Anda di halaman 1dari 87

GAMBARAN DUKUNGAN EMOSIONAL ORANG TUA

PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH


DI SLB KOTA BOGOR

KARYA TULIS IMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III Program Studi Keperawatan Bogor
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun Oleh :
AFWINI LAILY
NIM. P17320313038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN DUKUNGAN EMOSIONAL ORANG TUA


PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH
DI SLB KOTA BOGOR

Disusun Oleh:
AFWINI LAILY
NIM. P17320313038

Proposal penelitian ini telah disetujui untuk diujikan pada tanggal 01 April 2016

Pembimbing

Ningning Sri Ningsih, S.Kp, M.Kep


NIP. 196504201990022001

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN DUKUNGAN EMOSIONAL ORANG TUA


PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH
DI SLB KOTA BOGOR

Disusun oleh:
AFWINI LAILY
NIM. P17320313038

Karya tulis ilmiah ini telah disetujui untuk diujikan pada tanggal 01 juli 2016.

Tim penguji:

Ketua (Pembimbing) : Ningning Sri Ningsih, S.Kp, M.Kep (...........................)


NIP. 196504201990022001

Anggota : Dwi Susilowati APPd, M.Kes (...........................)


NIP. 197007131993032001

Anggota : Yuliastati, M.Kep (...........................)


NIP. 197307131997032001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Keperawatan Bogor

Susmadi, S.Kp, M.Kep


NIP. 196503131989011001
iii

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung


Prodi Keperawatan Bogor

Afwini Laily
P17320313038

Gambaran Dukungan Emosional Keluarga Pada Anak Tunarungu Usia Sekolah


Di SLB Kota Bogor
i-xii + 58 halaman, VI BAB, 6 tabel, 3 diagram, 2 skema, 7 lampiran

ABSTRAK

Anak usia sekolah tunarunggu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar.Salah satu masalah anak tunarungu yaitu
masalah emosional. Anak tunarungu membutuhkan dukungan emsoional orang
tua. Dukungan emosional orang tua adalah dukungan yang di berikan berupa
dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui dukungan emosional orang tua pada anak
tunarungu usia sekolah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
teknik pengambilan sampel proportional random sampling, sampel penelitian ini
pada 26 orang tua yang memiliki anak tunarungu dengan menggunakan instrumen
penelitian kuisioner dari Sidik (2009). Hasil penelitian berdasarkan karakteristik
responden menunjukan lebih dari setengah jumlah responden berusia 20-40 tahun
yaitu sebanyak 17 responden (65%), kurang dari setengah responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 11 responden (42%), dan lebih dari setengah
responden tidakbekerja sebanyak 18 responden (69%). Hasil penelitian
berdasarkan dukungan emosional orang tua yaitu setengah dari jumlah responden
mendukung sebanyak 13 responden (50%) dan tidak mendukung sebanyak 13
responden (50%). Hasil tersebut menunjukan bahwa dukungan emosional orang
tua yang diberikan pada anak tunarungu belum optimal. Dukungan emosional
orang tua dapat ditingkatkan dengan diadakannya konsultasi tentang dukungan
emosional orang tua dalam pertemuan rutin antara guru dan orangtua.

Kata Kunci: Anak Usia Sekolah, Tunarungu, Dukungan Emosional OrangTua


Daftar Pustaka: 47 (2006-2016)
iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan karunia-

Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul

“Gambaran Dukungan Emosional Orang Tua Pada Anak Tunarungu Usia sekolah

di SLB Kota Bogor”. Karya Tulis Ilmiah ini ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

pada Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bandung.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiahini peneliti tidak lepas dari

hambatan serta kesulitan. Namun atas bimbingan, arahan serta bantuan dari

berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Allah S.W.T, yang senantiasa memberikan rahmat dan kasihnya yang

takpernah berhenti kepada setiap makhluk-Nya, juga senantiasa memberikan

kesehatan dalam proses Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Susmadi, M. Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Bogor

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

3. Ibu Ningning Sri Ningsih, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


v

4. Ibu Dwi Susilowati APPd, M.Kes dan ibu Yuliastati, M.Kep selaku penguji.

5. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Keperawatan Bogor

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

6. Kepala Sekolah, guru-guru, dan keluarga dari siswa-siswi SLB-B Tunas Kasih

2 dan SLB Sejahtera Kota Bogor.

7. Kedua Orang Tua, Kakak dan Adik tercinta, yang senantiasa selalu menyertai

penulis serta tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan kasih sayang,

semangat, serta dukungan baik moril maupun materil.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 19 yang selalu bersama saat suka

maupun duka untuk memberikan bantuan, semangat, dan masukan pada

penulis.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian Karya Tuis Ilmiah ini.

Mudah-mudahan segala amal dan jasa yang telah di berikan kepada

peneliti mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.Peneliti menyadari

walaupun sudah berusaha secara maksimal, mencurahkan segala pikiran dan

kemampuan yang dimiliki, tetapi peneliti memiliki keterbatasan. Untuk itu

peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

tercapainya suatu kesempurnaan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tuis Ilmiahini bermanfaat bagi perkembangan Ilmu

Keperawatan, pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya.

Aamiin.
vi

Bogor, Juni 2016

Peneliti
vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL...................................................................................................ix

DAFTAR SKEMA...................................................................................................x

DAFTAR DIAGRAM............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................7

A. Landasan Teori.............................................................................................7

1. Konsep Dasar Anak Usia Sekolah.........................................................7

2. Konsep Dasar Tunarungu....................................................................19


viii

3. Konsep Dukungan Orang Tua.............................................................28

B. Cara Mengukur Dukungan Emosional Orang Tua.....................................34

C. Kerangka Teori...........................................................................................35

BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................36

A. Kerangka Konsep.......................................................................................36

B. Definisi Operasional...................................................................................37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..............................................................40

A. Desain Penelitian........................................................................................40

B. Waktu dan Tempat.....................................................................................40

C. Populasi dan Sampel..................................................................................41

D. Pengumpulan Data.....................................................................................43

1. Teknik Pengumpulan Data...................................................................43

2. Instrumen Penelitian............................................................................43

a. Kuesioner.................................................................................................43

b. Alat tulis...................................................................................................45

c. Komputer.................................................................................................45

3. Prosedur Penelitian..............................................................................45

E. Pengolahan data.........................................................................................46

F. Analisa data................................................................................................48
ix

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................50

A. Hasil Penelitian..........................................................................................50

1. Karakteristik Responden......................................................................50

2. Dukungan Emosional Orang Tua........................................................52

B. Pembahasan Dukungan Emosional Orang Tua..........................................53

BAB VI /KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...............................................56

A. Kesimpulan................................................................................................56

B. Rekomendasi..............................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA
x

DAFTAR TABEL

Tabel. 4.1 Tahap Penelitian...................................................................................41

Tabel 4.2 Populasi Siswa Usia Sekolah di SLB-B Kota Bogor............................41

Tabel 5.1 Dukungan Emosional Orang Tua..........................................................52

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosinal Orang Tua Berdasarkan


Usia di SLB Kota Bogor.......................................................................................53

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosinal Orang Tua Berdasarkan


Pendidikan Terakhir di SLB Kota Bogor ............................................................54

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosinal Orang Tua Berdasarkan


Pekerjaan di SLB Kota Bogor..............................................................................55
xi

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori...................................................................................35

Skema 3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 36


xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi Usia.............................................................................51

Diagram 5.2 Distribusi Pendidikan...................................................................51

Diagram 5.3 Distribusi Pekerjaan.....................................................................52


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Kisi-Kisi Kuesioner

Lampiran 5 Surat Perizinan

Lampiran 6 Lembar Konsultasi

Lampiran 7 Master Data


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi, toodler, pra sekolah, sekolah, dan remaja.

Menurut Wong (2009), anak usia sekolah adalah anak dengan rentang kehidupan

yang dimulai dari usia 6 sampai 12 tahun. Periode ini dimulai dengan masuknya

anak ke lingkungan sekolah, yang memiliki dampak signifikan dalam

perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Pada masa anak usia

sekolah terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara bertahap, khususnya

peningkatan yang lebih besar pada aspek fisik dan emosional. Hal tersebut pun

dialami oleh anak-anak yang menderita keterbatasan fisik. Namun, mereka akan

mengalami kesulitan dalam mendapatkan keterampilan tertentu dan berisiko untuk

mengalami perasaan tidak berharga. Anak-anak yang menderita keterbatasan fisik

yaitu salah satunya anak dengan tunarungu.

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran

yang mengakibatkan individu tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,

terutama melalui indera pendengarannya (Dwijisumarto dalam Somantri, 2007).

Berdasarkan Data Sensus Penduduk tahun 2010 di Indonesia yang

mengalami gangguan pendengaran di atas usia 10 tahun sebesar 1,58 %. Menurut

1
2

data Statistik Sekolah Luar Biasa (SLB) tahun 2015/2016 jumlah siswa

tunarungu di sekolah luar biasa di Indonesia berjumlah 19.619 jiwa dan Jawa

Barat memiliki jumlah siswa tunarungu di sekolah luar biasa tertinggi yaitu 3.982

jiwa.

Anak tunarungu mengalami berbagai masalah. Masalah utama yang dialami

anak tunarungu adalah masalah dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial

(Mohammad,2006). Anak tunarungu pun mengalami masalah emosional yang

disebabkan karena kurangnya kemampuan untuk memahami aspek-aspek

emosional yang dikomunikasikan oleh orang lain secara verbal (Mangunsong,

2009).

Masalah emosional yang dialami anak tunarungu akan menghambat

perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak

agresif, atau sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan, dan

dapat menimbulkan perasaan terkucil atau terisolasi dari lingkungan sosialnya

(Mangunsong, 2009). Dampak psikologis yang negatif ini akan membuat anak

tunarungu mengalami berbagai konflik dan ketakutan (Somantri, 2007).

Menurut Wong (2009) anak tunarungu mengalam berbagai masalah seperti

saat mengalami kegagalan ataupun saat mengalami penyakit. Mereka

memerlukan perhatian dan kasih sayang keluarga sebagai tempat yag aman dan

kokoh agar anak tunarungu mampu mengembangkan kepercayaan diri dan

kematangan yang dibutuhkan untuk menjadi mandiri dan menghilangkan perasaan

kehilangan. Perlakuan dan pengalaman yang diterima itulah yang akan


3

mempengaruhi perkembangan emosional anak tunarungu (Muhammad, 2008).

Maka dari itu peran orang tua sangat penting karena orang tua merupakan

pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak (Wong, 2009).

Orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab

terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (Hasbullah, 2006). Sobur

dalam Hidayah (2012) Hubungan emosional antara orangtua dan anak juga

berpengaruh dalam keberhasilan anak. Sebaiknya orangtua menciptakan

hubungan yang harmonis dengan anak, maka dibutuhkan dukungan emosional

orang tua.

Menurut House (Smet 1994, dalam Setiadi 2008) Dukungan emosional orang

tua adalah berupa dukungan simpati dan empati, cinta dan kepercayaan dan

penghargaan. Apabila diberikan suasana yang penuh perlindungan, penghargaan,

kasih sayang dan perhatian orang tua, jauh dari perasaan iri, cemburu, tersaingi,

hal ini akan mendorong dan memberikan anak utnuk bersifat lebih mandiri,

mempunyai keberanian untuk melatih dirinya berinisiatif, bertanggung jawab,

serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri (Slameto ,2010).

Menurut Wong (2009), jika dukungan emosional orang tua kurang

didapatkan oleh anak tunarungu maka anak akan mengalami hambatan dalam

dirinya seperti merasa tidak berharga. Dukungan dari orang tua yang baik maka

perumbuhan anak relative stabil, tetapi apabila dukungan orang tua kurang baik,

maka anak mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologi

anak (Alimul, 2005).


4

Hasil penelitan oleh Nani, dkk (2009) tentang Pengaruh Dukungan Sosial

Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Yakut

menunjukan bahwa dari 16 responden yang dilakukan, anggota keluarga (orang

tua) telah memberikan dukungan dengan 4 jenis (emosional, penilaian, informasi

dan instrumental). Dari keempat dukungan tersebut maka didapatkan dukungan

emosional keluarga yang memiliki nilai tertinggi yaitu sebanyak 50% atau 8

orang responden .

Berdasarkan perkembangan anak tunarungu yang membutuhkan dukungan

dari orang tua dan lingkungannya. Perawat pun memiliki perannya yaitu dalam

perawatan kesehatan keluarga, salah satunya ialah sebagai konsultan. Peran

perawat sebagai konsultan adalah perawat sebagai tempat konsultasi terhadap

masalah atau tidakan yang tepat untuk diberikan dan mediator antara klien dengan

profesi kesehatan lainya (Susanto, 2012). Salah satu tindakan yang dapat

diberikan oleh perawat pada orang tua anak tunarungu usia sekolah dengan

memberikan dukungan emosional dan meyakinkan orang tua bahwa anak

tunarungu harus melalui periode ini untuk perkembangan dan kematangannya

(Wong, 2009).

Studi pendahuluan yang dilakukan di SLB Tunas Kasih 2 Kota Bogor,

peneliti melakukan wawancara pada responden 5 orang tua (ibu) yang memiliki

anak tunarungu didapatkan hasil 3 dari 5 orang tua (ibu) mengungkapkan bahwa

keluarga kurang memahami masalah yang sedang dihadapi anak, keluarga jarang
5

menanyakan perasaan anak selama di sekolah dan keluarga tidak jarang acuh pada

keluhan anak.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Dukungan Emosional Orang Tua pada Anak Tunarungu Usia Sekolah

di SLB Kota Bogor”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Dukungan Emosioanl

Orang Tua pada Anak Tunarungu Usia Sekolah di SLB Kota Bogor”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti adalah untuk mengetahui gambaran dukungan emosional

Orang Tua pada anak tunarungu usia sekolah di SLB Kota Bogor.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik responden yaitu usia, pendidikan,

pekerjaan.

b. Diketahuinya dukungan emosional Orang Tua pada anak

tunarungu usia sekolah di SLB Kota Bogor.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu keperawatan dan

asuhan keperawatan khususnya tentang kebutuhan dukungan emosional


6

untuk anak berkebuthan khusus dan yang berkaitan dengan gambaran

dukungan emosional orang tua pada anak tunarungu usia sekolah di SLB

Kota Bogor.

2. Bagi SLB Kota Bogor

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan

dalam mengetahui manfaat dukungan emosional yang diberikan orang tua

untuk perkembangan anak tunarungu, dan dapat mendorong pihak sekolah

untuk memperhatikan dan mendukung sikap orang tua dalam dukungan

emosional orang tua pada anak tunarungu usia sekolah.

3. Bagi penulis

Mengembangakan dan menambah wawasan tentang manfaat

dukungan emosional orang tua pada anak tunarungu, mengetahui asuhan

keperawatan yang tepat bagi orang tua yang memiliki anak tunarungu usia

sekolah dan merupakan pengalaman yang berharga dapat meneliti suatu

keadaan yang ada disekitar kita. Dapat pula menjadi bahan referensi atau

perbandingan bagi penulis lainnya yang melakukan penelitian dengan

topik yang sama dan atau berhubungan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Anak Usia Sekolah

a. Definisi

Menurut Wong, (2009) anak usia sekolah adalah anak dengan


rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai 12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas prilakunya sendiri
dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang
lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki
fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak
bergantung dengan orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini
sebagai masa tenang atau masa laten, di mana apa yang telah terjadi
dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus
untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan


bahwa anak usia sekolah adalah rentang kehidupan anak yang dimulai
dari usia 6 sampai 12 tahun di mana memperoleh keterampilan
tertentu dan apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa
sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya.

b. Karekteristik Pertumbuhan dan Perkembangan

1) Tugas perkembangan

Pada setiap tahap kehidupan tentunya memiliki tugas

perkembangan yang hendaknya dilalui oleh setiap individu

sesuai periode tertentu. Hurlock (2010) menyebutkan bahwa

7
8

tugas perkembangan ang hendaknya dijalani pada periode ini ,

antara lain:

a) Anak mampu mempelajari keterampilan fisik yang

diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.

b) Membangun sifat yang sehat sebagai diri sendiri yang

sedang tumbuh dan berkembang

c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya

d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang

tepat

e) Menggunakan keterampilan dasar untuk membaca,

menulis, dan berhitung.

f) Mengembangkan hati nurani, pengertian, moral, dan

tingkatan nilai.

g) Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan

lembaga.

h) Mencapai kebebasan pribadi

1) Perkembangan Biologis

Selama masa kanak-kanak pertengahan, pertumbuhan tinggi

dan berat badan terjadi lebih lambat tetapi pasti jika dibandingkan

dengan masa sebelumnya. Antara usia 6 sampai 12 tahun, anak-

anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun dan

berat badannya akan bertambah 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi


9

rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat

badannya sekitar 21 kg; tinggi rata anak usia 12 tahun adalah

sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg.

a) Kematangan Sistem

Kematangan sistem gastrointestinal direfleksikan dengan

masalah lambung yang lebih sedikit, mempertahankan kadar

glukosa darah dengan lebih baik, dan peningkatan kapasitas

lambung, yang memungkinkan retensi makanan dalam periode ini

lebih lama. Kapasitas kandung kemih, walaupun sangat berbeda

pada setiap anak, umumnya lebih besar pada anak perempuan

daripada anak laki-laki. Denyut jantung dan frekuensi pernapasan

akan terus menerus menurun dan tekanan darah meningkat selama

usia 6 sampai 12 tahun. Sistem imun menjadi lebih kompeten

untuk melokalisasi infeksi dan menghasilkan respon antibodi-

antigen.

b) Prapubertas

Menjelang akhir masa kanak-kanak pertengahan, perbedaan

pertumbuhan dan kematangan antara laki-laki dan perempuan

menjadi jelas. Masa ini juga merupakan periode laju pertumbuhan

cepat dalam tinggi dan berat badan, terutama pada anak

perempuan. Umumnya , usia paling awal dimulainya pubertas


10

adalah 10 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak

laki-laki.

2) Perkembangan Psikososial

Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan

teman sebaya sesama jenis dan didahului ketertarikan pada lawan

jenis yang menyertai pubertas.

a) Pengembangan Rasa Industri (Erikson)

Rasa industri melibatkan kemampuan untuk bekerja

sama , bersaing dengan orang lain, dan untuk melakukan

koping secara efektif dengan dengan masyarakat. Masa kanak-

kanak pertengahan adalah ketika anak belajar menghargai

tindakan yang yang dilakukan bersama orang lain dan

keuntungan yang diperoleh dari pembagian kerja dalam

mencapai tujuan. Pengakuan teman sebaya memberi motivasi

yang kuat. Keberhasilan menyelesaikan tahap-tahap ini

memerlukan lingkungan keluaraga yang penuh kasih sayang,

yang mempersiapkan anak untuk terlibat dalam pengalaman

dan hubungan di luar kelompok intim.

Bahaya yang terdapat dalam periode perkembangan

kepribadian ini adalah terjadinya keadaan yang dapat

mengakibatkan rasa inferioritas atau kurang berharga. Hal ini


11

dapat terjadi jika tahap sebelumnya belum tercapai dengan

sempurna atau jika anak tidak mampu atau tidak dipersiapkan

untuk memikul tanggung jawab yang terkait dengan

perkembangan rasa pencapaian. Anak-anak yan menderita

keterbatasan fisik atau mental mungkin menyulitkan mereka

dalam mendapatkan keterampilan tertentu dan berisiko untuk

mengalami perasaan inferior.

3) Perkembangan Kognitif (Piaget)

Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai

memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian

kejadian untuk menggambarkan mental anak yang dapat

diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan

sebagai operasional konkret oleh Piaget, ketika anak mampu

menggunakan proses berpikir untyk menalami peristiwa dan

tindakan. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun

prasekolah digantikan dengan proses pikiran yang memungkinkan

anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

Selama tahap ini, anak mengembangkan pemahaman

mengenai hubungan antara sesuat hal dan ide. Anak mengalami

kemajuan dari membuat penilaian berdasarkan apa yang mereka

lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat penilaian berdasarkan

alasan mereka (pemikiran konseptual). Kemampuan anak


12

meningkat dalam menguasai simbol-simbol dan untuk

menggunakan simpanan memori mengenai pengalaman masa lalu

mereka untuk mengevaluasi dan menginterprestasi masa kini.

4) Perkembangan Moral (Kohlberg)

Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme

ke pola pikir yan lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap

perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak yang lebiih

kecil tidak memercai bahwa standar prilaku berasal dari dalam diri

mereka sendiri tetapi lebih memercai bahwa peraturan ditetapkan

dan diatur oleh orang lain. Selama usia prasekolah, anak

mengadopsi dan menginternalisasi nilai-nilai orang tuanya. Mereka

mempelajari standar–standar untuk prilaku yang dapat diterima,

bertindak sesuai dengan standar tersebut dan nmerasa bersalah jika

mereka melanggarnya. Walaupun anak usia 6 sampai 7 tahun

mengetahui peraturan dan prilaku yang diharapkan dari mereka,

mereka tidak memahami alasannya. Penguatan dan hukuman

mengarahkan penilaian mereka; suatu “tindakan yang buruk”

adalah yang melanggar peraturan atau membahayakan.

5) Perkembangan Spiritual

Anak-anak pada usia ini berpikir dalam batasan yang sangat

konkret tetapi merupakan pelajar yang sangat baik dan memiliki

kemauan besar untuk memahami Tuhan. Mereka menggambarkan


13

Tuhan sebagai manusia dan menggunakan sifat seperti “sayang”

dan “membantu” untuk mengambarkan Tuhannya. Mereka sangat

tertarik denga konsep neraka dan surga, dan dengan perkembangan

kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, amak takut akan

masuk neraka karena kesalahan dalam berprilaku. Anak-anak usia

sekolah ingin dan berharap dihukum jika berprilaku yang salah dan,

jika di beri pilihan, anakcenderung memilih hukuman yang “sesuai

kejahatannya”. Seringkali anak menggambarkan penyakit atau

cedera sebagai hukuman karena kelakuan buruk yang nyata

maupun kelakuan buruk dalam imajinasi anak. Kepercayaan dan

harapan keluarga serta tokoh agama lebih berpengaruh dalam hal

keyakinan dibandingkan dengan teman sebaya.

6) Perkembangan Sosial

Salah satu agens sosialisasi terpenting dalam kehidupan

anak usia sekolah adalah kelompok teman sebaya. Selain orang tua

dan sekolah, kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang

penting kepada anggotanya. Anak-anak memiliki budaya mereka

sendiri, disertai rahasia, adat istiadat dan kode etik yang

meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari

orang dewasa. Malalui hubungan dengan teman sebaya, anak

belajar bagaimana mengahadapi dominasi dan permusuuhan,


14

berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta

meggali ide-ide dan lingkungan fisik.

a) Hubungan Sosial dan Kerja Sama

Hubunga dengan teman sebaya sehari-hari memberikan

interaksi sosial palin penting untuk anak usia sekolah. Untuk

pertama kalinya, anak mampu bergabung dalam aktifitas

kelompok dengan antusiasme yang tidak terbatas dan

partisipasi yang mantap. Interaksi sebelumnya terbatas dalam

periode yang pendek dibawah pengawasan ornag dewasa yang

ketat. Dengan peningkatan keterampilan dan kesempatan yang

lebih luas anak mulai terlibat dengan salah satu atau beberapa

temamn kelompok sebaya, yaitu merupakan tempat anak dapat

memperoleh status sebagai anggota yang dihargai.

b) Hubungan dengan Keluarga

Walaupun kelompok teman sebaya berpengaruh dan

penting untuk perkembangan anak secara normal, orang tua

merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian

anak, membuat standar prilaku, dan menetapkan sistem nilai.

Nilai yang dianut keluarga biasanya mendominasi ketika

terjadi konflik anatara sistem nilai orang tua dan teman


15

sebaya. Walaupun anak-anak mungkin tampak menolak nilai-

nilai orang tua pada saat mencoba nilai-nilai baru dari

kelompok teman sebaya, pada akhirnya anak akan

memepertahankan dan memasukkan sistem nilai dari orang

tua ke dalam sistem nilai mereka sendiri, yang mereka

temukan lebih berharga.

Orang tua sama-sama bertanggung jawab untuk

membantu anak memperoleh potensi maksimalnya. Terdapat

berbagai cara yang dapat dilakukan orang tua untuk

membantu progaram sekolah. Menanamkan tanggung jawab

merupakan tujuan dari bantuan orang tua. Bertanggung jawab

terhadap tugas sekolah, membantu anak belajar, menepati

janji, dan berhasil di pekerjaannya saat ia menjadi orang

dewasa. Anak-anak bertanggung jawab terkadang mungkin

meminta bantuan, tetapi biasanya mereka lebih memilih untuk

memikirkan pekerjaannya. Tekanan yang berlebihan atau

kurangnya dukungan orang tua dapat menghambat

perkembangan sifat.

7) Pengembangan Konsep Diri

Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang

mengenai berbagai persepsi diri, seperti karakteristik fisik, ,

kemampuan, nilai, ideal diri, dan pengharapan. Kesuksesan kecil


16

akan meningkatkan citra diri anak. Semakin anak-anak berpikir

positif terhadap diri mereka sendiri, semakin mereka percaya diri

dalam mencoba kembali guna meraih kesuksesan. Semua anak

mendapatkan keuntungan karena merasa bahwa mereka spesial

bagi orang dewasa yang penting baginya. Konsep diri yang positif

membuat anak merasa senang, berharga, dan mampu memberikan

kontribusi dengan baik. Perasaan seperti itu menyebabkan

penghargaan diri, kepercayaan diri, dan perasaan bahagia secara

umum. Perasaan negatif menyebabkan keraguan terhadap diri

sendiri.

a) Pengembangan Citra Tubuh

Anak sangat menyadari tubuhnya sendiri, tubuh teman

sebaya, dan tubuh orang dewasa. Merupakan hal yang penting

bahwa anak mengetahui fungsi tubuhnya dan orang dewasa

mengoreksi pemahaman anak yang salah tentang tubuhnya.

Kerusakan fisik, seperti defek pendengaran atau penglihatan,

telinga yang “menonjol”’ atau tanda lahir, merupakan hal-hal

yang sangat penting. Meningkatnya kesadaran akan perbedaan

ini, terutama jika disertai oleh komentar yang tidak baik dan

ejekan dari anak lain, dapat menyebabkan anak dapat merasa

inferior dan kurang diinginkan. Hal ini terutama terjadi jika

defek mempengaruhi kemampuan anak untuk berpartisipasi


17

dalam permainan dan aktivitas di masa kanak-kanak. Ketika

anak disindir atau dikritik karena berbeda denagn anak lain,

dampak perasaaan inferior dapat terus berlangsung.

b) Peraturan dan disiplin

Faktor yang mempengaruhi perilaku disiplin serta

peraturan yang ditetapkan pada anak usia sekolah antara lain:

kematanga psikososial orang tua, pengalaman masa kanak-

kanak dan pengasuhan anak, tempramen anak, konteks

kesalahan anak, dan respons anak terhadap penghargaan dan

hukuman. Saat anak semakin melihat situasi dari sudut pandan

oranglian, mereka mampu memahami efek akibat reaksi

mereka pada orang lain dan pada diri mereka sendiri.

c) Perilaku Tidak Jujur

Selama masa usia sekolah, anak dapat melakukan

perilaku yang di sebut perilaku antisosial. Berbohong,

mencuri, dan perbuatan curang dapat ditunjukan oleh anak

yang sebelumnya berprilaku baik. Hal ini terutama

mengganggu orang tua, yang mungkin mengalami kesulitan

dalam menghadapi prilaku ini.


18

Orang tua perlu diinformasikan bahwa semua anak

kadang-kadang berbohong dan anak sering kali mengalami

kesulitan untuk membedakan fantasi dan realitas. Orang tua

harus dibantu untuk memahami pentingnya perilaku mereka

sendiri sebagai model peran dan menjadi sumber kebenaran

dalam hubungannya dengan anak.

d) Stress dan rasa takut

Anak-anak menghadapi lebih banyak stress di

bandingkan generasi sebelumnya. Banyak anak mengalami

stress akibat konflik dalam rumah dan mengalami ansietas

konstan berkenaan denga perpisahan yang dapat disebabkan

oleh gangguan ini. Lingkunagn sekolah merupakan

pengalaman yang menyebabkan stress lainnya untuk sebagian

anak. Persaingan peringkat denga teman sekelas dan di kenal

oleh guru, serta pemberian label sebagai anak “bodoh” atau

“tidak mampu belajar” dapat mengakibatkan ketidaknyamanan

emosional. Peningkatan kekerasan dalam keluarga, sekolah,

komunitas juga menjadi stresor juga bagi anak.

Untuk membantu anak menghadapi berbagai stress

dalam kehidupan mereka, orang tua, guru, atau pemberi

layanan kesehatan harus mengenali tanda-tanda yang

menunjukan bahwa anak sedang menderita stress dan


19

mengindentifikasi segera sumber penyebab stres. Kebanyakan

rasa takut anak usia sekolah yang baru adalah ketakutan yang

berhubungan dengan sekolah dan keluarga.

2. Konsep Dasar Tunarungu

c. Pengertian

Anak tunarunggu adalah anak yang mengalami kekurangan atau


kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasannya (Somantri, 2007).

Kosasih (2012) mengemukakan bahwa tunarungu adalah hilangnya

kemampuan pendengaran seseorang, baik itu sebagian (hard of hearing)

maupun seluruhnya (deaf). Hal tersebut menyebabkan kemampuan

pendengaran orang itu tidak berfungsi.

Tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan


kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke dalam
tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah yang kehilangan kemampuan
mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui
pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar
dimana batas pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan
keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran (Winarsih,
2007).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tunarungu

adalah seseorang yang mengalami hilangnya kemampuan mendengar


20

sebagian yang disebut kurang dengar atau hilangnya kemampuan

mendengar total yang disebut tuli.

d. Klasifikasi Tunarungu

Menurut Muhammad (2008) mengklasifikasikan faktor yang

dapat mempengaruhi tunarungu yaitu sebelum kelahiran, saat lahir, dan

setelah lahir, seperti sebagai berikut:

1) Sebelum masa kelahiran

a) Penyakit turunan yang disebabkan oleh gen.

a) Bukan penyakit turunan

(1) Sakit semasa hamil, terutama oleh virus seperti rubela,

demam glundar, dan selesma.

(1) Semasa hamil, sang ibu mengidap penyakit yang

disebabkan oleh pola makan, seperti beri-beri dan kencing

manis.

(2) Semasa hamil, sang ibu menginsumsi obat ataupun bahan

kimia seperti kuanin dan streptomicin.

(3) Sang ibu menderita toksemia pada masa akhir kehamilan.

(4) Sering hamil.

1) Saat melahirkan

a) Masa kelahiran yang terlalu lama atau bayi sulit keluar yang

menyebabkan terjadinya tekanan yang kuat pada bagian

telinga.
21

b) Kelahiran prematur.

c) Cedera pada saat dilahirkan, terutama pada untukan telinga.

d) Penyakit hemolisis yang sering kali disebabkan oleh faktor Rh.

2) Setelah kelahiran

a) Anak mengidap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan

virus, seperti gondok dan campak.

b) Kecelakaan yang menyederai telinga.

c) Pengosumsian antibiotik, seperti streptomycin.

d) Mengangkap bunyi yang terlalu keras dalam jangka waktu

yang lama.

Muhammad (2008) menjelaskan bahwa tahap pendengaran biasanya

diukur dalam desibel (dB), yang mengukur intensitas bunyi. Kehilangan

pendengaran pada 27 dB hingga 70 dB berarti adalah tahap kekurangan

pendengaran, sedangkan kehilangan pendengaran pada 71dB keatas adalah

tahap ketulian. Kurang pendengaran adalah berarti tahap pendengaran

ketika individu masih dapat memahami penuturan, sedangkan tahap

ketulian berarti adalah tahap ketika individu mengalami masalah dalam

memahami penuturan. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

1) Tahap kurang mendengar

a) Ringan (mild hearing loss).

(1) Tingkat kehilangn pendengaran antara 27 hingga 40 dB

(2) Memahami percakapan


22

(3) Mengalami kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang pelan dan

jauh

(4) Memerlukan terapi penuturan

b) Sedang (Modrate hearing loss)

(1) Tingkat kehilangan pendengaran antara 41 hingga 55 dB.

(2) Dapat mendengar pada jarak 1 hingga 1,5 meter darinya.

(3) Memahami percakapan

(4) Sulit untuk ikut dalam perbincangan dalam kelas

(5) Memerlukan alat bantu dengar

(6) Memerlukan terapi penuturan

c) Menengah serius (moderate-severe hearing loss)

(1) Tahap kehilangan pendengaran antara 56 hingga 70 dB

(2) Memerlukan alat bantu dengar dan latihan pendengaran

(3) Memerlukan latihan penuturan dan komunikasi

(4) Orang yang ingin berbicara dengan mereka harus berbicara

dengan keras

(5) Penuturan mereka mungkin akan tidak sempurna karena

pegalamannya dalam mendengar pembicaraan terbatas

3) Tahap Tuli

a) Serius (severe hearing loss)

(1) Tingkat hilangnya pendengaran antara 71 hingga 90 dB.


23

(2) Dapat mendengar bunyi yang keras pada jarak antara nol

hingga 30 ,5 cm darinya

(3) Mungkin hanya dapat membedakan sebagian dari bunyi

saja.

(4) Memiliki masalah dalam penuturan.

(5) Membutuhkan pendidikan khusus, alat bantu dengar, dan

latihan penuturan dan komunikasi

d) Sangat serius (profound hearing loss)

(1) Tingkat kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB.

(2) Sulit untuk mendengar bunyi, walaupun keras.

(3) Memerlukan alat bantu pendengaran dan terapi penuturan.

(4) Usia ketika kehilangan pendengaran.

Mangunsong (2007) mengklasifikasikan tunarungu menjadi lima

kelompok yaitu :

1) Kelompok I, yaitu hilangnya pendengaran yang ringan (antara 20-30

dB). Orang dalam kelompok ini mampu untuk berkomunikasi dengan

menggunakan pendengarannya.

2) Kelompok II, yaitu hilangnya pendengaran yang marginal (antara 30-

40 dB). Orang dalam kelompok ini sering mengalami kesulitan untuk

mengikuti suatu pembicaraan pada jarak beberapa meter.


24

3) Kelompok III, yaitu hilangnya pendengaran yang sedang (antara 40-60

dB). Orang dalam kelompok ini masih bisa belajar berbicara dengan

mengandalkan alat-alat pendengarannya.

4) Kelompok IV, yaitu hilangnya pendengaran yang berat (60-75 dB).

Dalam kelompok ini orang tidak bisa belajar berbicara tanpa

menggunakan teknikteknik khusus.

5) Kelompok V, yaitu hilangnya pendengaran yang parah (lebih dari 75

dB). Orang dalam kelompok ini tidak dapat belajar bahasa hanya

semata-mata dengan mengandalkan telinga meskipun telah didukung

dengan alat bantu dengar sekalipun.

Menurut Muhammad (2008) adapun jenis-jenis kehilangan pendengaran

yang ditentukan melalui tes pendengaran dengan menggunakan audiometer,

yaitu:

1) Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang

disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan

tengah, yang berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar getaran

suara menuju telinga bagian dalam. Bunyi yang masuk melalui saluran

auditoris ke gendang telinga akan menyebabkan tiga tulang kecil dalam

telinga tengah bergetar dan menghantar bunyi ke telinga dalam

mungkin terganggu akibat kotoran telinga atau penyebab lainnya.

Gendang telinga yang pecah, luka, atau berlubang juga menghalangi

bergetarnya tiga tulang kecil yang menyebabkan terjadinya ketulian.


25

Ketulian jenis ini biasanya dapat dibantu dengan alat bantu

pendengaran.

4) Tunarungu tipe sensorineural, yaitu disebabkan oleh terjadinya

kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus

chochlears) yang membawa impuls (getaran) ke otak. Kehilangan

pendengaran pada jenis ini biasanya tak dapat menerima sebagian

frekuensi atau keseluruhan.

e. Karakteristik Tunarngu

Karakteristik tunarungu sangat kompleks dan berbeda-beda satu

sama lain. Secara kasat mata keadaan mereka sama seperti orang normal

pada umumnya (Winarnie & Danudilaga, 2014).

Beberapa karakteristik tunarungu sebagai berikut :

1) Karakteristik bahasa dan bicara.

a) Miskin kosa kata.

b) Mengalami kesulitan dalam mengerti ungkapan Bahasa yang

mengandung arti kiasan dan kata-kata abstrak.

c) Kurang menguasai irama dan gaya bahasa.

d) Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau

kalimatkalimat yang panjang serta bentuk kiasan.

5) Karakteristik dalam segi intelegensi

a) Intelegensi normal atau rata-rata, akan tetapi karena

perkembangan bahasanya terhambat maka mereka


26

menampakkan intelegensi yang rendah disebabkan oleh

kesulitan memahami Bahasa.

b) Tingkat prestasi akademik rendah karena intelegensinya tidak

mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimal

c) Terhambatnya intelegensi yang bersifat verbal, seperti dalam

merumuskan pengertian, menarik kesimpulan dan meramal

kejadian.

6) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial.

a) Terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam

masyarakat dimana ia hidup/keadaan ini menghambat

perkembangan kepribadian terutama bagi anak menuju dewasa.

Untuk dewasa ia akan menjadi penyendiri dan minder.

b) Egosentrisme yang melebihi anak normal.

c) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.

d) Ketergantungan terhadap orang lain.

e) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.

f) Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan

tanpa banyak masalah.

g) Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung

f. Perkembangan Anak Tunarungu

Menurut Muhammad (2008), perkembangan anak-anak tunarungu

dapat dilihat dalam aspek berikut:


27

1) Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Manusia berkomunikasi dengan mimik muka, sentuhan, gerak

tangan, gerak badan, mendengar, dan bertutur kata. Kehilangan

pendengaran secara serius menghalangi perkembangan komunikasi

mendengar dan bertutur kata. Tanpa bantuan dari ahli terapi

penuturan, anak-anak yang memiliki masalah pendengaran

kemungkinan besar berkembangannya akan terhambat dalam dua hal

ini.

7) Perkembangan Sosial dan Emosi

Perkembangan sosial dan emosi anak-anak yang memiliki

masalah pendengaran sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka,

perlakuan yang diterima, dan melalui kemampuan berkembang

mereka sendiri untuk membuat mereka mampu mengungkapkan

perasaan mereka, keinginan, kebutuhan dan untuk memahami peraaan

orang lain. Masalah komplikasi memberi implikasi terhadap

kemandirian, kemampuan untuk bermain dan berbagi dengan

sebayanya. Anak tunarungu sangat memerlukan teman bermain dan

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, mereka juga

membutuhkan untuk dicintai, dihargai, serta diberikan kesempatan

untuk mengembangkan diri. Menurut Wong (2009) kerusakan fisik

dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk behasil dan bersaing.

Anak usia sekolah sedang berjuang untuk mencapai rasa pencapaian


28

dan juga mengatasi rasa inferioritas. Kesuksesan menguasai tugas-

tugas ini bergantung pada kemampuan anak untuk bekerjasama dan

bersaing dengan anak lain.

8) Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merujuk pada cara untuk memahami

dan mengatur dunia mereka ini termasuk kemampuan untuk meyerap,

menyimpan, dan mengingat informasi, mengklasivikasi bendan,

mendefinisikan, menilai, membandingkan,dan membedakan,

menciptakan sesuatu, menyelesaikan masalah dan sebagainya.

Ketelambatan perkembangan bahasa anak yang memiliki masalah

pendengaran juga memperlambat perkembangan kognitif mereka.

9) Perkembangan Fisik dan Motorik

Perkembangan motorik kasar dan motorik halus untuk anak-

anak yang memiliki masalah pendengaran tidak berbeda dengan anak-

anak normal lainnya.


29

3. Konsep Dukungan Orang Tua

a. Pengertian orang tua

Nasution dalam Astrida (2012) menyatakan bahwa Orang

tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu

keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-

hari disebut sebagai bapak dan ibu.

Orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang

bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan

anaknya (Hasbullah, 2006).

b. Pengertian dukungan orang tua

Dukungan orang tua menurut Cabb dalam Hidayah (2012)

mendefinisikan dukungan orang tua sebagai adanya kenyamanan,

perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap

menerima kondisinya.

Saurasan dalam Hidayah (2012) dukungan orangtua adalah

keberadaan, kesedihan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat

diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

Dukungan orang tua menurut Mindiharto (2014) adalah


dukungan yang diberikan orang tua yang merupakan suatu bantuan
yang diberikan orang tua kepada anak. Bentuk dukungan orang tua
yang diterima oleh anak terdiri dari dukungan penilaian,
instrumental, informasional, dan emosional.
30

c. Bentuk Dukungan Orang Tua

Dukungan orang tua merupakan bagian dari dukungan

keluarga. Menurut Moksin (2010), terdapat empat bentuk dukungan

orang tua, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental,

dukungan informatif, dan dukungan penghargaan, yaitu:

1) Dukungan instrumental

Dukungan instrumental keluarga dimana keluarga

merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit yang mencakup

bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu

maupun modifikasi lingkungan.

10) Dukungan informasonal

Dukungan informatif keluarga dimana keluarga berfungsi

sebagai sebuah kolektor dan penyebar informasi tentang dunia

mencakup memberi nasihat, petunjukpetunjuk, sarana-sarana atau

umpan balik.

11) Dukunga penilaian (appraisal)

Dukungan penghargaan keluarga dimana keluarga bertindak

sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah (menambah penghargaan diri).

12) Dukungan emosional

Dukungan emosional keluarga sebagai sebuah tempat yang

aman dan damai untuk beristirahat dan pemulihan serta membantu


31

penguasaan terhadap emosi (Friedman dalam Helinawati, 2013).

Menurut Andayani dan Koentjoro (2007) dukungan emosional

keluarga seperti membantu anak meminimalkan sumber stress yang

dihadapi dengan memberi saran dalam membuat suatu keputusan,

karena ketika keluarga memberikan dukungan maka anak akan

merasa nyaman dan berpengaruh pada emosional bahkan tingkah

lakunya.

Menurut House (Smet 1994, dalam Setiadi 2008) ciri-ciri

dari dukungan emosional orang tua adalah setiap orang pasti

membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa

dukungan simpati dan empati, cinta dan kepercayaan dan

penghargaan dengan demikian seseorang yang menghadapi

persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi

masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala

keluhannya, bersimpati dan berempati terhadap persoalan yang di

hadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang di

hadapinya

Slameto (2010) apabila diberikan suasana yang penuh

perlindungan, penghargaan, kasih sayang dan perhatian orang tua,

jauh dari perasaan iri, cemburu, tersaingi, hal ini akan mendorong

dan memberikan anak utnuk bersifat lebih mandiri, mempunyai


32

keberanian untuk melatih dirinya berinisiatif, bertanggung jawab,

serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.

Ketika orang tua menunjukan ketidaksetujuan, atau

menghukum, memberikan emosi negatif, emosi tersebut bisa jadi

semakin intens ditunjukkan dan dapat merusak penyesuaian sosial

anak atau anak tersebut mungkin belajar untuk menyembunyikan

emosi negatif tetapi bisa menjadi cemas dalam situasi yang

membangkitkan emosi tersebut (Papilia, 2008).

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Orang Tua

Menurut Purnawan dalam Setiadi (2008), pemberian dukungan

oleh orang tua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang

keduanya saling berhubungan.

1) Faktor internal berasal dari individu itu sendiri meliputi:

a) Usia

Dukungan dapat di tentukan oleh faktor usia dalam hal ini

adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap

rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap

perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Menurut Daryanto (2007) ada

hubungan usia dengan dukungan informasional dan dukungan

emosional, semakin dewasa seseorang maka semakin matang

kepribadiannya. Menurut Ericson (dalam Meirina 2011) Masa dewasa

tengah (40 – 65 tahun) merupakan masa produktivitas maksimum.


33

Pada masa ini kekuatan watak yang muncul, perhatian dan prihatin dan

tanggung jawab yang menghargai siapa yang membutuhkan

perlindungan dan perhatian.

e) Pendidikan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termaksud kemampuan untuk

memahami faktor-faktor berhubungan dengan penyakit dan untuk

menjaga kesehatan.

f) Psikologi

Dalam hal ini mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakan sesuatu. Respon emosi yang baik

akan memberikan antisipasi penanganan yang baik terhadap berbagai

tanda sakit namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan

terjadi penyangkalan terhadap gejala penyakit yang ada.

13) faktor eksternal berasal dari luar individu itu sendiri dan terdiri dari

tiga hal, yaitu:

a) Sosial

Faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit,

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan serta bereaksi terhadap

penyakitnya.
34

g) Pekerjaan

Pekerjaan mempengaruhi dukungan emosional keluarga

menurut Romness dkk (2009) menyatakan bahwa orang tua yang tidak

bekerja tentunya menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak

dibandingkan orang tua yang bekerja, maka waktu beriteraksi dengan

anak akan lebih banyak. Pekerjaan orang tua mempengaruhi waktu

yang dapat mereka luangkan untuk keluarga dan sumber pendapatan

yang dapat di gunakan untuk kesehatan anak. Pekerjaan pada orang tua

dapat menambah sumber daya keuangan sehingga dapat digunakan

untuk meningkatkan kesehatan anak, namun di sisi lain pekerjaan

mungkin dapat mengurangi waktu antara orang tua dengan anak

sehingga perhatian terhadap anak berkurang.

h) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan

kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi. Praktik di keluarga yaitu cara keluarga

memberikan dukungan salah satunya dukunagn emosional yang

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya secara

optimal. Tindakan dapat berupa motivasi pencegahan yang

dicontohkan keluarga kepada anggota keluarganya.


35

B. Cara Mengukur Dukungan Emosional Orang Tua

Peneliti menggunakan kuesioner yang digunakan oleh Sidik (2014)

.kuesioner ini berjumlah 26 pernyataan. kuesioner ini telah dilakukan uji

reliabilitas dan hasil reliabilitas kuesioner dukungan keluarga didapatkan nilai

alpha 0,750 sehingga dapat dikatakan reliabel dan menggunakan skala likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau yang

dialaminya (Hidayat, 2013). Ada dua bentuk skala likert yaitu pernyataan

favorable yang diberikan skor 4, 3, 2 dan 1, sementara pernyataan

unfavorable diberi skor 1, 2, 3 dan 4. Makna kuantitatif dari skor yaitu; untuk

pernyataan favorable: selalu (SL) = 4, sering (Sr) = 3, kadang- kadang (KK)

= 2, tidak pernah (TP) = 1; untuk pernyataan unfavorable: selalu (SL) = 1,

sering (Sr) = 2, kadang-kadang (KK) = 3, tidak pernah (TP) = 4. Untuk hasil

penelitian dapat dikatagorikan sebagai berikut: mendukung apabila total nilai

≥ 73, tidak mendukung apabila total nilai < 73.


36

C. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi dukungan


emosional orang tua:
Faktor internal:
a. Usia
b. Pendidikan
c. Psikologi

Faktor yang mempengaruhi dukungan


Dukungan emosional orang
emosional orang tua:
tua
Faktor eksternal:
Sosial
Pekerjaan
Latar belakang

(Purnawan dalam Setiadi, 2008)


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Gambaran Dukungan Emosional Orang Tua Pada Anak Tunarungu


Usia Sekolah di SLB Kota Bogor
Anak usia sekolah tunarungu adalah anak dengan rentang kehidupan

yang dimulai dari usia 6 sampai 12 tahun yang tidak atau kurang mampu

mendengar suara (Dwijisumarto dalam Somantri, 2007). Menurut data Statistik

Sekolah Luar Biasa (SLB) tahun 2015/2016 Jawa Barat memiliki jumlah siswa

tunarungu di sekolah luar biasa tertinggi yaitu 3.982 jiwa.

Anak tunarungu mengalami masalah emosional (Mangunsong, 2009).

Masalah emosional yang dialami anak tunarungu akan menghambat

perkembangan pribadinya dan dapat menimbulkan perasaan terkucil dari

lingkungan sosialnya (Mangunsong, 2009). Dampak psikologis yang negatif akan

membuat anak tunarungu mengalami berbagai konflik dan ketakutan (Somantri,

2007).

Perkembangan emosi anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh pengalaman

mereka dan perlakuan yang diterima (Muhammad, 2008). Maka dari itu peran

orang tua sangat penting karena orang tua merupakan pengaruh utama dalam

membentuk kepribadian anak (Wong, 2009).

37
38

Orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab

terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (Hasbullah, 2006). Sobur

dalam Hidayah (2012) Hubungan emosional antara orangtua dan anak juga

berpengaruh dalam keberhasilan anak. Sebaiknya orangtua menciptakan

hubungan yang harmonis dengan anak, maka dibutuhkan dukungan emosional

orang tua.

Dukungan emosional orang tua adalah dukungan berupa kasih sayang dan

perhatian orang tua yang memberikan suasana yang penuh perlindungan,

penghargaan, jauh dari perasaan iri, cemburu, tersaingi, hal ini akan mendorong

dan memberikan anak untuk bersifat lebih mandiri, mempunyai keberanian untuk

melatih dirinya berinisiatif, bertanggung jawab, serta dapat menyelesaikan

masalahnya sendiri (Slameto ,2010). Jika dukungan emosional keluarga kurang

didapatkan oleh anak tunarungu maka anak akan mengalami hambatan dalam

dirinya seperti merasa tidak berharga.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendevinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristk yang diamati, sehinga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2013).

No. Definisi
Variabel Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
operasional
1. Usia Usia orang tua Kuesioner Kuesioner 1. Dewasa Ordinal
terhitung dari lahir A berisi data muda
sampai dengan usia data demografi (20-40 tahun.
39

ulang tahun demografi 2. Dewasa


terakhir responden menengah
saat penelitian (40-65
dilakukan tahun)
3. Paruh baya
(> 65 tahun)
(Kozier,
2010)
Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner Kuesioner 1. PT Ordinal
terakhir yang A berisi data 2. SMA
ditempuh data demografi 3. SMP
responden demografi 4. SD
Pekerjaan Kegiatan yang Kuesioner Kuesioner 1. Bekerja Nominal
dilakukan A berisi data 2. Tidak bekerja
responden yang data demografi
dapat demografi
menghasilkan
pendapatan atau
uang sebagai
sumber
penghasilan
2. Dukungan Dukungan yang Kuesioner Kuesioner 1. Mendukung Ordinal
emosional diberikan oleh B berisi tentang (jika nilai ≥
orang tua orang tua berupa dukungan dukungan 73)
kasih sayang, emosional emosional 2. Tidak
kepedulian, orang tua orang tua mendukung
simpati pada dalam (jika nilai <
anggota keluarga bentuk skala 73)
(Meirina, 2011) Likert , yang
berisi 20
pernyataan
dengan
pilihan
jawaban
favorable:
 Selalu : 4
 Sering : 3
 Kadang-
kadang : 2
Tidak
pernah : 1

Jawaban
unfavorable:
40

 Selalu: 1
 Sering: 2
 Kadang-
kadang : 3
 Tidak
pernah : 4
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. penelitian ini

dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data,

klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.

Metode penelitian deskriptif sering digunakan dalam program pelayanan

kesehatan, terutama dalam rangka mengadakan perbaikan dan peningkatan

program-program pelayanan kesehatan tersebut. (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

gambaran dukungan emosional orang tua pada anak tuanrungu usia

sekolah di SLB Kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan tahapan

penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data, klasifikasi,

pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan penelitian.

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kalender

akademik dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

41
42

Tabel. 4.1 Tahap Penelitian

No. Kegiatan Waktu


1. Penentuan judul proposal Desember 2015-Januari 2016
2. Pembuatan proposal Januari- Maret 2016
3. Ujian proposal 28 Maret 2016
4. Pengumpulan data 2-7 mei 2016
5. Pengolahan data 9 Mei-18 Juni 2016
6. Laporan akhir penelitian 29 Juni – 1 Juli 2016
4. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, tempatnya di SLB-B Tunas

Kasih 2 dan SLB Sejahtera Kota Bogor. Alasan pemilihan lokasi

berdasarkan kedua tempat tersebut karena populasi anak usia sekolah

tunarungu cukup tinggi yaitu 32 orang, selain itu belum pernah menjadi

tempat penelitian mengenai masalah dukungan emosional orang tua pada

tunarungu usia sekolah dan untuk mencukupi jumlah responden yang

dibutuhkan oleh peneliti yaitu orang tua dari anak tunarungu usia sekolah

yang di harapkan.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pada penelitian ini yang dijadikan populasi adalah orang tua yang

memiliki anak tunarungu usia di SLB-B Kota Bogor.

Tabel 4.2. Populasi Siswa Usia Sekolah di SLB-B Kota Bogor


Tempat Jumlah Siswa
SLB Sejahtera 10 orang
SLB-B Tunas Kasih 2 22 orang
Jumlah Populasi 32 orang
43

5. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat ,

2013).

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah oran tua yang

memiliki anak tunarungu usia sekolah yaitu 6 sampai 12 tahun di SLB-B

Tunas Kasih 2 dan SLB Sejahtera Kota Bogor.

g. Jumlah Sampel

Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian

tergantung pada dua hal, yaitu: pertama, adanya sumber-sumber yang

dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya

sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan

batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil besar sampel didapatkan bahwa jumlah

sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 25 responden, namun

dalam penelitian ini sampel yang digunakan sedikit melebihi batas

minimal yaitu berjumlah 26 responden.

6. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Orang tua yang memiliki anak tunarungu usia sekolah 6 sampai

12 tahun.

1) Orang tua yang hadir saat pengumpulan data.


44

2) Orang tua yang bersedia dijadikan responden.

G. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik angket/kuesioner dalam bentuk pernyataan. Sumber data berasal

dari data primer. Data primer pada penelitian ini adalah data yang

langsung diambil oleh peneliti dari responden yang memenuhi seluruh

kriteria inklusi. Kuesioner terdiri dari karakteristik responden (usia,

pendidikan, dan pekerjaan) dan berisi pernyataan tentang dukungan

orang tua dimana responden hanya memberi tanda ceklis (√) pada

kolom yang telah tersedia. Sumber data berasal dari data primer atau

data yang langsung diambil dari sumbernya dan diperoleh peneliti dari

hasil pengukuran.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah lembar

kuesioner, alat tulis dan komputer.

a. Kuesioner

1) Kuesioner A

Berisi data demografi responden berupa usia, pendidikan,

dan pekerjaan. Pengisian dilakukan dengan cara memberi tanda

checklist ( ) pada tempat yang telah disediakan.


45

2) Kuesioner B

Peneliti memodifikasi kuesioner dari Sidik (2014) tentang

dukungan keluarga pada anak berkebutuhan khusus. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil bagian kuesioner yaitu bagian

dukungan emosional keluarga nomor 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan

ditambahkan 13 item pernyataan yang mengacu pada teori

dukungan emosional keluarga yang disesuaikan dengan sosial dan

budaya di Indonesia. 13 item pernyataan yang ditambahkan pada

kuesioner yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20.

Dalam hal ini peneliti telah menyiapkan 20 pernyataan. Peneliti

menggunakan skala likert untuk menilai dukungan emosional

keluarga terhadap anak tunarungu usia sekolah di SLB Kota Bogor.

Skoring untuk pernyataan favorable bila jawaban selalu

skor 4, sering skor 3, kadang-kadang skor 2, dan jika tidak pernah

skor 1. Untuk pernyataan unfavorable apabila jawaban selalu skor

1, sering skor 2, kadang-kadang skor 3, dan jika tidak pernah skor

4. Kalimat pernyataan favorable yaitu nomor 3, 5, 6, 7, 9, 11, 12,

13, 17, 19, dan 20. dan kalimat pernyataan unfavorable yaitu

nomor 1, 2, 4, 8, 10, 14, 15, 16, dan 18. Pengisian dilakukan

dengan cara memberi tanda checklist ( ) pada tempat yang telah


46

disediakan Hasil ukur dukungan emosioal orang tua jika nilai ≥ 73

maka dikatakan mendukung dan tidak mendukung jika nilai < 73.

Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas isi pada tanggal

21 Maret 2016, yang menguji apakah isi kuesioner dimengerti oleh

keluarga. Hasil uji validitas isi dari beberapa orang keluarga, 20

konten pernyataan tentang dukungan emosional keluarga dapat

dijawab dan dimengerti seluruhnya.

h. Alat tulis

Alat tulis yang digunakan adalah pensil, pulpen dan kertas

untuk mencatat hasil pengumpulan data.

i. Komputer

Komputer digunakan untuk mengolah data setelah data yang

berasal dari responden terkumpul.

7. Prosedur Penelitian

Dalam pengumpulan data, peneliti mengacu pada tahapan yang di

tetapkan dalam prosedur di bawah ini:

a. Setelah proposal penelitian disetujui pembimbing dan koordianator

mata ajar maka peneliti mengajukan permohonan izin kepada pihak

Sekolah Luar Biasa Sejahtera dan Tunas Kasih 2.

b. Setelah mendapatkan izin dari pihak SLB, peneliti melakukan

pendekatan yang dibantu oleh pihak sekolah untuk memberikan


47

penjelasan dan informed consent pada orang tua tentang persetujuan

untuk dijadikan responden.

c. Setelah calon responden setuju untuk menjadi responden, maka

dilakukan proses pengambilan data, peneliti memberikan kesempatan

kepada responden untuk mengisi lembar kuesioner.

d. Apabila selama mengisi lembar kuesioner responden tidak paham

mengenai pernyataan yang ada di kuesioner, maka responden boleh

meminta penjelasan terhadap pernyataan tersebut kepada peneliti.

e. Setelah semua data terkumpul, dimulai proses pengolahan data dan

dilanjutkan dengan pembuatan laporan penelitian.

H. Pengolahan data

1. Pengolahan Data

Pada dasarnya pengolahan data merupakan suatu proses untuk

memperoleh data ringkasan berdasarkan data mentah dengan

menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan. Pada bagian ini data yang telah terkumpul diolah dan

dianalisis melalui beberapa tahapan:

a. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan editing dengan cara

memeriksa jawaban dengan memeriksa kelengkapan jawaban yang

telah di isi oleh responden dan data yang relevan yang telah

tekumpul dari 26 responden yang telah mengisi data demografi


48

responden dan 20 pernyataan tentang dukungan emosional orang

tua. Hasil dari pemeriksaan kuisioner tersebut di dapatkan bahwa

semua pernyataan terisi dengan lengkap oleh responden.

b. Coding

Pada penelitian ini yang dilakukan pengkodean untuk

kuisioner A adalah untuk kode umur diberi kode “1” untuk dewasa

muda ( 20-40 tahun), “2” untuk dewasa menengah (40-65 tahun),

“3” untuk paruh baya (> 65 tahun). Untuk pendidikan diberi kode

“1” untuk Perguruan Tinggi, “2” untuk SMA, “3” untuk SMP dan

“4” untuk SD. Kode untuk pekerjaan yaitu “1” untuk bekerja, “2”

untuk tidur bekerja. Kode untuk variabel dukungan emosional

orang tua pada penelitian ini adalah untuk pernyataan favorable

yaitu nilai “4” untuk selalu (SL), nilai “3” untuk sering(SR), nilai

“2” untuk kadang-kadang (KK) dan nilai “1” untuk tidak pernah

(TP). Sedangkan pernyataan unfavorable yaitu nilai “4” untuk

tidak pernah(TP), nilai “3” untuk kadang-kadang (KK), nilai “2”

sering (SR) dan nilai “1” untuk selalu (SL).

c. Data Entry

Pada Data Entry ini peneliti menggunakan perangkat komputer

untuk membuat master tabel dan data yang telah diedit. Master tabel ini

dibuat untuk mempermudah peneliti mengelompokan data tentang


49

gambaran dukungan emosional orang tua pada anak tunarugnu usia

sekolah.

d. Cleaning

Pada tahap cleaning ini peneliti memeriksa kembali data yang

sudah di entry dengan cara melihat kembali kuesioner dan data yang

sudah dientry ke komputer. Bila terdapat perbedaan dengan kuesioner

maka dilakukan pengeditan (perbaikan) langsung. Hal ini dilakukan agar

terhindar dari kesalahan dalam pengolahan data.

e. Data File

Pada tahap ini data yang telah diedit kemudian dikelompokan

sesuai kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti dan data disimpan

dalam bentuk dokumen yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram

distribusi frekuensi.

I. Analisa data

Penelitian ini menggunakan analisa data univariat yaitu analisis

yang dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian. Analisa univariat ditujukan untuk menganalisa

satu variabel yang diteliti yaitu dukungan emosional orang tua pada anak

tunarungu usia sekolah di SLB Kota Bogor. Hasil dari variabel dukungan

emosional orang tua dalam penelitian dikelompokan menjadi mendukung

jika skor responden ≥ 73 dan tidak mendukung jika skor responden < 73.
50

Hasil pengolahan data dinterpretasikan sesuai variabel (dukungan

emosional orang tua). Data diintrepetasikan dengan menggunakan skala

menurut Arikunto (2006) sebagai berikut:

1. 0% : Tidak satupun

2. 1% - 25% : Sebagian kecil

3. 26% - 49% : Kurang dari setengahnya

4. 50% : Setengahnya

5. 51% - 75% : Lebih dari setengahnya

6. 76% - 99% : Sebagian besar

7. 100% : Seluruhnya
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab V ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang

penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian tersebut didapat dari kegiatan

pengumpulan data melalui kuesioner. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 26

responden yang dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Kota Bogor. Waktu

pengumpulan data dilakukan dari tanggal 2 Mei sampai dengan 9 Mei 2016.

Selanjutnya dilakukan proses pengolahan data yang terdiri dari coding, editing,

entri, cleaning, dan data file.. Hasil penelitian ini menguraikan tentang

karakteristik responden mulai dari usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.

Disamping itu, peneliti menyajikan gambaran dukungan emosional orang tua pada

anak tunarungu usia sekolah di SLB Kota Bogor yang akan dijelaskan dan

disajikan dalam bentuk tekstular, tabel, dan diagram.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dibuat dengan menggunakan analisa univariat, yang

disajikan dalam bentuk diagram, tabel, dan tekstular.

1. Karakteristik Responden

Untuk mengetahui karakteristik responden yang diteliti, baik dari

tingkat usia, pendidikan, dan pekerjaan dapat dilihat dari diagram berikut :

51
52

a. Usia

Diagram 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Usia di SLB
Kota Bogor pada Bulan Mei 2016 ( n= 26)
65%
Distribusi Usia Orang Tua
35%
0%

20-40 Tahun 40-65 Tahun > 65 Tahun

Interpretasi Data:

Berdasarkan diagram 5.1 hasil penelitian menujukan bahwa dari 26

responden, lebih dari setengah responden berusia antara 20-40 tahun yaitu

sebanyak 17 responden (65%), kurang dari setengah responden berusia 40-65

tahun yaitu sebanyak 9 responden (35 %), dan tidak satupun rsponden berusia >

65 tahun (0%). b. Pendidikan

Diagram 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan
di SLB Kota Bogor pada Bulan Mei (n=26)
Distribusi Pendidikan Orang Tua
Perguruan
Tinggi SD Interpretasi Data:
15% 8%

SMP
Berdasarkan diagram
35%
5.2 hasil penelitian
SMA
42% menujukan bahwa kurang

dari setengah responden

berpendidikan SMA sebanyak 11 responden (42%), SMP sebanyak 9 responden


53

(35%), sebagian kecil responden bependidikan perguruan tinggi sebanyak 4

responden (15%) dan SD sebanyak 2 responden (8%).

b. Pekerjaan

Diagram 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan di SLB
Kota Bogor pada Bulan Mei 2016 (n=26)
Distribusi Pekerjaan Orang Tua

31%
1
69%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Interpretasi Data:

Berdasarkan diagram 5.3 hasil penelitian menujukan bahwa lebih dari

setengah responden tidak bekerja sebanyak 18 responden (69%), dan kurang dari

setengah responden bekerja sebanyak 8 responden (31%).

1. Dukungan Emosional Orang Tua

Tabel 5.1
Gambaran Dukungan Emosional Orang Tua pada Anak Tunarungu Usia
Sekolah di SLB Kota Bogor pada bulan Mei 2016 (n=26)
Dukungan emosional N %
Orang tua pada anak
tunarungu usia sekolah
Mendukung 13 50
Tidak mendukung 13 50
Jumlah 26 100
Interpretasi data:

Tabel 5.2 Hasil penelitian menujukan bahwa setengah dari responden

memiliki dukungan emosional orang tua yang mendukung yaitu sebanyak 13


54

responden (50%), dan setengah dari responden memiliki dukungan emosional

orang tua yang tidak mendukung sebanyak 13 responden (50%)

A. Pembahasan Dukungan Emosional Orang Tua

Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang kesesuaian ataupun

ketidaksesuaian antara konsep teoritik dengan hasil penelitian di lapangan

mengenai gambaran dukungan emosional orang tua pada anak tunarungu usia

sekolah di SLB Kota Bogor yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan

penelitian.

Menurut Purnawan dalam Setiadi, (2008) faktor-faktor yang

mempengaruhi dukungan emosional orang tua diantaranya adalah usia,

pendidikan dan pekerjaan seperti yang terlihat pada tabel 5.2, 5.3, 5.4 berikut

ini:

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Emosinal Orang Tua Berdasarkan
Usia di SLB Kota Bogor

No Distribusi Usia Dukungan Emosional Orang Tua


. ∑ % ∑ Tidak % ∑ %
Mendukung Mendukung
1. 20-40 Tahun 8 31 9 35% 17 65%
%
2. 40-65 Tahun 5 19 4 15% 9 35%
%
3. > 65 Tahun 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 13 50 13 50% 26 100%
%
Menurut tabel 5.2 hasil penelitian berdasarkan usia dihasilkan data

bahwa lebih dari setengah responden berusia 20-40 tahun yaitu sebanyak 17

responden (65%). Hasil untuk usia yang mendukung dalam dukungan


55

emosional orang tua yaitu pada usia 40 – 60 tahun sebanyak 5 responden

(19%) hal ini didukung oleh pernyataan Daryanto (2007) bahwa ada

hubungan usia dengan dukungan emosional, semakin dewasa seseorang maka

semakin matang kepribadiannya dan sesuai dengan penelitian Arfandi (2014)

yaitu usia berkisar antara 23-58 tahun, tergolong matang untuk menjaga dan

mendidik anak dengan kebutuhan khusus. Untuk usia > 65 tahun sebanyak 0

responden (0%) yang sesuai dengan pernyataan Supartini dalam Sidik (2009)

yang menyatakan bahwa usia terlalu tua tidak dapat menjalankan hal secara

optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Emosinal Orang Tua Berdasarkan
Pendidikan Terakhir di SLB Kota Bogor
No Distribusi Dukungan Emosional Orang Tua
. pendidikan terakhir ∑ % ∑ tidak % ∑ %
mendukung mendukung
1. Perguruan Tinggi 2 8% 2 8% 4 15%
2. SMA 6 23 5 19 11 42%
% %
3. SMP 4 15 5 19 9 35%
% %
4. SD 1 4% 1 4% 2 8%
jumlah 13 50 13 50 26 100%
% %
Hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dihasilkan data bahwa

jumlah tertinggi yaitu pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 11 responden

(42%). Sesuai hasil dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendidikan SMA

memiliki tingkat dukungan orang tua yang mendukung dan tertinggi yaitu

23% yang sesuai dengan pernyataan Mayasari (2009) bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan diharapkan semakin tinggi pengetahuan orang tua dalam


56

mendidik anak, dan didukung oleh pernyataan Wahidin dalam Arfand

(2014) yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin baik dampak

bagi perkembangan anak sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah

berdampak pada kurang pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan dan cara

didik anak.

Hasil analisis peneliti, dikarenakan jumlah responden dengan tingkat

pendidikan perguruan tinggi lebih rendah maka mempengaruhi persentase

hasil lebih rendah dibandingkan tingkat SMP dan SMA.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Emosinal Orang Tua Berdasarkan
Pekerjaan di SLB Kota Bogor
No. Distribusi Dukungan Emosional Orang Tua
Pekerjaan ∑ mendukung % ∑ tidak % ∑ %
mendukung
1. Bekerja 4 15 4 15% 8 31%
%
2. Tidak Bekerja 9 35 9 35% 18 69%
%
jumlah 13 50 13 50% 26 100%
%
Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan dihasilkan data lebih dari

setengahnya tidak bekerja sebanyak 18 responden (69%). Hal tersebut di

pengaruhi oleh responden (orang tua) yang hadir dalam pengambilan data

lebih banyak ibu dibandingkan ayah. Hasil untuk responden yang tidak

bekerja mendukung sebanyak 9 responden (35%) dan yang bekerja sebanyak

4 responden (15%), maka sesuai menurut Romness dkk (2009) menyatakan

bahwa orang tua yang tidak bekerja tentunya menghabiskan waktu lebih
57

banyak dengan anak dibandingkan orang tua yang bekerja, maka waktu

beriteraksi dengan anak akan lebih banyak.


58

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai dukungan emosional orang tua pada

anak tunarungu usia sekolah di SLB Kota Bogor dengan jumlah 26 responden,

didapatkan hasil yaitu:

1. Lebih dari setengah responden berusia antara 20-40 tahun yaitu

sebanyak 17 responden (65%), kurang dari setengah responden

berusia 40-65 tahun yaitu sebanyak 9 responden (35 %), dan tidak

satupun rsponden berusia > 65 tahun (0%).

4. Kurang dari setengah responden berpendidikan SMA sebanyak 11

responden (42%), SMP sebanyak 9 responden (35%), sebagian kecil

responden bependidikan perguruan tinggi sebanyak 4 responden (15%)

dan SD sebanyak 2 responden (8%).

5. Lebih dari setengah responden tidak bekerja sebanyak 18 responden

(69%), dan kurang dari setengah responden bekerja sebanyak 8

responden (31%).

6. Dukungan emosional orang tua di dapatkan hasil bahwa setengah dari

jumlah responden mendukung dalam dukungan emosional orang tua

sebanyak 13 responden (50%) dan tidak mendukung dalam dukungan

emosional orang tua sebanyak 13 responden (50%).


59

B. Rekomendasi

Peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan masih jauh

dari sempurna dan memiliki kekurangan. Namun, peneliti sangat berharap

penelitian ini dapat memberikan manfaat selain untuk peneliti, juga kepada

pembaca, serta semua pihak yang telah memberikan andil dalam penyusunan

penelitian ini. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian dasar untuk

dilakukannya penelitian berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat,

peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada pihak - pihak yang terkait,

diantaranya:

1. Penelitian Selanjutnya

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya bisa mengembangkan judul

penelitian ini sehingga hasil penelitian yang penulis lakukan dapat menjadi

data dasar untuk penelitian selanjutnya, dan peneliti mengharapkan adanya

penelitian tentang gambaran dukungan orang tua pada anak usia sekolah

dengan berkebutuhan khusus lainnya.

2. Bagi Institusi Program Studi Keperawatan Bogor

Bermanfaatnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan bahan referensi

penelitian selanjutnya, dan dalam bidang keperawatan khususnya

keperawatan anak dan keperawatan keluarga yang dapat membantu

memberikan konsultasi mengenai dukungan emosional orang tua.


60

3. Bagi Institusi SLB Kota Bogor

Bermanfaatnya karya tulis ilmiah ini dapat memberikan data dan

motivasi bagi guru untuk memberikan konseling dukungan emosional

kepada orang tua dengan diadakannya pertemuan rutin untuk membantu

orang tua yang memiliki anak tunarungu usia sekolah agar dapat

meningkatkan dalam memberikan dukungan khususnya dukungan

emosional orang tua agar perkembangan anak berkembang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Ali dan Asrori. (2008). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI.
Jakarta: PT Rineka Cipta, Jakarta.

_________. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

Effendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:


Bumi Aksara

_________________, (2009) Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta:


Sinar Grafika Offset,

Friedman. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishin

Friedman, Bowden, & Jnes. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan
praktik. Alih bahasa: achir yani s. Hamid (et. al). Ed. 5. Jakarta: EGC.

Gunarsa & Gunarsa. (2008). Psikologi perkembangan anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia

Hidayat, Aziz A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Ed. 1. Jakarta: Salemba
Medika.

______________. (2013). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:


Salemba Medika

Mangunsong, F. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,jilid satu.


Depok: Lembaga Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas
Indonesia.

____________. 2007. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Bandung: Refika
Aditama

Muhammad, Jamila K.A. (2008). Special Education For Special Children Panduan
Khusus Anak-Anak Dengan Ketunaan Dan Learning Disabilities. Jakarta: PT
Mizan Publika.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Noor, Juliansysh. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya
Ilmiah. Jakarta: pernada media group

Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: KENCANA

Kaakinen, J.R., et al. (2010). Family Health Care Nursing. (4th). Philadelphia. Davis
Company.

Kosasih, E. (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan khusus. Bandung:


Yrama Widya.

Kozier, Barbara. (2010). Fundamental Of Nursing: Concept, Process, And Practice.


Alih bahasa: eko karyuni. Jakarta: EGC.

Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi SEKOLAH dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika

Purnama, F. T. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Successful Aging Pada


Lansia Di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.
Skripsi. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman

Sastroasmoro, S., Ismael, S. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.


Jakarta: sagung seto.

Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

_____. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Singgih D. Gunarsa. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia.

Somantri, T.S. (2007). Psikolog iAnak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sujarweni, Wiratma. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustakabarupress

Sulistiani, Wiwik. Dkk. (2010). Penyesuaian Sosial Remaja Tuna Rungu yang
Bersekolah di Sekolah Umum. Jurnal. Surabaya: Fakultas Psikologi Universits
Hang Tuah Surabaya.

Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Pada Praktik
Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV Trans Info Media.

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya Offset
Winarnie & Danudilaga. Dkk. (2014). Data Dan Informasi Disabilitas Angkatan Kerja.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan.

Winarsih, Murni. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam Pemerolehan
Bahasa. Jakarta: Depdiknas

Wong. L. Donna, dkk. (2009). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Format referensi elektronik direkomendasi oleh:


Abror, Akmal Janan. (2009). Pola Asuh Orang Tua Karir Dalam Mendidik Anak (Studi
Kasus Keluarga Sunaryadi, Komplek TNI AU Blok K no 12 lanud adisutjipto
yogyakarta). https://www.google.co.id/?
ion=1&espv=2#q=gambaran+tumbang+anak+dengan+orang+tua+karir&safe=of
f&start=30,diakses, diakses tanggal 29 Juni 2016 pukul 23.55 WIB
Departemen kesehatan RI (2014)
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_disab
ilitas.pdf. Diakses tanggal 21 September 2015 pukul 8.58 WIB.

Departemen kesehatan RI (2014) http://www.depkes.go.id/download.php?


file=download/pusdatin/buletin/buletin-disabilitas.pdf. Diakses tanggal 22
September 2015 pukul 5.36 WIB.

Hati, dwi permata. (2014). Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3-6 Tahun Antara Ibu
Bekerja Dan Tidak Bekerja Di TK Among Siwi Sleman Yogyakarta.
http://opac.say.ac.id/294/1/naskah%20publikasi.pdf, diakses tanggal 30 Juni
2016 pukul 00.10 WIB.

Hidayah, Fajriyah Nur. (2012). Hubungan Antara Dukungan Orang Tua Dengan
Motivasi Belajar Siswa Di Sd Negeri Bumi I Laweyan Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/20355/13/NASKAH_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf
Diakses tanggal 9 Juli 2016. Pukul 23.21 WIB.

Maliha, Siti. (2015). Kemerosotan moral SEKOLAH, salah siapa?. Tersedia:

http:/file.Upi.edu/Direktorasi/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBING
AN/197102191998021-
NANDANG_BUDIMAN/BAHAN_AJAR_PERKEMBANGAN_INDIVIDU_2.
PDF. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 20.00 WIB

Meirina. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga, Karakteriistik Keluarga Dan Lansia


Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor
Selatan. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20281717.pdf, diakses
tanggal 28 September 2015 pukul 09.34 WIB.

Mindiharto, Sestiono. 2014. Hubungan Lingkungan Belajar, Ddukungan Oranng Tua


Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SMA Islam 1
Surakarta.
http://jurnal.akper17.ac.id/index.php/JK17/article/download/17/20,diakses
tanggal 11 Juli 2016, pukul 19.12 WIB.
Nani, dkk. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak
Berkebutuhan Khusus.
http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/article/view/83.
Diakses tanggal 26 Febuari 2016 pukul 10.00 WIB.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan (2016)


http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_97AE63B3-B92A-48B2-
B5AB-9D00387C50E4_.pdf. Diakses tanggal 2 Maret 2016 pukul 16.27 WIB.

Sarry, Septi Mayang. (2014). Parental Emotional Coaching Untuk Meningkatkan


Kemampuan Menghadapi Emosi Negatif Anak Tunarungu
http://id.123doc.org/document/11765-parental-emotional-coaching-untuk-
meningkatkan-kemampuan-menghadapi-emosi-negatif-anak-tunarungu.htm.
Diakses tanggal 22 September 2015 pukul 06.01 WIB.
Sidik, Jusri. (2014) Gambaran Dukungan Keluarga Yang Memiliki Anak Berkebtuhan
Khusus Di Sekolah Khusus Kota Tanggerang Selatan
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26112/1/JUZRI
%20SIDIK-fkik.pdf. Diakses tanggal 10 September 2015 pukul 13.50 WIB.

Solikhatun, Yanuar Umi. (2013). Penyesuaian Sosial Pada Penyandang Tunarungu Di


Slb Negeri Semarang. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj, diakses
tanggal 10 Oktober 2015 pukul 21.00 WIB.Wasito, dkk. (2010). Penyesuaian
Sosial remaja Tuna Rungu yang Bersekolah di Sekolah Umum.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/2-12_3.pdf, diakses tanggal 3 Maret 2016
pukul 3.20 WIB..
Yulita, Refi. (2014). Hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak
balita di posyandu sakura ciputat timur.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25651/1/Refi
%20Yulita%20-%20fkik.pdf, diakses tanggal 30 Juni 2016 pukul 00.10 WIB.
LAMPIRAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Gambaran Dukungan Emosional Orang Tua Pada Anak
Tunarungu Usia Sekolah di SLB Kota Bogor 2016
Peneliti : Afwini Laily
NIM : P17320313038
No. HP : 089638143699

Saya mahasiswa Program Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung


Program Studi Keperawatan Bogor, bermaksud mengadakan penelitian untuk
mengetahui gambaran dukungan emosional orang tua pada anak tunarungu usia sekolah
di SLB Kota Bogor. Orang tua yang memiliki anak tunarungu usia sekolah yang
berpartisipasi dalam penelitian ini, akan menjadi responden untuk pengumpulan data.
Peneliti memberi kuesioner yang berisi data demografi dan dukungan emosional orang
tua pada anak tunarungu usia sekolah. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak
akan berdampak negatif bagi siapapun. Bila selama berpartisipasi dalam penelitian ini
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari merasakan ketidaknyamanan maka.
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari mempunyai hak untuk berhenti sebagai responden. Peneliti
berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan
dari data yang diperoleh, baik dalam proses pengumpulan, pengolahan, maupun
penyajian. Peneliti juga menghargai keinginan responden untuk tidak berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Adapun penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai informasi bagi Instansi
Kesehatan peneliti. Melalui penjelasan ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berpartisipasi dalam penelitian ini.

Bogor, Mei 2016

(Afwini Laily)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah diberi penjelasan tentang penelitian ini secara lisan dan tertulis, saya mengerti
tujuan dari penelitian ini untuk diketahuinya dukungan emosional orang tua pada anak
tunarungu usia sekolah.
Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
No. HP :
Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian Gambaran Dukungan Emosional
Orang Tua Pada Anak Tunarungu Usia Sekolah di SLB Kota Bogor 2016.

Bogor, Mei 2016

Peneliti Responden

(Afwini Laily) (....................................)


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
KUESIONER

GAMBARAN DUKUNGAN EMOSIONAL ORANG TUA PADA ANAK


TUNARUNGU USIA SEKOLAH DI KOTA BOGOR

Kode Responden : ..................(diisi oleh peneliti)

Tanggal : ...............................................

Petunjuk pengisian:

1. Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang dibagi mejadi 2 bagian yaitu

pernyataan tentang demografi, dan pernyataan tentang dukungan emosional

orang tua pada anak tunarungu usua sekolah.

2. Bacalah pernyataan dengan teliti dan beri tanda checklist () pada kolom yang

anda pilih, jika keliru memberi tanda checklist, lingkari tanda tersebut dan

checklist jawaban yang anda anggap sesuai dengan pengalaman anda.

3. Tiap pernyataan hanya diisi satu jawaban

4. Jangan ada nomor yang terlewat dan periksalah jawaban sebelum dikumpulkan

5. Saya sangat menghargai kejujuran anda dan jawaban yang anda berikan akan di

jaga kerahasiannya. Tidak ada jawaban benar atau salah dari pernyataan yang

saya ajukan.
KUESIONER PENELITIAN

A. Data Demografi
1. Usia
(20-40 tahun)
(40- 65 tahun)
( > 65 tahun)

2. Pendidikan terakhir SD SMP SMA


Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan : bekerja tidak bekerja

B. Dukungan Emosional Orang Tua pada Anak Tunarungu Usia Sekolah


Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan baik sehingga dimengerti.
2. Pilihlah:
SL, jika Anda SELALU melakukan pernyataan tersebut
SR, jika Anda SERING melakukan pernyataan tersebut
KK, jika Anda KADANG-KADANG melakukan pernyataan tersebut
TP, jika Anda TIDAK PERNAH melakukan pernyataan tersebut
3. Mengisi seluruh nomor pernyataan tanpa bantuan orang lain.
4. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban,
5. Berilah tanda checklist ( ) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
No. Pernyataan SL SR KK TP
1. Kebutuhan anak tidak diperhatikan oleh orang tua.
2. Saat anak mengalami masalah, orang tua tidak membantu
anak untuk menyelesaikan masalah tersebut
3. Orang tua mengajak anak dalam kegiatan keagamaan.
4. Orang tua membandingkan kemampuan anak dengan
anak yang lainnya.
5. Ketika anak sakit orang tua segera mengobati anak.
6. Orang tua memotivasi anak untuk berkomunikasi dengan
teman-temannya.
7. Orang tua mengenalkan hal-hal yang baik dan buruk.
8. Orang tua menggunakan kalimat yang kurang dipahami
oleh anak saat berkomunikasi.
9. Orang tua memotivasi anak ketika tidak ingin makan.
10. Orang tua tidak mendampingi anak saat belajar di rumah
11. Orang tua merawat anak dengan penuh kasih sayang.
12. Orang tua menanyakan perasaan anak selama di sekolah.
13. Orang tua meluangkan waktu untuk berkumpul bersama
14 Orang tua berlaku kasar ketika anak melakukan kesalahan
15. orang tua acuh pada kegiatan anak di sekolah maupun di
rumah
16. Orang tua tidak membolehkan anak berhubungan dengan
tetangga dan teman-temannya.
17. Ketika anak mengalami kegagalan orang tua memberikan
dorongan yang berupa semangat untuk dapat
memperbaiki kegagalan
18 Orang tua sibuk, sehingga prestasi anak tidak
diperhatikan
19. Orang tua mendengar keluhan anak.
20. Orang tua memberi nasihat jika anak melakukan
kesalahan
Kuesioner Dukungan Emosional Orang Tua
No Distribusi Usia Dukungan Emosional Orang Tua
. ∑ % ∑ Tidak % ∑ %
Mendukung Mendukung
1. 20-40 Tahun 8 31 9 35% 17 65%
%
2. 40-65 Tahun 5 19 4 15% 9 35%
%
3. > 65 Tahun 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 13 50 13 50% 26 100%
%

No Distribusi Dukungan Emosional Orang Tua


. pendidikan terakhir ∑ % ∑ tidak % ∑ %
mendukung mendukung
1. Perguruan Tinggi 2 8% 2 8% 4 15%
2. SMA 6 23 5 19 11 42%
% %
3. SMP 4 15 5 19 9 35%
% %
4. SD 1 4% 1 4% 2 8%
jumlah 13 50 13 50 26 100%
% %

No. Distribusi Dukungan Emosional Orang Tua


Pekerjaan ∑ mendukung % ∑ tidak % ∑ %
mendukung
1. Bekerja 4 15 4 15% 8 31%
%
2. Tidak Bekerja 9 35 9 35% 18 69%
%
jumlah 13 50 13 50% 26 100%
%
Data Demografi Data Dukungan Emosional Orang Tua Jumlah Hasil
Pendidikan 11 12 14 15 17 19 20
No. Usia Terakhir Pekerjaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. . . 13. . . 16. . 18. . .
1 1 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 76 Mendukung
2 1 2 2 4 2 4 3 3 2 4 3 3 2 4 1 3 1 2 3 3 3 2 2 54 Tidak Mendukung
3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77 Mendukung
4 1 3 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 71 Tidak Mendukung
5 2 3 2 4 4 3 2 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 69 Tidak Mendukung
6 2 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 78 Mendukung
7 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79 Mendukung
8 1 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 75 Mendukung
9 1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 69 Tidak Mendukung
10 1 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 4 72 Tidak Mendukung
11 2 2 2 3 1 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72 Tidak Mendukung
12 1 2 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 67 Tidak Mendukung
13 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 Mendukung
14 1 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 75 Mendukung
15 1 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 77 Mendukung
16 1 4 1 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 69 Tidak Mendukung
17 2 2 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 74 Mendukung
18 1 2 2 3 3 4 4 4 3 1 3 1 3 4 4 3 4 4 4 3 3 1 4 63 Tidak Mendukung
19 1 2 2 4 4 4 1 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 73 Mendukung
20 2 1 2 3 1 4 3 4 3 1 2 4 4 4 4 2 1 4 3 4 4 4 4 63 Tidak Mendukung
21 2 3 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 66 Tidak Mendukung
22 2 3 1 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 77 Mendukung
23 1 3 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 75 Mendukung
24 1 4 1 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4   3 4 4 4 4 4 3 3 69 Tidak Mendukung
25 1 3 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 72 Tidak Mendukung
26 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 78 Mendukung
MEDIAN 72,5
71,7692
MEAN 3
max 79
min 54

Anda mungkin juga menyukai