman elementer yang tidak memerlukan penguraian verbal. Sensasi
adalah proses manusia dalam dalam menerima informasi sensoris (energi fisik dari
lingkungan) melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi
sinyal-sinyal “neural” yang bermakna. Fungsi alat indera dalam menerima informasi
sangat penting, melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik
lingkungannya, memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan
dunianya. Ketajaman sensasi dipengaruhi oleh faktor personal, perbedaan sensasi
dapat disebabkan perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya disamping
kapasitas alat indera yang berbeda.
2. Konsep Perhatian (Attention)
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E.Andersen).
Faktor eksternal yang mempengaruhi perhatian dimana hal ini ditentukan oleh faktor-
faktor situasional personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan
perharian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-
sifat yang menonjol, seperti :
a. Gerakan (Movement) secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
b. Intensitas Stimuli (Stimulus Intensity), kita akan memerharikan stimuli yang
menonjol dari stimuli yang lain
c. Kebaruan (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik
perhatian.
d. Perulangan (Repeatation), hal-hal yang disajikan berkali-kali bila deisertai sedikit
variasi akan menarik perhatian.
3. Konsep Persepsi
Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi &
menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
stimuli). Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi,
persepsi tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori ( Desiderato, 1976).
4. Konsep Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalm
memperngaruhi persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat
berstruktur yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya ( Schlessinger dan
Groves, 1976). Setiap stimuli menenai indera kita, setiap saat pula stimuli itu direkam
secara sadar atau tidak sadar.
Memori melewati tiga proses :
a. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan
sirkit syaraf internal.
b. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana, penyimpanan bisa aktif atau pasif.
Secara aktif bila kita menambahkan informasi tambahan, kita mengisi informasi
yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah desas-desus menyebar
lebih banyak dari volume asal). Secara pasif terjadi tanpa penambahan.
c. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi adalah
menggunakan informasi yang disimpan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemrosesan Informasi


Adapun faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi dalam belajar yaitu:
1. Faktor internal (psikologis dan fisiologis) dan eksternal
2. Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal
3. Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
4. Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informsi yang telah disimpan
dalam ingatan
5. Kemampuan otak tiap individu tidak sama.

C. Pemanfaatan Pemrosesan Informasi dalam Belajar


Pemanfaatan pemprosesan informasi dalam belajar yaitu :
1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah.
2. Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
3. Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
4. Prinsip perbedaan individual terlayani.

D. Lupa dalam Belajar


Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin
juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli
apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya
(Djamarah,2008:206).
1. Proses Terjadinya Lupa dalam Belajar
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat
diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling
bertentangan, melainkan saling mengisi
a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang
harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak,
lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat
mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-
perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih
halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2) Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang
paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas,
sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk
keseluruhan tidak begitu diingat.
3) Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol,
sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah
botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan
bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
c. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak
dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali
materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya,
mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena
terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti
ini disebut hambatan proaktif.
d. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal
yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja
(sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam
kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia,
yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut
dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau
melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan
kejiwaan pada penderita(Fauzi dan Mutmainah, 2005: 52-54).
2. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Menurut Ormrod (2008:308-309), ada empat kemungkinan (faktor) penyebab lupa,
yaitu:
a. Kegagalan untuk memanggil kembali (inability to retrieve), adalah kegagalan untuk
menemukan informasi yang ada dalam memori jangka panjang.
b. Kesalahan Rekonstruksi (reconstruction error), konstruksi “memori” yang logis namu
salah dengan menggabungkan informasi yang dipanggil dari memori jangkan panjang
dengan pengetahuan dan keyakinan umum seseorang tentang dunia.
c. Interferensi, Fenomena dimana sesuatu yang disimpan dalam memori jangka panjang
menghambat kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu yang lain dengan
benar. Atau, kegagalan informasi karena terhalang dengan informasi lain.
d. Kerusakan informasi (decay), pelemahan bertahap informasi yang disimpan dalam
memori jangka panjang, terutama jika informasi tersebut jarang digunakan.
3. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
 Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat
akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya
ingatannya adalah sebagai berikut:
a. Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi
tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan
cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara
lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan
ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
b. Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi
belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini
dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
c. Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti
kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item
informasi ke dalam sistem akal siswa.
d. Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-
item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e. Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan
terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan
cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu
istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar
banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan
istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar
yang efisien.
f. Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dan sebagainya)
yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus
diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang
mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu
diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut
memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal
permanen siswa (Syah, 1996: 160-164).

Anda mungkin juga menyukai