Anda di halaman 1dari 42

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prosedur Pemeriksaan Fisik Pada Anak


1. Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang ber tujuan
untuk memperoleh data status kesehatan anak serta dapat dijadikan
sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis keperawatan, adapun
pengkajian fisik keperawatan meliputi:
a. Pengkajian Keadaan Umum
Pada pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan secara umum seperti
pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-
lain.
1) Pemeriksaan Kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran
anak, status kesadaran ini dilakukan dengan dua penilaian yaitu
penilaian secara kualitatif dan penilaian secara kuantitatif,
secara kualitatif dapat nilai antara lain: Compos mentis
mempunyai arti anak mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respons yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan, apatis: anak mengalami acuh tak acuh terhadap
keadaan sekitarnya, somnolen, anak memiliki kesadaran yang
lebih rendah dengan ditandai dengan anak tampak mengantuk,
selalu ingin tidur, tidak responsif terhadap rangsangan ringan
dan masih memberikan respons terhadap rangsangan yang kuat,
sopor mempunyai arti bahwa anak tidak memberikan respons
ringan maupun sedang tetapi masih memberikan respons sedikit
terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya refleks pupil
terhadap cahaya yang masih positif, koma mempunyai arti

3
4

bahwa anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau


rangsangan apa pun refleks pupil terhadap cahaya tidak ada dan
delirium merupakan tingkat kesadaran yang paling bawah
ditandai dengan disorientasi sangat iritatif, kacau dan salah
persepsi terhadap rangsangan sensorik. Dalam penilaian
kesadaran anak sering kali ditemukan permasalahan seperti
kesulitan dalam penilaian kesadaran melalui respons yang
diberikan pada anak karena respons dari anak tidak menjadikan
ukuran mutlak keadaan kesadaran baik atau terjadi gangguan.
Sedangkan penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat
diukur melalui penilaian skala koma (Glasgow) yang dinyatakan
dengan GCS (Glasgow Coma Scale), dengan nilai coma di
bawah 10, adapun penilaian sebagai berikut:
a) Membuka mata
(1) Spontan : 4
(2) Dengan diajak bicara : 3
(3) Dengan rangsangan nyeri : 2
(4) Tidak membuka : 1
b) Repons verbal
(1) Sadar dan orientasi ada : 5
(2) Berbicara tanpa kacau : 4
(3) Berkata tanpa arti : 3
(4) Hanya menggerang : 2
(5) Tidak ada suara : 1
c) Respons motorik
(1) Sesuai perintah : 6
(2) Terhadap rangsanga nyeri
(3) Timbul gerakan normal : 5
(4) Fleksi cepat dan abduksi bahu : 4
(5) Fleksi lengan dengan adduksi bahu : 3
5

(6) Ektensi lengan, adduksi, endorotasi bahu, pronasi


lengan bawah : 2
(7) Tidak ada gerakan : 1
Untuk menentukan nilainya dengam cara dijumlahkan
masing-masing aspek penilaian yaitu : aspek membuka mata +
respons verbal + respon motorik.
2) Pemeriksaan Status Gizi
Penilaian tentang status gizi ini dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan
antropometn'k, yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium
yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi anak,
kemudian dalam penilaian status gizi anak dapat disimpulkan
apakah anak mengalami gizi baik, cukup atau gizi yang kurang.
3) Pemeriksaan Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan
dalam keadaan tidur atau istirahat, pemeriksaan nadi dapat
disertai dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui
adanya pulsus defisit yang merupakan denyut jantung yang tidak
cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga denyut
jantung lebih tinggi dari pada denyut nadi. Kemudian dilakukan
pemeriksaan kecepatan atau frekuensi .
6

Umur Frekuensi Nadi Rata-Rata

Lahir 140
<1 bulan 110
1-6 bulan 130
6-12 bulan 115
1-2 tahun 110
2-6 tahun 105
6- 10 tahun 95
10 -14 tahun 85
14- 18 tahun 82

Nadi apabila ditemukan takikardia yang merupakan denyut


jantung lebih cepat daripada kecepatan normal, di mana keadaan
ini dapat terlihat pada keadaan, hipertermia, aktivitas tinggi,
ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal jantung, dehidrasi
atau rejantan. Pada keadaan hipertermia meningkatnya suhu 10C
akan meningkatan denyut nadi sebanyak 15-20 kali per menit.
Penilaian yang lain adalah ada atau tidaknya takikardia sinus
ditandai dengan adanya variasi 10-15 denyutan dari menit ke
menit, takikardia supraventikuler paroksismal yang ditandai
dengan nadi sulit dihitung oleh karena kecepatannya (lebih dari
200 kali per menit) dan kecepatan nadi konstan sepanjang
serangan. Di samping takikardia terdapatbradikardia merupakan
frekuensi denyut jantung yang lebih lambat dari normal,
kemudian dalam penilaian bradikardia terdapat bradikardia sinus
dan bradikardia relatif apabila denyutan nadi lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan kenaikan suhu. Dalam
pemeriksaan nadi yang lain adalah iramanya di mana denyutan
nadi akan dinilai apakah iramanya itu normal atau tidak, seperti
disritmia (aritmia) sinus. Ini merupakan ketidakteraturan nadi di
mana denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan akan lebih
lambat saat ekspirasi. Kemudian apabila teraba nadi sepasang-
sepasang dinamakan pulsus bigeminus dan apabila teraba tiga
7

kelompok-kelompok disebut pulsus trigeminus dan untuk


melihat kelainan lebih lanjut dapat dengan elektrokardiografi.

Pola Nadi Deskripsi


Bradikardia Frekuensi nadi lambat
Takikardia Frekuensi nadi meningkat, dalam
keadaan tidak dalam ketakutan,
menangis, aktivitas meningkat, atau
demam yang menunjukan penyakit
jantung
Sinus aritmia Frekuensi nadi meningkat selama
inspirasi, menurun selama ekspirasi,
sinus aritmia merupakan variasi normal
pada anak khususnya selama tidur
Pulsus alternans Denyut nadi yang silih berganti kuat
lemah dan kemungkinan menunjukan
gagal jantung
Pulsus bigeminus Denyutan yang berpasangan yang
berhubungan dengan denyutan prematur
Pulsus paradoksus Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi
Thready pulse Denyut nadi cepat dan lemah
menunjukan adanya tanda syok, nadi
sukar dipalpasi tampak muncul dan
menghilang
Pulsus corrigan Denyut nadi kuat dan berdetak-detak
disebabkan oleh variasi yang luas pada
tekanan nadi

Selain itu pemeriksaan nadi lain adalah kualitas nadi apakah


normal atau cukup, hal ini dapat dinilai seperti adanya pulsus
seler ditandai dengan nadi teraba sangat kuat dan turun dengan
cepat akibat tekanan nadi (perbedaan tekanan sistolik dan
diastolik yang sangat besar). Apabila lemah menunjukkan
adanya kegagalan dalam sirkulasi. Adanya pulsus parvus et
tardus ditandai dengan nadi dengan amplitudonya yang rendah
dan teraba lambat naik dapat terjadi pada stenosis aorta. Adanya
pulsus alternans ditandai dengan denyut nadi yang berselang
seling kuat dan lemah menunjukkan adanya beban ventrikel kiri
8

yang berat. Adanya pulsus paradoksus ditandai denga nadi yang


teraba jelas lemah saat inspirasi dan teraba normal atau kuat saat
ekspirasi yang menunjukkan tamponade jantung

4) Pemeriksaan Tekanan Darah


Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya
sebaiknya dicantumkan dalam posisi atau keadaan apa seperti
tidur, duduk, berbaring atau menangis sebab posisi akan
mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah yang dilakukan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung pada pasien. Pemeriksaan yang sering kita lakukan
adalah pemeriksaan secara tidak langsung dengan menggunakan
tensi meter yang dapat dilakukan secara palpasi atau secara
auskultasi dengan bantuan stetoskop. Pemeriksaan ini menilai
adanya kelainan pada gangguan Sistem kardiovaskular, apabila
didapatkan perbedaan tekanan darah sistolik pada Saat inspirasi
dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmhg maka dapat dikatakan
anak mengalami pulsus paradoksus yang kemungkinan
terjadinya tamponade jantung, gagal jantung dan lain-lain.

Umur Tekanan Sistol/Diastol (mmHg)


9

1 bulan 86/54

6 bulan 90/60

1 tahun 96/65

2 tahun 99/65

4 tahun 99/65

6 tahun 100/60

8 tahun 105/60

10 tahun 110/60

12 tahun 115/60

14 tahun 118/60

16 tahun 120/65

5) Pemeriksaan Pernapasan
Pada pemeriksaan ini dilakaukan dengan cara menilai
frekuensi pernapasan, irama pernapasan, kedalaman pernapasan
dan tipe atau pola pernapasan. Dengan ketentuan sebagaimana
pada tabel berikut :

Pola Deskripsi

Dispnea Susah napas yang ditunjukan adanya


retraksi

Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat yang


abnormal, irama teratur

Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal


10

Hipernea Pernapasan cepat dan dalam

Apnea Tidak ada pernapasan

Ccheyne Stroke Periode pernapasan cepat dalam yang


bergantian dengan periode apnea, umunya
pada bayi dan anak selama tidur
nyenyak,depresi, dan kerusakan otak

Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa cepat,


normal atau lambat pada umumnya pada
asidosis metabolik

Biot Tidak teratur terlihat pada kerusakan otak


bagian bawa dan depresi pernapasan

6) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal,axila dan
oral yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh
yang dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnosis
dini suatu penyakit.

Umur Suhu (Derajat Celcius)


3 Bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36

7) Pemeriksaan Kulit, Kuku, Rambut, Kelenjar Getah Bening


a) Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menilai warna warna,
adanya sianosis, ikterus, ekzema, pucat, perpura, eritema,
11

makula, papula,vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit,


kelembaban kulit, tekstur kulit dan edema.

Warna Kulit Deskripsi


Coklat Menunjukkan adanya
penyakit addison atau
beberapa tomur hipofisis
Biru Kemerahan Menunjukkan polisitemia
Merah Alergi dingin, hipertermia,
psikologis, alkohol atau
inflamasi lokal
Biru (Sianosis pada kuku) Sianosis perifer oleh karena
kecemasan, kedinginan
atau sentral karena
penurunan kapasitas darah
dalam membawa oksigen
yang meliputi bibir, mulut
dan badan.
Kuning Ikterus yang menyertai
penyakit hati, hemolisis sel
darah merah, obstruksi
saluran empedu atau infeksi
berat yang terlihat pada
skelra, membaran mukosa
dan abdomen. Apabila
terdapat pada telapak
tangan dan kaki dan muka
bukan sklera menunjukkan
adanya akibat memakan
wortel dan kentang.
Apabila pada area kulit
terbuka tidak pada skelra
dan memberan mukosa
menunjukkan adanya
penyakit ginjal kronik
Pucat (Kurang merah muda Menunjukkan adanya
pada kulit orang putih) atau sinkop, demam, syok,
warna abu-abu pada kulit anemia
hitam
Kekurangan warna secara Albinisme
12

umum

Pemeriksaan warna kulit ini untuk mengetahui adanya


pigmentasi kulit, kondisi norrmal dapat disebabkan karena
melanin pada kulit.

Cara dan Keadaan Patologis Pemeriksaan Kelebapan Kulit

Caranya Patologis
Amati kelebaban Kulit kering pada daerah bibir,
daerah kulit normal : tangan atau genetalia
Agak kering menunjukkan adanya dermatitis
kontak.
Normal : Membran
mukosa lembab Kekeringan yang menyeluruh
disertai dengan lipatan dan
membran mukosa yang lembab
menunjukkan terlalu terpapar
dengan sinar matahari dan sering
mandi atau kurang gizi sedang
kering pada membran mukosa
menunjukkan adanya dehidrasi
serta adanya, kedinginan
menunjukkan adanya syok dan
perspirasi.

Cara dan Keadaan Patologis Pemeriksaan Suhu Kulit

Caranya Patologis
Dilakukan palpasi pada Adanya hipertermia
daerah kulit dengan menunjukkan demam,
punggung tangan pada terbakar sinar matahari,
ekstremitas gangguan otak. Hipertermia
lokal menunjukkan adanya
luka bakar atau infeksi.
Hiportermia menunjukkan
adanya syok. Hipotermia
menunjukkan adanya
terpapar dingin
13

Cara dan Keadaan Patologis Pemeriksaan Tekstur Kulit

Caranya Patologis
Dilakukan inspeksi dan Kulit kasar dan kering
palpasi terhadap tekstur menunjukkan terlalu sering
kulit. mandi, kurang gizi, terpapar
cuaca, ganguan endokrin.
Normal kulit bayi dan
anak lembut Kulit mengelupas atau
bersisik pada jari-jari tangan
atau kaki menunjukkan
adanya ekzema, dermatitis
atau infeksi jamur.

Sisik berminyak pada kulit


kepala menunjukkan adanya
dermatitis seborrhoik.

Bercak-bercak
hipopigmentasi dan bersisik
pada muka dan tubuh bagian
atas menunjukkan ekzema

Cara dan Keadaan Patologis Pemeriksaan Turgor Kulit

Caranya Patologis
Dilakukan palpasi di daera Lipatan kulit kembali
kulit dengan mencubit lambat dan adanya tanda
lengan atas atau abdomen menunjukkan adanya
dan melepaskannya secara dehidrasi atau malnutrisi,
cepat. penyakit kronik atau
ganguan otot.
Normal : kulit kembali
seperti semula dengan
cepat tanpa meninggalkan
tanda
14

Cara dan Keadaan Patologis Pemeriksaan Edema Kulit

Caranya Patologis
Dilakukan palpasi pada Lekukan telunjukk yang
daerah kulit dengan menetap setelah telunjuk
menekan daerah kulit yang diangkat menunjukkan
kelihat membengkak adanya pitting edema.
dengan jari telunjuk Edema daerah periorbital
menunjukkan adanya
banyak menangis, alergi,
baru bangun tidur atau
penyakit ginjal. Edema
pada ektremitas bawah dan
bokong menunjukkan
kelainan pada ginjal dan
jantung

Cara dan Keadaan Patologis Pemeriksaan Adanya Lesi


Kulit

Caranya Patologis
Dilakukan inspeksi dan Hampir semua lesi
palpasi pada daerah kulit menunjukkan adanya
dengan memperhatikan urtikaria, ekzema,
distribusi, bentuk, warna, dermatitis kontal atau
ukuran, konsistensi reaksi alergi.
seperti :
Bentol yang kecil atau
Makula : Massa rata besar yang berkelompok
ukuran kecil kurang dari 1 uritkaria
cm berbeda dari kulit
sekitar Adanya eritema, vesikel,
krusta, ruam yang gatal
Papula : Massa padat pada pipi dan kulit kepala
menonjol ukuran kecil menunjukkan adanya
kurang dari 1 cm dermatitis atopik (ekzema)

Nodul : Massa padat dan Adanya pembengkakkan


15

menonjol sedikit lebih merah dan gatal


besar (1-2 cm) dan lebih menunjukkan adanya
dalam dari papula dermatitis kontak

Tumor : Massa padat dan Pembengkakan pada


menonjol lebih besar dari kelenjar parotis yang sangat
nodul dapat keras atau nyeri menunjukkan
lunak gondong

Bentol : Arema edema kulit


sementara dan berbentuk
tidak terartur

Vesikel : Massa berisi


cairan kurang dari 1cm,
menonjol

Bula : Massa yang berisi


cairan, menonjol, lebih
besar dari vesikel

Pustula : Vesikel berisi


eksudat purulens

Sisik : Serpih tipis


epidermis yang
mengelupas

Krusta : Eksudat purulens


yang mengering

Erosi : Lesi basa akibat


epidermis superfisial yang
menghilang

Ulkus : Kehilangan
permukaan kulit yang
dalam dapat meluas sampai
ke dermis dan jaringan
16

subkutan

Fisura : Retak lurus dan


dalam pada kulit

Striae : Garis-garis tipis


ungu atau putih pada
abdomen

Petekie : Massa rata, bulat,


merah tua atau keunguan
kurang dari 3 mm

Ekimosis : Massa dengan


ukuran bentuk bervariasi
mula-mula ungu, memudar
menjadi hijau kuning
kemudian coklat

b) Pemeriksaan Kuku
Pada pemeriksaan kuku ini dilakukan dengan mengadakan
infeksi terhadap warna, bentuk dan keadaan kuku. Adanya
jari tabuh dapat menunjukan penyakit pernafasan kronik,
atau penyakit jantung serta bentuk kukuyang cekung dan
cembung menunjukan adanya cidera, defisiensi besi, dan
infeksi.
c) Pemeriksaan Rambut
Pada pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk melihat
adanya warna, kelebatan, distribusi, dan karakteristik
lainnya dari rambut. Keadaan normal adalah rambut
menutupi semua kecuali telapak tangan dan kaki,
permukaan labia sebelah dalam, dan rambut kepala seperti
berkilauan seperti sutra dan kuat.adanya rambut kering dan
rapuh kurang pigmen dapat menunjukan danya kekurangan
gizi, adanya kurang tumbuh rambut dapat menunjukan
17

adanya malnutrisi penyakit hipotiroidisme, efek obat dan


lain-lain.

d) Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening


Pemeriksaan kelenjar getah bening dengan cara melakukan
palpasi pada daerah leher atau inguinal yang lain, apabila
terjadi pembesaran dengan diameter lebih dari 10 mm
menunjukan adanya kemungkinan tidak normal atau
indikasi penyakit tertentu.
8) Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan bagian kepala ini meliputi pemeriksaan
kepala secara umum, pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung,
mulut, laring, faring, dan leher.
a) Kepala
Pada pemeriksaan ini menilai tentang lingkaran kepala,
apabila di dapat lingkaran kepala yang lebih besar dari
normal dinamakan makrosefali . biasanya dapat ditemukan
pada penyakit hidrocepalus dan mikrosifali dimana lingkar
kepala kurang dari normal. Pemeriksaan yang lain adalah
ubun-ubun atau fontanel. Apabila didapatkan dalam
keadaan normal ubun-ubun rata atau sedikit cekung dan
apabila ubun-ubun besar menonjol pada keadaan tekanan
intrakranial meninggi dan apabila ubun-ubun cekung maka
kemungkinan dapat ditemukan pada kasus dehidrasi dan
malnutrisi.
b) Wajah
Pemeriksaan wajah yang dilakukan pada anak dapat dilihat
tentang adanya asimetri atau tidak, asimetri pada wajah
dapat disebabkan karena adanya paralisis fasialis, kemudian
menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
c) Mata
18

Pada pemeriksaan mata ini menilai adanya visus atau


ketajaman penglihatan, pada pemeriksaan visus ini dapat
dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya pada umur
neonatus, pada umur 1 bulan sudah mampu melihat adanya
benda-benda dan pada usia 2 bulan mampu melihat jari dan
untuk memperjelas pemeriksaan dengan mengutamakan
oftalmologis.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah palpebra dapat dilihat
simetris atau tidak, kelainan yang muncul antara lain adanya
patosis di mana palpebra yang tidak dapat terbuka,
lagoftalmos merupakan kelopak mata yang tidak dapat
menutup dengan sempurna sehingga sebagian kornea tidak
dilindungi oleh kelopak mata dan pseudo lagoftamos
ditandai dengan kedua belah mata tidak tertutup sempurna,
adanya hordeolum yang merupakan infeksi lokal pada
palpebra. Pemeriksaan kelenjar lakrimalis dan duktus
nasolakrimalis juga dapat diketahui dengan ada tidaknya
produksi air mata dan apabila produksi air mata yang
berlebihan disebut epifora, selain itu pemeriksaan
konjungtiva dapat dilihat dengan ada tidaknya perdarahan
subkonjungtiva yang dapat ditandai dengan adanya
hiperemia dan edema kojungtiva palpebra.
Pemeriksaan sklera ini dinilai warnanya, secara normal
berwarna putih apabila ditemukan adanya berwarna lain
kemungkinan ada indikasi penyakit lain, demikian kornea
dapat ditentukan jernih atau tidak, apabila terjadi
keradangan maka tampak sekali adanya kekeruhan.
Pemeriksaan pupil secara normal adalah berbentuk bulat,
simetris dan pupil dikatakan normal apabila diberikan sinar
akan mengecil dengan reflek cahaya langsung dan apabila
pupil yang sisi kontralateral yang tidak terkena sinar,
19

kemudian adanya midriasis atau dilatasi pupil yang


menunjukkan adanya rangsangan simpatis dan miosis yang
menunjukkan keadaan pupil mengecil dan apabila
ditemukan pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya
penyakit katarak.
Pemeriksaan lensa juga sangat menentukan dalam
pemeriksaan mata dengan menilai jernih atau keruh sebab
apabila ditemukkan kekeruhan pada lensa akan mmgalami
katarak. Kemudian pada pemeriksaan bola mata apabila
ditemukan dalam keadaan menonjol dinamakan eksoftalmos
dan apabila bola mata mengecil dinamakan enoftalmos.
Pemeriksaan strabismus atau juling yang merupakan sumbu
visual yang tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata,
selain strabismus terdapat nistagmus yang merupakan
gerakan bola mata ritmik yang cepat dan dapat horizontal.
d) Telinga
Dalam pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai telinga
bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan
pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan
menentukan bentuk besar dan posisinya. Pemeriksaan liang
telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop,
kemudian pemeriksaan selanjutnya adalah membran
tympani di mana dikatakan normal membran tympaninya
adalah sedikit cekung dan mengkilat kemudian dilihat juga
adanya perforasi atau tidak, kemudian pemeriksaan mastoid
dengan melihat adanya pembengkakkan pada daerah
mastoid, setelah itu baru dilaksanakan pemeriksaan
pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak
dengan bantuan alat garputala.
e) Hidung
20

Pada pemeriksaan hidung untuk menilai adanya kelainan


bentuk dari hidung atau juga untuk menentukan ada
tidaknya epistaksis, pemeriksaan yang dapat digunakan
adalah pemeriksaan rhinoskopi anterior maupun posterior.
f) Mulut
Pada pemeriksaan mulut dapat ditemukan ada tidaknya
trismus yang merupakan kesukaran membuka mulut,
halitosis yang merupakan bau mulut tidak sedap kare
personal higiene yang kurang, labioskisis di mana keadaan
bibir yang tidak simetris Pemeriksaan selanjutnya adalah
gusi dapat ditentukan adanya edema atau tand tanda radang.
Pemeriksaan lidah juga dapat ditentukan apakah terjadi kel
kogenital atau tidak, yang dapat dilihat adanya sia yang
merupakan lidah yang terlalu besar dan ada mikroglosia di
mana lidahnya terlalu kecil dan ada glosoptosis di mana
lidah tertarik kebelakang, kemudian juga dapat diperiksa
ada tidanya tremor lidah dengan menjulurkan lidah. Pada
pemeriksaan gigi khususnya pada anak kadang-kadang gigi
tumbuh, dan mudah lepas dan perkembangan gigi susu
dimulai tumbuh pada umur 5 bulan teta kadang-kadang satu
tahun, pada umur 3 tahun kedua puluh gigi susu akan
tumbuh kelainan yang dapat ditemukan pada gigi antara lain
adanya karies dentis yang terjadi akibat infeksi bakteria.
Dalam pemeriksaan selanjutnya dapat diketahui adanya
pegeluaran saliva dengan melihat banyaknya saliva yang
dikeluarkan, adanya hipersalivasi pada anak kemungkinan
pertumbuhan gigi pada anak akan tumbuh atau proses
keradangan yang lain
g) Faring
Pemeriksaan ini untuk melihat adanya hiperemia, edema,
adanya abses baik retrofaringeal atau peritonsilar atau
21

lainnya, Adanya edema ia ring umumnya ditandai dengan


mukosa yang pucat dan sembab dan pada difteri dapat
ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat
(pseudomembran).
h) Laring
Pada pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan
pemeriksaan pernapasan apabila adanya obstruksi pada
laring maka suara mengalami stridor yang disertai dengan
batuk dan suara serak pada pemeriksaan laring dapat
digunakan alat laringoskop baik direk (langsung) maupun
indirek yang menggunakan alat yang dimasukkan kedalam
secara perlahan-lahan dengan lidah ditarik ke luar.
i) Leher
Pada pemeriksaan leher untuk menilai adanya tekanan vena
jugularis, dengan cara meletakkan pada pasien dalam posisi
terlentang dengan dada dan kepala diangkat setinggi 15-30
derajat, dapat ditemukan ada tidaknya distensi pada vena
jugularis. Kemudian pemeriksaan yang lain adalah ada
tidaknya massa dalam leher. Pada bayi dengan cara dalam
keadaan telentang dan kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi
dengan jari-jari telunjuk dan tengah, dan perhatikan adanya
pergerakan pada tiroid keatas apabila pasien menelan.
9) Pemeriksaan Dada
Pada pemeriksaan dada yang perlu diketahui adalah garis
atau batas di dada seperti gambar di bawah ini, dan cara dalam
melakukan pemeriksaan adalah dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Dalam melakukan penilaian terhadap
hasil pemeriksaan dada yang perlu diperhatikan adalah bentuk
dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya deformitas
atau tidak, adanya penonjolan, pembekakkan atau kelainan yang
lain. Pada penilaian bentuk dada di antaranya:
22

Pertama, funnel chest yang merupakan bentuk dada di mana


sternum bagian bawah serta iga masuk kedalam terutama saat
inspirasi, yang dapat disebabkan hipertropi adenoid yang berat.
Kedua pigeon chest (dada burung), merupakan bentuk dada
di mana bagian stemum menonjol ke arah luar, di mana biasanya
disertai dengan depresi ventrikei pada daerah kostokodral,
kelainan ini dapat dilihat pada kasus osteoporosis.
Keterangan:
a) Garis midsternal, Garis vertikal yang melalui pertengahan
sternum
b) Garis sternal, Garis sejajar dengan garis misdsternal yang
melalui tepi sternum kanan dan km
c) Garis parasternai, Garis sejajar dengan garis midsternal
yang melalui titik 1 cm lateral dari garis sternal kanan dan
kiri.
d) Garis midklavikularis, Garis sejajar dengan garis midsternal
yang melalui pertengahan klavikula kanan dan kiri
e) Garis aksilaris anterior, Garis sejajar dengan garis
midsternal yang melalui lipatan aksilaris anterior
f) Garis mid aksilaris (aksiiaris medial), Garis sejajar garis
midstemal yang melalui pertengahan garis aksilaris anterior
dan posterior
g) Garis aksilaris posterior, Garis sejajar dengan garis
midsternal yang melalui lipatan aksilaris posterior
h) Garis mid spinalis, Garis vertikal di tengahvtengah pungung
melalui prosesus spinosus tulang belakang
i) Garis midskapularis, Garis sejajar dengan garis midspinalis
yang melalui puncak skapula
Ketiga barrel chest, merupakan bentuk dada di mana dada
berbentuk bulat seperti tong yang mana sternum terdorong
kearah depan dengan iga-iganya horizoptal yang dapat
23

ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma, emfisema,


dan lain-lain.
Pemeriksaan pada daerah dada yang lain adalah
Pemeriksaan payudara, paru dan jantung.
a) Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat digunakan untuk
mengetahui perkembangan atau kelainan payudara anak,
diantaranyamengetahui ada tidaknya ginekomastia patologis
atatu terjadi galaktore, sebelum anak mengalami masa
pubertas.
b) Paru
Pada pemeriksaan paru langkah pertama adalah inspeksi
untuk melihat apakah terdapat kelainan patologis ataukah
hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru saat
bernapas. Sedangkan untuk pemeriksaan secara palpasi
dapat dinilai
(1) Simetri atau asimetri dada yang dapat diperoleh karena
adanya benjolan yang abnormal, pembesaran kelenjar
limfe pada aksila dan lain-lain.
(2) Adanya fremitus suara, yang merupakan getaran pada
daerah thorak saat anak bicara atau menangis yang
sama dalam kedua sisi thorak, penilaiannya apabila
meninggi suaranya maka terjadi konsolidasi seperti
pada pneumonia dan apabila menurun terjadi obstruksi,
atelektaksis, pleuritis, efusi pleura, tumor pada paru.
Caranya dengan meletakkan telapak tangan kanan dan
kiri pada daerah dada atau punggung.
(3) Adanya krepitasi subkutis, yang merupakan adanya
udara pada daerah bawah adanya krepitasi ini dapat
teriadi spontan, setelah trauma atau jaringan kulit
tindakan trackeostomi dan lain-lain.
24

Kemudian pemeriksaan secara perkusi dapat dilakukan


dengan cara langsung atau tidak langsung, cara langsung
dengan mengetukkan ujung jari atau jari telunjuk langsung
ke dinding dada, sedangkan cara tidak langsung dengan cara
meletakkan satu jari pada dinding dada dan mengetuknya
dengan jari tangan lainnya yang dimulai dari atas ke bawah
dan kanan atau kekiri dengan membandingkannya. Hasil
penilaian dari pemeriksaan ini adalah:
Pertama sonor, merupakan suara paru yang normal,
kedua adalah redup atau pekak suara perkusi yang
berkurang normalnya pada daerah skapula, diafragma, hati
jantung. Suara pekak atau redup ini biasanya terdapat
konsolidasi jaringan paru seperti pada atelektaksis,
pneumonia lobaris, dan lain-lain. Khusus untuk pekak pada
daerah hati ini terdapat setinggi iga ke enam pada garis
aksilaris media kanan yang menunjukkan adanya gerakan
pernapasan yakni menurun pada saat inspirasi dan naik pada
ekspirasi dan pada anak ini akan mengalami kesulitan
khususnya dibawah 2 tahun. Ketiga adalah hipersonor atau
timpani yang terjadi apabila udara dalam paru bertambah
atau pleura bertambah seperti pada emfisema paru atau
pnemuthorax. Pemeriksaan paru selanjutnya adalah
pemeriksaan dengan cara auskultasi untuk menilai suara
napas dasar dan suara napas tambahan, yang dapat
dilakukan di seluruh dada dan punggung.
Caranya adalah dari kanan atau ke kiri dengan
membandingkannya kemudian dari bagian atas kebawah
dan menekan daerah stetoskop yang kuat. Khusus pada bayi
suara nafas akan lebih keras karena dinding dada masih
tipis. Hasil penelitian dari pemeriksaan auskultasi meliputi
25

adanya suara nafas dasar dan suara nafas tambahan seperti


dibawah ini :
(1) Suara Napas Dasar
Suara nafas dasar merupakan suara nafas biasa, yang
meliputi suara napas vesikuler, bronkial, amforik, cog
wheel breath sound dan metamorphosing breath sound.
(a) Suara napas vesikuler: Suara napas normal di
mana adanya udara masuk dan keluar melalui jalan
napas dan suara inspirasi lebih keras dan panjang
daripada suara ekspirasi, apabila suara vesikuler ini
melemah maka terjadi penyempitan pada daerah
bronkus, atau keadaan ventilasi yang kurang
seperti pada pneumonia, atelektaksis, edema paru,
efusi pleura, emfisema, pneumothorak, dan
vesikuler mengeras apabila konsolidasi bertambah
seperti pnumonia, adanya tumor dan lain-lain,
khusus pada asma suara vesikuler pada ekspirasi
yang memanjang.
(b) Suara napas bronkhial: Suara napas bronkhial
merupakan suara nafas dimana inspirasinya keras
kemudian disusul dengan ekspirasi yang keras
pula, suara ini normal terdengar pada daerah
bronkus besar kanan dan kiri, di daerah parasternal
atas di dada depan dan di daerah interskapular di
belakang, akan tetap apabila terjadi pada daerah
lain maka kemungkinan terjadi konsolidasi paru.
(c) Suara napasamforik merupakan bunyi suara di
mana suara tersebut menyerupai bunyi tiupan
diatas mulut botol kosong, sehingga suara tersebut
dikatakan sebagai suara napas amforik. Suara
napas cog wheel breath sound merupakan suara
26

napas yang terdengar secara terputus-putus, tidak


terus-menerus pada saat inspirasi maupun saat
ekspirasi, yang dapat terjadi pada kelainan pada
bronkus kecil Metamorphosing breath sound
merupakan suara napas di mana suaranya dimulai
dari yang halus kemudian mengeras dan dapat
dimulai dari suara vesikuler kemudian menjadi
bronkial.
(2) Suara Napas Tambahan
Suara napas tambahan merupakan suara napas yang
dapat didengar melalui bantuan auskultasi yang
meliputi ronki basah (rales)/ronki kering, whezing,
suara krepitasi bunyi gesekan pleura (pleural friction
rub).
(a) Ronki basah (rales)/ronki kering suara ronki basah
terkenal dengan suara rales yang mempunyai arti
bahwa suara napas seperti vibrasi terputus-putus
yang tidak terus-menerus yang terjadi akibat
getaran oleh karena cairan dalam jalan napas yang
dilalui oleh udara. Kemudian suara ronki kering
atau juga disebut sebagai rhonchi merupakan suara
terus-menerus yang terjadi karena udara melalui
jalan napas yang menyempit akibat proses
penyempitan jalan napas atau adanya jalan nafas
yang obstruksi dan lebih terdengarpada
saatekspirasidaripada saat inspirasi.
(b) Suara wheezing merupakan suara napas yang
termasuk dalam ronki kering akan tetapi terdengar
secara musikal atau sonor apabila dibandingkan
dengan ronki kering, suaranya lebih terdengar pada
saat ekspirasi.
27

(c) Suara krepitasi merupakan suara napas yang


terdengar akibat membukanya al- veoli. Suara
krepitasi terdengarnormal pada daerah belakang
bawah dan samping pada saat inspirasi yang dalam,
sedangkan patologis terdapat pada pneumonia
lobaris.
(d) Bunyi gesekan pleura (pleural friction run)
merupakan suara akibat gesekan pleura yang
terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga
pemeriksa yang dapat terjadi pada saat inspirasi
maupun saat ekspirasi dan lebih jelas pada akhir
inspirasi.
c) Jantung
Pada pemeriksaan jantung yang pertama kali dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan secara
(1) Inspeksi dan palpasi, dari pemeriksaan ini dapat
ditentukan antara lain: Pertama, denyut apek atau
aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus
kordis merupakan denyutan jantung yang dapat dilihat
pada daerah apek yaitu sela iga ke empat pada garis
mid klavikularis kiri atau sedikit lateral.Denyutan ini
dapat terlihat apabila terjadi pembesaran ventrikel
seperti apabila pada daerah ventrikel kiri yang besar
maka apek jantung bergeser ke bawah dan ke lateral.
Kedua, detak pulmunal, yang merupakan detak jantung
apabila tidak teraba pada bunyi jantung II dalam
keadaan normal, apabila bunyi jantung II mengeras
dapat diraba pada sela iga kedua tepi kiri stenum maka
keadaan tersebut dikatakan sebagai detak pulmonal
tapping. Ketiga, getaran bising (thrill), merupakan
28

getaran dinding dada akibat bising jantung yang keras,


yang terjadi pada kelainan organik.
(2) Perkusi dapat dilakukan untuk menilai adanya
pembesaran pada jantung (kardiomegali) serta batasan
dari organ jantung tersebut yang dilakukan daerah
sekitar jantung dari perifer hingga ke tengah.
(3) Auskultasi pada jantung dengan cara mendengarkan
mulai dari apeks kemudian ke tepi kiri sternum bagian
bawah, bergeser keatas sepanjang tepi kiri sternum, tepi
kanan sternum daerah infra dan supra klavikula
kanan/kiri, lekuk supra sternal daerah karotis di leher
kanan atau kiri dan seluruh sisa dada atau dapat
dilakukan pada berbagai cara pemeriksaan seperti
dengan daerah tradisional seperti untuk menilai daerah
mitral pemeriksaan di apeks, untuk trikuspidalis di
parasternal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga
ke 2 tepi kiri sternum dan daerah aorta di sela iga ke 2
tepi kanan sternum. Pada pemeriksaan melalui
auskultasi jantung dapat ditentukan :
(a) Bunyi jantung I karena katup mitral dan
trikuspidalis menutup pada permulaan sistole
(kontraksi), bersamaan dengan ictus kordis,
denyutan karotis, terdengar jelas di apeks), bunyi
jantung II karena katup aorta dan katup pulmonal
menutup pada permulaan diastole (relaksasi
jantung), paling jelas di sela iga 2 tepi kiri sternum
terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi),
bunyi jantung III penyebabnya vibrasi disebabkan
oleh pengisian ventrikel yang cepat, (bernada
rendah terdengar baik di apeks atau para sternal
kiri bawah dan lebih jelas bila miring ke kiri),
29

kemudian abnormal bila ada pengerasan dan taki


kardia serta iramanya derap, bunyi jantung IV
karena tahanan terhadap pengisian ventrikel setelah
kontraksi atrium, (bernada rendah tidak terdengar
pada bayi dan anak), keadaan patologis bila ada
bunyi derap.
(b) Irama derap, irama derap ini dapat terdengar
apabila bunyi jantung III dan IV terdengar secara
keras kemudian disertai dengan adanya taki kardia
yang seperti derap kuda yang berlari.
(c) Bising jantung ini dapat terjadi karena arus darah
turbulen yaitu melalui jalan yang abnormal atau
yang sempit dengan penilaian seperti fase bising
antara lain fase sistolik terdengar antara bunyi
jantung I dan II sedangkan fase diastolik terdengar
antara bunyi jantung II dan I, bentuk bising, derajat
atau intensitas bising antara lain: derajat 1/6: bising
lemah hanya terdengar para ahli yang
berpengalaman, derajat 2/6: bising lemah mudah
terdengar dengan penjalaran minimal, derajat 3/6:
bising keras, tidak disertai getaran bising
penjalaran sedang, derajat 4/6: bising keras disertai
getaran bising dengan penjalaran luas, derajat 5/6:
bising sangat keras, tetapi keras bila stetoskop
ditempelkan saja, penjalaran luas derajat 6/6:
bising paling keras, meskipun stetoskop di angkat
dari dinding dada dengan penjalaran luas, selain
penilaian bunyi jantung tersebut di atas masih
banyak lagi di antaranya penjalaran bising, kualitas
bising, frekuensi atau nada bising dan lain-lain.
30

10) Pemeriksaan Abdomen


Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan cara
inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi, pemeriksaan auskultasi
didahulukan mengingat bising usus atau peristaltik Usus yang
akan didengarkan agar tidak dipengaruhi oleh stimulasi dari luar
melalui palpasi atau perkusi. Berbagai organ yang di periksa
dalam pemeriksaan abdomen di antaranya hati, ginjal dan
lambung itu sendiri. Dalam melakukan pemeriksaan pada
abdomen dapat dilakukan secara:
Inspeksi untuk menilai ukuran dan bentuk perut: apabila
membuncit dengan menilai simetris atau tidak, apabila simetris
dapat terjadi hipokalemi, hipotiroid, penimbunan lemak,
peforasi, asites; illeus obstruktif sedangkan membucit asimetris
kemungkinan dijumpai pada poliomielitis, pembesaran organ
intra abdominal, illeus, dan lain-lain. Kemudian juga dapat
diamati tentang adanya gerakan dinding perut, dapat ditemukan
pada usia 6-7 tahun gerakan berkurang bila pada apendiksiis,
peritonitis, dan illeus.
Dalam pemeriksaan abdomen yang dilakukan secara
asuskultasi dengan mendengarkan melalui stetoskop dengan
mendengarkan adanya suara peristaltik usus normal terdengar
setiap 10-30 detik, peristaltik usus meningkat (nyaring) pada
obstruksi traktus gastrointestinal dan menurun pada peritonitis
atau illeus. Selain itu, suara bising (bruit) juga kemungkinan
dapat terdengar pada seluruh permukaan perut pada koarktasio
aorta abdominalis, dan apabila suara ini dapat terdengar pada
daerah ginjal bagian posterior kemungkinan terjadi kons triksi
salah satu arteri renalis.
Pemeriksaan secara perkusi pada daerah abdomen dapat
dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju ke bagian
bawah abdomen. Dengan penilaian sebagai berikut: normal
31

(bunyi tympani) pada seluruh lapangan abdomen, bila bunyi


abnormal kemimgkinan obstruksi saluran gastro intestinal, illeus
dan lain-lain, adanya asites dapat diketahui (Shifting dulhiess)
redup yang berpindah perkusi dari umbilikus ke sisi perut.
Untuk pemeriksaan secara palpasi dapat dilakukan dengan
cara monomanual (satu tangan) atau bimanual (dua tangan)
seperti pada palpasi pada lapangan atau dinding abdomen seperti
adanya nyeri tekan, ketegangan dinding perut, palpasi pada hati
(normal umur 5-6 tahun teraba 1/3 dengan tepi tajam,
konsistensi kenyal, permukaan rata dan tidak ada nyeri tekan),
palpasi limfa ( normal masih teraba 1-2 cm di bawah arcus
kosta) dan palpasi ginjal ( normal tidak teraba, kecuali pada
neonatus) dengan cara meletakkan tangan kiri pemeriksa di
bagian posterior tubuh dan jari telunjuk menekan atau masa
keatas dan tangan kanan melakukan palpasi.
Selain pemeriksaan pada bagian dalam organ di atas dapat
dilakukan pemeriksaan pada organ lain seperti pada anus dan
rectum dengan melihat ada tidaknya keadaan kongenital seperti
adanya fisura, polip atau tanda-tanda keradangan atau juga
dilakukan dengan colok dubur, dengan posisi tengkurap, fleksi
kedua sendi lutut dan gunakan sarung tangan periksa dengan
jari.
11) Pemeriksaan Genetalia
Pada pemeriksaan genital ini akan berbeda antara laki dan
Perempuan, khusus pada laki-laki dapat diperiksa dengan cara
memperhatikan ukuran, bentuk penis, testis serta kelainan yang
ada seperti: hipospadia (orilicium uretra di ventral penis,
biaqanya dekat gland atau sepanjang penis), epispadia (muara
uretra pada dorsal penis), mungkin di gland atau batang penis),
fimosis (pembukaan prepusium sangat kecil sehingga tidak
dapat ditarik ke gland penis), adanya keradangan pada testis dan
32

scrotum. Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya


epispadia (terbelahnya mons pubis dan klitoris dan uretra
membuka dibagian dorsal), adanya tanda-tanda sex sekunder
seperti pertumbuhan rambut dan payudara dan lain-lain serta
cairan yang keluar dari lubang genital.
12) Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pada pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas pada
anak dapat dilakukan dengan cara inspeksi terhadap adanya
kelainan tulang belakang seperti: lordosis (deviasi tulang
belakang kearah anterior), kifosis (deviasi tulang beakang kerah
posterior), skoliosis (deviasi tulang belakang kearah samping),
kelemahan, serta perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang
dengan cara mengobservasi pada posisi terlentang, tengkurap
atau duduk.
Kemudian pemeriksaan tulang, otot, sendi dengan dimulai
inspeksi pada jari-jari seperti pada jari tabuh (clubbed fingers)
dapat dijumpai pada penyakit jantung bawaan atau penyakit
paru kronik, adanya nyeri tekan, gaya berjalan, ataksia
(inkoordinasi hebat), spasme otot, paralisis, atropi/hipertropi
otot, kon traktur, dan lain-lain.
13) Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurolgis pada anak pertama kali dapat
dilakukan secara inspeksi dengan mengamati berbagai adanya
kelainan pada neurologis seperti kejang, tremor/gemetaran
(gerakan halus yang konstan), twitching (gerakan spasmodik
yang berlangsung singkat seperti otot lelah, nyeri setempat),
korea (gerakan involunter kasar, tanpa tujuan, cepat dan
tersentak-semak, tak terkoordinasi), parese (kelumpuhan otot
tidak sempurna), paralisis (kelumpuhan otot yang sempurna),
diplegia (kelumpuhan pada dua anggota gerak), paraplegia
(kelumpuhan pada anggota gerak bawah), tetraple gia/parese
33

(kelumpuhan pada keempat anggota gerak), hemiparese/Plegi


(kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota gerak yang di batasi
garis tengah di daerah tulang belakang).
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan refleks, pada
pemeriksaan ini yang dapat diperiksa antara lain:
a) Reflek superfisial, dengan cara menggores kulit abdomen
dengan empat goresan yang membentuk segi empat di
bawah xifoid (di atas simpisis).
b) Reflek tendon dalam dengan mengetuk menggunakan
hammer pada tendon biseps, trisep, patela dan achilles
dengan penilaian pada bisep (terjadi fleksi sendi siku),
trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patela (terjadi ekstensi
sendi lutut) dan pada achiles (terjadi fleksi plantar kaki)
apabila hiperefleks berarti ada kelainan pada upper motor
neuron dan apabila hiporefleks apabila terjadi kelaianan
pada lower motor neuron.
c) Refleks patologis dapat menilai adanya refleks babinski
dengan cara menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing, hasilnya positif apabila terjadi reaksi
ekstensi ibu jari.
Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan tanda menigeal
antara lain kaku kuduk dengan cara pasien diatur posisi
terlentang kemudian leher di tekuk apabila terdapat tahanan
dagu dan tidak menempel atau mengenai bagian dada maka
terjadi kaku kuduk (positif), Brudzinski I dengan cara pasien
diatur posisi terlentang, letakkan satu tangan di bawah kepala
pasien terlentang, kemudian tangan lain di letakkan di dada
mencegah badan terangkat, kemudian kepala difleksikan ke
dada, adanya rangsangan meningeal apabila kedua tungkai
bawah akan (terangkat) fleksi pada sendi panggul dan lutut,
brudzinski II dengan cara pasien diatur terlentang, fleksikan
34

secara pasif tungkai atas pada sendi panggul, ikuti fleksi tungkai
lainnya apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan ekstensi maka
adanya tanda meningeal dan tanda kernig, dengan cara atur
posisi dalam keadaan terlentang, fleksikan tungkai atas tegak
lurus kemudian luruskan tungkai bawah pada sendi lutut,
penilaiannya dalam keadaan normal tungkai bawah dapat
membentuk sudut 135 derajat terhadap tungkai atas.
Pemeriksaan keempat adalah pemeriksaan kekuatan dan
tonus otot dengan cara menilai adanya kekuatan atau tonus otot
dengan menilai pada bagian ekstremitas dengan cara memberi
tahanan atau mengangkat atau menggerakan bagian otot yang
akan dinilai dengan ketentuan.

B. Pemeriksaan Perkembangan Menggunakan KPSP


1. Definisi
Anak mempunyai ciri yang khas yang berbeda dengan dewasa
adalah mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Dalam upaya
meningkatkan kualitas anak untuk tercapainya tumbuh kembang yang
optimal maka terpenuhi:
a. Kebutuhan dasar anak tersebut
b. Deteksi dini adanya keterlambatan perkembangan
c. Intervensi dini
Monitoring perkembangan secara rutin dapat mendeteksi adanya
keterlambatan perkembangan secara dini pada anak. IDAI bersama
DEPKES menyusun penggunaaan KPSP sebagai alat praskrening
perkembangan sampai anak usia 6 tahun, pemeriksaan dilakukan setiap 3
bulan untuk di bawah 2 tahun dan setiap 6 bulan haingga anak usia 6
tahun.
Pemeriksaan KPSP adalah penilian perkembangan anak dalam 4
sektor perkembangan yaitu : motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa
dan sosialisasi/kemandirian.
35

2. Tujuan
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan (Depkes RI, 2006).

3. Jadwal Skrining
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6,
9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak
belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi
umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang
lebih muda (Depkes RI, 2006).

4. Alat atau Instrumen


Menurut Depkes RI (2006), Alat atau instrumen yang digunakan adalah :
a. Formulir KPSP menurut umur
b. Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,
kacang tanah, potongan biskuit kecil

5. Cara menggunakan KPSP


a. Tanggung jawab dan wewenang
1) Bagian akademik sebagai penanggung jawab pembelajaran
2) Koordinator mata kuliah yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan ketercapaian prosedur.
3) Pembimbing praktek pendidikan dan lahan praktek bertanggung
jawab dalam membimbing dan menilai ketercapaian prosedur
36

tindakan setiap peserta didik secara obyektif baik dilaboratorium


maupun dilahan praktek.
b. Pengkajian
Kaji ulang dan cek catatan /status klien untuk memastikan bahwa
klien perlu dilakukan pemeriksaan KPSP.
1) Persiapan pasien
a) Identifikasi klien untuk meyakinkan tindakan dilakukan
pada klien yang tepat.
b) Jelaskan tujuan prosedur dan rasional tindakan (inform
consent)
c) Jelaskan posisi, waktu yang dibutuhkan dan beberapa
ketidaknyamanan atau efek samping
2) Persiapan alat
Alat yang dipersiapkan sesuai dengan usia anak yang akan
dilakukan pemeriksaan KPSP
3) Persiapan lingkungan
Pasang sampiran/gorden untuk menjaga privasi
4) Langkah Kerja
a) Siapkan alat
b) Sapalah anak, ibu /keluarga dengan ramah dan perkenalkan
diri
c) Jelaskan tujuan pemeriksaan anak pada ibu/keluarga
d) Tanyakan tanggal lahir dan adakah keluhan ibu/keluarga
tentang anaknya.
e) Jika anak belum mencapai usia skrining, minta ibu datang
pada usia skrining terdekat. Apabila ada keluhan masalah
tumbuh kembang, sedang usia anak bukan usia skrining,
pemeriksaan digunakan KPSP terdekat yang lebih muda.
f) Periksa pasien dalam ruangan yang tenang dan perhatian
anak tidak mudah teralihkan
37

g) Menetukan formulir KPSP berdasarka tanggal lahir dan


tanggal pemeriksaan ( bila usia >16 hari dibulatkan 1 bulan)
h) Memilih alat bantu pemeriksa yang sesuai
i) Tanyakan secara berututan pertanyaan satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada satu jawaban, YA atau TIDAK catat
jawaban tersebut pada formulir. Lakukan pertanyaan pada
ibu atau perintah pada anak sampai 10 pertanyaan selesai.
j) Menghitung jumlah YA pada formulir KPSP

Skor 9-10 : SESUAI

Skor 7-8 : MERAGUKAN

SKOR <6 : PENYIMPANGAN

c. Intervensi
1) Sesuai
a) Beri pujian ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
b) Teruskan pola asuh sesuai dengan tahapan perkembangan
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai usia dan kesiapan anak.
d) Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP pada usia 3 bulan
selanjutnya
2) Meragukan :
a) Beri petunjuk pada ibu/keluarga agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
b) Ajari ibu untuk mengintervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengejar ketinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk menunjang
adanya penyakit yang menyebabkan keterlambatan
perkembangan
38

d) Evaluasi kembali setelah 2 minggu jika tetap 7 atau 8


lakukan pemeriksaan lanjutan lainnya
3) Penyimpangan
a) Lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh
Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neuorologik dan
pemeriksaan penunjang bila ada indikasi

C. Pemeriksaan Perkembangan Menggunakan DDST


1. Definisi Denver Development Screening Test (DDST)
Denver Development Screening Test (DDST) adalah sebuah metode
pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
perkemangan anak usia 0-6 tahun. Denver Development Materials
bermanfaat bagi petugas kesehatan yang memberi perawatan langsung
pada anak. Dengan prosedur yang sederhana dan cepat, metode ini dapat
digunakan oleh tenaga profesional maupun praprofsional. Prosedur
tersebut dirancang untuk menilai perkembangan anak yang optimal.
Materi pokok, yakni PDQ II, a parent answerew questionnaire dan
Denver II merupakan program surveilans perkembangan yang tepat
untuk situasi ketika waktu yang tersedia sempit.
Denver II (1992) merupakan revisi dan pemutakhiran dari Denver
Developmental Screening Test, DDST (1967). Keduanya dirancang untuk
digunakan oleh dokter, guru, atau profesional anak usia dini lainnya
untuk memantau perkembangan bayi dan anak usia prasekolah. Dengan
melaukan pemeriksaan ini, memungkinkan petugas medis untuk
mengidentifikasi anak-anak yang perkembnagannya menyimpang secara
signifikan dari anak-anak lain. Selain itu, tes ini juga bisa menjadi deteksi
dini penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan apakah terdapat maslah
yang membutuhkan perawatan.
Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini
seringkali sulit dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST
dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi
39

masalah perkembangan anak usia dini.menurut studi yang dilakukan oleh


The Public Health Agency o Canada, DDST adalah metode tes yang
paling banyak digunakan. Tes ini dinilai bermanfaat dalam mendeteksi
masalah perkembangan yang berat. Namun demikian, tes ini juga
mendapat kritik karena dianggap tidak reliabel dalam memprediksikan
maslah-masalah yang kurang berat dan spesifik.
Tes DENVER II meliputi empat fungsi umum: sosila pribadi (seperti
tersenyum), adaptif motorik halus (seperti menggenggam dan
menggambar), bahasa (seperti menggabungkan kata-kata), dan motorik
kasar (seperti berjalan). Usia anak untuk tes ini berkisar dari lahir sampai
enam tahun. Sejak dipublikasikan pertama kali, tes ini mencapai
popularitas yang luas, seperti tercermin penggunaannya dibanyak sekolah
medis di berbagai negara.
Sebelum diterbitkan pada 1992, DENVER II telah diujikan pada
2096 anak-anak. Interpretasi DENVER II sedikit dimodifikasi dari DDST
dengan memberikan penekanan yang lebih besar untuk perbandingan
kemampuan anak pada setiap item, dengan norma-norma baru
sebagaimana dokter telah membandingkan pertumbuhan anak pada
parameter tinggi, berat, dan lingkar kepala individu untuk memastikan
status kesehatan anak.
Ada lima fitur unik dari tes DENVER II, yang membedakan dari
kebanyakan tes skrining perkembangan lainnya:
a. Validitasnya bersandar pada standardisasi teliti dan hati-hati yang
mencerminkan sensus penduduk Amerika Serikat 1980. Kebanyakan
tes skrining perkembangan lain mendasarkan keabsahan mereka
pada tindakan sensivitas dan spesifitas. Kebanyakan penelitian
tersebut mengalami masalah pada satu atau lebih hal berikut : ukuran
sampel kecil, bias verifikasi, bias prosedural, bias spektrum, dan
hasil pelaporan tidak lengkap.
b. Tes DENVER II menggambarkan dalam grafik 25%, 50%, 75% dan
90% bagaimana anak-anak melakukan setiap item, memungkinkan
40

pemeriksaan untuk memvisualisaskan pada setiap usia dari lahir


sampai enam tahun, bagaimana perkembangan ank diberikan untuk
membandingkan dengan anak-anak lain.
c. Tes ini memiliki norma-norma yang terpisah untuk subkelompok
penduduk berdasarkan jenis kelamin, etnis, dan penddikan ibu.
d. Tes ini terutama didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh
pemeriksa dari pada laporan orangtua.
e. Tes ini sangat ideal untuk memvisualisasikan pada satu halaman
kemajuan perkembangan anak. Apakah baik atau tidak
pembangunan mereka sedang dipantau untuk perawatan anak dengan
baik, karena perkembangan anak menjadi perhatian khusus.
Fitur-fitur unik di atas didukung pengujian serta kemudahan
administrasi dan interpretasi berkontribusi pada penggunaan DENVER II
secara luas. Penggunaannya tidak hanya di klinik kesehatan anak,
praktik swasta, program pendidikan awal seperti, play group dan pusat-
pusat penitipan. Bahkan, DDST dan tes DENVER II telah diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa asing, serta telah distandardisasi ulang di lebih
dari 1.000 anak di masing-masing 12 negara untuk memperoleh norma-
norma nasional yang sesuai.

2. Manfaat DDST
Manfaat pengkajian perkembangan menggunakan DDST sangat
bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi
berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral palsi. Pada bayi, tes
ini seringkali dapat memberikan jaminan kepada orangtua atau
bermanfaat mengidentifikasi berbagai problema dini yang mengancam
mereka. Pada anak, tes ini dapat membantu merinankan permasalahan
akademik dan sosial (Nugroho, 2009).
DENVER II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, anatara lain
sebagai berikut:
a. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.
41

b. Menilai tingkat prkembangan anak yang tampak sehat.


c. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala,
kemungkinan adanya kelainan perkembangan.
d. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan
e. Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tujuan pokok DDST bukan
untuk menetapkan diagnosis akhir gangguan perkemangan anak,
melainkan sebaai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangan mereka. Dengan
demikian, tes ini tidak memiliki kriteria kesimpulan hasil perkemangan
anak “abnormal”, yang ada hanyalah “normal”,”tersangka”, dan “tak
dapat diuji”.

3. Pemberian Skor untuk Setiap Item


Pada setiap item, petugas media perlu mencantumkan skor di area
kotak yang bewarna putih (dekat tanda 50%), denga ketentuan sebagai
berikut.
a. L: Lulus/Lewat (P: Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik
atau orangtua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak
dapat menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L).
b. G: Gagal (F: Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik
atau orangtua/pengaush melaporkan secara terpercay bahwa anak
tidak dapat melakukan iem tersebut (item yang bertanda L)
b. M: Menolak (R:Refusal). Anak menolak melakukan tes untuk item
tertentu. Penolakan dapt dikurangi dengan mengatakan kepada anak
apa yang harus dilakukannya (khusu item tanpa tanda L).
c. Tak: Tak ada kesempatan (No: No Opportunity). Anak tidak
memiliki kesehatan untuk melakukan item karena ada hambatan
(khusus item yang bertanda L).
42

4. Pelaksaan DDST
Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan DENVER II
anatara lain:
a. Benang wol merah
b. Icik-icik dengan gagang kecil
b. Boneka kecil dengan botol susu
c. Cangkir kecil dengan pegangan
d. Kubus (dengan rusuk 2,5 cm) berjmlah 8 buah bewarna merah, biru,
kuning, dan hijau masing-masing 2 buah
e. Botol kecil bewarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm
f. Manik-manik (dalam penerapannya, ada yang menggati dengan
kismis atas pertimbangan tertentu)
g. Lonceng kecil
h. Bola tenis
i. Pensil merah, dan
j. Kertas folio bewarna putih
Selain peralatan pokok diatas, diperlukan peralatan tambahan sebagi
penunjang anaara lain 1 meja dan 3 kursi berukuran kecil untuk tempat
tes, ruangan yang cukup luas untuk melakukan tes motorik kasar, serta
meja khusus dengan kasur/selimut untuk tempat pemeriksaan bayi. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksaan tes, sebagai berikut:
a. Semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang telah
terstandarisasi (sesuai pedoman pelaksanaan tes per item)
b. perlu kerjasama aktif dari anak, sebab anak harus merasa tenang,
aman, senang, sehat 9tidak lapar,tidak menagntuk, tidak haus, dan
tidak rewel)
c. harus terbina kerjasam yang baik antara kedua belah pihak. Caranya
adalah dengan berkenalan terlebih dahulu dengan orangtua, baru
dengan mendekati anak agar ia merasa lebih nyaman dengan
kehadiran orang baru.
43

d. Tersedia ruanagn yang cukup luas dengan ventilasi baik agar


memberikan kesan santai dan menyenangkan.
e. Orangtua harus diberitahu bahwa tes ini bukan tes kepandaian/IQ
melainkan tes untuk melihat perkembangan anak secara keseluruhan.
f. Item-item tes sebaiknya disajika secara fleksibel. Akan tetapi lebih
dianjurkan mengikuti petunjuk berikut.
1) Item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya
didahulukan, milanya sektor personal-sosial, baru kemudian
dilanjutkan dengan sektor motork halus-adaptif.
2) Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak
jika ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga saat ia
mampu menyelesaikannnya tetapi kurang tepat. Ini bertujuan
agar anak tidak segan untuk menjalani tes berikutnya
2) Item dengan alat yang sama sebaiknya dilakukan secra
berurutanagar penggunaan waktu menjadi lebih efisien.
3) Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang diletakkan di
atas meja
4) Pelaksanna tes untuk semua sekor dimulai dari item yang
terletak di sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item
sebelah kanan garis umur.
g. Jumlah item yang dinilai bergantung lama waktu tersedia, yang
terpenting pelaksaannya mengacu pada tujuan tes, yaitu
mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan kemampuan
anak yang relatif lebih tinngi.
Upaya identifikasi perkembangan dilakukan jika anak beresiko
mengalami kelaiananperkembangan. Ini dilakukan elalui langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Pada setiap sektor, tes dilakuakn sedikitnya pada 3 item terdekat
disebelah kiri garis usia, jga pada semua item yang dilalui oleh garis
usia
44

b. Bila anak tidak mampu melakukan salah satu item (Gagal, Menolak,
Tak Ada Kesempatan), item tambahan dimasukkan kesebelah kiri
garis usia (dalam sektor yang sama) sampai anak dapat Lulus/Lewat
dari 3 item scara berturut-turut.
b. Penilaian peilaku dilakukan setelah tes selesai. Dengan
menggunakan skala pada lembar tes, penilaian dapat
membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai